Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SASTRA LAMA

” NILAI RELIGIUS PASAL KEDUA GURINDAM 12 RAJA ALI HAJI “

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sastra Lama


Dosen Pengampu :
Nugroho Widhi Pratomo S. S, M. Pd.

Disusun oleh :
Ibnu Tsabit AJ 201010700066

FAKULTAS SASTRA INDONESIA


UNIVERSITAS PAMULANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
A. Definisi Gurindam...........................................................................................................................2
B. Deskripsi Gurindam 12....................................................................................................................2
C. Nilai Religius Pasal Kedua Gurindam 12........................................................................................3
BAB III

PENUTUP...................................................................................................................................................6
A. Kesimpulan......................................................................................................................................6
B. Daftar Pustaka.................................................................................................................................7

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Los Angeles, 05 Oktober 2021

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan karya sastra lama. Karya sastra ini meliputi
beragam jenis dan bentuk, baik syair maupun prosa, contohnya hikayat, beragam pantun,
dongeng, legenda, dan mitos. Gurindam merupakan satu diantara karya sastra lama. Gurindam
adalah puisi lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari dua baris kalimat dengan rima
yang sama dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia
(KBBI), Gurindam adalah sebuah bentuk karya sastra yang berupa sajak, satu baitnya ada dua
baris. Isinya adalah berupa nasihat atau petuah.

Gurindam Dua Belas merupakan gurindam, salah satu puisi Melayu lama, hasil karya
Raja Ali Haji seorang sastrawan dan Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat, Provinsi
Kepulauan Riau. Gurindam ini ditulis dan diselesaikan di Pulau Penyengat pada tanggal 23
Rajab 1264 Hijriyah atau 1847 Masehi pada saat Raja Ali Haji berusia 38 tahun. Karya ini terdiri
dari 12 Fasal dan dikategorikan sebagai Syi'r al-Irsyadi atau puisi didaktik, karena berisikan
nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridai oleh Allah swt.

Berdasarkan pendahuluan yang sudah dipaparkan, makalah yang disusun dengan segala
kekurangan penulis ini berjudul “Nilai Religius Pasal Kedua Gurindam 12 Karya Raja Ali Haji”

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Gurindam
2. Apa itu Gurindam 12?
3. Apa saja nilai religuis yang terkandung dalam pasal kedua gurindam 12?

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Gurindam
Gurindam berasal dari bahasa Tamil (India) “kirindam” yang diartikan sebagai
perumpamaan. Gurindam adalah bagian dari kekayaan sastra. Karya pendek ini dibawa
oleh orang India yang tentunya juga diilhami oleh pengaruh kesusastraan Hindu.
Gurindam merupakan bentuk puisi lama yang ditandai dengan dua baris kalimat ber-rima
sama namun dalam satu kesatuan. Secara definisi, gurindam diartikan sebagai karya
sastra lama yang berbentuk seperti puisi dan terdiri dari dua baris kalimat dengan sajak
(rima) yang sama. Biasanya gurindam terdiri lebih dari satu bait. Pada baris pertama,
gurindam berisi sebuah persoalan atau syarat, sedangkan pada baris kedua gurindam
menjawab persoalan pada baris pertama. Gurindam diidentikan dengan pantun nasehat.
Padahal, pada dasarnya kedua karya sastra ini berbeda. Gurindam terdiri dari dua larik
saja dalam satu bait, sedangkan pantun bisa lebih dari empat larik. Berikut ini adalah
beberapa ciri khas gurindam yang dapat membedakannya dari karya sastra yang lain.

B. Deskripsi Gurindam 12
Gurindam secara sederhana memiliki arti sebagai sebuah puisi. Gurindam 12
adalah sekumpulan syair yang diciptakan oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat. Adapun
beliau adalah seorang sastrawan di Kepulauan Riau pada masanya dan diakui sebagai
salah satu Pahlawan Nasional.
Mengenai sebab-sebab Raja Ali Haji menciptakan gurindam adalah sebagai mas kawin
yang diberikan kepada Engku Puteri Hamidah yang tinggal di Pulau Penyengat. Mas
kawin ini dipahatkan di batu marmer sebagai bukti rasa cintanya.
Dalam kata-kata yang termaktub di gurindam tersebut sangat kental sekali nuansa
keislaman, dikarenakan gurindam tersebut memang berisi wejangan maupun nasehat
yang sangat berguna dan bersifat universal bagi masyarakat, khususnya masyarakat
dimana Raja Ali Haji itu tinggal, yaitu masyarakat Melayu. Hal ini dimungkinkan karena
dominannya unsur Islam dalam kehidupan bermasyarakat di kebudayaan Melayu sebagai
dampak dari lancarnya proses Islamisasi di wilayah tersebut, khususnya kepulauan Riau.

2
C. Nilai Religius Pasal Kedua Gurindam 12
Ini Gurindam pasal yang kedua:

Barang siapa mengenal yang tersebut,


Tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
Seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
Tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
Tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
Tiadalah ia menyempurnakan janji.

Barangsiapa mengenal yang tersebut,


tahulah ia makna takut.
Arti memahami makna takut adalah memiliki kesadaran yang tinggi atas sesuatu.
Mengapa orang bisa memahami makna takut, sadar dari arti keselamatan, dan tidak
berani berbuat semaunya? Jawabannya dapat dipahami dari berbagai sendi. Pertama,
orang mengenal sikap tiada memegang agama, tidak boleh mengucap nama Tuhan. Hal
ini bertolak belakang dengan hati nuraninya sehingga seseorang berusaha keras untuk
peduli pada tuntunan Allah, tidak mau memasabodohkan risalah-risalah-Nya. Kedua,
orang mengenal yang empat (tarekat, syariat, hakikat, makrifat) akan takut menyimpang,
berjalan berbengkok berbelak-belok, dan takut berbuat dosa. Ketiga, orang mengenal
Allah. Mengenal Allah berarti beriman, meyakini keberadaan-Nya yang mutlak, kasih
sayang-Nya yang tak terbatas. Berkat mengenal Allah orangpun takut melanggar
larangan-larangan-Nya, tak mau menerjang rambu-rambu-Nya. Keempat, orang
mengenal diri. Dengan pengenalan diri yang mendalam, orang tergugah untuk selalu
berintrospeksi, merenung, menghayati segala sesuatu sehingga pantang melakukan hal-
hal yang terlarang. Kelima, orang mengenal dunia. Mengenal baik-baik alam semesta dan
dunia ini membuat mereka bersikap ingat dan waspada, tak mau hanyut di arus lupa,
pantang terbuai di ombak lalai. Kelima dasar yang hakiki Rukun Islam itu dirangkai pada
makna dari pemahaman Gurindam 12 pasal ke-2.
Barangsiapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.

3
Pasal yang bermakna sangat dalam ini, keberadaannya diilhami oleh Hadist Nabi
Muhammad yang berbunyi Ashshalatu ‘imaduddin, yang berarti, salat itu tiang agama.
Ya, karena sejatinya, salatlah tiang agama, maka mereka yang sepenuh jiwa menegakkan
salat, sungguh-sungguh lebih meningkatkan bangunan agamanya, membuatnya berdiri
megah. Sebaliknya, mereka yang melalaikan tanpa sedikitpun rasa berdosa, berarti telah
merobohkan agamanya sendiri. Tanpa tiang yang kokoh, hanya tersisa sebagai pondasi
atau sebongkah tembok yang rawan roboh. Tanpa tiang penyangga, apalagi sakaguru,
tidak ada yang bernama rumah agama.

Barangsiapa meninggalan puasa,


tidaklah mendapat dua termasa.
Termasa artinya kesempatan, peluang emas, kondisi berharga, cukup dekat maknanya
dengan kata masa atau waktu. Kalau gurindam sebelumnya (ayat 2) berbicara tentang
rukun Islam yang kedua, maka gurindam ini mengetengahkan rukun Islam ketiga.
Sebagaimana rukun Islam yang kedua, rukun Islam yang ketiga inipun merupakan
perintah agama yang dihukumi wajib. Banyak macam dan hukum salat, lima yang wajib,
yang lain hukumnya sunat. Puasa pun demikian, yang wajib adalah puasa Ramadan
sebulan penuh, yang lain sunat. Puasa wajib di bulan Ramadan, sebaliknya, merupakan
prioritas untuk tidak dikerjakan, tetapi berlaku bagi orang yang menderita sakit dan
menjadi musafir, tentu dengan menggantinya di hari-hari lain. Ketika muslimin muslimah
dalam kondisi sehat wal afiat, wajib bagi mereka menjalankan ibadah puasa. Mereka
tidak boleh meninggalkannya. Jika di antara mereka ada yang bersengaja tidak berpuasa,
maka puasa yang ditinggalkannya tidak akan mendapatkan berbagai kesempatan emas
meraih keberuntungan dalam dua masa.

Barangsiapa meninggalkan zakat,


tiadalah hartanya beroleh berkat.
Jika secara material seseorang sangat mampu, tapi dalam kenyataannya tidak mau
berzakat, orang ini sungguh terlalu. Mestinya kita pandai-pandai belajar dari Allah
dengan sifat-Nya, yang tertera dalam basmalah, sifat yang sebenarnya disukai Allah
sendiri, yakni arrahman arrahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Orang yang
dalam dirinya merebak sifat pengasih dan penyayang tentu sangat riang mengamalkan

4
perintah zakat, masih kurang kalau hanya sebatas nisab. Ia ingin lebih longgar lagi, ingin
sebanyak banyaknya dan sebaik-baiknya menyantuni sesama dan hatinya menjadi sangat
bahagia jika melaksanakan hal itu. Demikianlah, jika dengan kasih sayang dan
kepedulian sesama, zakat yang dibayarkan melebihi nisab, dua, tiga, empat, atau sepuluh
kali lipat atau lebih, akan menjadi poin pahala sedekah. Hadist Rasulullah S.A.W
berbunyi, ‘tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah’. Dengan Hadist ini,
manusia selalu dimotivasi untuk mengamalkan dan mengembangkan tabiat beramal solih
untuk meraih ukhuwah dan hasanah atau kebaikan dunia akhirat.

Barangsiapa tidak mengerjakan haji,


tiadalah ia menyempurnakan janji.
Berhaji adalah ikrar dan janji suci bagi orang Islam sebagai kelengkapan dan
kesempurnaan pelaksanaan syariat Islam yang harus ditepati dengan hati tulus fitri. Maka
di saat mampu dan dikaruniai kelimpahan rizki, pergi berhaji jangan ditunda tunda lagi.
Ibadah haji, berziarah ke tanah suci Makkah dan Madinah menjadi tamu Allah, sebagai
rukun Islam yang kelima, merupakan janji dan komitmen yang hendaknya dipegang
teguh, disetiai dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Tentu pengamalan ibadah haji
itu berlangsung ketika orang tersebut dalam kondisi mampu lahir batin, sehat wal afiat
fisik dan rohaninya, perjalanan aman sentosa, dan dana perjalanan tercukupi termasuk
untuk keluarga yang ditinggalkan. Jangan sampai ada orang yang berhaji dengan cara
menganiaya diri sendiri, membangkrutkan modal usaha dengan menyandang utang di
sana sini, lebih sekadar sebagai upaya mendapatkan nama harum dan bergengsi
mendapatkan gelar dan dipanggil ‘Pak Haji dan Bu Hajjah’.

5
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Gurindam 12 karya Raja Ali Haji ini memiliki makna religius yang banyak. Dalam
baitnya, karya ini memberikan nasehat kepada para pembaca. Karya ini juga
merepresentasikan salah satu hadits Rasul yang menjelaskan tentang asas atau landasan
tegaknya agama islam. Bait dalam karya Raja Ali Haji ini jua mengingatkan kita untuk terus
menegakkan Asas-asas Agama Islam; menunaikan sholat, mengeluarkan zakat, puasa di
bulan Ramadhan dan Berhaji yang merupakan nilai-nilai religius.

6
B. Daftar Pustaka

Ulul Azmi, Rusli Zainal (2016). “ Nilai Akidah Dalam Gurindam 12 Karya Ali Haji ”.
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 13 No. 1, Agustus Tahun 2016

Ani Rakhmawati, Yanto Mujiyanto. 2010. ”Kupas Tuntas Gurindam 12 : Apresiasi


Sastra Klasik Sebagai Upaya Menayakan Bahasa dan Sastra Indonesia”,
http://repositori.kemdikbud.go.id/10981/1/KUPAS%20TUNTAS
%20GURINDAM%2012.pdf
Diakses pada 05 Oktober 2021 pukul 17:20.

Perpustakaan Unpam. (2021) “ Materi Belajar Mata Kuliah Sastra Lama : Pertemuan 6 -
Gurindam ”

Haji, Raja Ali. (2007). “Gurindam 12” Bandung : Penerbit Kiblat Buku.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gurindam_Dua_Belas

Anda mungkin juga menyukai