Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SYARIAH ISLAMIAH

THAHARAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Syariah Islamiah Jurusan
Manajemen
Dosen pengampu : Dr. Amir Mahrudin M.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 IKHWAN

Asep Awaludin (C.1810825)


Eki ahmad fadillah (C.1810603)
Dandi Kahfi (C.1810230)
Faqih Restu Maulana (C.1810966)
Muhamad malda (C.1810106)
Muhammad Abian Nurdiansyah (C.1810192)

PROGRAM STUDY MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR

Jl. Tol Ciawi No1, Ciawi-Bogor, Jawa Barat, Indonesia.


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas “THAHARAH SYARIAH ISLAMIAH ” .
Semoga tulisan ini dapat memenuhi kewajiban kami dalam tugas
“THAHARAH SYARIAH ISLAMIAH” semester II dengan kategori Syariah
islamiah. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaikinya.

Ciawi,19 maret 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
1.2.Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Thaharah
2.1.1. Pengertian thaharah
2.1.2. Hakikat dan fungsi thaharah
2.1.3. Sarana thaharah dan macam macam air
2.1.4. Benda benda najis dan cara mensucikannya
2.1.5. Istinja (menghilangkan kotoran dari tubuh)
2.2. Wudhu
2.2.1. Pengertian dan dasar hukum wudhu
2.2.2. Dasar hukum wudhu
2.2.3. Hukum wudhu menurut pendapat ulama
2.2.4. Syarat dan sunnah wudhu
2.2.5. Sunah sunah wudhu
2.2.6. Hal yang membatalkan wudhu
2.3. Mandi
2.3.1. pengertian dan sebab yang mewajibkan mandi
2.3.2. rukun dan sunah mandi
2.4. Tayamum
2.4.1. Pengertian tayamum
2.4.2. Sebab sebab yang membolehkan tayamum
2.4.3. Syarat syarat dan rukun tayamum
2.4.4. Rukun tayamum
2.4.5. Kaifiyah tayamum dan sunahnya
2.4.6. Sunah sunah tayamum
2.4.7. Hal hal yang membatalkan tayamum
2.5. Haidh dan istihadah
2.5.1. jenis darah dan hal yang dilarang karena haidh
2.5.2. hal yang dilarang karena haidh dan berhadas kecil
2.5.3. hal hal yang dilarang karena junub,haidh dan nifas
2.5.4. hal hal yang dilarang karena haidh ataupun nifas
2.5.5. menggauli wanita setelah haidh
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam berbagai macam kitab yang menjelaskan tentang fiqih selalu saja
babthaharah berada pada bab yang paling awal atau paling utama. Hal itu terjadi
dikarenakan thaharah adalah bagian yang paling penting dipelajari. Melaksanakan
shalat tanpa thaharah maka tentu saja shalat yang dikerjakan tidak sah. Dalam
artian jika ada seseorang yang mengerjakan shalat tanpa bersesuci terlebih dahulu
maka shalat yang ia kerjakan itu sia-sia. karena pada dasarnya islam memang
mewajibkan setiap orang yang ingin melaksanakan shlat itu harus suci.
Mungkin masih banyak dikalangan orang awam yang tidak tahu persis
tentang pentingnya thaharah. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahsanya juga ada
orang yang tahu akan thaharah namun mengabaikannya. maka dari pada itu
penulis akan mencoba sedikit menjelaskan apa-apa yang penulis ketahui
tentang thaharah dari berbagai sumber. Mudah-mudahan saja melalui makalah ini
umat islam sadar akan pentingnyathaharah dan tidak mengabaikan
pentingnya thaharah kembali.
2.1. Rumusan Masalah
1. Apa makna dari tharah?
2. Ada berapa pembagian air dan jelaskan?
3. Jelaskan pengertian wudhu,tayamum dan haidh?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.THAHARAH
2.1.1. Pengertian thaharah
Menurut bahasa berasal dari kata thahara-yathuru-thaharatan yang
artinya suci. Menurut istilah menyucikan anggota-anggota Tubuh agar terhindar
dari najis dalam rangka untuk melaksanakan shalat.beberpa ahli hukum islam
memeberika definisi tharah di antaranya adalah: pertama Qhadi husain
berpendapat bahwa tharah adalah ”Menghilangkan sesuatu yang dapat
menghilang hadast yang di maksud bersuci wajib seperti: mandi
junnub.(menghilangkan hadast besar) dan wudhu untuk (mengilangkan hadast
kecil)”. Kedua imam nawawi mencatat bahwa thaharah adalah “sesuatu pekerjaan
menghilangkan hadast atau najis,menghilangkan hadast seperti mandi
junnub,wudhu dan tayamum. Sedangkan dalam arti menghilangkan najis istinja
dengan air atau istijimar dengan batu”. Ketiga syekh ibrahim bajuri
medefinisikannya dengan “melakukan yang boleh mengerjakan sholat.seperti:
mandi wudhu dan tayamum. ”
Dan adapun hukum thaharah adalah beberapa ayat alquran. Dan adapun
tatacarannya didasarkan pada ijma dan qiyas.diantara dasar hukum tahahrah di
dalam alquran adalah:

ۡ‫يض ۡ َو ََل‬
ۡ ِ ‫سا ٓ َۡء ۡفِي ۡٱل َم ِح‬ َ ِ‫يض ۡقُل ۡهُ َو ۡأ َ ٗذى ۡۡفَٱعت َ ِزلُواۡ ۡٱلن‬ۡ ِ ‫َك ۡ َع ِن ۡٱل َم ِح‬ َۡ ‫َويَسۡلُون‬
ۡ‫ث ۡأ َ َم َر ُك ُم ۡ َّه‬
َّۡ ۡ ‫ٱللُ ۡ ِإ َّن‬
َۡ‫ٱلل‬ ُ ‫ۡمن ۡ َحي‬ ِ ‫ط َّهرنَ ۡفَأتُوهُ َّن‬ َ َ ‫تَق َربُو ُه َّن ۡ َحت َّ ٰى ۡ َيط ُهرنَ ۡفَإِذَاۡت‬
َ َ ‫يُ ِحبُّ ۡٱلت َّ ٰ َّوبِينَۡۡ َويُ ِحبُّ ۡٱل ُمت‬
ۡ ۡ٢٢٢ۡ َ‫ط ِۡه ِرين‬
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS. Al-Baqarah:
222).
Ayat ayat yang mulia tersebut menunjukan kepada kita kewajiban untuk
bersuci segala bentuk hadist baik besar maupun kecil. Selain itu juga
memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga kebersihan diri kita dan di
lingkungan sekitar kita. Selain ayat ayat tersebut terdapat banyak hadist yang
menjadi dasar hukum tentang thaharah di antaranya adalah sebagai berikut:
“Jagalah kebersihan mungkin yang dapat kamu laksanakan sebab ALLAH
SWT mendirikan agama islam atas dasar kebersihan. Dan tidak akan masuk surga
kecuali orang yang selalu menjaga kebersihan. HR AD-DHALANI.
Itulah diantara hadist yang ada hubungannya dengan dasar hukum tentang
thaharah dan masih banyak lainnya.adapun beberapa jenis thaharah adalah bersuci
dan berhadast besar dan berhadast kecil. Hadast adalah setiap hal yang tejadi
karena sesuatu keluar dari tubuh kita seperti buang air besar dan buang air
kecil,kentut di setiap keluar dari qubul dan dubur.

2.1.2. Hakikat Dan Fungsi Thaharah


Thaharah pada hakikatnya adalah usaha untuk membersihkan diri dari
berbagai bentuk najik baik yang berasal dari dalam diri atau dari luar diri Tujuan
dari thaharah adalah untuk mensyahkan ibadah,karena ibadah mutlak harus
dilakukan oleh orang yang suci terutama ibadah mahdah(langsung).menjadikan
diterimanya ibadah sebab di samping sah ibadah juga harus juga diterima
sedangkan di terimanya ibadah harus juga bersih bathinnya,selain itu thaharah
juga merupakan perwujudan dari rasa ingin di cintai oleh ALLAH SWT.
“orang yang senantiasa mensucikan dirinya dari berbagai bentuk kotoran
lahir atapun kotoran bathin”.
Kotoran lahir yang di maksud disini adalah najis yang ada pada tubuh.
Sedangkan kotoran bathin adalah kotoran beberapa kesyirikan,kemaksiatan dan
kotoran lainnya.

2.1.3. Sarana Thaharah Dan Macam Macam Air


Dalam melakuan tharah maka di perlukan adanya media atau alat yang di
pergunakan untuk mesucikan dan mengilahkan najis maka air adalah satu benda
sebagai sarana untuk menghilangkan najis yang paling efektip dan hasilnya paling
bersih.air tentu dalam hal ini yang memenuhi syarat untuk bersuci sebagaimana
yang akan di bahas jenis jenisnya.selain itu tanah juga dapat menjadi alat untuk
membersihkan diri.tanah dalam hal ini tanah yang shaidan tayyiban (suci dan
baik).
Selain itu benda benda lainya dapat digunakan untuk besuci dalam
keadaan tertentu misalnya batu pasir,dan sebagainya yang memenuhi syarat
kesucian.tentu saja benda benda tersebut harus dan mampu menghilakan segala
bentuk najis yang nempel di tubuh hingga tidak tecium baunya,terilhat warnanya
atau najis tersebut terbukti belum hilang.
1. Air sebagai sarana berthaharah yang paling sempurna juga memiliki
beberapa syarat yang harus di penuhi,maksudnya adalah bahwa tidak
semua air bisa di gunakan untuk berthaharah,macam macam air dan
pembagiannya sebagai berikut:
2. Air yang mensucikan atau air muutlaq,ulama sepakat seperti air hujan,air
sumur,air salju,mata air,air sungai,air laut,air embun dan air es yang sudah
mencair semua ini suci selama berubah keadaanya.
3. Mensucikan tapi makruh jenis ini seperti air sisa minuman binatang hal ini
boleh digunakan tapi makruh demikian juga air yang di jemur oleh
matahari.
4. Air suci yang tidak mensucikan seperti air yang sudah di pakai untuk
mengangkat hadast atau bentuk ibadah lainnya seperti memperbarui
wudhu,air ini tidak boleh di pakai mengangkat hadast tapi boleh untuk
menghilangkan najis.
Selain itu juga ada mazhab fiqih menambahkan bahwa ada tiga jenis air
yang tidak bisa digunakan untuk berthaharah yaitu air yang sudah berubah salah
satu sifatnya seperti kopi,air teh dan air sirup.

2.1.4. Benda Benda Najis Dan Cara Mensucikannya


1. Daging babi dengan seluruh tubuhnya,daging bangkai selain hewan air dan
darah.
2. Kotoran manusia karena nabi memerintahkan beristinja bagi orang yang
melakukan buang air besar atau kecil.
3. Air mani manusia.
4. Nanah di pandang sebagai najis karena ia merupakan darah yang mengalir.
5. Khamr(alkohol).
6. Bagian dari binatang yang diambil tubuhnya yang masih hidup.
Semua tersebut haram untuk di konsumsi dan juga di perjual belikan dari
benda tersebut adalah najis maka tidak sah di jadikan objek jual beli.
Cara mensucikan diri dari najis
1. Najis mughaladzah yaitu najis yang berat dan cara mesucikannya dicuci 7
kali dan yang satu kali di antaranya harus memakai tanah hal ini sesuai
dengan sabda nabi.
2. Najis mukhafafah yaitu najis yang ringan seperti air kencing bayi yang
belum berumur 2 tahun belum makan apa apa yang masih minum air susu
ibu cara mensucikannya cukup di percikan air.
3. Najis mutawasitoh yaitu najis sedang yang sangat banyak jumlahnya najis
mutawasitoh ada dua arti yaitu:
4. mutawasitoh anniyah artinya dzat najis itu sendiri kemudian yang harus di
hilangkan terlebih dahulu.
-mutawasitoh hukmiyah artinya dari segi hukumnya walaupun dzat yang
sudah tidak kelihatan tetapi hukumnya masih di anggap najis.

2.1.5. Istinja (Menghilangkan Kotoran Dari Tubuh)


Apabila keluar kotoran dari salah satu jalan qubur atau dzubur maka wajib
istinja dengan air atau istijamar dengan tiga batu,yang lebih baik pula dengan batu
baru dengan air.

2.2.WUDHU
2.2.1. Pengertian dan dasar hukum wudhu
Wudhu menurut bahasa yaitu kebersihan dan nadzofah,sedangkan wudhu
menurut istilah syar’i adalah ibadah khusus yang beberapa menghilangkan segala
bentuk najis dari anggota tubuh.beberapa ahli hukum islam mengidentifikasikan
wudhu dengan pengertian yang hampir serupa. Di antara mereka adalah kamil
musa yang menyebutkan bahwa wudhu adalah “sifat yang nyata atau suatu
perbuatan yang dilakukan dengan anggota badan yang dapat menghilangkan
hadast kecil yang ada hubungannya dengan sholat”.
Wudhu menurut wahbah zahaily adalah “memakai air yang suci pada
anggota badan yang empat(muka,dua tangan,kepala dan dua kaki).berdasarkan
sifat yang di tentukan oleh syara.sedangkan menurut sahman abidin bin moh
suyono wudhu adalah” membasuh sebagian anggota badan dengan syarat dan
rukun tertentu setiap akan melakukan ibadah terutama sholat dan ibadah lainya
yang mwajibkan wudhu.dengan wudhu kodisi badan akan mengandung hadast
kecil menjadi suci.dalam islam wudhu mempunyai kedudukan yang tinggi karena
merupakan syarat sah nya seseorang melakukan ibadah khususnya sholat.

2.2.2. Dasar Hukum Wudhu


Dalam hal ini dasar hukum wudhu terdiri dari alquran dan as sunah di
antara ayat alquran yang menyebutkan perintah wudhu. Sedangkan wudhu
menurut sunah banyak sekali di antaranya adalah hadist dari abbu hurairah
semoga ALLAH meridhoinya.
Inilah di antara beberapa dasar hukum tentang perlunya berwudhu adapun
ijma ulama telah sepakat bahwa wudhu adalah bagaian dari ibadah dalam islam
yang menjadi syarat dalam melaksanakan sholat.

2.2.3. Hukum Wudhu Menurut Pendapat Ulama


Wudhu menurut ulama tidak sebagian tidak hanya ketika akan
melaksanakan shalat,namun juga berlaku juga untuk ibadah ibadah lainnya seperti
thawaf,membaca alquran dan lainnya.
Menurut imam hanafi fardu apabila mau shalat,atau membaca alquran,
sedangkan menurut jumhur wudhu itu fardu apabila mau thawaf karena thawaf
sama dengan shalat bedanya hanya waktu thawaf boleh bicara tetapi hal ini di
bantah oleh hanafi thawaf tidak di tentukan dengan wudhu hanya wajib bayar dan
jika tidak punya wudhu.adapun menurut ba’ra berkata “mandu(dianjurkan)
memperbaharui wudhu (tajdidul wudhu)apabila:pertama melakukan tajdidul
wudhu ketika mau shalat kedua akan menyentuh buku buku agama ketiga ketika
akan datang ketika ketempat tidur atau mau tidur.keempat ketika mau melakukan
mandi junub kelima ketika sedang marah,keenam ketika akan membaca alquran
dan hadist,ketuju ketika adzan.
Pelaksanaan wudhu tidak selamanya mandub ia menjadi makruh ketika
dilakukan secara berlebihan hukum wudhu yang makruh seperti mengulangi
wudhu sebelum shalat dengan wudhu yang pertama.selain itu jika memperoleh air
tersebut dengan cara yang haram maka wudhunya tersbut juga haram
Hukum wudhu menurut imam malik adalah hukumnya wajib ketika mau
melakukan wudhu mau shalat,hukumnya sunah seperti wudhunya orang junub
ketika akan tidur,hukumnya mubah seperti wudhu untuk tujuan mendapatkan
kebersihan dan kesehatan,hukumnya terlarang ketika memperbaharui wudhu
sebelum wudhu yang pertama di pakai shalat.
Kemudian hadist yang terkait dengan niat yaitu “sesungguhnya segala
amal hendaklah dengan niat,sesungguhnya segala urusan tergantung niatnya ”.HR
BUKHARI DAN MUSLIM. Dari sini dapat disimpulkan bahwa niat dalam
wudhu adalah sebuah kewajiban karena tidak di terima suatu amal tanpa adanya
niat beribadah kepada ALLAH SWT,adapun melafazkan ataupun mengucapkan
niat itu sendiri dapat perbedaan yang lebih mendekati kebenaran adalah tidak
melafazkannya kalaupun melafazkannya hanya sebagai penguat niat yang ada di
dalam hati.

2.2.4. Syarat Dan Sunnah Wudhu


Sebagaimana ibadah lainya maka wudhu juga memiliki rukun dan syarat
dalam pelaksanaanya maksudnya adalah pelaksanaan wudhu tidak sah jika rukun
dan syaratnya tidak terpenuhi berikut adalah rukun dalam wudhu:
Islam mumayiz (Dewasa bisa membedakan antara yang baik dan yang
buruk).tidak punya hadast besar,dengan air yang suci dan mensucikan atau benda
lain yang suci,tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit.
Rukun tersebut menjadi keharusan dalam berwudhu sehingga jika salah
satu dari rukun tersebut tidak terpenuhi maka wudhunya tidak sah.misalnya
wudhu yang dilakukan oleh orang kafir maka wudhunya tidak sah.demikian juga
wudhu dengan air yang tidak suci maka wudhunya tidak sah dan batal.

2.2.5. Sunah Sunah Wudhu


Selain adanya rukun wudhu yang harus ada,didalam berwudhu kita juga di
perintahkan untuk melaksanakan sunah sunahnya.
1. Membaca basmalah sebelum wudhu hal ini sesuai dengan sabda nabi.
2. Membasuh kedua tangan sampai pergelangan tangan.
3. Bersuci (menggosok gigi) seperti yang di anjurkan oleh nabi.
4. Berkumur kumur tiga kali hal ini sesuai dengan yang telah di praktekan
oleh nabi.
5. Intinsaq yaitu memasukan air kehidung dan menyemburkannya.
6. Menyapu kepala atau sebagian dan tiga kali dalam membasuhnya.
7. Menyilang nyilang jenggot yang tebal.
8. Menyilang nyilang anak jari
9. Menyapu telinga sekalipun air bekas kepala sesuai dengan sabda nabi.
10. Mengusap telapak tangan ke anggota wudhu yang dikenai air.
11. Berturut turut tertib dalam pelaksanaan.
12. Niat sebagai mana sabda nabi “setiap amal tergantung kepada niat”.
13. Mendahulukan yang kanan serta kepala di bagian depan.
14. Menjaga percikan air tidak kembali kebadan.
15. Jangan bercakap cakap kecuali sedang hajat.
16. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap ke kiblat ketika selesai
wudhu.
17. Berdoa ketika selesai berwudhu.
2.2.6. Hal Yang Membatalkan Wudhu
Ada beberpa hal yang mengakibatkan wudhu seseorang itu bisa batal
terutama jika terjadi hal hal sebagai berikut:
1. ada yang keluar dari salah satu jalan(qubur atau dubur) baik yang biasa
maupun benda lain.
2. Hilang akal karena mabuk,gila atau tidur.
3. Bersentuhan kulit laki laki dengan perempuan jika telah dewasa hal ini
ikhtilaf ulama.
4. Menyentuh kemaluan atau dua jalan(qubur atau dubur)baik milik sendiri
atau orang lain.hal ini sesuai dengan sabda nabi “dari umi ubibah telah
berkata:mendengar dari rassulullah SAW bersabda: barang siapa yang
menyentuh farjinya maka berwudhulah”HR IBNU MAJAH.
5. Wanita yang melahirkan atau nifas dia hanya wajib berwudhu.
6. Keluar sesuatu dari dari dua pintu misalnya dari badan lain.

MANDI
1) PENGERTIAN DAN SEBAB YANG MEWAJIBKAN
MANDI
Mandi menurut bahasa adalah: perbuatan yang dilakukan manusia dengan cara
mengalirkan air keseluruh tubuhnya dan dalam bahasa arab di sebut al-ghusla.
Mandi menurut istilah adalah menggunakan atau mengalirkan air yang suci untuk
seluruh badan dengan yang telah di tentukan oleh syaraa.
Yang mewajibkan mandi jima atau besetubuh menghasilkan sperma atau tidak
masuknya sebagian atau seluruh dzakar baik pada qubur atau dubur,keluar mani
diluar persetubuhan baik disengaja atau tidak ada darah atau haid nifas meninggal
dunia kecuali mati syahid baik melahirkan sudah cukup umur kandungan atau
karena keguguran.
2) RUKUN DAN SUNAH MANDI
Niat dan mengalirkan air keseluruh tubuh.
Sunah mandi
 Membaca basmalah pada permulaan mandi sesuai hadist
 Membasuh kedua tangan farak qubur dubur.
 Berwudhu seperti orang yang mau shalat
 Menyiram dengan tangan ketempat tempat yang sulit di jangkau
 Menggosok gosok seluruh badan dengan tangan
 Mendahului yang kanan dari pada yang kiri
 Tertib
Mandi yang di sunahkan
 Mandi sebelum melakukan shalat jumat.
 Mandi untuk shalat dua hari raya (idul fitri dan idul adha)
 Mandinya orang gila apabila ia sembuh gilanya
 Mandi ketika akan melakukan ihram haji atau umrah,wukuf di arrofah
bermalam di muzdalifah dan thawaf hal ini sesuai dengan hadist dari zaid
bin tsabit sesungguhnya rasulullah SAW membuka pakaian.beliau ketika
hendak ihram dan beliau mandi.HR TRAMIZI
 Mandi sehabis memandikan mayat.
 Mandinya seorang non muslim ketika masuk islam.
 Mandinya wanita yang istihihadhah.
3. TAYAMUM
1. PENGERTIAN TAYAMUM
Tayamum menurut bahasa adalah menyengaja atau mengusap sedangkan menurut
istilah ‘menyengaja”menggunakan tanah untuk mengusap muka dan kedua tangan
sampai kesiku dengan syarat syarat tertentu.tayamum adalah pengganti wudhu
dan mandi,ini merupakan rukhsah (kemudahan)dari ALLAH SWT untuk umatnya
hal ini bisa dilakukan apabila memenuhi syarat ketentuannya.
2. SEBAB SEBAB YANG MEMBOLEHKAN
TAYAMUM
Jika tidak ada air,tidak ada kemampuan untuk memakai air karena sakit atau di
penjara dan sebagainya. Membutuhkan air untuk seperti memasak minum dan
sebagainya. Takut kehilangan harta jika keluar untuk mencari air. Keadaan sangat
dingin. Tidak adanya air dan khawatir kehabisan waktu shalat untuk mencarinya.
3. Syarat syarat dan rukun tayamum
Dilakukan jika mudah masuk waktu shalat.sudah di usahakan mencari air tapi
tidak dapat.sedangkan waktu shalat sudah masuk,dengan tanah yang suci dan
berdebu,menurut syafi’i harus tanah,sedangkan ulama lain boleh dengan
pasir,batu dan sebagainya.harus menghilangkan najis sebelumnya.
4. RUKUN TAYAMUM
Niat ketika menyapu muka dalam hal ini ulama berbeda pendapat ada yang
menyatakan wajib dan ada yang menyatakan (hanafi dan hambali).menyapu muka
dan kedua tangan sesuai dengan menertibkan rukun atau fardhu. Berturut turut
dan tanahnya suci.
5. KAIFIYAH TAYAMUM DAN SUNAHNYA
Tatacara melakukan tayamum adalah memukulkan atau mengusap tangan ketanah
yang sudah di persiapkan untuk tayamum dua kali.yaitu satu pukulan untuk muka
dan satu pukulan untuk tangan
6. SUNAH SUNAH TAYAMUM
Membaca basmalah. Mengembuskan tanah dan dua telapak tangan supaya tipis.
Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum seperti sudah wudhu.
Meregakan anak jari supaya tanah masuk kesela selanya.tertib berturut turut.
7. HAL HAL YANG MEMBATALKAN TAYAMUM
Semua yang membatalkan wudhu dan mandi. Hilangnya kesulitan yang
membolehkan tayamum seperti sakit. Dingin dan sebagainya. Melihat air atau
sanggup memakai air yang cukup untuk tayamum habis waktu menutur hambali
tayamum batal dengan habis waktu shalat karena tayamum untuk shalat.
4. HAIDH DAN ISTIHADAH
1) JENIS DARAH DAN HAL YANG DILARANG KARENA HAIDH
Darah haidh ada tiga,masa keluar kolil,ghoib dan aksar(banyak). Darah nifas
(yang keluar setelah melahirkan)kolil ghoib dan aksar.darah penyakit(darah yang
keluar dari rahim wanita karena sakit).
2) Hal yang dilarang karena haidh dan berhadas kecil
Mengerjakan shalat baik fardhu maupun sunah.dilarang untuk tawaf baik yang
fardhu maupun yang sunat.adapun yang menjadi dasar dari kedua hal tersebut
diatas yaitu sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam bukhari muslim “
ALLAH tidak akan menerima shalat seseorang apabila berhadast sehingga ia
berwudhu. Menyentuh,membawa,mengangkat alquran”.
3) HAL HAL YANG DILARANG KARENA JUNUB,HAIDH DAN
NIFAS
Shalat fardhu maupun shalat sunat.tawaf fardhu maupun sunah,menyentuh
maupun membawa dan mengangkat mushaf alquran.membaca alquran.maka
seseorang perempuan yang haidh dilarang untuk menyentuh mushaf
alquran.walapun demikian sebagian ulama mazhab memperbolehkan secara
khusus.
4) HAL HAL YANG DILARANG KARENA HAIDH ATAUPUN
NIFAS
Mengajarkan shalat,menyentuh atau membaca alquran.diam didalam mesjid.puasa
fardhu sunah.haram menceraikan istri sedang haidh atapun nifas.suami istri haram
besetubuh.
Hal hal yang harus di hindari suami ketika istrinya sedang haidh dalam hal ini
ulama berbeda pendapat yaitu:
Semua badan istri harus di hindari,karena dalam ayat berlaku umum harus di
jauhi.hanya tempat keluar darah itulah,karena ayat tersebut hanya berbicara
tentang darah yang harus di hindari dari bagian pusat dan lurut karena
dikhwatirkan tidak sabar.
5) MENGGAULI WANITA SETELAH HAIDH
Harus sudah mandi
Boleh walaupun sebelum mandi asal sudah selesai haidh dan nifasnya.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
“Thaharah adalah mengerjakan sesuatu, yang mana ibadah shalat tidak akan sah
tanpa melaksanakan hal tersebut”. alat untuk bersesuci titu sendiri ada beberapa
macam diantaranya yaitu air, debu, batu, disamak. Melalui macam-macam alat
bersesuci itu sendiri maka telah dijelaskan oleh ulama bahwasanya alat bersesuci
air itu sendiri terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu air thahhir muthahhir (air
mutlak), air thahhir ghairu muthahhir, dan air mutanajjis. Namun di dalam kitab
lain di jelaskan pula bahwa air itu terbagi menjadi empat bagian yaitu air thahhir
muthahhir, air thahhir ghairu muthahhir, air mutanajjis, dan air musyammas.
Wudu’ merupakan bagian dari pada thaharah. Dalam wudu’ ini memiliki beberapa
rukun diantara rukun-rukun berwudu’ yaitu :
1. Niat wudu’.
Yaitu berniat menunaikan kefarduan wudu’, menghilangkan hadas bagi orang
yang selalu hadas, niat thaharah dari hadas atau thaharah untuk menunaikan
semacam ibadah shalat.
2. Membasuh kulit muka.
Batasan bujur muka yaitu antara tempat-tempat tumbuh rambut kepala yang wajar
sampai bawah pertemuan dua rahang. Sedangkan batas lintang muka sendiri yaitu
antara dua telinga.
3. Membasuh dua tangan.
Yaitu dari telapak tangan sampai siku.
4. Mengusap sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki.
6. Tertib.
Yaitu sebagaimana yang disebuykan di atas, yaitu mendahulukan basuhan muka,
kedua tangan, kepala, lalu kedua kaki.
Tayamum yaitu mengusap wajah dan kedua tangan dengan debu yang suci atas
bagian yang ditentukan sebagai pengganti dari wudu’.
rukun-rukun tayamum yaitu :
1. Berniat memperoleh kewenangan shalat fardu, secara bersamaan memindahkan
debu ke muka.mengusap wajah.
2. Mengusap wajah dengan debu.
3. Mengusap kedua tangan.
4. Tertib.
Mandi merupakan bagian dari pada thaharah.
Diantara sebab-sebab diwajibkannya mandi yaitu
: haidh, nifas, wiladah(melahirkan), meninggal dunia, bersetebuh dengan catatan
sampai bertemunya duakhitan, dan junub.
Sedangkan rukun-rukunnya mandi yaitu :
1. Niat
2. Menyampaikan air keseluruh bagian tubuh.
B. SARAN
Setelah penulis mencoba sedikit menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
thaharah maka dengan itu penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini
para pembaca yang budiman selalu diberikan hidayah oleh Allah SWT. Karena
pada dasarnya hidayah tidak akan pernah diberikan oleh Allah SWT. Kepada
hambnya jika hambanya tidak mau memiliki sifat kesadaran. Melalui kesadaran
itulah seseorang akan diberikan hidayah oleh Allah SWT.
Semoga para pembaca juga sadar akan pentingnya thaharah. Sehingga jika umat
islam sudah sadar akan pentingnya thaharah sudah barang tentu mereka semua
akan hidup sehat. Serta tidak asal-asalan dalam thaharah. Karena jika penulis lihat
di zaman ini masih banyak orang yang berwudu’ namun masih belum benar cara
mereka mengerjakannya. Masih ada yang berwudu’ seperti capung mandi. Dalam
artian dalam berwudu’ mereka asal bagian anggota wudu’nya terkena air saja
tanpa memperhatikan apakah wudu’nya sudah sah atau belum menurut kaca mata
islam.

Anda mungkin juga menyukai