Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurainun

Pelajaran : ilmu pendidikan


Dosen : Dr. Firman, S.Pd.,M.Pd.

MATERI
HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

A. Poin-poin yang saya dapatkan di materi HAKEKAT PENDIDIKAN MENURUT


PAKAR PENDIDIKAN ini antara lain:
1. Pengertian pendidikan
Secara subtansial jurnal ini membahas tentang, "Hakekat Pendidikan Menurut
Perspektif Pakar Pendidikan" yang membahas tentang bagaimana hakekat
pendidikan menurut pakar Islam dan Barat, kemudian bagaimana persamaan dan
perbedaan hakekat pendidikan yang dikemukakan para pakar pendidikan. Karena
begitu urgennya pendidikan bagi kehidupan manusia, sehingga banyak para pakar
mencurahkan pikiran untuk menghasilkan berbagai karya ilmiah sebagai bentuk
responsibilitas dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Pakar pendidikan
1) Memperbincangkan masalah pendi-dikan adalah sebuah keniscayaan yang
senantiasa dijalani oleh manusia. Karena wacana pendidikan adalah sebuah
masalah sangat urgen bagi kehidupan manusia. Dengan demikian menggagas
pendidikan merupakan kebutuhan yang inheren dengan gerak langkah manusia.
Pertimbangan akademik ini mencuat karena medium yang sering menjadi
perdebatan mengenai pendidikan adalah tentang manusia itu sendiri. Keharusan
pendidikan bagi manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan dapat
menerima pendidikan itu.
2) -Al-Tarbiyah menurut bahasa semakna dengan pertumbuhan. Dikatakan juga
bahwa Al-Tarbiyah disamakan jugadengan al-Ta'lim atau bermakna upaya dengan
sekuat tenaga untuk menemu-kan hakekat suatu ilmu sehingga manusia dapat
mencapaikeutuhan hidup.
3) -Tarbiyah secara semantik tidak khusus ditujukan untuk mendidik manusia, tetapi
dapat dipakai pada spesies lain, seperti mineral, tanaman dan hewan.
4) - Sementara itu Al-Asfanaiy mendefini-sikan tarbiyah yaitu proses menum-
buhkan sesuatu secara bertahap yang dilakukan setapak demi setapak sampai pada
batas kesempurnaan.
5) - Tarbiyah upayah mempersispkan individu untuk kehidupan yang lebih
sempurnah, kebahagian hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesempur-naan
etika, sistimatik dalam berfikir, tajam perasaan, giat dalam berkreasi, toleransi
pada orang lain, berkom-potensi dalam menggunakan bahasa tulis dan lisan serta
terampil ber-kreativitas.
6) - Pendidikan Islam proses mengubah tingka laku individu pada kehidupan pribadi,
masyarakat dan alam sekitar-nya dengan cara pengajar sebagai suatu aktifitas
asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
7) -Tarbiyah upayah mempersispkan individu untuk kehidupan yang lebih
sempurnah, kebahagian hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesempur-naan
etika, sistimatik dalam berfikir, tajam perasaan, giat dalam berkreasi, toleransi
pada orang lain, berkom-potensi dalam menggunakan bahasa tulis dan lisan serta
terampil ber-kreativitas.
8) -Pendidikan Islam proses mengubah tingka laku individu pada kehidupan pribadi,
masyarakat dan alam sekitar-nya dengan cara pengajar sebagai suatu aktifitas
asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
9) -Tarbiyah adalah proses persiapan dan pemeliharaan anak pada masa kanak-kanak
di dalam keluarga.12 Pengertian ini merupakan intisari kandungan hukumsurah
Al-Isra ayat 24 dan asysyu'ara ayat 18. Obyek kedua ayat tersebut diperuntukkan
bagi bayi dan fase anak-anak.
10) -Bahwa untuk mengetahui formulasi pendidikan, maka yang menjadi sentrum
kajian adalah pada aspek tujuan pendidikan. Dengan demikian berdasarkan hasil
studi terhadap pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas tujuan akhir
yang ingin ducapai melalui kegiatan pendidikan menjadi dua hal, yaitu Pertama,
tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada
Allah Swt. Kedua, kesempurnaan insani yang bermuara kepada kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat.
3. Pakar pendidikan
1. John Dewqy, mengatakan: “Pendidi-kan adalah sebagai suatu proses pembentukan
kemampuan dasar fun-damental, baik menyangkut daya pikir (intelektual),
maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia.
2. Van Cleve Mores, mengatakan: “Pendidikan adalah studi filosofia, karena ia pada
dasarnya bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara hidup secara
menyeluruh pada setiap generasi, akan tetapi ia juga menjadi agen (lembaga) yang
melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan yang
lebih baik.
3. Menurut Bogley, mengatakan: ”Pendidikan adalah suatu aktivitas individu yang
dilakukan berdasarkan pengalaman sehingga mengarah pada suatu kesempumaan
di masa yang akan datang.
4. Menurut Brubacher, mengatakan :Pendidikan diartikan sebagai proses timbal
balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dangan alam, teman.
Pendidikan juga meru-pakan perkembangan yang terorgani-sir dan kelengkapan
dari semua potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani oleh dan untuk
kepribadian dan individunya dan kegunaan bagi masyarakatnya, yang diarahkan
demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidup-nya.
5. Menurut Frobel, mengatakan Pendidikan adalah upaya maksimal yang dicapai
seseorang di dalam belajarnya (sekolah) yang bertujuan untuk menghasilkan anak
didik yang memiliki keberanian, sopan santun dan kemuliaan akhlak, yang
mencintai tanah air, bersungguh-sungguh (meng-erahkan segenap potensinya)
untuk mencari kebahagiaan hidupnya, ketinggian ilmu dan industri dan mencari
ilmu sepanjang hidupnya buat kemajuan (kejayaan negerinya), men-cintai dan
mentaati Allah sehingga mempennudah untuk mencapai kemu-liaan di sisi Allah
dan pandangan manusia.
4. Persamaan Pendidi-kan enurut Perspektif Para Ahli
Berdasarkan hasil riset kepustakaan terhadap pendapat para ahli tentang makna
esensial pendidikan, maka penulis meng-genaralisasikan dalam konteks
persamaan, yakni kesemuanya mengarah pada proses penyiapan individu (anak,
didik) yang didesain secara sengaja oleh orang dewasa untuk menuju kearah
kedewasaan setelah melalui proses penempatan pengalaman belajar baik yang
dilakukan oleh lembaga formal dan informal sehingga terbentuk sebuah
kepribadian yang sempurna.
5. Perbedaan Pendidi-kan enurut Perspektif Para Ahli
Mencermati esensi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, maka terdapat
beberapa perbedaan yang signiflkan, yaitu Bagi pakar pendidikan barat terdapat
kecenderungan bahwa pendidikan itu meru-pakan suatu aktivitas transfer
pengetahuan dan keterampilan semata, tanpa menjadikan aspek ruhani dan
pembentukan budi pekerti. Dengan demikian, proses belajar yang direncanakan
telah menafikan nilai-nilai sritual sebagai potensi manusia.

B. Poin-poin yang saya dapatkan dari materi HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM


PERSPEKTIF JOHN DEWEY Tinjauan Teoritis antara lain:
1. Pengertian Hakikat
Istilah hakekat bisa diartikan sebagai karakteristik atau ciri khas dari sesuatu, yang
bisa membedakannya dari yang lain. Hakekat adalah hal terpenting dari sesuatu yang
terdiri atas pengertian yang sifatnya abstrak. Abstrak berarti tidak konkrit atau tidak
dapat dihayati atau diamati dengan panca indra (Imam Barnadib, 2002:4). Hakekat
pendidikan, misalnya, dengan demikian bisa dimaknai sebagai karakteristik atau ciri
khas dari pendidikan, yang sifatnya abstrak, yang bisa membedakannya dengan yang
bukan pendidikan.
2. HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM BERAGAMPERSPEKTIF
 Memandang pendidikan sebagai fenomena utama dalam kehidupan manusia di
mana orang yang telah dewasa membantu pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik untuk menjadi dewasa. Pendidikan dalam arti luas semacam itu,
telah ada sejak manusia ada. Sejak awal mula kehidupannya, manusia sudah
melakukan tindakan mendidik atas dasar pengalaman, bukan berdasarkan teori
bagaimana sebaiknya mendidik. Dalam hal ini, pendidikan menunjuk pada
pendidikan pada umumnya, yaitu pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat
umum
 Sementara itu, H.A.R Tilaar (1999: 17) memahami hakekat pendidikan dari dua
jenis pendekatan, yaitu pendekatan reduksionisme dengan pendekatan holistik
integratif. Kedua jenis pendekatan tersebut mempunyai kesamaan di dalam
memberikan jawaban terhadap persoalan hakikat pendidikan, ialah bahwa
pendidikan tidak dapat dikucilkan dari proses pemanusiaan. Tidak ada suatu
masyarakatpun yang dapat eksis tanpa pendidikan.
 Pertama, pedagogisme. Dalam menjelaskan mengenai hakekat pendidikan,
pendekatan ini bertolak dari keyakinan bahwa anak akan dibesarkan menjadi
dewasa. Ini melahirkan teori yang menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia, misalnya nativisme (anak telah mempunyai kemampuan
yang dilahirkan dan tinggal dikembangkan saja), dan empirisme (anak dilahirkan
seperti kertas putih yang akan diisi oleh pendidikan).
 Kedua, filosofisme. Pendekatan ini bertolak dari adanya pertentangan mengenai
hakekat manusia dan hakekat anak. Anak manusia mempunyai hakekat sendiri
dan berbeda dengan hakekat orang dewasa. Anak bukanlah orang dewasa dalam
bentuknya yang kecil. Anak mempunyai nilai-nilainya sendiri yang akan
berkembang menuju kepada nilainilai seperti orang dewasa. Tugas pendidikan
adalah membantu anakmenuju kedewasaannya sehingga anak dapat mengambil
keputusannya sendiri. Menurut pandangan ini, pendidikan akan berakhir ketika
anak manusia menjadi dewasa.
 Ketiga, religionisme. Pendekatan ini bertolak dari hakikat manusia sebagai
makhluk yang religius. Di sini hakekat pendidikan adalah membawa peserta didik
menjadi manusia yang religius karena sebagai makhluk ciptaan Tuhan peserta
didik itu harus dipersiapkan untuk hidup sesuai dengan harkatnya.
 Keempat, psikologisme. Psikologisme cenderung mereduksi ilmu pendidikan
menjadi ilmu proses belajar mengajar, sehingga hakikat pendidikan adalah proses
belajar mengajar. Hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik
seakan-akan ilmu pendidikan itu terbatas kepada ilmu mengajar saja.
 Kelima, negativisme. Berkaitan dengan negativisme, ada tiga teori, pertama,
tugas pendidikan adalah menjaga pertumbuhan anak. Untuk itu, perlu
disingkirkan hal-hal yang dapat merusak atau yang sifatnya negatif terhadap
pertumbuhan tersebut. Segala sesuatu seakan-akan telah tersedia di dalam diri
anak yang akan bertumbuh dengan baik apabila tidak dipengaruhi oleh hal-hal
yang merugikan pertumbuhan tersebut.
 Keenam, sosiologisme. Meletakkan hakekat pendidikan kepada keperluan hidup
bersama dalam masyarakat. Jadi, titik tolaknya prioritas kepada kebutuhan
masyarakat dan bukan kepada kebutuhan individu. Sebagai anggota masyarakat,
peserta didik harus dipersiapkan menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF JOHN DEWEY
 Di antara tiga tokoh di dalam aliran prag-matisme, yaitu Peirce, James, dan John
Dewey, John Dewey sering disebut sebagai tokoh pragmatisme modern. Aliran ini
menyatakan bahwa benar tidaknya suatu teori bergantung pada berfaedah
tidaknya teori itu bagi manusia dalam penghidupannya. Dengan demikian, ukuran
untuk segala perbuatan adalah manfaatnya dalam praktek dan hasil yang
memajukan hidup.
 John Dewey tidak hanya menerima prinsip-prinsip pragmatis, tetapi juga
mengatakan beberapa ide dan konsep pribadinya yang kemudian termasuk salah
satu doktrin pragmatisme. Salah satu sumbangannya yang penting adalah terhadap
teori pendidikan, sama seperti sumbangannya terhadap tradisi filsafat dan
ketangkasannya mempertahankan orientasi pragmatis menuju ketrampilan dan
penerapannya bagi kehidupan manusia (Albertine Minderop, 2005: 99).
 Menurut Dewey, pengalaman adalah basis pendidikan, atau dalam terminologi
Dewey sendiri “pengalaman” sebagai “sarana dan tujuan pendidikan”. (John
Dewey, 2004). Oleh karena itu, bagi John Dewey, pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-
menerus. Inti pendidikan tidak terletak dalam usaha menyesuaikan dengan standar
kebaikan, kebenaran dan keindahan yang abadi.

Anda mungkin juga menyukai