POLITIK DI INDONESIA
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Studi Islam II
Disusun Oleh :
NIMAS CAHYA SUKMA UTARI 11161020000024
ROBIAH AL ADAWIYAH 11161020000060
SALSABILA SADYA 11161020000062
IDZNI IZZATI 11161020000067
SINOPSIS
Islam masuk ke Indonesia bercorak sufistik. Corak sufisme dari Islam
nampaknya mudah akrab dengan lingkungan Jawa. Agama Islam yang semula
dikembangkan oleh kaum pedagang di pantai utara mau tidak mau memasuki ruang
lingkup pedalaman yang agraris tempat unsur keramat (karamah) dan berkat
(barakat) sangatlah penting untuk melanggengkan kehidupan. Kebudayaan (jawa)
sebagai embrio nasionalisme bukan hanya reaksi terhadap kebudayaan Barat
(Belanda), tetapi dikonfrontasikan dengan Islam. Kuatnya desakan arus
nasionalisme Islam dan nasionalisme kebudayaan menuntut penyelesaian tegas.
Gerakan pembaharuan muncul akibat persentuhan yang sangat intensif antara Islam
dan peradaban Barat pada abad XIX yang berawal dari Mesir. Dengan demikian
maka kita dapat memahami mengapa gerakan pembaharuan di Indonesia
mempunyai dampak yang luas, yaitu bagaimana ia menghadap dengan penjajahan
Belanda, dan dengan kelompok tradisional (NU), serta dengan kaum nasionalis.
Organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh
Kyai Haji Ahmad Dahlan yang tidak pernah menempuh pendidikan modern.
Begitu muncul Muhammadiyah segera melakukan program pembaharuannya
(pemurnian) agama islam. Jainuri meneglompokkan itu dalam tiga bidang, yaitu
keagamaan, kemasyarakatan dan pendidikan. Gerakan Muhammadiyah berupaya
mengembalikan kemurnian agama islam berlandasan Quran dan Hadis.
1
kelahiran perkumpulan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan (jamiyah
diniyah). Melalui basis pesantrennya, aspirasi bangsa dapat disampaikan kepada
masyarakat pedesaan yang merupakan lapisan terbesar dalam masyarakat Indonesia
yang gagal dilakukan oleh kaum pembaruan (yang lebih memusatkan kegiatannya
di kota-kota).
2
kekuatan baru dalam bidang politik dan juga mendapat dukungan ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia). Persaingan ini yang menggoyahkan NU dan partai
politik lainnya.
Pada tanggal 1 Mei 1982 diadakan pertemuan para ulama yang menentukan
masa depan NU di Surabaya. Dalam pertemuan ini, diadakan musyawarah nasional
(munas) yang diusulkan oleh para ulama. Munas ini akan menjadi dasar bagi
Muktamar NU ke XXVII. Sementara itu, asas Pancasila sebagai isu nasional harus
pula mendapat tanggapan NU. Karena sudah ada banyak pertentangan di dalam NU
sendiri, maka masa depan NU tidak lagi ditentukan oleh dirinya sendiri tetapi juga
ditentukan oleh pemerintah dan bagaimana NU menanggapi asas Pancasila sebagai
isu nasional
3
Syamsul Arifin menemui Presiden sebelum Munas. Pada pertemuan tersebut, K.H.
As’Ad Arifin menyatakan bahwa sebagian besar ulama dan umat Muslim di
Indonesia dalam menerima Pancasila hukumnya adalah wajib. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa, Munas ini menerima asas pancasila setelah dipikirkan oleh NU
secara matang-matang.
4
2. Terdapat kesimpulan diakhir buku yang memudahkan penbaca untuk
mengambil kesimpulan dalam buku ini.