Anda di halaman 1dari 17

Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, Elan Sumarna

. berinteraksi secara baik dalam


1. Pengertian Pendidikan lingkungan masyarakat yang lebih
KH Dewantara berpendapat luas, serta kelak mampu
bahwa pendidikan adalah segala menjalani kehidupannya secara
usaha dari orang tua terhadap mandiri.
anak-anak dengan maksud 2. Landasan Pendidikan
menyokong kemajuan hidupnya Konsep pendidikan KH
(1961: 471). Dewantara memiliki dasar pendidikan
Berbeda dengan pendapat ahli yang beliau ciptakan sendiri, biasanya
pendidikan pada umumnya, KH disebut dengan konsep Panca
Dewantara memberikan definisi Dharma. Muthoifin dan Jinan (2015:
tentang pendidikan secara singkat 173) mengatakan Panca Dharma dari
namun memiliki makna yang segi bahasa memiliki arti Lima Dasar
luas. Di dalam definisi pendidikan atau Lima Asas yang diantaranya
menurut KH Dewantara terdapat adalah: (a) Asas kodrat alam; (b) asas
kata “tuntunan”, ini bisa berarti kemerdekaan; (c) asas kebudayaan;
acuan dasar untuk bisa melakukan (d) asas kebangsaan, dan; (e) asas
sesuatu, tuntunan ini tentu tidak kemanusiaan.
bersifat hanya sekali pakai, tapi 3. Tujuan Pendidikan
bisa digunakan berkali-kali ketika Bagi pendidikan KH
diperlukan. Selain itu sumber Dewantara, tujuan dari
tuntunan ini tidak terpaku pada dilakukannya proses pendidikan
satu sumber saja, namun bisa juga adalah untuk “menuntun segala
diambil dari berbagai sumber kekuatan kodrat yang ada pada
yang tentunya harus memiliki anak-anak itu, agar mereka
nilai yang baik di dalamnya, sebagai manusia dan anggota
contohnya seperti tuntunan yang masyarakat dapat mencapai
diambil dari kebudayaan, agama, keselamatan dan kebahagiaan
kebiasaan sebuah anggota yang setinggitingginya”
keluarga, dan lainlain. (Dewantara, 1961: 20).
Selanjutnya ada kata “orang tua” Hasan Langgulung membagi
yang bisa memiliki makna tujuan pendidikan Islam menjadi
orangtua kandung, pendidik, dua bagian yakni umum dan
bahkan wali anak tersebut yang khusus. Tujuan khususnya adalah
mengurusnya dari kecil, bisa membentuk siswa sesuai
kemudian dilanjutkan dengan dengan tujuan pendidikan yang
kalimat “menjokong kemajuan dijalani. Sedangkan dari segi
hidupnja” ini bisa berarti bahwa umumnya Langgulung (Yohana,
orangtua yang sedang berusaha 2017: 8) mengatakan bahwa
memberikan tuntunan pada tujuan umum pendidikan Islam
anaknya, harus memberikan adalah membentuk manusia
tuntunan atau bekal hidup yang sebagai khalifaħ yang cerdas,
membuat anak tersebut mampu

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No.1, (2018) | 1


Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

mandiri, dan memiliki akhlak Pendidikan adalah guru sepatutnya


yang baik. mampu menjadi teladan yang baik
4. Metode Pendidikan bagi siswanya, mampu senantiasa
Di muka sudah di sebutkan memberi motivasi kepada siswanya
mengenai metode Among yang ada selama proses pendidikan berjalan,
dalam pendidikan KH serta mampu untuk setia memberikan
Dewantara dan peralatan (caracara) bimbingan bagi siswanya dalam
yang ada di dalam metode tersebut. kondisi apapun.
Pada kali ini, peneliti akan
menyajikannya dalam bentuk tabel 6. Lingkungan Pendidikan
sebagai berikut: KH Dewantara (1961: 71)
Tabel 1.2 berpendapat bahwa terdapat tiga
Peralatan Pendidikan KH lingkungan yang bisa dijadikan
Dewantara tempat belajar yang penting bagi
Rentang anak (penyebutan di urutkan dari
No Cara Mendidik Usia lingkungan yang terpenting)
Anak yakni di lingkungan Keluarga,
1 Memberi contoh Sekolah, dan Organisasi pemuda
(voorbeeld) (masyarakat). Ketiga lingkungan
2 Pembiasaan penting ini beliau nama-kan
1-7 tahun dengan konsep Tri Pusat (Tri
(pakulinan,
gewoontevorming sentra). Setiap lingkungan
) memiliki tugas yang khusus dan
3 Pengajaran berbeda antara satu dengan
(leering, wulang- lainnya. Lingkungan keluarga
wuruk) memiliki tugas untuk mendidik
7-14 kecerdasan hati anak, lalu sekolah
4 Perintah, paksaan,
tahun bertugas mencerdaskan akal dan
dan hukuman
(regeering en pikiran anak, sedangkan
tucht) lingkungan masyarakat
5 Laku merupakan medan praktik untuk
(zelfbeheersching, menguji kemampuan yang
zelfdiscipline) dimilikinya di tengah masyarakat.
14-21
6 Pengalaman lahir
tahun PENUTUP
dan batin
(nglakoni, Setelah hasil temuan dan
ngrasa, believing) pembahasan mengenai konsep
pendidikan KH Dewantara dengan
konsep pendidikan Islam dipaparkan,
5. Karakteristik Guru Ideal maka terdapat simpulan bahwa 5 dari
6 komponen yang diteliti dari
Guru ideal yang dimaksudkan
masingmasing konsep pendidikan
dalam konsep Semboyan
memiliki hubungan yang relevan.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No. 1, (2018) | 2


Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, Elan Sumarna

Berdasarkan hasil temuan yang Ibrahim, T., & Hendriani, A. 2017,


menyatakan bahwa kedua konsep April. “Kajian Reflektif
pendidikan ini relevan, timbul Tentang Etika Guru Dalam
pemahaman peneliti bahwa Perspektif Ki Hajar
kegenting-an pendidikan Indonesia Dewantara Berbalut
saat ini yakni berupa krisisnya akhlak Filsafat Moral Utilitarianisme”.
siswa bukan disebabkan oleh konsep Naturalistic: Jurnal Kajian
pendidikannya yang tidak memiliki Penelitian Pendidikan dan
nilai keagamaan di dalamnya, justru Pembelajaran , 135-145.
pelaksana pendidikannya yang belum Mujib, A., & Mudzakkir, J. 2006.
bisa mempraktikkan konsep Ilmu Pendidikan Islam.
pendidikan KH Dewantara sekaligus Jakarta: Kencana.
memahami pendidikan Islam yang Muthoifin, & Jinan, M. 2015.
sebenarnya. “Pendidikan Karakter Ki
Implikasinya atas penelitian ini Hadjar Dewantara: Studi Kritis
adalah, Pemerintah Indonesia perlu Pemikiran Karakter Dan Budi
menata ulang kinerja seluruh Pekerti Dalam Tinjauan Islam”.
pelaksana pendidikan agar sesuai PROFETIKA, 16, 167-180.
dengan pemikiran KH Dewantara. Nata, A. 2010. Ilmu Pendidikan
Selain itu, hasil penelitian ini pun Islam. Jakarta: Kencana.
bisa dijadikan bahan evaluasi Nurdin, M. 2010. Kiat Menjadi Guru
sekaligus menambah pengetahuan Profesional. Depok:
seluruh pendidik Indonesia, sehingga Ar-Ruz Media.
bisa meningkatkan kualitas Purwadi, & Purnomo, E. P. 2008.
kemampuan mengajar. Kamus Sansekerta
Indonesia. Yogyakarta:
REFERENSI BudayaJawa.Com.
Samho, B. 2014. “Pendidikan
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Karakter Dalam Kultur
Jakarta: Rineka Cipta. Globalisasi: Inspirasi Dari
Daradjat, Z. 2008. Metodik Khusus Ki Hadjar
Pengajaran Agama Islam. Dewantara”Melintas , 285-302.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Samho, B., & Yasunari, O. 2010.
Dewantara, K. H. 1961. Karya Ki “Konsep Pendidikan Ki Hadjar
Hajar Dewantara bab Dewantara dan
I: Pendidikan. Jakarta: TantanganTantangan
Majelis Luhur Taman Siswa. Implementasinya di Indonesia
Hasri. 2015. “Dasar-Dasar Dewasa Ini”. 2010: Universitas
Pendidikan Islam Katolik
Hubungannya Dengan Parahyangan.
Matematika”. Al-Khwarizmi, 3, Solehan. 2010. “Konsepsi Panca
920. Dharma Ki Hadjar Dewantara
Ditinjau Dari Sudut Pandang

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No.1, (2018) | 3


Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

Pendidikan Islam”. Ta'dib, 15, dipandang sebagai upaya


130. mencerdaskan bangsa dan proses
Sugiyono. 2015. Memahami pemerdekaan manusia tetapi mulai
Penelitian Kualitatif. Bandung: bergeser menuju pendidikan sebagai
Alfabeta. komoditas (Saksono, 2010: 76).
Sukmadinata, N. S. 2012. Metode
Penelitian Pendidikan. Globalisasi telah mengakibatkan
Bandung: Remaja Rosdakarya. pergeseran tujuan pendidikan
Suparlan, H. 2015. nasional dari tingkat dasar sampai
“Filsafat Pendidikan Ki tingkat tinggi yang tidak lagi hanya
Hadjar Dewantara dan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, tetapi lebih berfokus untuk
Sumbangannya bagi
menghasilkan lulusan yang
Pendidikan Indonesia”.
menguasai scientia. Dengan
Jurnal Filsafat, 25, 57-74.
penguasaan scientia dinilai
Suroso. 2011. “Pemikiran Ki Hadjar
mengarahkan peserta didik kepada
Dewantara Tentang Belajar dan
hasil yang bersifat pragmatis dan
Pembelajaran”. Scholaria, 1, materialis, karena kurang membekali
4672. peserta didiknya dengan semangat
Tafsir, A. 2012. Ilmu Pendidikan kebangsaan, semangat keadilan
Islami. Bandung: sosial, serta sifatsifat kemanusiaan
REMAJA dan moral luhur sebagai warga
ROSDAKARYA. negara (Saksono, 2010: 76). Bangsa
Umar, B. 2010. Ilmu Pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan pada
Islam. Jakarta: Amzah. krisis karakter yang cukup
Yamin, M. 2009. Menggugat memprihatinkan. Demoralisasi mulai
Pendidikan Indonesia: Belajar merambah di dunia pendidikan
dari Paulo Freire dan Ki seperti ketidakjujuran,
Hajar Dewantara. ketidakmampuan mengendalikan diri,
Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA. kurangnya tanggung jawab sosial,
Yohana, N. 2017. hilangnya sikap ramah-tamah dan
“Konsepsi Pendidikan sopan santun (Sutiyono dalam Jurnal
Dalam Keluarga Menurut Cakrawala Pendidikan, 2010: 42).
Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara Dan Hasan Untuk menangkal model pendidikan
Langgulung”. OASIS (Jurnal semacam itu maka konsep pendidikan
Ki Hadjar Dewantara ditawarkan
Ilmiah Kajian Islam), 2, 1-18.
sebagai solusi terhadap distorsi-
distorsi pelaksanaan pendidikan di
Indonesia dewasa ini. Ki Hadjar
PENDAHULUAN
Dewantara mengatakan hendaknya
usaha kemajuan ditempuh melalui
Globalisasi yang dipengaruhi oleh petunjuk trikon, yaitu kontinyu
kepentingan pasar menyebabkan dengan alam masyarakat Indonesia
pendidikan tidak sepenuhnya

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No. 1, (2018) | 4


Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, Elan Sumarna

sendiri, konvergen dengan alam luar, Ki Hadjar Dewantara mengajukan


dan akhirnya bersatu dengan alam beberapa konsep pendidikan untuk
universal, dalam persatuan yang mewujudkan tercapainya tujuan
konsentris yaitu bersatu namun tetap pendidikan, yaitu Tri Pusat
mempunyai kepribadian sendiri Pendidikan: (1) pendidikan keluarga;
(Dewantara, 1994: 371). (2) pendidikan dalam alam
perguruan; dan (3) pendidikan dalam
Pestalozzi, Frobel dan Maria alam pemuda atau masyarakat.
Montessori adalah tokoh-tokoh
pendidikan yang berpengaruh pada Ki Hadjar Dewantara memasukkan
Ki Hadjar dalam menggunakan kebudayaan dalam diri anak dan
kebudayaan di dalam kurikulum memasukkan diri anak ke dalam
pendidikan. Mulai dari TK (Taman kebudayaan mulai sejak dini, yaitu
Kanakkanak/Taman Indria) sampai Taman Indria (balita). Konsep belajar
sekolah menengah unsur-unsur ini adalah Tri No, yaitu nonton, niteni
kebudayaan lokal dimasukkan dalam dan nirokke. Nonton (cognitive),
kurikulum untuk melatih panca nonton di sini adalah secara pasif
indera jasmani, kecerdasan dan dengan segenap panca indera. Niteni
utamanya adalah kehalusan budi (affective) adalah menandai,
pekerti. Pelajaran yang diberikan di mempelajari, mencermati apa yang
Taman Indria mulai dari dolanan ditangkap panca indera, dan nirokke
anak, mendongeng, hingga sariswara (psychomotoric) yaitu menirukan
yaitu menggabungkan antara lagu, yang positif untuk bekal menghadapi
cerita dan sastra. Nilai-nilai budaya perkembangan anak (Dwiarso, 2010:
ini dimaksudkan untuk mendidik 1).
rasa, pikiran dan budi pekerti. Anak-
anak yang sudah agak besar, KONSEPSI PENDIDIKAN KI
misalnya di Sekolah Menengah HADJAR DEWANTARA
Pertama (Taman Dewasa) dan DALAM TINJAUAN FILSAFAT
Sekolah Menengah Atas (Sekolah PENDIDIKAN PROGRESIVISME
Menengah Madya), diberikan
pelajaran olah gendhing. Progresivisme mempunyai konsep
yang didasari oleh pengetahuan dan
Ki Hadjar Dewantara mengatakan kepercayaan bahwa manusia itu
bahwa olah gendhing dan seni tari mempunyai kemampuankemampuan
adalah untuk memperkuat dan yang wajar dan dapat menghadapi
memperdalam rasa kebangsaan dan mengatasi masalah-masalah yang
(Dewantara, 2011: 344). bersifat menekan atau mengancam
adanya manusia itu sendiri.
KONSEPSI PENDIDIKAN KI Berhubung dengan itu progresivisme
HADJAR DEWANTARA kurang menyetujui adanya
DALAM TINJAUAN FILSAFAT pendidikan yang bercorak otoriter,
PENDIDIKAN baik yang timbul pada jaman dahulu
maupun pada jaman sekarang

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No.1, (2018) | 5


Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

(Barnadib, 1982: 28). Berikut adalah pengetahuan yang mampu


penjelasan konsep-konsep pendidikan menumbuhkan kemajuan merupakan
Ki Hadjar Dewantara dalam bagian-bagian utama dari
perspektif Progresivisme. kebudayaan. Antara filsafat Ki Hajar
dengan progresivisme terdapat
Konsep Ki Hadjar Dewantara tentang perbedaan, jika dalam progresivisme
pendidikan ilmu pengetahuan yang mampu
menumbuhkan kemajuan adalah ilmu
Ematikan kreativitasnya (Dwiarso, hayat, antropologi, psikologi dan
2010: 6). ilmu alam, sedangkan dalam konsep
Ki Hadjar Dewantara di samping
Menurut Ki Hadjar Dewantara, ilmu yang umum, kesenian
pendidikan adalah usaha kebudayaan merupakan bagian yang penting
yang bermaksud memberikan dalam kurikulum pendidikan.
bimbingan dalam hidup tumbuhnya
jiwa raga anak didik agar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara
garis-garis kodrat pribadinya serta tentang pengetahuan
pengaruh-pengaruh lingkungan,
mendapat kemajuan hidup lahir batin Sesuai dengan teori Ki Hadjar
(Ki Suratman, 1987: 11). Dewantara tentang Tri No untuk
Kebudayaan adalah buah budi prasekolah dan Tri Nga untuk
manusia sebagai hasil perjuangannya Sekolah Dasar ke atas, berarti
terhadap pengaruh alam dan jaman pengetahuan didapatkan anak didik
atau kodrat dan masyarakat. Budi dengan nonton (cognitive). Nonton di
adalah jiwa yang sudah matang, sini menonton secara pasif dengan
sudah cerdas, oleh karena itu dengan segenap panca indera, selanjutnya
kebudayaan, budi manusia dapat niteni (affective) adalah menandai,
mencapai 2 sifat istimewa yaitu luhur mempelajari, mencermati apa yang
dan halus, dengan demikian maka ditangkap panca indera kemudian
segala ciptaan budi senantiasa nirokke (psikomotor) yaitu
mempunyai sifat luhur dan halus menirukan yang positif untuk bekal
juga. Jadi kebudayaan merupakan menghadapi perkembangan anak.
suatu proses perkembangan secara (Dwiarso, 2010: 1). Pada tingkat
dinamis mengenai kemenangan Sekolah Dasar ke atas, pengetahuan
perjuangan hidup manusia terhadap didapatkan dengan Tri Nga, yaitu
alam dan jaman. ngerti (cognitive) dengan akal, ngrasa
(affective), yaitu merespon,
Konsep Ki Hadjar Dewantara menghargai, menjunjung nilai-nilai
mengenai pendidikan sebagai usaha dan nglakoni (psychomotor) yaitu
kebudayaan ini selaras juga dengan bertindak secara terpimpin.
filsafat progresivisme yang
mengatakan bahwa kemajuan atau Pandangan Ki Hadjar Dewantara
progress menjadi inti perkataan tentang belajar
progresivisme maka beberapa ilmu

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No. 1, (2018) | 6


Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, Elan Sumarna

Pandangan Ki Hadjar Dewantara


tentang belajar nampak pada konsep Pandangan Ki Hadjar Dewantara
mengenai Tri Pusat Pendidikan, tentang pendidikan
bahwa anak didik tidak semata-mata
hanya belajar di sekolah tetapi juga Menurut Ki Hadjar Dewantara,
dalam keluarga dan masyarakat pendidikan merupakan salah satu
(dalam alam pemuda). Pendidikan usaha pokok untuk memberikan nilai-
alam keluarga akan mendidik anak- nilai kebatinan yang ada dalam hidup
anak dengan sebaik mungkin yang rakyat yang berkebudayaan kepada
meliputi jasmani dan rohani. Keadaan tiap-tiap turunan baru (penyerahan
keluarga sangat mempengaruhi kultur), tidak hanya berupa
perilaku pendidikan, terutama tolong- pemeliharaan akan tetapi juga dengan
menolong dalam keluarga, menjaga maksud memajukan serta
saudara yang sakit, kebersamaan memperkembangkan kebudayaan,
dalam menjaga kebersihan, menuju ke arah keseluruhan hidup
kesehatan, kedamaian dan kemanusiaan (Dewantara, 2011:
kebersamaan dalam berbagai 344). Kebudayaan yang dimaksud
persoalan yang sangat diupayakan adalah kebudayaan bangsa sendiri
dalam keluarga mulai dari Taman Indria, anak-anak
diajarkan membuat pekerjaan tangan,
KONSEP PENDIDIKAN KI misalnya: topi (makuto), wayang,
HADJAR DEWANTARA bungkus ketupat, atau barang-barang
DALAM TINJAUAN FILSAFAT hiasan dengan bahan dari rumput atau
PENDIDIKAN ESENSIALISME lidi, bunga dan sebagainya. Hal ini
dimaksudkan agar anak jangan
Esensialisme mempunyai tinjauan sampai hidup terpisah dengan
mengenai kebudayaan dan masyarakatnya (Dewantara, 2011:
pendidikan yang berbeda dengan 276).
progresivisme, jika progresivisme
menganggap bahwa banyak hal itu Pandangan Ki Hadjar Dewantara
mempunyai sifat yang serba fleksibel tentang pengetahuan
dan nilai-nilai itu berubah dan
berkembang, maka esensialisme Mengenai pandangan Ki Hadjar
menganggap bahwa dasar pijak Dewantara tentang pengetahuan
semacam ini kurang tepat. Dalam maupun belajar, memang tidak secara
pendidikan, fleksibilitas dalam segala rinci dipisahkan dari pandangan
bentuk dapat menjadi sumber pendidikan, tetapi dapat kiranya
timbulnya pandangan yang berubah- ditunjukkan bahwa proses belajar
ubah, pelaksanaan yang kurang stabil untuk mendapatkan pengetahuan
dan tidak menentu (Barnadib, 1982: adalah penggunaan panca indera yang
38). Berikut adalah penjelasan kemudian diolah oleh intelek,
konsep-konsep pendidikan Ki Hadjar selanjutnya dipraktekkan dalam
Dewantara dalam perspektif kehidupan yang merupakan kegiatan
Esensialisme. psikomotorik.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No.1, (2018) | 7


Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

sudah teruji oleh waktu,


Pandangan Ki Hadjar Dewantara menurut esensialisme, sebagai
tersebut bila ditinjau dari filsafat dasar pendidikan anak untuk
pendidikan esensialisme adalah pencapaian tujuannya. Khusus
mirip. Landasan berpikir esensialisme mengenai kebebasan berpikir,
mengatakan bahwa belajar dapat menurut Ki Hadjar
didefinisikan sebagai jiwa yang Dewantara, bila
berkembang pada sendirinya sebagai membahayakan anak didik
substansi spiritual jiwa membina dan berbuat salah maka akan
menciptakan diri sendiri (Barnadib, diambil alih pamongnya
1982: 55). Tinjauan filsafat (Tutwuri Handayani). Selain
pendidikan esensialisme tentang itu Ki Hadjar Dewantara
pandangan Ki Hadjar Dewantara menggunakan kebudayaan
mengenai pengetahuan dan belajar asli Indonesia, sedangkan
dapat dijelaskan sebagai berikut. nilai-nilai dari Barat diambil
secara selektif adaptatif sesuai
dengan teori trikon
(kontinyuitas, konvergen dan
SIMPULAN konsentris).

Berdasarkan uraian di atas, dapat


disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 3. Kontribusi filsafat pendidikan Ki
Hadjar Dewantara terhadap
1) Hakikat pendidikan menurut pendidikan di Indonesia adalah
Ki Hadjar Dewantara adalah dengan munculnya model-model
memasukkan kebudayaan ke pendidikan pesantren modern yang
dalam diri anak dan sering dikenal dengan MBS (Modern
memasukkan anak ke dalam Boarding School). Namun secara
kebudayaan supaya anak jelas adalah dibangunnya SMA
menjadi makhluk yang insani. Taruna Nusantara yang benar-benar
menerapkan sistem paguron dari Ki
Hadjar Dewantara.
2) Filsafat pendidikan Ki Hadjar
Dewantara disebut filsafat
pendidikan among yang di DAFTAR PUSTAKA
dalamnya merupakan
konvergensi dari filsafat Barnadib, Imam, 1982, Filsafat
progresivisme tentang Pendidikan, Pengantar Mengenai
kemampuan kodrati anak Sistem dan Metode Fakultas Ilmu
didik untuk mengatasi Pendidikan, IKIP Yogyakarta.
persoalan-persoalan yang
dihadapi dengan memberikan Dewantara, Ki Hadjar, 1994,
kebebasan berpikir seluas- Kebudayaan, Majelis Luhur
luasnya. Di samping itu Persatuan Taman Siswa, Yogyakarta.
digunakan kebudayaan yang

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No. 1, (2018) | 8


Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, Elan Sumarna

____________________, 2011, Pendidikan memegang peranan


Bagian Pertama Pendidikan, Majelis penting dalam memajukan suatu
Luhur Persatuan, Yogyakarta. bangsa, sejak zaman perjuangan
kemerdekaan dahulu, para pejuang
Dwiarso, Priyo, 2010, Napak Tilas serta perintis kemerdekaan telah
Ajaran Ki Hadjar Dewantara, Majelis menyadari bahwa pendidikan
Luhur Pesatuan,Yogyakarta. merupakan faktor yang sangat vital
dalam usaha untuk mencerdaskan
Ki Suratman, 1987, Tugas Kita kehidupan bangsa serta
Sebagai Pamong Taman Siswa, membebaskannya dari belenggu
Majelis Luhur Yogyakarta. penjajahan. Oleh karena itu, mereka
berpendapat bahwa disamping
Noor Syam, Mohammad, 1983, melalui organisasi politik, perjuangan
Filsafat Pendidikan dan Dasar ke arah kemerdekaan perlu dilakukan
Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha melalui jalur pendidikan. Pendidikan
Nasional, Surabaya. dijadikan media untuk
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban
Saksono, Gatut Ign, 2010, Pendidikan
bangsa yang bermartabat dalam
Yang Memerdekakan Siswa, Diandra
rangka mencerdaskan kehidupan
Primamitra Media, Yogyakarta.
bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta
Soeratman, Darsiti, 1983/1984, Ki
didik agar menjadi manusia yang
Hadjar Dewantara, Proyek
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Inventarisasi dan dokumentasi
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
Sejarah Nasional, Direktorat Sejarah
sehat, berilmu, cakap, kreatif,
dan Nilai Tradisional, Departemen
mandiri, dan menjadi warga Negara
Pendidikan dan Kebudayaan RI,
yang demokraris serta bertanggung
Jakarta.
jawab. Untuk mengemban fungsi
tersebut pemerintah
Sudarto, Tyasno, 2008, Garis Simpul menyelenggarakan suatu sistem
Karya Ki Hadjar Dewantara, Galang pendidikan nasional sebagaimana
Press, Yogyakarta. tercantum dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Sutiyono, 2010, Pendidikan Seni Pendidikan Nasional.
Sebagai Basis Pendidikan Karakter
Multikulturalis dalam Cakrawala B. Pembahasan
Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan,
No. XXIX. Edisi Khusus Dies Natalis
1. Pemikiran Pendidikan
UNY, Ikatan Sarjana Pendidikan
Ki. Hajar Dewantara
Indonesia D.I. Yogyakarta.
a. Biografi Ki.
Hajar
A. Pendahuluan
Dewantara

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No.1, (2018) | 9


Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

dari Paku Alam III atau satu garis


Ki. Hajar Dewantara terlahir dengan keturunan.
nama Raden Mas Suwardi
Suryaningrat pada 2 Mei 1889. Ia Ki Hadjar Dewantara meninggal
berasal dari lingkungan keluarga dunia pada tanggal 26 Apri 1959, di
keraton, tepatnya pura Pakualaman, rumahnya Mujamuju Yogyakarta.
Yogyakarta. Ki. Hajar Dewantara Tanggal 29 April, jenazah Ki Hadjar
merupakan cucu dari Sri Paku Alam Dewantara dipindahkan ke pendopo
III, sedangkan ayahnya bernama Taman Siswa. Dari pendopo Taman
K.P.H. Suryaningrat dan Ibundanya Siswa, kemudian diserahkan kepada
bernama Raden Ayu Sandiyah yang Majelis Luhur Taman Siswa. Dari
merupakan buyut dari Nyai Ageng pendopo Taman Siswa, jenazah
Serang, seorang keturunan dari Sunan diberangkatkan ke makan Wijaya
Kalijaga. Brata Yogyakarta. Dalam upacara
pemakaman Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Suwardi Suryaningrat dipimpin oleh Panglima Kodam
kemudian berganti nama di usianya Diponegoro Kolonel Soeharto.
yang ke 39 tahun, ia berganti nama
menjadi Ki Hadjar Dewantara. Tanggal 28 November 1959, Ki
Lingkungan hidup pada masa Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai
Hajar Dewantara kecil sangat besar “Pahlawan Nasional”. Tanggal 16
pengaruhnya terhadap jiwanya yang Desember 1959, pemerintah
sangat peka terhadap kesenian dan menetapkan tanggal lahir Ki Hadjar
nilai-nilai kultur maupun religius. Dewantara tanggal 2 Mei sebagai
Setelah berganti nama dengan Ki “Hari Pendidikan Nasional”
Hajar Dewantara dapat leluasa berdasarkan keputusan Presiden RI
bergaul dengan rakyat kebanyakan. Nomor: 316 tahun 1959. Sebagai
Sehingga dengan demikian tokoh nasional yang dihormati dan
perjuangannya menjadi lebih mudah disegani baik oleh kawan maupun
diterima oleh rakyat pada masa itu. lawan, Ki Hadjar Dewantara sangat
kreatif, dinamis, jujur, sederhana,
Tanggal 4 November 1907 konsisten, konsekuen dan berani.
dilangsungkan “Nikah Gantung” Wawasan beliau sangat luas dan tidak
antara R.M. Soewardi Soeryaningrat berhenti berjuang untuk bangsanya
dengan R.A. Soetartinah. Keduanya hingga akhir hayat. Perjuangan beliau
adalah cucu dari Sri Paku Alam III. dilandasi dengan rasa ikhlas yang
Pada akhir Agustus 1913 beberapa mendalam, disertai rasa pengabdian
hari sebelum berangkat ke tempat dan pengorbanan yang tinggi dalam
pengasingan di negeri Belanda. mengantarkan bangsanya ke alam
Pernikahannya diresmikan secara merdeka. B. Pendidikan Ki. Hajar
adat dan sederhana di Puri Dewantara
Suryaningratan Yogyakarta. Jadi Ki
Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Selain mendapat pendidikan di
Dewantara adalah sama-sama cucu lingkungan Istana Paku Alam, Ki.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No. 1, (2018) | 10


Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, Elan Sumarna

Hajar Dewantara juga mendapatkan Menurut Ki Hadjar Dewantara


pendidikan agama dari pesantren pendidikan sebagai tuntunan di dalam
Kalasan di bawah asuhan KH. hidup tumbuhnya anak-anak, artinya
Abdurahman. Setelah itu tersebut, Ki pendidikan menuntun segala
Hadjar Dewantara juga mendapat kekuatan kodrat yang ada pada anak-
pendidikan formal antara lain: ELS anak itu, agar mereka sebagai
(Europeesche Legere School). manusia dan seba gai anggota
Sekolah Dasar masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang
Belanda III. Kweek School (Sekolah setinggi-tingginya. Pendidikan
Guru) di Yogyakarta. STOVIA sebagai tuntunan tidak hanya
(School Tot Opvoeding Van Indische menjadikan seorang anak mendapat
Artsen) yaitu sekolah kedokteran kecerdasan yang lebih tinggi dan
yang berada di Jakarta. Pendidikan di luas, tetapi juga menjauhkan dirinya
STOVIA ini tak dapat dari perbuatan jahat.
diselesaikannya, karena Ki Hadjar
Dewantara sakit selama 4 bulan. Manusia merdeka merupakan tujuan
Europeesche Akte, Belanda 1914. pendidikan Ki Hadjar Dewantara,
merdeka baik secara fisik, mental,
b. Karya-Karya dan kerohanian. Kemerdekaan
Ki. Hajar pribadi dibatasi oleh tertib da mai
Dewantara kehidupan bersama, dan ini
mendukung sikap-sikap seperti
Adapun karya-karya Ki Hadjar keselarasan, kekeluar gaan,
Dewantara antara lain adalah: buku musyawarah, toleransi, kebersamaan,
bagian pertama: tentang Pendidikan, demokrasi, tanggungjawab, dan
buku bagian kedua: tentang disiplin. Manusia merdeka adalah
Kebudayaan, buku bagian ketiga: seseorang yang mampu berkembang
tentang Politik dan Kemasyarakatan, secara utuh dan selaras dari segala
buku bagian keempat: tentang aspek kemanusiaanya dan yang
Riwayat dan Perjuangan Hidup mampu menghargai dan
Penulis: Ki Hadjar Dewantara.16 menghormati kemanusiaan setiap
orang.
2. Pemikiran
Pendidikan Tujuan pendidikan dapat
Ki. Hajar diklasifikasikan menjadi empat
Dewantara dimensi yaitu tujuan jasmani (al-
dan ahdaf al-Jismiyyah), tujuan rohaniah
(al-ahdaf al-ruhaniyyah), tujuan akal
Relevansinya dengan Kurikulum (al-ahdaf alaqliyah), tujuan sosial (al-
2013 ahdaf al-Ijtima’iyyah). Berdasarkan
pemaparan di atas dapat dipahami
tujuan pendidikan yang dikemukakan
1. Tujuan Pendidikan
oleh Ki. Hajar Dewantara sejalan

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No.1, (2018) | 11


Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

dengan tujuan kurikulum 2013, yaitu;


sama-sama mengarahkan tujuan Menurut Ki. Hajar Dewantara men
pendidikan dalam empat dimensi, didik dalam arti yang sesungguhnya
yaitu tujuan jasmani, akal, rohani dan adalah proses memanusiakan
sosial, namun terdapat perbedaan manusia, yakni pen gangkatan
dalam penjabaran dan penekanan manusia ke taraf insani. Men didik
dalam menjelaskan masing-masing harus lebih memerdekakan manusia
dimensi tujuan pendidikan, yaitu; dari aspek hidup batin (otonomi
Pertama, Dimensi Jasmani, Ki. Hajar berpikir dan mengambil keputusan,
dewantara mengarahkan pada martabat, mentalitas demokratik). Ki
kemerdekaan fisik, yang Hadjar Dewantara memberikan be
menghendaki fisik yang sehat dan berapa pedoman dalam menciptakan
kuat, sementara kurikulum 2013, kultur positif seorang pendidik.
mengarahkan pada pencapaian Semboyan Trilogi pendidikan
jasmani yang produktif, kreatif, memiliki arti yang melibatkan
inovatif. Ke Dua, Dimensi Akal, Ki. seluruh pelaku pendidikan atau guru
Hajar dewantara mengarahkan dan pe serta didik adalah: Tut wuri
pendidikan pada pencapaian handayani, dari belakang seorang
kecerdasan yang lebih tinggi dan guru harus bisa memberi kan
luas, sementara kurikulum 2013 dorongan dan arahan. Ing madya man
mengarahkan pada pengembangan gun karsa pada saat di antara pesetra
pengetahuan serta penerapannya. Ke didik, guru harus menciptakan
Tiga, Dimensi Rohani, Ki. Hajar prakarsa dan ide. Ing ngarsa sung
Dewantara mengarahkan pada tulada, berarti ketika guru berada di
pencapaian keselamatan dan depan, seorang guru harus mem beri
kebahagiaan yang setinggi-tingginya teladan atau contoh dengan tindakan
dengan mencapai kemerdekaan yang baik.
mental dan kerohanian, sementara
kurikulum 2013 mengarahkan pada 3. Prinsip Pembelajaran
pencapaian sebagai warga Negara
yang beriman dan memiliki Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam
kecerdasan afektif. Ke Empat melaksanakan proses pendidikan di
Dimensi Sosial, Ki. Hajar Dewantara Taman siswa, berlandaskan pada lima
mendukung tercapainya sikap-sikap prinsip, yang disebut “Panca Darma”.
keselarasan, kekeluar gaan, Panca Darma ini memuat perincian
musyawarah, toleransi, kebersamaan, baik berasal dari asas-asas yang
demokrasi, tanggungjawab, dan dipakai di dalam Taman siswa sejak
disiplin, sementara kurikulum 2013 berdirinya pada tahun 1922 hingga
mengarahkan pada pencapaian seterusnya, maupun yang terdapat
kemampuan memberi kontribusi pada dalam segala peraturan-peraturan dan
kehidupan masyarakat, berbangsa, berbagai adat istiadat dalam hidup
bernegara, dan peradaban dunia. dan penghidupan Taman siswa.
Berikut ini lima prinsip pembelajaran
2. Pendidik yang dikemukakan oleh Ki. Hajar

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No. 1, (2018) | 12


Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, Elan Sumarna

berusaha mengembangkan sifatsifat


Dewantara, yaitu; luhur manusia.

a) Prinsip e) Prinsip
Kemer Kodrat
dekaan alam

Kemerdekaan atau kemampuan Prinsip Kodrat alam bertujuan agar


pribadi bertujuan agar peserta didik peserta didik tidak melalaikan
dapat leluasa mengembangkan cipta, kewajibanya baik kewajiban terhadap
rasa, dan karsa dalam proses belajar. Tuhan, Lingkungan, masyarakat,
maupun diri sendiri. Ki Hajar
b) Prinsip Dewantara melaksanakan pendidikan
Kebang budi pekerti dengan cara “Tutwuri
saan Handayani”, yang dikenal dengan
sistem Among. (Among berarti
Belajar juga harus sesuai dengan asuhan dan pemeliharaan dengan
prinsip kebangsaan karena peserta suka duka dengan memberi
didik akan hidup dan berinteraksi kebebasan anak asuhan bergerak
dengan masyarakat luas. Prinsip menurut kemauannya.
kebangsaan tidak boleh bertentangan
dengan kemanusiaan, oleh karena itu
mengandung rasa satu dengan bangsa
sendiri, rasa satu dalam suka dan 3. Materi Pembelajaran
duka, rasa satu dalam kehendak
menuju kepada kebahagiaan lahir dan Ki. Hajar Dewantara menekankan
batin seluruh bangsa. materi pembelajaran pada materi
pendidikan budi pekerti. Materi
c) Prinsip pelajaran budi pekerti yang
Kebuda dikembangkan oleh Ki Hadjar
yaan Dewantara dapat diambil dari: bahan
yang bersifat spontan, cerita
Belajar juga harus ses uai dengan rakyat/dongeng/legenda, lakon dalam
prinsip kebudayaan tempat agar hasil pertunjukan sandiwara ataupun
belajar bisa diterima di lingkungan wayang, babad dan sejarah, cerita-
tempat tinggal. cerita dalam buku-buku karya
sastrawan/pujangga terkena, kitab-
d) Prinsip kitab suci agama, adat istiadat yang
Keman berlaku. Kemudian, materi tersebut
usiaan diajarkan sesuai dengan tingkat
perkembangan usia anak didik.
Peser ta didik juga dituntut untuk Adapun materi pendidikan budi
tidak melanggar dasar hak asasi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara
manusia. Dasar kemanusiaan ialah sebagai berikut :

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No.1, (2018) | 13


Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

dengan
a. Taman Indria melakukan
dan Taman segala laku
Anak (5-8 yang sulit
Tahun); dan berat
Materi atau dengan niat
isi yang
pengajaran disengaja.
budi pekerti
bagi anak d. Taman
yang masih Madya dan
di sekolah ini Taman Guru
berupa (17-20
latihan yang Tahun);
mengarah Dalam
pada jenjang ini,
kebaikan mereka
yang mendapatkan
memenuhi pengajaran
syarat bebas “ethik” yaitu
yaitu sesuai hukum
kodrat hidup kesusilaan.
anak. Jadi tidak
hanya
b. Taman Muda bentuk-
(9-12 bentuk
Tahun); kesusilaan,
anak-anak tetapi juga
diberi tentang
peringatan dasar-dasar
tentang kebangsaan,
segala kemanusiaan,
tingkah laku keagamaan,
kebaikan filsafat,
dalam kenegaraan,
hidupnya kebudayaan,
sehari-hari. adat istiadat
dan
sebagainya.
c. Taman
Dewasa (14-
16 Tahun); 4. Metode Pembelajaran
anak mulai
melatih diri

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No. 1, (2018) | 14


Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, Elan Sumarna

Ada tiga metode yang dipakai oleh Ki Hajar Dewantara sebagai fasilitator
Hadjar Dewantara dalam dan motivator. Sementara menurut
mengajarkan budi pekerti kurikulum 2013 peran pendidik juga
berdasarkan urutan-urutan sebagai fasilitator dalam
pengambilan keputusan berbuat pembelajaran dan sebagai mitra
artinya kita bertindak sebaiknya belajar bagi peserta didik. Keduanya
berdasarkan urutanyang benar, sepakat bahwa ada empat kompetensi
sehingga tidak ada penyesalan di yang harus dimiliki seorang pendidik,
kemudian hari. Tiga metode tersebut yaitu pedagogik, kepribadian, sosial
adalah: ngerti, ngrasa dan nglakoni. dan profesional. Prinsip
Pertama, Metode ngerti maksudnya pembelajaran yang ada di kurikulum
adalah memberikan pengertian yang 2013 relevan dengan prinsip
sebanyak-banyaknya kepada anak. Di pembelajaran menurut Ki. Hajar
dalam pendidikan budi pekerti anak dewantara. Materi pembelajaran
diberikan pengertian tentang baik dan keduanya sepakat materi
buruk. Di samping itu juga diajarkan pembelajaran diajarkan sesuai dengan
tentang aturan yang berlaku dalam tingkat perkembangan usia peserta
kehidupan masyarakat, berbangsa dan didik. Kemudian mata pelajaran yang
bernegara serta beragama. Kedua, terdapat pada kurikulum 2013 juga
Metode ngrasa maksudnya adalah relevan dengan pemikiran pendidikan
berusaha semaksimal mungkin untuk Ki. Hajar Dewantara, dengan
memahami dan merasakan tentang meletakkan mata pelajaran
pengetahuan yang diperolehnya. pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Dalam hal ini anak didik untuk dapat di setiap jenjang satuan pendidikan.
memperhitungkan dan membedakan  
antara yang benar dan yang salah.
Ketiga, Metode nglakoni maksudnya Daftar Pustaka
adalah mengerjakan setiap tindakan,
tanggung jawab telah dipikirkan Aunurrahma, Belajar dan
akibatnya berdasarkan pengetahuan Pembelajaran, Bandung; Alfabeta,
yang telah didapatnya. Jika sudah 2013.
mantap dengan tindakan yang akan
dilakukan hendaknya segera Darsiti. Soeratman, Ki Hadjar
dilakukan jangan ditunda-tunda. Dewantara, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan,
C. Simpulan 1983/1984.

Pemikiran pendidikan Ki. Hajar Dewantara. Bambang,100 Tahun Ki


Dewantara relevan dengan kurikulum Hadjar Dewantara, Jakarta: Pustaka
2013 seperti tujuan pembelajaran, Kartini, Cet.1, 1989.
yaitu samasama mengarahkan tujuan
pendidikan dalam empat dimensi, Dewantara. Ki Hadjar, Karya Bagian
yaitu tujuan jasmani, akal, rohani dan I: Pendidikan, Yogyakarta: MLPTS,
sosial. Peran pendidik menurut Ki. cet II, 1962.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No.1, (2018) | 15


Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

Luar Biasa, Fakultas Ilmu


Dewantara. Ki Hadjar, Menuju Pendidikan, Universitas Negeri
Manusia Merdeka, Yogyakarta: Surabaya, 2015.
Leutika, 2009.
Jumanta Hamdayama, Model dan
Dewantara, Ki Hadjar, Asas-asas dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Dasar-dasar Taman Siswa, Berkarakter, Bogor; Ghalia
Yogyakarta: Majlis Luhur Taman Indonesia, 2014.
Siswa, 1964.
Kaimuddin, Implementasi Pendidikan
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid Karakter dalam Kurikulum 2013,
4 Jakarta: 1989, Cipta Adi Pustaka, Jurnal Dinamika Ilmu Vol. 14. No 1,
Cet. I. Juni 2014.

Gunawan, Berjuang Tanpa Henti dan Kemendikbud. Materi Pelatihan Guru


Tak Kenal Lelah Dalam Buku Impelemntasi Kurikulum 2013 Tahun
Peringatan 70 Tahun Taman Siswa, 2014. (Jakarta: Badan Pengembangan
Yogyakarta: MLPTS, 1992. Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Kebudayaan dan Penjaminan
Guza. Afnil, Undang-Undang Sistem Mutu Pendidikan Kementerian
Pendidikan Nasional dan Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.
UndangUndang Guru dan Dosen.
Jakarta; Asa Mandiri, 2009. Majid. Abdul, Implementasi
Kurikulum 2013; Kajian Teoritis dan
Harahap. Hah. Dan Bambang Praktis, Bandung; Interes, 2014.
Sokawati Dewantara. Ki Hadjar
Dewantara dan Kawan-Kawan, Muhammad Tauchid, Perjuangan
Ditangkap, Dipenjara, dan Hidup Ki Hadjar Dewantara,
Diasingkan, Jakarta: Gunung Aguna, Yogyakarta: MLPTS, 1963.
1980.
Mujito, Wawan Eko, Konsep Belajar
Hariyadi. Ki, Ki Hadjar Dewantara Menurut Ki Hadjar Dewantara dan
sebagai Pendidik, Budayawan, Relevansinya dengan Pendidikan
Pemimpin Rakyat dalam Buku Ki Agama Islam, Jurnal Pendidikan
Hadjar Dewantara dalam Pandangan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni
Para Cantrik dan Mentriknya, 2014.
Yogyakarta: MLTS,1989.
Mulyasa. H.E, Pengembangan dan
Izzati. Restu Sani, Implementasi Implementasi Kurikulum 2013,
Kurikulum 2013 bagi Peserta Didik Bandung: Rosdakarya, Cetakan 1V,
Berkebutuhan Khusus Disekolah 2014.
Dasar Inklusif, Pendidikan

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No. 1, (2018) | 16


Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, Elan Sumarna

Mulyoto, Strategi Pembelajaran Di Umar. Bukhari, Ilmu Pendidikan


Era Kurikulum 2013, Jakarta: Islam, Jakarta: Amzah, 2010.
Prestasi Pustakaraya, 2013.
Widyastono. Heri, Pengembangan
Muthoifin, Pemikiran Pendidikan Kurikulum di Era Otonomi Daerah
Multikultural Ki Hadjar Dewantara, dari Kurikulum 2004, 2006, ke
Jurnal Intizar, Vol. 21, No. 2, 2015. Kurikulum 2013, Jakarta:

Muzamiroh, Mida Latifatul. Kupas Bumi Aksara 2014. 


Tuntas Kurikulum 2013; Kelebihan
dan Kekurangan Kurikulum 2013, Halaman ini bukan sengaja
Jakarta: Kata Pena, 2013. dikosongkan

Ngalimun, Strategi dan Model


Pembelajaran, Yogyakarta; Aswaja
Pressindo, 2014.

Permana. Prastian Dwija, Pengaruh


Penerapan Kurikulum 2013 terhadap
Hasil Belajar Mata Diklat Pengelasan
Kelas X TKR

Di SMK Negeri 1 Sedan Rembang


Tahun Ajaran 2013/2014”
Universitas Negeri Semarang; urusan
Teknik Mesin FakultasTeknik, 2013

Rahardjo. Suparto, Biografi Singkat


Ki. Hajar Dewantara, 1889-1959,
Yogyakarta: Garasi, 2009.

Soewito. Irna, H.N. Hadi, Soewardi


Soeryaningrat dalam Pengasingan,
Jakarta: Balai Pustaka, 1985.

Sholeh, Moh. Metodologi


Pembelajaran Kontemporer,
Yogyakarta: Kaukaba, 2014.

. Jamil, Strategi Pembelajaran (Teori


dan Aplikasi), Yogyakarta; ArrRuzz
Media, 2012.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 5, No.1, (2018) | 17

Anda mungkin juga menyukai