Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Pemikiran

Pendidikan merupakan proses merubah tingkah laku dan sikap

individua tau kelompok peserta didik dalam upaya pendewasaan melalui

pengajaran dan pelatihan. Hal tersebut diharapkan supaya pendidikan

mampu memberi perubahan terhadap dinamika peradaban modern secara

adaptik proposional dengan tidak melepaskan nilai-nilai ketuhanan dan

warna nilai kontrol.

Pendidikan sangat berperan penting guna memajukan bangsa. Pada

zaman perjuangan kemerdekaan dulu, para pejuang dan para perintis

kemerdekaan sangat menyadari jika pendidikan adalah factor yang sangat

inti dalam upaya mencerdaskan bangsa dan membebaskan dari penjajahan.

Pendidikan menjadi media melebarkan kemampuan serta mencetak

karakter serta peradaban bangsa yang lebih baik, kemudian juga

mengembangkan kemampuan peserta didik supaya menjadi manusia yang

lebih beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkarakter

terpuji, sehat, berilmu, mandiri, serta menjadi warga yang demokratis dan

juga bertanggung jawab.

Salah satu tokoh di negara bagian timur, yakni Hasan Al Banna

mengutarakan pendapatnya tentang tujuan pendidikan yang dituangkan

pada salah satu buku karyanya yang berbunyi :

1
“Setiap umat dan bangsa Islam tentu memiliki strategi pendidikan

guna membangun pemuda dan generasi masa depan yang tangguh, sebagai

tumpuan hidup umat baru tersebut. Oleh karenanya sistem pendidikan

harus dibangun diatas kerangka dasar yang kuat yang memungkinkan

generasi muda memiliki imunitas keislaman, kesempurnaan akhlak,

pengetahuan yang memadai tentang ajaran-ajaran agama mereka, dan

kebanggaan terhadap kejayaan peradabannya yang luas.”1

Pendapat tersebut saling berkaitan dengan pendapat bapak

pendidikan Nasional yakni Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa

“Tujuan pendidikan ialah kesempurnaan hidup manusia sehingga dapat

memenuhi segala keperluan lahir dan batin yang kita peroleh dari kodrat

alam.”2

Pendapat yang disampaikan kedua tokoh tadi memiliki kesamaan

dalam sirat maknanya, yakni pendidikan itu bertujuan untuk

menyempurnakan masing-masing individu yang mengenyamnya, baik

lahir maupun batin, karena sejatinya kodrat alam masing-masing individu

ialah seperti kertas putih yang belum bercoretan apapun sama sekali.

Walaupun dalam kedua pendapat tadi tidak menyebutkan tentang

pendidikan islam, namun ranah dari kedua tokoh tadi adalah beragama

Islam, yang dimana Hasan Al Banna adalah pemimpin dari organisasi

keagamaan yakni Ikhwanul Muslimin dan sedangkan Ki Hajar Dewantara

1
Hasan Al Banna. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. (Solo: PT. Era Adicitra Intermedia,
2018), 87
2
Ki Hajar Dewantara. Bagian Pertama Pendidikan. (Yogyakarta: Yayasan Persatuan Tamansiswa
(Anggota IKAPI, 2011), 31.

2
berada dalam negara yang mayoritas terbesar agamanya adalah Islam. Dan

keduanya juga mencantumkan keagamaan mulai dari “imunitas

keislaman” dan “memadai tentang ajaran-ajaran agama”, kemudian “lahir

dan batin” yang identik dengan keislaman.

Pendidikan di Indoneisa juga diharapkan dapat mencapai tujuan

pendidikan yang sebenarnya, namun pendidikan tidak mungkin bisa

mencapai yang menjadi tujuannya jika tidak disusun dengan sistematis dan

seefektif mungkin. Banyak sekali ilmuwan yang telah mencetuskan

berbagai macam teori dan konsep tentang tentang pendidikan yang

kemudian menjadi sumbangsih dalam khazanah ilmu pendidikan.

Para tokoh pendidikan yang berasal dari dalam negeri maupun

yang luar negeri masing-masing memiliki ciri khas dan perbedaan sendiri-

sendiri. Persamaan ataupun berbedaan yang muncul dari berbagai tokoh

pendidikan tersebut bisa saja terjadi karena berbagai macam unsur. Oleh

karena itu persamaan dan perbedaan yang dihasilkan oleh pemikiran

berbagai tokoh pendidikan ini dirasa sangat menarik untuk dikaji lebih

lanjut, agar dapat diketahui dengan jelas dan apa saja yang menyebabkan

persamaan dan perbedaan tersebut bisa diterima dalam ranah pendidikan.

1.2 Identifikasi Masalah

Hidup dengan budaya yang berbeda dan dengan latar belakang

yang berbeda pula Ki Hajar Dewantara dan Hasan Al Banna pasti akan

memiliki sudut pandang yang berbeda-beda pula dalam mengartikan suatu

pendidikan Islam. Dan juga tidak menutup kemungkinan bahwa cara

3
mereka dalam mengaplikasikan sebuah gagasan masing-masing dari

mereka juga akan menemui perbedaan.

Namun kembali lagi bahwa hakikat sebuah pendidikan adalah

proses pembelajaran sebagai usaha untuk lebih menjabarkan aktivitas dan

kreativitas peserta didik dengan berbagai jalinan hubungan yang

menghasilkan berbagai pengalaman dan dapat menuntun pribadi masing-

masing menjadi individu yang lebih baik. Jadi juga tidak bisa dipungkiri

mungkin akan ada persamaan dalam pemikiran kedua tokoh diatas.

1.3 1Fokus Penelitian

Dengan pemaparan diatas, maka peneliti memutuskan untuk

mengkaji beberapa hal dibawah ini :

1. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam perspektif Ki Hajar

Dewantara ?

2. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam perspektif Hasan Al Banna ?

3. Bagaimana Komparasi Metode Pendidikan Islam Perspektif Ki

Hajar Dewantara dan Hasan Al Banna ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Konsep Pendidikan Islam perspektif Ki Hajar

Dewantara

4
2. Untuk mengetahui Konsep Pendidikan Islam perspektif Hasan Al

Banna

3. Untuk mengetahui Komparasi Metode Pendidikan Islam perspektif Ki

Hajar Dewantara dan Hasan Al Banna

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini akan menambah khazanah

pengetahuan tentang konsep pendidikan perspektif Ki Hajar

Dewantara dan Hasan Al Banna

2. Manfaat Praktis

Bagi para praktisi pendidikan terutama pendidikan Islam,

penelitian ini sebagai acuan dalam mengimplementasikan

pendidikan agar dapat tercapai tujuan pendidikan yang ditargetkan

1.6 Penegasan Istilah

2. Konsep

Konsep dapat diartikan sebagai suatu representasi abstrak dan

umum tentang sesuatu yang memiliki tujuan menjabarkan suatu benda,

gagasan, atau peristiwa. Arti Konsep atau anggitan adalah abstrak,

entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas

5
dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal dari

bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami.

Secara etimologis kata “Konsep” berasal dari bahasa

latin“Conceptum” yang artinya sesuatu yang bisa dipahami.

Pengertian konsep lainnya adalah serangkaian pernyataan, ide/ gagasan

yang saling terkait tentang berbagai kejadian atau peristiwa dan

menjadi dasar atau petunjuk dalam melakukan penelitian.3

3. Pendidikan Islam

Untuk membina kepribadiaan yang sesuai dengan nilai-nilai

dimasyarakat dan kebudayaan cara yang tepat ialah melalui

Pendidikan. Pendidikan atau paedagogie adalah sebuah ajaran yang

berisi tuntunan yang sengaja diberikan oleh seseorang yang ahli dalam

bidangnya agar yang menjadi sasarannya bisa menjalankan

kewajibannya dengan baik. Ada juga yang mengartikan pendidikan

merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang lain agar menjadi lebih bijaksana agar dapat menjacapai

kehidupan yang lebih tinggi terutama dalam hal mental.4 Sangat

diharapkan bahwa hasil dari pendidikan bisa memperbaiki cara

berfikir, bersikap dan bertindak kearah yang positif.

3
Dudung, Abdurrahman. Pengantar Metode Penelitian. (Yogyakarta : Kurnia Alam Semesta,
2003), 41.
4
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan : Umum dan Agama Islam_Edisi Revisi 8. (Jakarta :
Rajawali Pers, 2009), 9.

6
Pendidikan Islam bukan hanya sebagai ciri khas saja, yang

berarti hanya karena kata Islam kemudian dinobatkan hanya sebagai

pendidikan yang merujuk pada keagamaan. Namun pendidikan Islam

ini merupakan sebuah usaha atau proses pembentukan dan

pengembangan pola pikir, sikap dan juga perilaku untuk menjadikan

pribadi yang lebih baik dalam segi jasmani maupun rohani dengan

menggunakan dasar-dasar ajaran Islam. Yang dimana Islam sendiri

merupakan agama yang menyempunakan.

Dalam ranah Islam istilah yang digunakan untuk Pendidikan

ada dua yaitu tarbiyah dan ta’dib, kedua istilah ini mempunyai

perbedaan yang mencolok.

Merujuk pada pendapat Sholeh yang mengutip pendapat

Naquib al-Atas, tarbiyah secara semantik tidak khusus ditujukan untuk

mendidik manusia, tetapi dapat dipakai kepada spesies lain. Selain itu

tarbiyah juga memiliki arti material: ia mengandung arti mengasuh,

menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara,

membuat, menjadikan bertambah pertumbuhan, membesarkan,

memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakkan.

Adapun ta’dib mengacu pada pengertian (‘ilm), pengajaran (ta’lim)

dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Dari itu katanya ta’dib

merupakan istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan

pendidikan dalam Islam. Nampaknya Naquib melihat ta’dib sebagai

7
sebuah sistem pendidikan Islam yang didalamnya ada tiga sub sistem,

yaitu pengetahuan, pengajaran dan pengasuhan (tarbiyah). Jadi

tarbiyah dalam konsep Naquib ini, hanya satu sub sistem dari ta’dib.5

5
Sholeh, “Konsep Pendidikan yang Ideal : Upaya Pembentukan Kepribadian Muslim” Jurnal Al-
hikmah Vol. 13, No. 1, (2016), 55-56.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Pada penelitian kali ini, peneliti menemukan ada beberapa

penelitian yang relevan dengan judul yang diangkat oleh peneliti, namun

setelah melihat dan mengamati pokok pembahasan dan hasil dari

penelitian yang relevan tersebut, peneliti menemukan sepuluh penelitian

yang dianggap sangat berkaitan dengan judul yang diangkat oleh peneliti

terutama tentang pradigma pemikiran Hasan Al-Banna dan Ki Hajar

Dewantara terdapat penelitian yang relevan diantaranya sebagai berikut:

No. Identitas Penelitian Temuan dan Kesimpulan


1. Judul : Konsep 1. Pendidikan Karakter menurut Hasan Al
Pendidikan Karakter Banna
Hasan Al-Banna Dan
Relevansinya Dengan Kesimpulan :
Pendidikan Karakter Banyak titik persamaan antara pendidikan
Di Indonesia karakter Hasan Al-Banna dengan pendidikan
Karakter di Indonesia karena kebanyakan warga
Oleh : Kasiman Indonesia menganut agama Islam yang
menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama dan
Hadits sebagai sumber setelahnya dan ada
beberapa tokoh penting yang pemikirannya
selaras dengan beliau yaitu Agus Salim dan
Muhammad Natsir.6

Perbedaan dan - Dalam penelitian kali ini hanya


Orisinilitas membahas tentang pendidikan karakter
menurut Hasan Al Banna
- Dengan hanya adanya hasil tersebut maka
penelitian tersebut sangat berbeda dengan
penelitian yang akan dikaji oleh peneliti
6
Kasiman, Konsep Pendidikan Karakter Hasan Al-Banna Dan Relevansinya Dengan Pendidikan
Karakter Di Indonesia (Lampung: Tesis STAIN Jurai siwo, 2015)

9
kali ini yang membahas tentang konsep
Pendidikan Islam Hasan Al-Banna yang
lebih luas kemudian dikomparasikan
dengan hasil pemikiran Ki Hajar
Dewantara
2. Judul : Konsep - hasil penelitian bahwa konsep pendidikan
Pendidikan Karakter Takwini Al Syakhsiyah Al-Islamiyah
Islami (Takwini Al- menurut Ikwanul Muslimin dilakukan
Syakhsiyah Al- secara takamul (integral) dan syumul
Islamiyah) Menurut (holistik) dalam membentuk Takwini
Ikhwanul Muslimin AlSyakhsiyah Al-Islamiyah. Aspek yang
Dan Relevansinya dibentuk adalah pendidikan dalam aspek
Dengan Pendidikan spiritual religius, aspek integral dan
Karakter Disekolah holistik, aspek intelektual, aspek
Islam Terpadu. emosional, aspek integritas, aspek sosial
dan aspek kewarganegaraan.7

Oleh : Burhan Isroi


Perbedaan dan - Dalam penelitian Burhan Isroi ini
Orisinilitas menjelaskan tentang pendidikan karakter
menurut Ikhwanul Muslimin, yang mana
Ikhwanul Muslimin memamg organisasi
islam yang dibentuk oleh Hasan Al
Banna. Namun walaupun pendirinya
Hasan Al Banna bukan berarti tidak ada
tokoh lain yang andil dalam hal temuan
yang dikutip diatas.
3. Judul : Pengaruh - Hasan Al Banna memiliki niat untuk
Pemikiran Hasan Al membangun lagi kejayaan umat Islam
Banna Dalam melalui perbaikan dari tingkat dasar dan
Gerakan Islam terus sampai ke yang lebih tinggi yaitu,
Ikhwanul Muslimin individu muslim, rumah tangga muslim,
masyarakat muslim, dan pemerintahan
yang islami sesuai dengan nilai-nilai
Oleh : Renaldi Islam. Segala pemikirannya dituangkan
Syafaruddin Akbar kepada organisasi Ikhwanul Muslimin.8
Perbedaan & - Dalam penelitian diatas memang
Orisinilitas tertuangkan seluruh pemikiran Hasan Al
Banna yang mana pemikiran tersebut
untuk kemajuan dan perubahan Ikhwanul
Muslimin, mulai dari ranah Pendidikan,
social, dan juga perekonomian. Penelitian
ini memang terkait dengan penelitian
7
Burhan Isroi, Konsep Pendidikan Karakter Islami (Takwini Al-Syakhsiyah AlIslamiyah)
8
Renaldi, Syafarudin. Pengaruh Pemikiran Hasan Al Banna Dalam Gerakan Islam Ikhwanul
Muslimin. (Medan: Tesis Universitas Negeri Medan, 2018).

10
yang akan dikaji oleh penelitian peneliti
kali ini dalam hal pendidikannya.
4. Judul : Perbandingan - Hasan Al-Banna dan Buya Hamka
Pendidikan Islam memiliki pandangan yang searah akan
Hasan Al Banna dan pentingnya hamba Allah mencari ilmu
Haji Abdul Malik pengetahuan, dari pemikiran keduanya
Karim Amrullah tidak terlepas dari pandangan terhadap
(Hamka) ajaran Islam. Gambaran pemikiran
mereka tentang materi pendidikan
merupakan tauhid adalah sebagai pokok
Oleh : Armai Arief utama, pentingnya lembaga pendidikan
Muhammad Ulinnuha formal dan non formal, tujuan pendidikan
berciri khas dengan tujuan hidup manusia,
seorang pendidik harus menjadi qudwah
dalam segala aspek kehidupan dan tentang
evaluasi pendidikan, materi yang diujikan
harus berkaitan dengan materi yang
diajarkan, serta menerapkan model
evaluasi "muhasabah". 9
Perbedaan dan - Penelitian diatas memang sangat
Orisinilitas berkaitan dengan penelitian yang akan
dikaji oleh peneliti kali ini, hanya saja
yang membedakan adalah pada penelitian
diatas dikomparasikan dengan
pendapatnya Hamka, sedangkan
penelitian yang akan dikaji oleh peneliti
kali ini dikomparasikan dengan hasil
pemikiran Ki Hajar Dewantara.
5. Judul : Materi - Pada tesis kali ini memiliki kesimpulan
Pendidikan Islam seluruh proses pendidikan yang dilakukan
Menurut Hasan Al oleh Hasan al-Banna diselaraskan dengan
Banna tujuan pendidikan yang terdapat di dalam
al-Qur’an dan Sunah.10

Oleh : Maya Sari


SItompul
Perbedaan & - Dalam penelitian yang dikaji oleh saudara
Orisinilitas Maya Sari menjelaskan materi Pendidikan
Islam bukan konsep Pendidikan Islam,
yang mana adanya kata materi dan konsep
merupakan bagian yang memiliki
perbedaan. Bisa dikatakan materi

9
Muhammad, Arief Ulinnuha. Perbandingan Pendidikan Islam Hasan Al Banna dan Haji Abdul
Malik Karim Amrullah (Hamka). (Jakarta: Tesis IIQ, 2016).
10
Maya, Sari Sitompul. Materi Pendidikan Islam Menurut Hasan Al Banna. (Padang: Tesis IAIN
Padangsidimpuan, 2017).

11
Pendidikan Islam merupakan bagian kecil
dari konsep Pendidikan Islam. Sedangkan
dalam penelitian yang akan dikaji oleh
peneliti merupakan konsep Pendidikan
Islam yang lebih luas daripada materi
Pendidikan Islam.
6. Judul : Pendidikan - Pada penelitian ini menghasilkan sebuah
Budi Pekerti Ki Hajar kesimpulan bahwa SMA Taman Madya
Dewantara dan Ibu Pawiyatan Yogyakarta, antara kondisi
Relevansinya dengan komponen sekolah masih sangat memiliki
Pendidikan Akhlak di karakteristik budaya budi pekerti yang
SMA Taman Madya baik dan mendukung sehingga Program
Ibu Pawiyatan Pendidikan Budi Pekerti Luhur milik Ki
Yogyakarta Hajar Dewantara dan Pendidikan Akhlak
itu masih sangat diterima untuk bisa
diterapkan pada Lembaga tersebut dalam
Oleh : Wandi Sudarto kurun waktu yang lama11.
Perbedaan & - Dalam penelitian milik suadara Wandi
Orisinilitas tersebut berfokus pada Pendidikan budi
pekerti menurut Ki Hajar Dewantara
bukan pada konsep Pendidikan Islam
menurut Ki hajar Dewantara. Jadi
perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan dikaji oleh peneliti saat ini
sangat signifikan yang mana dalam
penelitian milik saudara Wandi
membahas Pendidikan Budi Pekerti saja
kemudian di aplikasikan kepada siswa
SMA Taman Madya.
7. Judul : Pemikiran - Dalam penelitian ini menyimpulkan
Humanistik Ki Hajar bahwa pemikiran Humanistik menurut Ki
Dewantara Hajar Dewantara ialah dengan
memposisikan pendidikan sebagai
penuntun. Pemikiran pendidikan
Oleh : Intan Ayu Eko Humanistik Ki Hajar Dewantara dapat
Putri dilihat dari pandangan Ki Hajar
Dewantara tentang konsep manusia dan
pendidikan.12

Perbedaan dan - Penelitian milik Saudari Intan tersebut


Orisinilitas cukup mengkaji tentang pemikiran

11
Wandi, Sudarto. Pendidikan Budi Pekerti Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan
Pendidikan Akhlak di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta. (Malang: Tesis Universitas
Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2014).
12
Intan Ayu, eko Putri. Pemikiran Pendidikan Humanistik Ki Hajar Dewantara.(Semarang : Tesis
IAIN Walisongo, 2012).

12
Humanistik menurut Ki Hajar Dewantara
bukan mengkaji Pemikiran Pendidikan
oleh Ki Hajar Dewantara, walaupun tokoh
yang dikaji sama namun konteks
penelitiannya berbeda.
8. Judul : Studi - Pada penelitian kali ini lebih detail
Komparasi Konsep membahas tentang akhlak menurut Ki
Pendidikan Akhlak Hadjar Dewantara dan Hamka. Telah
Menurut Ki Hadjar dijabarkan Konsep Pendidikan Akhlak
Dewantara dan menurut kedua tokoh yakni Ki Hajar
Hamka serta Dewantara dan Hamka, kemudian telah
Implikasinya dicari perbdeaan dan kesamaannya.
Terhadap Pendidikan Dalam penelitian ini sekaligus membahas
Islam tentang implikasinya dalam pendidikan
islam.13

Oleh : Fatma Samal


Perbedaan dan - Dalam penelitian milik saudari Fatma
Orisinilitas Samal ini memiliki persamaan yakni
sama-sama mengkomparasikan dua
pendapat tokoh ahli, namun salah satu
dari tokohnya berbeda. Dan juga
mengkaji konsep Pendidikan namun pada
penelitian milik saudari Fatma ini
dikerucutkan menjadi konsep Pendidikan
akhlak sedangkan penelitian yang akan
dikaji oleh peneliti adalah konsep
pendidikan Islam.
9. Judul : - Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa
Konstektualisasi fokus pemikiran Hasan Al-Banna melalui
Pemikiran Dakwah gerakan dakwah tarbiyah adalah melalui
Hasan Al Banna Vol. proses penyiapan manusia yang shalih,
08 No. 01 yakni agar tercipta suatu keseimbngan
dalam proteksi, tujuan, ucapan dan
tindakannya secara keseluruhan.14
Oleh : Samian
Hadisaputra
Perbedaan dan - Dalam jurnal ini memang dengan jelas
Orisinilitas mengkaji pemikiran dari Hasan Al Banna,
namun pada jurnal tersebut menegaskan
pemikiran Hasan Al Banna perihal
dakwahnya. Sedangkan penelitian yang
13
Fatma, Samal. Studi Komparasi Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ki Hadjar Dewantara dan
Hamka serta Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Tesis Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijogo, 2005).
14
Samian, Hadisaputra. Konstektualisasi Pemikiran Dakwah Hasan Al Banna. (Banten: Tesis
IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, 2017).

13
akan dikaji oleh peneliti ini merupakan
penelitian yang akan mengkaji pemikiran
Hasan Al Banna dalam ranah pendidikan
Islam.
10. Judul : Filsafat - Jurnal tersebut membahas tentang filsafat
Pendidikan Ki Hajar pendidikan among yang didalamnya
Dewantara dan merupakan proses membebaskan peserta
Sumbangannya Bagi didik bisa bebas berfikir dan mengatasi
Pendidikan di permasalahan sendiri kemudian masih
Indonesia Vol. 25 memberikan bimbingan serta arahan yang
No. 1 dapat menjadi pelajaran dan pengalaman
berharga bagi peserta didik. Tiga
kontribusi filsafat pendidikan Ki Hadjar
Oleh : Hernicus Dewantara terhadap pendidikan Indonesia
Suparlan adalah penerapan trilogi kepemimpinan
dalam pendidikan, tri pusat pendidikan
dan sistem paguron.15
Perbedaan dan - Dalam Jurnal milik saudara Suparlan
Orisinilitas tersebut memang sangat berkaitan dengan
penelitian yang akan dikaji lebih lanjut
oleh peneliti kali ini, hanya memiliki
perbedaan jika dalam jurnal tersebut
adalah pemikiran Ki Hajar Dewantara
tentang pendidikan secara umum bukan
dalam sudut pandang Islam dan juga tidak
memadu- padankan dengan pemikiran
dari tokoh ahli yang lain.

Dalam paparan beberapa penelitian yang releven diatas, peneliti masih

belum menemukan adanya penilitian yang mengkaji tentang Ki Hajar Dewantara

dan Hasan Al Banna dalam hal konsep pendidikan yang telah dicetuskan oleh

kedua tokoh tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji tentang Studi

Komparasi Konsep Pendidikan Islam perspektif Ki Hajar Dewantara dan Hasan

Al Banna.

2.2 Kajian Teori


15
Hernicus, Suparlan. “Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Sumbangannya Bagi
Pendidikan di Indonesia” Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa Jurnal Filsafat
Vol. 25, No. 1 (2015).

14
a. Konsep Pendidikan Islam

1) Pengertian Pendidikan

Muhammad Natsir mengemukakan bahwa yang dinamakan

pendidikan ialah suatu pimpinan jasmani dan rohani menuju

kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti

sesungguhnya.16

2) Pengertian Pendidikan Islam

Kata “Islam” dalam “pendidikan Islam” menunjukkan warna

pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam.

Dalam jurnal Sholeh menuturkan bahwa menurut Marimba

pendidikan islam adalah proses bimbingan pada jasmani dan rohani

berdasarkan dasar-dasar hukum agam Islam agar dapat terbentuk

kepribadian yang sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan Muhammad

Athiyah al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam

(al-Tarbiyah al-Islamiyah) ialah mempersiapkan manusia supaya hidup

dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap

jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus

perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik

dengan lisan maupun tulisan. 17

16
Muhammad Natsir. Ideologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Republika, 1954), 9.
17
Ibid, 56-57.

15
Sementara Prof Azyumardi dalam bukunya mengutip pendapat

Hasan Langgulung, ia merumuskan pendidikan Islam sebagai “proses

penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan

pengetahuan, dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi

manusia untuk beramal dan memetik hasilnya di akhirat.18 Disini

pendidikan Islam merupakan proses pembentukan individu berdasarkan

ajaran Islam yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW. Melalui proses ini individu dibentuk agar dapat

mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menyelesaikan

tugasnya yakni sebagai kholifah di muka bumi ini, yang selanjutnya

mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

3) Tujuan Pendidikan Islam

Adanya sebuah proses jelas sekali memiliki tujuan yang menjadi

acuan dalam melaksanakan proses tersebut. Tujuan Pendidikan Islam

ini ada dua yakni tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.

Tujuan umum pendidikan Islam yang paling utama adalah

terwujudnya makhluk yang berjenis manusia sebagai hamba Allah yang

baik. Kemudian adanya tujuan umum ini melahir beberapa tujuan

khusus.19 Pendidikan Islam adalah sebuah aspek dari ajaran agama

Islam.. Oleh karena itu tujuan Pendidikan Islam tidak jauh dari tujuan

18
Azka Azyumardi. Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi di tengah tantangan millenium
III. (Jakarta: Prenadamedia Group. 2014), 47.
19
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Islam. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019), 24.

16
manusia hidup dimuka bumi sebagai hamba Allah, yaitu menciptakan

pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam keadaan sosial, bangsa

dan negara, pribadi bertakwa ini dapat menjadi rahmatan li al-alamiin,

baik dalam skala kecil maupun skala besar. Tujaun akhir dari

Pendidikan Islam bisa dikatakan juga sebagai tujuan hidup manusia

dalam Islam.

Kemudian terdapat pula tujuan khusus Pendidikan Islam yang

lebih spesifik menjabarkan apa tujuan dalam Pendidikan Islam. Tujuan

khusus ini sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam

tidak sekedar idealisasi ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Namun

dengan kerangka tujuan lebih praxis itu dapat dirumuskan harapan yang

ingin dicapai dalam tahap tertentu pendidikan, sekaligus dapat pula

dinilai hasil yang akan diraih. 20

Tujuan khusus tersebut ialah tahap penguasaan peserta didik

pada bimbingan yang telah diberikan dalam beberapa bagian yakni,

pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, keterampilan, atau dengan istilah

kognitif, afektif, dan motorik. Dan beberapa tahapan inilah kemudian

dapat diraih tujuan-tujuan yang lebih detail dan lengkap dengan materi,

metode, dan sistem evaluasi. Inilah yang kemudian disebut dengan

20
Ibid, 50.

17
kurikulum, yang selanjutnya dirinci lagi kedalam silabus dan berbagai

materi bimbingan yang akan diberikan.

4) Pripsip Dasar Pendidikan Islam

Ramayulis menguatkan prinsip pendidikan diambil berdasarkan

sumber dasar pendidikan, yang berupa agama ataupun ideologi yang

dianut. Dasar pendidikan Islam yang paling utama ialah Al-Qur’an

kemudian sumber yang kedua adalah Sunnah Rasul SAW. Sementara

itu dalam buku karya Ramayulis yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam

juga mengutip pendapat dari Al-Syaibany ia menjelaskan lagi

bahwasannya dasar-dasar Pendidikan Islam mencakup beberapa sumber

syariat Islam lainnya seperti qiyas, ijtihad dan ijma’.21

Prinsip yang penting dalam pendidikan Islam terdapat pada Al-

Quran. Karena didalam Al-Quran banyak terkandung penjelasan pokok

mengenai pendidikan, salah satunya ialah perhomatan akal manusia

sebagai alat tumpuan untuk pendidikan, bimbingan ilmiah, memelihara

kebutuhan sosial, serta tidak menentang fitrah manusia.

Kemudian warisan pemikiran Islam adalah dasar yang penting

dalam pendidikan Islam. Sama halnya dengan prinsip pendidikan Islam

berpegang teguh diatas dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan

21
Ramayaluis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Kalam Mulia. 1998), 17.

18
Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu

pengetahuan dan akhlak.22

5) Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,

karena didalamnya terdapat pihak-pihak yang ikut terlibat baik secara

langsung atau tidak langsung. Apalagi Islam merupakan agama yang

berisi tentang ajaran cara hidup yang ditunjukkan Allah kepada manusia

melalui para utusan Allah dari yang pertama sampai yang terakhir. Jika

para rosul dahulu menerima pendidikan itu sesuai dengan kebutuhannya

dan sering disesuaikan dengan keadaan dan kondisi pada zamannya lalu

kemudian ketika pada masa nabi Muhammad SAW lebih

disempurnakan lagi yang berarti bahwa ajaran Islam merupakan ajaran

yang disesuaikan sesuai dengan kebutuhan seluruh umat manusia dan

berlaku dalam segala tempat dan masa.

Dengan adanya sedikit uraian diatas, tentu bisa diketahui bahwa

ruang lingkup pendidikan Islam pasti sangatlah luas karena didalamnya

terdapat banyak pihak dan banyak sekali kaitannya dari berbagai segi

kehidupan. Adapun ruang lingkup pendidikan Islam ialah meliputi

sebagai berikut :

22
Siti Shafa Marwah. “ Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara Dengan
Pendidikan Islam”, TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education Vol. 5 No. 1. (2018),
18.

19
a) Perbuatan Mendidik

Perbuatan mendidik ialah seluruh kegiatan, tindakan dan sikap

pendidik sewaktu menghadapi peserta didiknya. Dalam perbuatan

mendidik ini sering disebut dengan tahzib. Karena itu sebagai pengajar,

guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan

keterampilan muridnya.23

Perlu diketahui bahwa ada perbedaan mengenai mengajar dan

mendidik. Yang artinya mendidik itu bukan hanya transfer ilmu semata,

karena yang dinamai dengan mendidik adalah memperbaiki jasmani dan

rohani peserta didik untuk menuju arah yang benar dan bisa

menunaikan kewajibannya sebagai kholifah yang diciptakan Allah

dimuka bumi ini.

b) Peserta Didik

Peserta didik adalah merupakan pihak yang paling penting

dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena semua upaya yang

dilakukan adalah demi untuk menggiring anak didik kearah yang lebih

sempurna. Oleh sebab itu, maka disamping peserta didik mendapatkan

pelajaran di dalam ruangan kelas seorang guru juga secara khusus

menyediakan waktu khusus untuk memberikan bimbingan atau

23
Mappasiara. “Pendidikan Islam: Pengertian, Ruang Lingkup dan Epistimologinya” Makasar:
Jurnal Pendidikan Islam volume VII Nomor 1, (2018), 154.

20
penyuluhan kepada peserta didik agar target yang hendak dicapai dapat

terlaksana dengan baik.

Proses pendidikan tidak akan bisa berjalan jika tanpa adanya

peserta didik. Dan adanya peserta didik ini bukan hanya sebagai

makhluk yang akan menerima saja, namun peserta didik ini juga akan

digiring untuk bisa menciptakan yang kemudian peserta didik ini dapat

menjadi generasi penerus bangsa yang berguna.

c) Pendidik

Pendidik atau yang biasa disebut dengan guru. Guru sangat

berperan penting dalam pendidikan Islam, karena keberhasilan dari

proses pendidikan juga tergantung kepada guru yang berperan sebagai

pemilik ilmu yang kemudian akan ditularkan kepada peserta didik dan

tidak hanya ilmu gurulah yang membimbing dan mengarahkan peserta

didik menuju kearah tujuan pendidikan yang ingin dicapainya. Oleh

sebab itu, sebagai guru harusnya sangat diharapkan dapat menjadi

tauladan dan kiblat yang baik bagi para peserta didik. Karena melalui

akhlak dan keteladanan para guru, maka keberhasilan pendidikan akan

lebih cepat tercapai.

Oleh karena itu, pepatah jawa mengatakan bahwa “Guru artinya

adalah digugu lan ditiru” yang artinya seorang guru atau seorang

pendidikan adalah seorang yang dipercaya dan dihormati oleh peserta

21
didik dan yang seluruh perilakunya akan menjadi cermin bagi peserta

didiknya.

Dan seorang yang mendapatkan julukan sebagai pendidik berarti

mengemban tugas yang bukan hanya mentransfer pengetahuan saja,

namun juga harus menunjukkan dan mengarahkan peserta didiknya

untuk memiliki pemikiran yang sesuai dengan norma dan mendidik

batinnya agar dapat memenuhi tanggung jawabnya sebagai hamba

Allah dan makhluk sosial.

d) Materi Pendidikan Islam

Materi Pendidikan Islam merupakan hal yang sangat penting.

Kemudian harus tetap menjadikan Al-Quran sebagai rujukan yang

utama dalam membentuk ataumerancang materi Pendidikan, agar

materi yang disampaikan tidak hanya berfokus pada agama saja anmun

dapat mencakup keseluruhan dengan cara bertahap.24

e) Metode Pendidikan Islam

Sedangkan metode Pendidikan Islam juga memiliki peranan

yang penting dalam proses meraih tujuan Pendidikan Islam. Pentingnya

metode pendidikan Islam ini ditunjukkan pada adanya materi yang ada

tidak bisa diajarkan secara keseluruhan dalam waktu sekaligus atau

dengan bertahap namun mencakup keseluruhan, maka dari itu sangat

24
Ibid, 155.

22
diperlukannya metode pendidikan Islam agar memudahkan para peserta

didik bisa memahami materi yang akan disampaikan oleh pendidik. Hal

tersebut sesuai dengan prosedur pendidikan yang diperintahkan Al-

Quran. Dan metode dalam pengajaran pendidikan Islam ini juga sangat

berpengaruh pada tingkat keberhasilannya sebuah proses pendidikan.

Karena dengan memberikan atau mempraktekkan beberapa metode

pada pembelajaran akan memberikan kesempatan untuk peserta didik

yang kurang bisa menerima materi jika menggunakan metode “a”, lalu

kemudian peserta didik tersebut akan mudah menerima jika

menggunakan metode “b”.

Jenis metode yang digunakan ketika proses belajar dan mengajar

merupakan usaha dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang

diharapkan. Memberi pengajaran kepada peserta didik bisa

menggunakan banyak metode karena setiap materi memiliki metode

yang berbeda. Beberapa metode yang bisa digunakan adalah metode

cerita, ceramah, diskusi, demontrasi, resitasi, eksperimen, mind

mapping dan masih banyak lagi.

f) Evaluasi Pendidikan

Seluruh proses pendidikan mulai dari titik teratas sampai dengan

titik terendah semua memerlukan adanya evaluasi. Karena dengan

adanya evaluasi berbagai pihak yang berkaitan didalamnya akan

mengetahui apa saja kekurangan yang ada, dan akan bisa mencari solusi

23
dari segala permasalahan yang muncul. Kemudian dengan adanya

evaluasi juga dapat menjadi tolak ukur keberhasilan suatu pendidikan.

Bentuk evaluasi juga bermacam-macam, namun yang pasti

tujuan dari evaluasi ini adalah memperbaiki seluruh kekurangan dan

mencari solusi disetiap permasalahan, mulai dari masalah dari peserta

didik, pendidik, bahkan sampai di sistem pendidikan.

g) Lingkungan sekitar

Semua pribadi harus memiliki tanggung jawab sendiri dalam

masyarakat mulai sejak kecil hingga dewasa yang berarti mengalami

perkembangan. Perkembangan anak itu menjadi baik atau buruk

bergantung pada pendidikan atau pengaruh yang diterima oleh anak itu

dilingkungan pendidikannya. Lingkungan pendidikan yang dapat

mempengaruhi perkembangan peserta didik menurut M. Ngalim

Purwanto ada 3 golongan besar, yaitu:

(1) Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama

(2) Lingkungan sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua

(3) Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga.25

Lingkungan pertama dalam pendidikan disebut juga dengan

lingkungan keluarga merupakan dasar dari pendidikan anak

berkelanjutan. Apa yang didapat oleh anak dalam lingkungan keluarga


25
M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teori dan Praktis. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), 131.

24
merupakan penentu bagi pendidikan anak selanjutnya. Untuk

menjadikan anak sebagai pribadi yang baik dan memiliki sikap dan juga

perilaku yang baik maka dalam lingkungan keluarga harus benar-benar

diperhatikan agar anak tersebut benar-benar mendapatkan kondisi

lingkungan pendidikan pertama yang baik.26

Lingkungan sekolah, adalah lingkungan kedua dalam

pendidikan setelah lingkungan keluarga. Dalam pendidikan anak

lingkungan sekolah merupakan lingkungan lanjutan yang harus ada

pada anak didik. Lingkungan sekolah melanjutkan pendidikan yang ada

dalam keluarga yang kemudian disekolah menyajikan beberapa hal

yang baru yang mungkin masih kurang dalam lingkungan keluarga.

Seperti halnya jika dalam keluarga, anggota yang ada merupakan

individu yang sudah dikenal oleh anak dari dulu, ketika disekolah anak

akan banyak bertemu dengan orang asing dan akan banyak belajar hal

yang baru yang dapat menjadikan anak tersebut menjadi pribadi yang

lebih baik dan lebih bertanggung jawab dan mandiri. Yang mana hal-

hal tersebut dapat menjadi bekal anak dalam menjalani kehidupan

selanjutnya. Karena didalam sekolah juga mengajarkan banyak sekali

hal yang belum mampu diajarkan dalam lingkungan keluarga.27

Lingkungan masyarakat, lingkungan ini disebut dengan

lingkungan ketiga dalam pendidikan. Lingkungan masyarakat ini

26
Ibid, 132
27
Ibid, 133.

25
merupakan lingkungan yang penting juga dalam perkembangan

pendidikan anak, apalagi manusia mempunyai kodrat bahwa ia adalah

makhluk sosial. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anak,

anak harus mulai sedikit demi sedikit diperkenalkan dengan peraturan-

peraturan yang ada dalam masyarakat. Yang mana dalam peraturan

masyarakat ada beberapa norma sosial yang harus diterapkan. Belum

lagi bahwa tidak menutup kemungkinan anak juga akan memasuki

perkemupulan atau sebuah organisasi yang disengaja seperti halnya

organisasi kepramukaan, organisasi politik dan lain sebagainya.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berjenis studi pustaka

(Library research). Penelitian kajian Pustaka merupakan penelitian yang

berbentuk kajian teoitis pada hasil pemikiran atau karya seorang tokoh

dalam yang tertuang dalam bentuk karya ilmiah ataupun dokumentasi

lainnya. Studi pustaka merupakan penelitian yang mencari bahan yang

dapat digunakan untuk membahas masalah yang sama atau memiliki

persamaan dengan topik yang akan dibahas oleh peneliti.

Studi pustaka sering disebut sebagai studi pendahuluan. Dalam

mendapatkan atau mengumpulkan data pada penelitian ini ada tiga objek

yang dikaji. Ketiga objek tersebut berbeda-beda bentuknya ada yang

berupa tulisan (paper), manusia (person), atau tempat (place).28

Penelitian ini mengkaji : ide, gagasan, pendapat yang dikemukakan

oleh Ki Hajar Dewantara dan Hasan Al Banna dalam pemikiran

pendidikan dari berbagai literatur baik buku, jurnal atau dokumen yang

dipandang mempunyai relevansi dengan pembahasan, baik referensi yang

28
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2009), 41.

27
secara langsung membahas tema penelitian maupun yang secara tidak

langsung berkaitan dengan penelitian.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

historis, pendekatan filosofis, dan pendekatan komparatif.

Pendekatan yang pertama adalah pendekatan hostoris yaitu

pendekatan yang mengkaji data pribadi, karya dan pemikiran dari tokoh

yang dituju. Dilihat dari sejarah hidupnya, politik dan budayanya serta

kondisi sisal pada masa hidupnya, itu semua dikaji secara mendalam agar

dapat ditemukan perkembangan dan dasar dari pemikiran para tokoh.29

Pendekatan ini digunakan oleh peneliti untuk menelusuri secara aktual

atau autentik biografi Ki Hajar Dwantara dan Hasan Al Banna.

Pada pendekatan yang kedua yaitu pendekatan filosofis yaitu

pendekatan yang mendasari konsep-konsep pemikiran. Ki Hajar

Dewantara dan Hasan Al Banna mengenai pemikiran pendidikan islam.

Dan yang ketiga yaitu pendekatan komperatif yaitu untuk

mengungkapkan sebuah perbandingan pemikiran pendidikan islam Ki

Hajar Dewantara dan Hasan Al Banna agar diketahui dan dipahami dengan

mudah.

29
Siti Bariroh. Pendidikan Budi Pekerti (Studi Komperasi Ki Hajar Dewantara dan Muhammad
Athiyah Al Abrasy), (Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014), 30.

28
3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

adalah studi kepustakaan atau dokumentasi yang mengkaji dengan kritis

dan mentelaah berbagai karya dari tokoh bisa berupa buku, tulisan, jurnal,

dan artikel yang mempunyai relevansi dengan pembahasan penelitian kali

ini.

Selanjutnya sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber data resmi seperti surat

keputusan, dokumentasi resmi, surat bukti yang dikeluarkan kantor atau

organisasi yang bersangkutan, dan surat instruksi. Lalu sumber data kedua

yang dilakukan adalah berasal dari sumber data tidak resmi yang bisa

berupa surat pribadi, surat nota yang dapat memberikan informasi yang

kuat. Selain itu dalam penelitian pendidikan, dokumentasi yang bisa

digunakan ada juga yang dibedakan menjadi dokumentasi primer, skunder

dan tersier yang mempunyai nilai keaslian berbeda-beda. Dokumen primer

lebih diutamakan karena biasanya mempunyai nilai dan bobot yang lebih

jika dibandingkan dengan dokumen lainnya.30

3.4 Sumber Data

30
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Yogyakarta: PT. Bumi
Aksara, 2011), 81.

29
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data dibawah

ini:

1) Data Primer

Data Primer adlah sumber data yang langsung memberikan data

yang berhubungan langsung dengan judul penelitiian. Beberapa buku

yang dijadikan sumber primer antara lain :

a) Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan Yogyakarta :

Yayasan Persatuan Tamansiswa (Anggota IKAP), 2011.

b) Ki Hajar Dewantara, Bagian Kedua Kebudayaan Yogyakarta :

Yayasan Persatuan Tamansiswa (Anggota IKAP), 2011.

c) Ki Hajar Dewantara, Menuju Manusia Merdeka Yogyakarta :

Grafina Mediacipta, 2009.

d) Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan Bagian 1 dan 2, Surakarta :

PT. Era Adicitra Intermedia, 2018.

2) Data Sekunder

Sumber Sekunder adalah sumber data yang dapat menunjang

sumber data primer.

3.5 Metode Analisis Data

Penelitian studi pustaka (library research) metode analisis datanya

menggunakan deskriptif-analitik, yaitu suatu bentuk metode penelitian

30
yang mengikuti proses pengumpulan data, penyusunan dan penjelasan atas

data dan setelah itu dilakukan analisis. 31


Metode analisis data (content

analysis) yakni setelah data terkumpul, maka akan dijabarkan sesuai

dengan masalah yang akan diteliti dan dianalisis isinya. Kemudian di

interprestasikan dan yang terakhir diberi kesimpulan.32

31
Winarno Surahmat. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode Teknik (Bandung: Tarsito,
2004), 140.
32
Sumadi Suryabrata. Metodologi penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), 40.

31
BAB IV

PAPARAN DATA

4.1

32

Anda mungkin juga menyukai