Anda di halaman 1dari 10

AKHLAK KEPADA RASULULLAH

Makalah Ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Agama Blok I

Tahun 2013

Tegar Rizky Nur Maulidha

20130320020

SEMESTER I

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul AKHLAK KEPADA RASULULLAH. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas agama tahun 2013 PSIK Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Keberhasilan dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Bu Miratun Nisa M.S.I , selaku dosen mata kuliah agama Islam.
2. Ayah dan Ibu, yang telah menjadi inspirasi penulis dan selalu memberi yang terbaik
bagi penulis.
3. Teman-teman kelas PSIK 2013, yang memberikan keceriaan bagi penulis
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa mengharapakan kritik dan saran yang membangun. Selain itu, penulis
berharap semoga makalah ini dapat memberikan sedikit kontribusi bagi pembaca, baik bagi
siswa pada khususnya maupun masyarakat pada umumnya.

Yogyakarta, Oktober 2013


Penulis

Tegar Rizky N. M

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak
mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
Jadi akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan
menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara
spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari
kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal
pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan
yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
Jika orientasi hidup manusia semakin tidak memperdulikan kepentingan orang lain,
maka materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainy tetapi akhirnya timbul persaingan
hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan lagi agama untuk
mengendalikan segala perbuatannya, karena dianggapnya tidak dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan hidupnya.
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya,
namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya,
sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-
Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita
wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para
sahabat telah melakukannya.
Pada dasarnya, utusan Tuhan (rasulullah) adalah manusia biasa yang tidak berbeda
dengan manusia lain. Namun demikian, terkait dengan status rasul yang disandangkan
Tuhan ke atas dirinya, terdapat ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang
tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.

PEMBAHASAN
B. IMAN KEPADA RASULULLAH
Rasul itu ialah seorang laki-laki merdeka yang diberikan wahyu oleh Allah tentang
agama dan mendapat perintah supaya menyiarkannya(tabligh) kepada semua
makhluk(terutama manusia dan jin). Kalau tidak mendapat perintah bertabligh,maka dia
disebut nabi saja.
Jelasnya, seorang Rasul itu diwajibkan bertabligh untuk menyampaikan syariat
agama kepada masyarakat, sedangkan seorang Nabi tidak ditugaskan demikian. Seorang
nabi hanya diwajibkan memberitahukan kepada masyarakat bahwa dirinya itu nabi dan
memberi penerangan tentang syariat seorang Rasul, terutama mengenai perkara gaib.
Tujuan pokok dari kebangkitannya para Rasul itu ialah untuk mengajak ummatnya
agar beribadah kepada Allah serta menegakkan agama-nya.
Firman Allah SAW;
Tidaklah kami mengutus seorang rasul yang sebelum kamu (Muhammad), melainkan kami
memberi wahyu kepadanya, yaitu tiada Tuhan melainkan aku sendiri, sembahlah olehmu
akan Aku. (Al-Ambiya, 21;25)
Kehadiran para Rasul adalah untuk membimbing umat manusia supaya berada
dalam jalan yang benar yang dikehendaki Allah dan Rasulnya, memiliki akhlak mulia dan
sopan santun yang mempertinggi jiwa. Rasul juga berupaya menetapkan hukum-hukum
dan segala peraturan yang harus diikuti oleh manusia selama hidupnya.
Dengan demikian arti beriman kepada nabi dan rasul adalah tidak cukup hanya
dengan pengakuan hati dan lisan saja, tetapi harus disertai dengan kesediaan melaksanakan
seruannya dalam kenyataan hidup sehari-hari, sehingga manfaatnya lebih terasa lagi.

C. BAGAIMANA AKHLAK RASULULLAH?


Beliau adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat dermawan,
paling dermawan di antara manusia. Pada bulan Ramadhan, beliau lebih dermawan lagi,
lebih kencang memberi dibanding angin yang berhembus.
Jika memilih urusan, beliau pilih yang paling mudah selama tidak melanggar
syariat Allah. Beliau sangat menghindar dari dosa. Jika diri beliau dizalimi, beliau sangat
sabar. Namun, jika hak Allah yang dilanggar, beliau sangat murka.
Sangat pemalu melebihi gadis pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu,
langsung terlihat pada raut wajahnya. Beliau tidak pernah mencela makanan sama sekali.
Jika beliau suka maka dimakanlah makanan itu. Jika tidak suka, maka beliau tinggalkan
tanpa mencelanya.
(Sumber: HR. Al-Bukhari, no. 3549, 35554, 3560, 3562, dan 3563)
Bicaranya sangat fasih dan jelas. Beliau menguasai logat-logat bangsa Arab.
Mampu berbicara pada tiap suku bangsa Arab dengan logat masing-masing suku.
Jika dimintai sesuatu, beliau tidak pernah menjawab, Tidak.
Beliau sangat pemberani. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang jika
bertemu beliau, mereka lari. Ali bin Abi Thalib berkata, Jika kami sedang ketakutan dan
dikeppung bahaya, kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tak
satu pun yang jaraknya lebih dekat kepada musuh selain beliau.
Beliau sangat jujur dan amanah. Sebelum diutus menjadi nabi dan rasul, beliau
dijuluki Al-Amin. Al-Amin artinya yang terpercaya. Bahkan, musuh pun mengakui
kejujuran dan amanahnya. Abu Jahal pernah berkata, Kami tidak mendustakan dirimu,
tetapi kami mendustakan ajaranmu.
Beliau sangat tawadhu` dan jauh dari sifat sombong. Jika beliau datang ke suatu
majelis, beliau tidak mau disambut seperti raja. Biasanya, jika seorang raja datang, orang-
orang berdiri untuk menyambutnya. Namun Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam tidak
ingin disambut seperti raja. Mari kita lihat, betapa rendah hatinya beliau.
Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang miskin,
memenuhi undangan hamba sahaya, dan duduk-duduk bersama sahabatnya.
Beliau sangat suka memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling
penyayang, dan lembut terhadap orang lain, suka memaafkan, dan lapang dada. Terhadap
pembantu, beliau tidak pernah membentak atau menyalahkan pekerjaan pembantunya yang
tidak beres. Terhadap orang miskin, beliau cinta dan suka duduk-duduk bersama. Beliau
menghadiri (pemakaman, ed) jenazah orang-orang miskin, dan tidak mencela orang miskin
karena kemiskinannya.
Beliau senantiasa gembira, lebih banyak diam. Tawa beliau adalah dengan senyuman.
Jika bicara tidak terlalu pelan dan tidak terlalu keras suaranya. Bicaranya jelas, bahasanya
fasih dan mudah dimengerti.

D. CARA BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH


Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan
beriman kepada rasul, ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita
nyatakan sebagaimana hadist nabi saw; aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam
sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul.
Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul
itu sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan
menerima segala ajaran yang disampaikannya.
Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi
orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting
dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang
mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat
dalam firman Allah:




Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu
Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-
orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah SWT
akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari
Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman:

Artinya: Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah SAW diutus memang untuk
ditaati, Allah SWT berfirman:


Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan
izin Allah (QS 4:64).
2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul
adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa
urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam
firman Allah yang artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-
saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-
Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
Mencintai ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad SAW, bersabda:
.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai
olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya.
(H.R. Bukhari Muslim).
3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai
tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah,
shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti doa, istighfar dan rahmah. Kalau
Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat
kepada Nabi, Firman Allah SWT,
4. Mencontoh akhlak Rasulullah.
Jika Rasulullah bersikap kasih saying keras dalam memperthankan prinsip,
dan seterusnya maka manusia juga harus demikian. Allah berfirman yang artinya:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,
kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS
al-Fath 29).
5. Melanjutkan Misi Rasulullah.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam.
Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah
wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian,
menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan
sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita
melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani
Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja,
maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad,
Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang
yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.
6. Menghormati Pewaris Rasul
Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan yang
orang-orang yang tidak suka padanya. Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga
berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten
dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt
dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw:
Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui
kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah
mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
7. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi
yang beliau wariskan adalah Al-Quran dan sunnah, karena itu kaum muslimin
yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Quran dan
sunnah (hadits) agar tidak sesat.

PENUTUP
E. KESIMPULAN
Akhlak adalah budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang
berakhlak mulia akan selalu manis dilihat orang-orang di sekitar.
Rasulullah adalah Uswatun Hasanah bagi kita semua umat Islam, dari beliau
kita mendapat anugerah yang begitu besar. Bukan hanya Rasulullah Saw, tetapi Rasul-
Rasul yang diutus Allah pun selain Nabi Muhammad Saw juga mempunyai akhlak
yang begitu mulia pula.
Akhlak terhadap Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat penting bagi
kehidupan kita, karena akhlak beliau yang begitu sempurna kita juga harus
memperlakukan beliau dengan begitu sempurna juga, dilihat dari cerita pada zaman
sahabat-sahabat beliau yang begitu mengagungkan beliau dan begitu hormatnya.
Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW
2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah
3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
4. Mencontoh akhlak Rasulullah.
5. Melanjutkan Misi Rasulullah.
6. Menghormati Pewaris Rasul
7. Menghidupkan Sunnah Rasul

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran.
Bakar, Abu Jabir al-Jazairy, Pedoman dan program Hidup Muslim, CV Toha Putra,
Semarang, 1984.
Ali, Dr. Said bin Wahf al-Qahthani, Pesan-pesan Rasulullah Menjelang Wafat, Darul Haq,
Jakarta, 2010.
http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani-ketua-lppd-khairu
ummah-akhlak-kepada-rasul.
http://inueds.blogspot.com/2013/02/berakhlak-kepada-allah-rasulullah-dan.html
http://www.eramuslim.com/peradaban/pemikiran-islam/drs-h-ahmad-yani-ketua-lppd-
khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul.htm
http://bangaziem.wordpress.com/2010/02/25/akhlak-thd-rasulullah

Anda mungkin juga menyukai