Anda di halaman 1dari 7

ILMU PENDIDIKAN

Beberapa Definisi Pendidikan :


PENDIDIKAN DALAM ARTI SEMPIT
Pendidikan diartikan sebagai proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal
yang dikenal sebagai pengajaran.
Dalam arti sempit, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Tujuan pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta
didik. Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan
pendidikan suatu kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak dirumuskan dan
ditetapkan oleh para siswanya.
 Lamanya waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup bervariasi,
mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun bahkan lebih dari itu.
Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan dalam satuan
waktu.

 Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus yang diciptakan secara
sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah.
 Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi mereka yang menjadi peserta didik
(siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi).
 Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan
bersifat formal atau disengaja untuk pendidikan dan terkontrol.
 Dalam pengertian sempit, pendidik

2. Pendidikan dalam arti luas


Pendidikan yang mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi
individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal, sampai
dengan suatu taraf kedewasaan tertentu.
Dalam arti luas, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup individu, tidak ditentukan oleh orang lain,
 Pendidikan berlangsung kapan pun, artinya berlangsung sepanjang hayat (life long
education). Karena itu pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan individu yang
bersifat multi dimensi, baik dalam hubungan individu dengan Tuhannya, sesama manusia,
alam, bahkan dengan dirinya sendiri.
 Dalam hubungan yang besifat multi dimensi itu, pendidikan berlangsung melalui berbagai
bentuk kegiatan, tindakan, dan kejadian, baik yang pada awalnya disengaja untuk pendidikan
maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
 Pendidikan berlangsung bagi siapa pun. Setiap individu – anak-anak atau pun orang dewasa,
siswa/mahasiswa atau pun bukan siswa/mahasiswa – dididik atau mendidik diri.
 Pendidikan berlangsung dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada schooling saja.
Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan di dalam lingkungan
alam dimana individu berada. Pendidik bagi individu tidak terbatas pada pendidik
profesional.
3. Pendidikan alternative
Berbagai program pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara
tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya
berisfat individual, memberi perhatian besar kepada peserta didik, orang tua/keluarga, dan
pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman.
Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
LANDASAN PENDIDIKAN
1. Pengertian Landasan Pendidikan
Praktik pendidikan dapat dilakukan dengan baik, memiliki tujuan yang jelas, isi
kurikulum yang sesuai dengan kebetuhan peserta didik akan terlaksanan jika berpijak pada
landasan pendidikan yang kokoh. Pendidikan merupakan proses humanisasi atau
memanusiakan manusia, maka para pendidik harus memahami hakikat manusia dan
implikasinya terhadap pendidikan sebagai salah satu landasannya
Ada dua istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian
landasan pendidikan, yaitu istilah landasan dan istilah pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akan ditemukan bahwa istilah landasan diartikan
sebagai alas, dasar, atau tumpuan (Balai Pustaka, 2005:633). Menurut Suyitno (2009:5)
Landasan terdapat dua jenis:
1. Landasan bersifat material
2. Landasan bersifat konseptual

Untuk landasan pendidikan termasuk kedalam landasan yang bersifat konseptual yang
pada dasarnya identik dengan asumsi. Pengertian asumsi menurut Encarta Dictionary Tools
(2003) dalam Syarifudin (2012:3) dijelaskan bahwa asumsi adalah sesuatu yang dijadikan
titik tolak; sesuatu yang diyakini benar tanpa ada pembuktian. Adapun sesuatu yang diyakini
benar tanpa pembuktian tersebut dijadikan orang sebagai titik tolak dalam rangka berfikir
contohnya saat melakukan studi pendidikan atau memahami konsep pendidikan dan dalam
rangka bertindak contohnya melakukan suatu praktik pendidikan.

Pendidikan memiliki banyak pengertian yang didefinisikan oleh para ahli, antara lain:

1. Ernest Hemingway (1989-1961) menyatakan, pendidikan harus berfungsi sebagai “a built-


in, shockproof crap detector” (alat pendeteksi kebodohan dan keedanan yang kedap-kejutan
atau taahn bantingan dan menetap). Alasan pengertian dari Hemingway mendefinisikan
pendidikan seperti itu dimana pada masa lalu kebodohan atau keedanan (crap) yang
dimasukkan dari luar untuk kepentingan kaum elite yang tengah berkuasa. Untuk itu tugas
sekolah ialah menemukan macam-macam kebodohan dan kesesatan yang tersebar,
kebohongan dan keedanan yang ada ditengah masyarakat lalu mengajak warga untuk berfikir
kritis.

2. David Riesman menyebutkan Pendidikan sebagai lembaga yang “counter-cyclical” (yang


kontra siklis). Artinya sekolah harus menjadi agen perubahan dan agen pembaharu yang
kreatif, terutama melawan hal-hal yang semu-maya dan menyajikan kebenaran-kebenaran.

3. Nobert Wiener menyatakan sekolah harus berfungsi sebagai “anti-entrofic feedback system”
(sistem umpan-balik yang anti entropik). Pengertian entropi adalah kecendrungan umum pada
setiap sistem baik yang alami maupun yang bersifat buatan untuk kehilangan energi, daya
kerja dan kegunaannya, lalu menjadi kesia-siaan. Maka pendidikan harus menjadi sistem
umpan balik yang mampu melawan ketidakgunaan, kesia-siaan, dan kekacauan yang ada
ditengah masyarakat manusia untuk menemukan hal-hal yang benar.

Berdasarkan pengertian di atas, landasan pendidikan dapat diartikan seperangkat


asumsi yang dijadikan titik tolah dalam pendidikan, baik dalam studi pendidikan ataupun
praktik pendidikan.

3. Jenis-Jenis Landasan Pendidikan


Asumsi-asumsi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan itu bersumber dari agama,
filsafat, ilmu dan hukum atau yuridis. Sehubungan dengan itu landasan pendidikan Menurut
Syarifudin (2013:8-10) dapat dikelompokan menjadi empat jenis, yaitu:

a. Landasan Religius Pendidikan


Untuk landasan ini adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari agama yang dijadikan
titik tolak dalam pendidikan, antara lain:

1. Perintah Allah dalam surat Al-‘Alaq yang memerintahkan kepada kita untuk membaca.

2. Hadist rasul yang artinya “Carilah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad”

3. Hadist Rasul yang artinya “Mencari ilmu adalah fardu bagi setiap muslim”

Berdasarkan keterangan di atas, bagi setiap muslim dan muslimat bahwa belajar atau
melaksanakan pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu kewajiban.

b. Landasan Filosofis Pendidikan


Filosofis, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang
artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran. Secara
maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami
hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan.

Untuk mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, masing-masing filosof memiliki


karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Demikian pula kajian yang
dijadikan obyek penelitian akan berbeda selaras dengan cara pandang terhadap hakikat segala
sesuatu. Pendidikan sebagaimana telah dikemukakan di atas, tiada lain adalah humanisasi.
Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia yang dicita-citakan sesuai
nilai-nilai dan norma-norma yang dianut. Contoh manusia ideal yang menjadi tujuan
pendidikan tersebut antara lain: manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, dst.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan


adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan
praktek pendidikan. Sebagaimana telah kita pahami, dalam pendidikan mesti terdapat
momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.

c. Landasan Ilmiah Pendidikan


Landasan ilmiah pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu
tertentu yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Sebagaimana diketahui, terdapat
berbagai disiplin ilmu, seperti: psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, sejarah, biologi,
dsb. Sebab itu, ada berbagai jenis landasan ilmiah pendidikan, antara lain: landasan
psikologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan biologis pendidikan,
landasan antropologis pendidikan, landasan historis pendidikan, landasan ekonomi
pendidikan dan landasan politik pendidikan.

1. Landasan psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah


psikologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Contoh: “Setiap individu mengalami
perkembangan secara bertahap, adapun pada setiap tahap perkembangannya setiap individu
memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya”. Implikasinya, pendidikan
mesti dilaksanakan secara bertahap; tujuan dan isi pendidikan mesti disesuaikan dengan
tahapan dan tugas perkembangan individu/peserta didik.

2. Landasan sosiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah


sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: “Didalam masyarakat yang
menganut stratifikasi sosial terbuka terdapat peluang besar untuk terjadinya mobilitas sosial.
Adapun faktor yang memungkinkan terjadinya mobilitas sosial itu antara lain bakat dan
pendidikan”. Implikasinya, para orang tua rela berkorban membiayai pendidikan anak-
anaknya (dengan menyisihkan kebutuhan hidup sekunder lainnya) agar anak mereka dapat
naik dalam tingkatan anak tangga sosialnya.

3. Landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah


antropologi yang dijadikan titiktolak dalam pendidikan. Contoh: masyarakat akan tetap eksis
apabila terdapat homogenitas di dalamnya, untuk itu maka masyarakat menyelenggarakan
enkulturasi terhadap generasi mudanya.

4. Landasan ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah


ekonomi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: “Kalkulasi ekonomi selalu
berkenaan dengan modal, produksi, distribusi, persaingan, untung/ laba dan rugi”.
Implikasinya, pendidikan dipandang sebagai penanaman modal pada diri manusia (human
investment) untuk mempertinggi mutu tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan produksi.
Selain itu, pemilihan sekolah atau jurusan oleh seseorang akan ditentukan dengan
mempertimbangkan kemampuan biaya/modal yang dimilikinya, prosfek pekerjaan serta gaji
yang mungkin diperolehnya setelah lulus dan bekerja. Jika sekolah ingin laku (banyak
memperoleh siswa), maka harus mempunyai daya saing tinggi dalam hal prestasi.
5. Landasan biologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
biologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: “Dibanding dengan hewan,
manusia memiliki otak yang lebih besar sehingga ia mampu berpikir”. Implikasinya, manusia
memungkinkan untuk dididik.

6. Landasan politik pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah


politik yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: Pemerintahan demokrasi
mengimplikasikan manajemen pendidikan yang bersifat desentralistik.

7. Landasan historis pendidikan adalah asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari konsep
dan praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang menjadi titik tolak perkembangan
pendidikan masa kini dan masa datang. Contoh: Semboyan “tut wuri handayani” sebagai
salah satu peranan yang harus dilaksanakan oleh para pendidik adalah semboyan dari Ki
Hadjar Dewantara (Pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa pada tgl 3 Juli 1922 di
Yogyakarta) yang disetujui hingga masa kini dan untuk masa datang karena dinilai berharga.

d. Landasan Hukum/Landasan Yuridis Pendidikan


Menurut Mudyoharjo (2001:351) menjelaskan bahwa Landasan Yuridis Pendidikan
adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan Indonesia yang menjadi titik tolak
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Sebagai contoh:

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Pancasila

3. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

Daftar Pustaka

Sulipan . (2009) . Pengertian Pendidikan Berdasarkan Lingkupnya dan Berdasarkan


Pendekatan Monodisipliner . Online . At
. http://sulipan.wordpress.com/2009/10/02/pengertian-pendidikan-berdasarkan-lingkupnya-
dan-berdasarkan-pendekatan-monodisipliner/ . Accesed (2/10/2014)
Online . At . http://pengantarpendidikan.files.wordpress.com/2010/09/bab-i-pendidikan1.pdf .
Accesed (2/10/2014)

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Faceboo

Anda mungkin juga menyukai