Anda di halaman 1dari 5

Pertemuan IV

Materi:

A. Landasan Pendidikan
B. Asas Pendidikan
C. Aliran Pendidikan

E. Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan merupakan pijakan dan arah pendidikan menuju
pembentukan manusia Indonesia serta mendukung perkembangan masyarakat, bangsa
dan negara. Beberapa landasan pendidikan tersebut antara lain adalah landasan filosofis,
landasan sosial, landasan kultural, landasan psikologis dan landasan Iptek.
1. Landasan Filosofis
Landasan filsafat merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pendidikan yaitu menelaah masalah pokok pendidikan seperti apakah
pendidikan itu? Mengapa pendidikan diperlukan? Apa tujuan pendidikan?
Landasan filosofis merupakan landasan yang berdasarkan bersifat filsafat.
Filsafat berasal dari kata philosophy yaitu mencintai/mencari kebenaran yang
sebenarnya yang mengkaji tentang logika (tentang benar dan salah), etika (tentang
baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang ada tapi
tiada/tidak berwujud) dan sosial politik (masyarakat dan pemerintahan). Selanjutnya
berkembang cabang filsafat yang lebih spesifik seperti filsafat ilmu, filsafat hukum,
filsafat pendidikan dll. Filsafat pendidikan mengkaji masalah sekitar pendidikan dari
sudut pandang filosofis. Filosofis atau falsafah negara Indonesia adalah Pancasila.
Jadi landasan filosofis pendidikan di Indonesia adalah Pancasila.
2. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan landasan yang mengkaji tentang pendidikan
dari sudut pandang sosial. Bahwa pendidikan merupakan kebutuhan masyarakat,
dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Landasan sosiologis merupakan landasan yang berkaitan dengan realita
sosial/masyarakat. Kegiatan pendidikan merupakan proses interaksi antara individu
satu dengan individu lain untuk mengembangkan dirinya secara sistematis di
lembaga pendidikan/sekolah yang dibentuk oleh masyarakat.

1
Sosiologis mempelajari berbagai realita sosial dan tindakannya menangani
berbagai masalah sosial di masyarakat termasuk masalah pendidikan.
3. Landasan Kultural
Landasan kultural merupakan landasan yang mengkaji pendidikan dari sudut
pandang kultural (budaya). Bahwa pendidikan merupakan kegiatan mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus bangsa. Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berakar dari kebudayaan bangsa Indonesia.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Kebudayaan
dapat dilestarikan dan dikembangkan melalui pendidikan baik secara in formal,
formal maupun non formal. Sebaliknya pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh
kebudayaan masyarakat.
Kebudayaan adalah hasil cipta atau karya manusia berupa norma, nilai,
kepercayaan,tingkah laku dan teknologi, yang dapat dipelajari oleh semua anggota
masyarakat.
4. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang mengkaji tentang pendidikan
dari sudut pandang psikologi. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia
yaitu tentang perkembangan jiwa peserta didik selama dalam proses pendidikan
sehingga terjadi pemahaman peserta didik agar lebih mudah dalam pelaksanaan
proses pendidikan.
Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh faktor psikologis atau mental peserta
didik seperti kecerdasan, bakat, minat, perhatian dan semangat yang dipunyai oleh
setiap peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai perbedaan dalam faktor-faktor
psikologis. Pelaksanaan pendidikan berdasarkan perbedaan tersebut.
5. Landasan Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
Landasan Iptek merupakan landasan yang mengkaji tentang pendidikan dari
sudut pandang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahwa pendidikan tidak lepas dari
pengaruh Iptek, baik isi/materi pendidikan maupun penggunakan media pendidikan
berupa media elektronik, media grafis dan alat peraga untuk memudahkan
penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik.
Pengembangan kurikulum pendidikan berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peran pendidikan sangat penting dalam mentransfer
perkembangan Iptek kepada peserta didik, agar peserta didik tidak ketinggalan

2
kemajuan Iptek, hal ini karena perkembangan teknologi pendidikan yang begitu
pesat.

F. Asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Asas
pendidikan tersebut adalah asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat dan
asas kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani berasal dari tujuan perguruan nasional Taman
Siswa yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantoro, artinya dari belakang
mengikuti, menuntun dan mengawasi pelaksanaan pembelajaran.
Asas lainnya adalah ing ngarso sung tolodo artinya di depan
perbuatan/tingkah laku pendidik menjadi contoh, teladan yang baik bagi peserta
didik. Ing madya mangun karso artinya di tengah, pendidik mempengaruhi dan
membangkitkan kehendak/hasrat/minat agar peserta didik mau belajar. Ketiga
istilah tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat (life Long learning)
Asas belajar sepanjang hayat disebut juga pendidikan seumur hidup (life
long education) yang bertujuan membentuk manusia/masyarakat yang mau dan
mampu terus menerus belajar seumur hidupnya. Definisi pendidikan seumur
hidup menurut Unesco adalah:
a. Pendidikan seumur hidup meliputi seluruh hidup setiap individu.
b. Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan
penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment)
setiap individu.
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
e. Mengakui kontribusi (sumbangan) dari semua pengaruh pendidikan formal,
nonformal dan informal.

3
3. Asas Kemandirian Dalam Belajar
Dalam asas ini, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam
belajar dengan menghindari campur tangan pendidik atau orang lain yang
berlebihan namun selalu siap untuk membantu jika diperlukan.
Pendidik ditempatkan sebagai fasilitator, motivator, evaluator,
supervisor, organisator, dll. Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah
satu pendekatan yang memberi peluang kepada peserta didik untuk mengambil
prakarsa dan memikul bertanggung jawab dalam belajar.
Untuk mengembangkan kemandirian belajar, peserta didik belajar
menggunakakan modul, paket belajar, pengajaran berprograma dalam suatu
pusat sumber belajar (PSB) yang menyediakan jenis sumber belajar berupa
bahan pustaka di perpustakaan, rekaman elektronik, ruang belajar dan tutorial
sebagai mitra kelas.

C. Aliran Pendidikan
1. Aliran Empirisme (John Locke: 1632-1704)
Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada
lingkungannya, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman
yang diperoleh dari lingkungannya sangat penting tapi potensi yang dibawa
anak sejak lahir tidak menentukan. Untuk itu perlu menyediakan lingkungan
yang mendukung (kondusif) bagi perkembangan anak.
2. Aliran Nativisme (Schoupenhauer: 1788-1880)
Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak atau hasil pendidikan
ditentukan oleh pembawaan (potensi) yang dibawa anak sejak lahir,
sedangkan lingkungan tidak akan berdaya mempengaruhi perkembangan
anak. Untuk itu disediakan pendidikan untuk perkembangan potensi anak
secara maksimal.

3. Aliran Naturalisme (JJ. Rousseau: 1712-1778)


Aliran ini mengatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan baik,
pembawaan itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan
(aliran negativisme). Pendidikan formal dan nonformal harus dijauhi dari
anak, pendidikan tersebut tidak penting. Orang tua/keluarga yang akan
mendidik, mengajar dan memberi keterampilan untuk hidup dalam

4
pendidikan informal di alam nyata agar pembawaan anak yang baik tersebut
tidak dirusak oleh tangan manusia melalui pendidikan formal dan nonformal..

4. Aliran Konvergensi (William Stern: 1871-1939)


Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak atau hasil pendidikan
ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan. Untuk itu potensi anak
dikembangkan melalui pendidikan oleh orang tua dan guru di sekolah serta
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai