Anda di halaman 1dari 6

Strategi Mengatasi Konflik di Pesantren Sulaimaniyah Surabaya

Oleh:
Mochamad Agus Fathoni B04217024
M. Ari Syaifuddin B94217053
Ismah Maulidah B94217100
Insyiatul Fadhilah B94217099
Yunita Rahmi F B94217077

PRODI MANAJEMEN DAKWAH UIN SUNAN AMPEL SURABAYA


ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh strategi manajemen konflik di pesantren
Sulaimaniyah. konflik dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja dengan tidak mengenal status,
pendapatan dan kedudukan. Seseorang yang tidak mampu mengelola konflik akan menjadi
bumerang bagi kinerja dirinya sendiri dan akhirnya berdampak pula bagi kinerja perusahaan.
Dengan demikian dibutuhkan strategi mengatasi konflik sebagai salah satu upaya untuk
menciptakan kinerja baik untuk kinerja individu asatidz, santri maupun kinerja team. Hal ini
menjelaskan bahwa strategi manajemen konflik dapat memberikan kontribusi pada kinerja
lembaga pesantren, kemampuan karyawan dalam mengakomodir ide dari rekan kerja,
kemampuan menghindari perbedaan pendapat dengan menjaga perasaan dan menjaga hubungan
komunikasi, dan melakukan kolaborasi tentang metode pelajaran.
Kunci: strategi mengatasi konflik, Pesantrem

A. Latar Belakang Sejarah pendidikan di Indonesia


Pesantren adalah sebuah sistem mencatat bahwa pondok pesantren
pendidikan Islam yang unik dan khas di adalah bentuk lembaga pendidikan
Indonesia, pesantren adalah wacana pribumi tertua di Indonesia. Ada dua
yang selalu hidup dan dinamis dimana pendapat yang mengemukakan asal usul
mengkaji dan memperbincangkannya pondok pesantren. Pendapat pertama
terasa akan selalu menarik, segar dan mengemukakan bahwa berdirinya
aktual. Sebab, pesantren yang hanya pondok pesantren ada karena tradisi
dianggap model pendidikan agama Islam Islam sendiri. Pendapat kedua
tradisional, tertinggal, kurang tertata, mengatakan bahwa sistem model
kumuh dan sebagainya tidak selamanya pendidikan pondok pesantren adalah asli
anggapan itu benar. kebudayaan bangsa Indonesia.1 Oleh

1
M. Darwan Raharjo, Pergulatan Dunia
Pesantren Membangun Dari Bawah,
(Jakarta:LP3M, 1985), hal. 268
karena keunikan tersebut itu pesantren di pesantren jika pesantren sudah
sangat prospek untuk dikaji. memiliki prinsip sedimikian rupa.
Sejauh ini, pesantren merupakan Akan tetapi tidak dapat dipungkiri,
sebagai samudra untuk menimba ilmu konflik dapat diibaratkan “Pedang
agama. Dalam struktur terdapat Santri bermata dua”. Disatu sisi dapat
atau murid yang mencurahkan tenaga bermanfaat jika digunakan untuk
dan pikirannya untuk belajar membentuk melakukan suatu pekerjaan, di sisi lain
karakter, sementara seorang kyai atau dapat merugikan dan mendatangkan
Asatidz menyerahkan diri dan jiwa malapetaka jika digunakan untuk
mereka dengan tulus untuk memberikan bertikai dan berkelahi. Konflik adalah
pengajaran dan teladan hidup (Hairus suatu pertentangan yang terjadi antara
salim dalam Hamdan Farchan apa yang diharapkan oleh seseorang
Syariffuddin, 2004.) menurut mayoritas terhadap dirinya, orang lain, organisasi
kelompok santri, pesantren selalu dengan kenyataan apa yang diharapkan.
mengedepankan kebudayaan Ta’dzim Namun dinamika sosial pesantren
kepada seorang Kiai maupun Ustad apapun konflik yang terjadi di suatu
lebih-lebih sudah ada bingkai normatif pesantren selalu bisa diselesaikan baik
dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim yaitu oleh kharismah seorang kyai maupun
kitab klasik yang mengajarkan sopan ustadz. Dengan kata lain ketika seorang
santun, tata krama murid dan guru dan Kyai maupun Asatidz dawuh atau dalam
andap ashor. Dan juga pesantren yang skala yang lebih besar memberikan
dalam tradisinya mengembangkan tawsiyah pada semua pihak, maka
prinsip-prinsip tawasuth(Moderat), semuah urusan pun langsung selesai.
Tawazun (menjaga keseimbangan), Dari uraian latar belakang tersebut
Tasamuh (toleransi), I’tidal(keadilan), peneliti merasa tertarik untuk meneliti
dan Tasyawur (musyawarah) seperti Pondok pesantren. Yaitu meneliti
yang tertuang di Ushul Al Khamsah. Pesantren Sulaimaniyah cabang
Namun bagi orang yang mengenal Surabaya. Karena pondok pesantren ini
akrab tradisi pesantren atau yang selama dikenal memiliki manajemen yang bagus
hidup terbiasa hidup di lingkungan dan baik. Namun peneliti lebih
pesantren, serta yang pernah menjadi memfokuskan pada bagaimana strategi
santri atau memang terlahir dan besar di mengatasi konflik di pesantren
keluarga pesantren, maka, akan sangat Sulaimaniyah.
terkejut, ketika ada yang menguak
terjadinya suatu pertengkaran, konflik, A. LANDASAN TEORI
permasalahan bahkan sampai menjadi Konflik merupakan sesuatu yang
resolusi konflik di dalam lembaga tidak dapat dihindarkan dalam
pendidikan tersebut, karena sangat kehidupan. Dalam interaksi dan
mustahil jika benih benih konflik terjadi interelasi sosial antar individu atau antar
kelompok, konflik sebenarnya
merupakan hal alamiah. Bahkan Saringlah penyelesaian yang tidak dapat
sepanjang kehidupan, manusia diterapkan atau tidak praktis. Jangan
senantiasa dihadapkan dan bergelut sekali-kali menyelesaikan dengan cara
dengan konflik. Dahulu konflik yang tidak terlalu baik. Carilah yang
dianggap sebagai gejala atau fenomena terbaik.
yang tidak wajar dan berakibat negatif, d. Pelaksanaan
tetapi sekarang konflik dianggap sebagai Ingatlah bahwa akan selalu ada
gejala yang wajar yang dapat berakibat keuntungan dan kerugian. Hati-hati,
negatif maupun positif tergantung jangan biarkan pertimbangan ini terlalu
bagaimana cara mengelolanya. mempengaruhi pilihan dan arah
Demikian halnya dengan kehidupan kelompok.
organisasi. “Suatu organisasi hampir e. Evaluasi
dapat dipastikan akan menghadapi Penyelesaian itu sendiri dapat
konflik, baik bersifat eksternal maupun melahirkan serangkaian masalah baru.
internal, dan dapat bersifat positif Jika penyelesaiannya tampak tidak
maupun negatif” (Wibowo, 2012:47). berhasil, kembalilah ke langkah-langkah
Terdapat lima langkah meraih sebelumnya dan cobalah lagi.
kedamaian dalam konflik. Apa pun
sumber masalahnya, lima langkah B. METODE PENELITIAN
berikut ini bersifat mendasar dalam Jenis penelitian ini termasuk
mengatasi kesulitan. penelitian Kualitatif. Penelitian
a. Pengenalan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang
Kesenjangan antara keadaan yang ada menghasilkan data deskriptif berupa
diidentifikasi dan bagaimana keadaan kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
yang seharusnya. Satu-satunya yang perilaku yang dapat diamatai (Moleong
menjadi perangkap adalah kesalahan 2010: 4). Penelitian ini dilakukan di
dalam mendeteksi (tidak mempedulikan Pesantren Sulaimaniyah dengan
masalah atau menganggap ada masalah narasumber Manajemen UICCI
padahal sebenarnya tidak ada). Pesantren Sulaimaniyah Cabang
b. Diagnosis Surabaya. Penelitian ini dilakukan
Inilah langkah yang terpenting. Metode selama satu minggu.
yang benar dan telah diuji mengenai Data dalam penelitian ini
siapa, apa, mengapa, dimana, dan dikumpulkan peneliti yang berfungsi
bagaimana berhasil dengan sempurna. sebagai pelaku sekaligus instrumen.
Pusatkan perhatian pada masalah utama Metode pengumpulan data ini dengan
dan bukan pada hal-hal sepele.
c. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan
keluar yang memungkinkan dari orang-
orang yang terlibat di dalamnya.
cara melakukan observasi, wawancara2 dalam jangka waktu dua tahun.
dan dokumentasi. Kemudian 3.Program Diniyah, diniyah
membutuhkan juga data sekunder yang disulaimaniyah surabaya ada empat
menjelaskan Data primer seperti buku- kelas yang :
buku, jurnal dan berbagai referensi a) pertama ibtiaiyah,
lainnya yang sesuai dengan penelitian. b) izhari,
Selanjutnya, untuk menganalisis data c) tikamul alte,
dalam penelitian ini, maka akan d) tekamul.
menggunakan analisis deskriptif, yaitu Jadi Setelah hafidznya selesai, baru
metode yang digunakan untuk ibtidaiyah diajarkan di Indonesia, mulai
menganalisa data dengan cara dari ilmu nahwu shorof, bahasa arab,
mendeskripsikan atau menggambarkan sirot nabawiyah, taklim dan bahasa turky
data yang terkumpul sebagaimana karena persiapan berangkat ke turky.
adanya.3 Dalam pesantren sulaimaniah terdapat
tujuh komisi yaitu:
C. HASIL DAN PEMBAHASAN a) Komisi da’i
Strategi mengatasi konflik erat b) Komisi pensisikan
kaitannya dengan cara, alat untuk c) Komisi sibyan (tpa)
mengatasi konflik. Awal mula berdirinya d) Komisi pembanggunan
madrasah. Madrasah hanya memiliki e) Komisi irsyat
santrinya sebanyak empat orang. f) Komisi humas
Pesantren Sulaimaniyah dibuka di g) Komisi dapur
Surabaya pada tahun 2013 kemudin pada Dibalik mewah dan modernnya
tahun 2015 baru membuka cabang lain pesantren, lembaga ini masih memiliki
salah satunya di kota Lumajang. kendala. Kendalanya dari faktor internal
Pesantren memiliki program yang yaitu dari biaya operasional, karena
bersifat umum yaitu ada tiga: biaya operasional pesantren
1. program anak sekolah( di sulaimaniyah berasal dari infak
indonesia sudah tidak ada) yaitu mondok shodaqoh, jadi dalam struktur
di sulaimaniyah tapi sekolahnya diluar kepengurusan sulaimaniyah ada komisi-
itu dilaksanakan setelah sholat shubuh komisi yang bertugas keluar ke toko-
dan setelah sholat maghrib. toko atau masyarakat untuk menawarkan
2.program tahfidz karena di asia apakah ingin menjadi donatur tetap atau
pasifik menyaratkan sebelum berangkat ada yang disumbangkan mulai dari
ke turky harus hafal Al- Quran dulu, sayur-sayuran, ikan untuk makan santri
program tahfidz maksimal ditempuh sulaimaniah. Bahkan ada yang menjadi

2
Wawancara mendalam adalah suatu cara Saifuddun Azwar, Metode Penelitian Kualitatif,
mengumpulkan data atau informasi dengan cara (Yogyakarta: PustakaPelajar, 1998), hal. 91.
3
langsung bertatap muka dengan informan agar Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian,
mendapatkan data lengkap dan mendalam,lihat (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), hal. 14.
donatur tetap setiap bulan mulai dari Kemudian dipesantren sulaimaniyah
sebesar 20 ribu rupiah sampai 25 juta juga melarang keras dalam hal merokok,
rupiah. baik itu dirumah, liburan dan ada bukti
Pimpinan sulaimaniyah dari turky yang valid misalnya foto atau postingan
mengatakan, “bahwa seandainya pintu sosmed, maka langsung dikeluarkan.
kita dari emaspun kita akan tetap Bagi santri yang ketahuan membawa
keliling untuk mengampil infak, handphone biasanya dijual untuk makan
shodakoh atau mengigatkan mereka bareng di pesantren. Karena
untuk menyisihkan hartanya kepada peraturannya sudah tertulis diatas
anak-anak yang membutuhkan, materai. Didalam pesantren pasti tidak
seandainya kursi kursi kita dari emaspun sedikit santri yang bandel, untuk
kita akan tetap keliling”. Karena menangani anak anak yang bandel,
pesantren sulaimaniah ini bisa dikatakan males, atau melanggar aturan itu ada
mewah sehingga banyak orang yang komisi-komisi yang menangani dari
mencibir pesantren mewah kok masih pihak abi-abi (pangilan ustadz
minta-minta, jawaban pengasuh kita dipesantren sulaimaniah) dalam
“sesungguhnya yang layak mendaptkan pesantren sulaimaniah kalau ada
seperti ini (fasilitas mewah) adalah masalah itu ada sudah ada tugasnya
anak-anak ini(pesantren), Kenapa masing-masing misalnya masalah
sesuatu yang mewah hanya bisa keuangan berarti yang menangani
didapatkan orang-orang kaya saja. masalah itu adalah komisi keuangan,
Sesungguhnya orang yang mulya adalah kemudian kalau ada fasilitas yang rusak
orang yang belajar Al Quran dan maka ada komisi isy’ad atau komisi
Memuliakan Al Quran”. pembangunan yang langsung menangani
Untuk masalah pada santri pasti ada dan seperti itu terus. Sehingga masalah
karena setiap manusia tidak ada yang itu mengerucut dan cepat selesai karena
sempurna, salah satu masalah yang ditangani oleh ahlinya masing-masing.
sering terjadi adalah metode belajar, Di pesantren sulaimaniah setiap hari
karena setiap individu memiliki metode diadakan rapat kecil-kecilan setelah
belajar yang berbeda-beda apalagi ini sholat dzuhur untuk melakukan evaluasi,
pesantren tahfidz. sehingga kegiatan dari pagi sampek
Yang kedua adalah hal yang paling dhuhur dan dhuhur sampek pagi
utama adalah larangan membawa besoknya itu dikontrol dan langsung
handphone, jika ada santri yang dievaluasi setiap selesai solat dhuhur,
melangar aturan membawa hp, maka sehingga jika ada masalah atau konflik
konsekusnsinya langsung didatangkan bisa langsung diselesaikan pada hari itu
orang tuanya dan disuruh pulang dari juga. Jadi Breffing dilakukan setiap
pesantren (dikeluarkan). Sehingga ada hari. Setiap minggu juga ada yaiturapat
komisi-komisi yang bertugas muntuk mingguan untuk membahas keseluruhan
mengontrol para santri diwaktu malam. secara umum, sedang kan kalau rapat
harian biasanya membahas yang terjadi Ketidakjelasan Peran Terhadap
pada saat itu juga seperti pelajaran, Kinerja Auditor, 5 (2), 139-155
kebersihan, jamaah santri dan lain
Lumintang, Juliana. 2015. Dinamika
sebagainnya. Konflik Dalam Organisasi, 4 (2) 1-9

D. Kesimpulan Muspawi, Muhammad. 2014,


1. Dengan diterapkan beberapa strategi Manajemen Konflik (Upaya
konflik dalam setiap berbagai Penyelesaian Konflik Dalam
masalah di pesantren Sulaimaniyah Organisasi), 16 (2), 41-46
dapat menyelesaikan masalah yang
ada di pesantren tersebut.
2. Evaluasi masalah yang terjadi di
Pesantren Sulaimniyah dapat
terselesaikan dan dapat sebagai
pembelajaran taktis jika masalah yang
sama muncul dalam pesantren
tersebut.
E. Daftar Pustaka
Stephen P Robbins, 1990, Teori
Organisasi: Struktur, Desain, dan
Aplikasi, Jakarta, Arcan, (terjemahan).

Stephen P Robbins, 2003, Perilaku


Organisasi, Jilid1, Jakarta, Indeks,
(terjemahan).

Stevenin, 1994, Strategi


Menang/Menang dalam Menghadapi
Konflik, Penerbit Prenhallindo,
Jakarta.

T. Hani Handoko, 2002, Manajemen,


Yogyakarta, BPFE.

Taliziduhu Ndraha, 2003, Budaya


Organisasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Wahyudi, 2008, Manajemen Konflik


dalam Organisasi; Pedoman Praktis
bagi Pemimpin Visioner, Bandung,
Alfabeta.
Fanani, Zaenal Dkk, 2008, Pengaruh
Struktur Audit, Konflik Peran, Dan

Anda mungkin juga menyukai