Anda di halaman 1dari 10

A.

KONSEP DASAR PENDIDIKAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU Nomor 20 tahun 2003)
• Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
• Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
• Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

Pendidikan dalam arti luas : segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung
sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu.
Pendidikan dalam arti sempit : pendidikan dalam praktiknya identik dengan penyekolahan
(schooling), yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol
.
Pendidikan menurut pendekatan sistem
Pendidikan didefinisikan sebagai suatu keseluruhan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling
berhubungan secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

MACAM-MACAM PENDEKATAN
• Pendekatan antropologi, pendidikan dipandang idetik dengan enkulturasi atau pembudayaan,
yaitu suatu proses dengan jalan mana seseorang menyesuaikan diri kepada suatu kultur
masyarakat dan mengasimilasikan nilai-nilainya.
• Pendekatan ekonomi, pendidikan dipandang sebagai human investment atau usaha penanaman
modal pada diri manusia untuk mempertinggi mutu tenaga kerja sehingga mempertinggi
produksi barang dan/ atau jasa.
• Pendekatan sosiologi, pendidikan dipandang identik dengan sosiaolisasi yaitu proses membantu
generasi muda agar mampu menjadi anggota masyarakat yang diharapkan.
• Pendekatan biologi, pendidikan berarti proses adaptasi yaitu proses penyesuaian diri yang
terbaik dari seseorang manusia yang sadar terhadap lingkungannya.
TUJUAN PENDIDIKAN:
Dalam PPRI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
 Pasal 26 ayat 1 disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar: kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
 Pasal 26 ayat 2 disebutkan pendidikan menengah bertujuan untuk meningkatkan:
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri,
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
 Pasal 26 ayat 3 disebutkan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan :
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri,
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
 Pasal 26 ayat 4 disebutkan pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang : berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, terampil,
mandiri, mampu menemukan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu, teknologi, serta seni
yang bermanfaat bagi kemanusiaan
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia, baik sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi,
maupun tujuan nasional sudah mencakup tiga ranah perkembangan manusia yaitu perkembangan:
 Afeksi (sikap dan nilai atau yag mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra
pribadi/ kecerdasan emosional)
 Kognisi (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika
matematika)
 Psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-
spasial, dan kecerdasan musikal)

FUNGSI PENDIDIKAN :
 Pendidikan berfungsi untuk mewujudkan (mengembangkan) berbagai potensi yang ada pada
manusia dalam konteks dimensi keberagaman, moralitas, inividualitas/ personalitas, sosialitas,
dan keberbudayaan secara menyeluruh dan terintegrasi (memausiakan manusia)
 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

ASAS PENDIDIKAN
1. Tut wuri handayani
di belakang memberikan dorongan/ motivasi. Sebagai calon pendidik memberikan peserta didik
keleluasaan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya namun harus ada
pengawasan agar tidak menyimpang dari norma yang berlaku dalam masyarakat. Tujuan dari asas
ini, yaitu:
• Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan
• Pendidikan adalah penggelewentah yang mengandung makna momong (mengamati anak
agar tumbuh menurut kodratnya), among (mengembangkan kodrat alam anak dengan
tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat),
dan ngemong (mengikuti apa yang ingiin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan
pada saat anak membutuhkan).
• Pendidikan menciptakan tertib dan damai
• Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak)
• Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas
kaki sendiri.
2. Belajar sepanjang hayat (life long education)
• Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian
sampai lubang kubur.
• Berawal dari keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup,
baik di dalam maupun di luar sekolah
• Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup, maka peranan subjek manusia untuk
mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati
manusia.
3. Asas kemandirian dalam belajar
• Aktifitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan
tanggung jawab sendiri dari pembelajaran.
B. LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

ARTI :
Hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenai pendidikan.

TUJUAN FILSAFAT PENDIDIKAN:

 Menginspirasikan
 Menganalisis : memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara
jelas validitasnya.
 Mempreskriptifkan :upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui
filsafat pendidikan.
 Menginvestigasi :memeriksa atau meneliti keenaran suatu teori pendidikan

ASAS-ASAS FILSAFAT PENDIDIKAN


 Asas nativisme
setiap perkembangan pribadi seseorang itu ditentukan dari faktor keturunan atau hereditas.
 Asas naturalisme
setiap orang dilahirkan paa awalnya baik, tetaapi dapt menjadi buruk atau masih baik ketika
ditangani oleh manusia.
 Asas empirisme
setiap anak yang lahir ke dunia ini pikirannya bagaikan kertas putih yang kosong (John Locke),
seiring perjalanan hidupnya kertas tersebutakan terisi sendiri lewat berbagai pengalaman yang
dialaminya
 Asas konvergensi
faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang adalah kerja sama yang baik
antara hereditas dan lingkungannya.

Filsafat pendidikan Indonesia berasaskan Pancasila


“ membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila”

C. LANDASAN TEORITIS PENDIDIKAN


a. FILSAFAT IDEALISME
 Ilmu bersumber dari ide/ gagasan. Selain berasal dari gagasan, bukan ilmu. Materi muncul
dari gagasan dan bersifat subjektif, imateriil
 Jika diaplikasikan di sekolah, maka aspek yang ditekankan adalah kognitif dan mengindahkan
afektif dan psikomotor
 Plato : ide manusia menempati tingkatan tertinggi dibandingkan sumber-sumber yang lain
 George Berkeley: semua ide-ide berasal dari pengalaman pikiran
 Immanuel Kant: prinsip-prinsip dasar dari semua ilmu pengetahuan yang pada dasarnya
didasarkan pada konstitusi pikiran bukannya berasal dari dunia luar

b. FILSAFAT REALISME
 Ilmu bersumber dari indra, meskipun panca indra orang yang satu dengan yang lain berbeda
 nilai-nilai bersifat objektif, materiil
 Jika diaplikasikan di sekolah, tujuan pendidikan adalah untuk penyesuaian diri dalam hidup
dan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial (ipa, matematika, ilmu sosial)
 Aristoteles, Santo Thomas Aquinas, John Amos Comenius.

c. FILSAFAT PRAGMATISME
 Pengetahuan adalah pengalaman yang empirik, bermanfaat, dan menggunakan metode
sains
 Implikasi dalam pendidikan :
- siswa dipandang sebagai subjek, sehingga sekolah harus menyiapkan sesuai degan kebutuhan
siswa
- learning by doing
- guru bertindak sebagai fasilitator/ student centered
- belajar adalah proses rekonstruksi pengalaman berdasarkan metode ilmiah
Chrles Sanders Peirce, John Dewey,William James

d. FILSAFAT PROGRESIVISME
 Dunia ini kacau, perlu ada yang memperbaiki dengan perubahan dengan tidak
mempertimbangkan yang sudah lalu
 Materi yang digunakan sebagai alat, kurikulum tidak ada yang abadi, selalu ada perubahan
menuju yang lebih baik
 Tokoh : John Dewey, Kilpatrick, dan Parker
 Implikasi pada pendidikan : pengajaran aktif, berpusat pada pengalaman, pemecahan
masalah, dan pengajaran proyek (penugasan)

e. FILSAFAT PERENIALISME
 Reaksi dari munculnya progresivisme
 Masa lalu abadi sudah teruji, kemudian masa lalu itu dipakai sebagai landasan untuk masa
depan
 Pengujian merupakan aspek penting
 Epistimologi : ilmu bersumber dari masa lalu yang sudah teruji kebenarannnya digunakan
sebagai dasar untuk masa depan
 Tokoh : Alder

C.LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN


a. teori behavioristik
• Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Ditemukan dan dikembangkan oleh Watson, Guthrie, Hull, Tolman, Skinner
 Seseorang dikatakan belajar jika adan perubahan tingkah laku pada seseorang tersebut.
 Dalam belajar yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus
dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati.
 Tujuan akhir dari belajar adalah menghasilkan perubahan tingkah laku yang diinginkan
 Dikenal dengan istilah teori belajar “teacher centered”, dimana guru selalu memberikan
stimulus kepada siswa sehingga menjadikan siswa pasif. Siswa hanya mendengarkan dan
menerima apa saja yang dikatakan oleh guru
 Penguatan (reinforcement) yang diberikan oleh guru penting. Penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat respon. Bila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka
respons akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement)
responspun akan tetap dikuatkan.

b. teori humanistik

• Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


 Ditemukan dan dikembangkan oleh Maslow, Roger, Kolb, Honey dan Mumford, Habermas
dan Lev Vigotsky
 Proses belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia
 Siswa dituntut untuk dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya sendiri (dapat
belajar secara mendiri). Tetapi pada teori belajar ini ditekankan pada aspek kognitif dan
afektifnya saja
 Tujuan akhir dari belajar adalah mencapai kesempurnaan hidup yaitu mampu
mengaaktualisasi diri, mampu memahami dirinya sendiri, dan mampu merealisasikan diri
dalam kehidupan nyata
 Guru berperan untuk memfasilitasi perkembangan tiap siswa.
 Dalam teori ini siswa akan mengalami 4 tahapan belajar yaitu tahap pengalaman konkret,
tahap pengamatan aktif dan reflektif, tahap konseptual, dan tahap eksperimentasi aktif
c. teori kontrusivitas

• Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


 Ditemukan dan dikembangkan oleh Glusersfeld
 Siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pengetahuan awalnya
(student theory), ide awal siswa, konsepsi siswa
 Dikenal dengan teori belajar “student centered”, maksudnya adalah siswa aktif dalam
belajar atau dalam membangun sendiri pengetahuannya
 Tujuan belajar adalah “learning how to learn” maksudnya siswa belajar mengenai cara
belajar yang terbaik/ yang cocok bagi dirinya sendiri.
 Guru berperan sebagai fasilitator yang dapat memberikan pembelajaran secara kontekstual
(yang dapat mengaitkan materi dengan masalah kehidupan nyata)
 Pembelajarannya menekankan pada proses yang dilakukan oleh siswa
d. teori kognitivistik

• Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


 Ditemukan dan dikembangkan oleh Piaget, Ausubel, Brunner, Gagne
 Menekankan pada proses mental atau pengetahuan
 Penstrukturan kognitif terjadi dalam diri siswa sendiri
 Tujuan belajar adalah untuk mengoptimalkan kemampuan intelektual siswa (kognitif).
Seseorang telah dikatakan menggunakan kemampuan kognitifnya bila telah mengalami
proses mengingat, mengetahui, memahami, menerapkan sampai pada sintesis
 Guru berperan untuk menstrukturkan isi dari kegiatan pembelajaran
 Pembelajaran menekankan pada pengembangan kognitif, intelegence, dan merupakan
fungsi usia.
f. Teori belajar sosial

• Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


 Ditemukan dan dikembangkan oleh Wenger, Salomon
 Seseorang dikatakan belajar jika mampu berinteraksi atau melakukan pengamatan dalam
konteks sosial. Maksudnya adalah siswa dapat memperoleh pengetahuannya dari hasil
interaksi sosialnya, seperti dari diskusi.
 Belajar adalah hubungan antara seseorang dengan lingkungannya
 Tujuan belajar adalah mampu berpartisipasi secara penuh dalam kelompok belajar dan
mendayagunakan kemampuan yang dimilikinya
 Belajar berperan untuk memunculkan kelompok belajar yang mampu memunculkan
percakapan dan partisipasi tiap anggotanya
D. LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
a. Realisme
Pendidikan menunjukkan perbedaan sejak zaman realisme, yang sebelumnya masih
berkiblat pada dunia ide. Tokoh pendidikan zaman realisme adalah Francis Bacon yang
pertama kali mengembangkan metode induktif: dalam menemukan dan mengemangkan
pengetahuan, pandangan harus diarahkan kepada realita alam serta hal-hal praktis di
dalamnya
b. Rasionalisme
dengan tokohnya John Locke, bertujuan memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berpikir
sendiri dan bertindak untuk dirinya. Teori yang terkenal adalah Tabularasa, mendidik adalah
menulis di kertas putih
c. Naturalisme
tokonya J.J Rosseau, menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati
Pembaruan pendidikan oleh J.J Rosseau yaitu segala sesuatu adalah baik ketika ia baru
keluar dari alam dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan
manusia.
d. Zaman develop
berkembang pada abad ke-19. Memandang proses pendidikan sebagai suatu proses
perkembangan jiwa. Tujuan pendidikan adalah meningkatkan derajat sosial seluruh umat
manusia yang terlebih dahulu perlu diangkat derajat individu dengan mengembangkan
semua aspek individu, yaitu otak, tangan, dan hati
e. Zaman liberalis
sekolah dipakai sebagai alat untuk memperkuat keudukan penguasa/ pemerintah. Siapa
yang banyak pengetahuan, dialah yang berkuasa
f. Zaman sosialis
g. Zaman hidu-budha
Pendidikan bersifat aristokratis, masih terbatas hanya untuk minoritas (anak kasta Brahmana
dan Ksatria), belum menjangkau masyarakat mayoritas (Waisya, Syudra, dan Paria)
Tujuan pendidikan: siswa menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat
sesuai tatanan masyarakat, mampu membela diri dan negara. Metode atau cara
pendidikannya adalah “Sistem Guru Kula”, murid tinggal bersama guru di rumah guru atau
asrama, murid mengabdi dan sekaligus belajar kepada guru
h. Zaman Islam
 Pendidikan Rsulullah masa Makkah

Pendidikan keagamaan, yaitu pendidikan tentang ketauhidan.

Pendidikan akliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan
kejadian alam semesta.

Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada
sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.

Pendidikan jasmani atau kesehatan, yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan
tempat kediaman.

Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-
petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.

 Pendidikan Rasulullah masa Madinah


Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dikatakan sebagai pendidikan sosial dan
politik, merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang
pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran Islam
Kebijakan yang diambil oleh Rasulullah:
- Membangun masjid di Madinah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan
pendidikan dan dakwah.
- Mempersatukan masyarakat yang saling bermusuhan

E. LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Perkembangan adalah proses perubahan yang berlangsung terus menerus sejak terjadinya
pembuahan (conception) hingga meninggal dunia (Yelon and Weinstein, 1977)
Perubahan dalam perkembangan individu dapat terjadi karena dua hal:
1) kematangan (maturation) yaitu perubahan pada individu sebagaihasil dari pertumbuhan
fisik atau perubahan- perubahan biologis, daripada sebagai perubahan melalui
pengalaman
2) belajar (learning) adalah perubahan tingkah laku pada diri individu yang bersifat relatif
permanen dan terjadi sebagai hasil pengalaman

PRINSIP DAN ARAH PERKEMBANGAN


Perkembangan individu berlangsung terus menerus , Kecepatan perkembangan setiap individu
berbeda-beda, Semua aspek perkembangan yang bersifat fisik, sosial, mental dan emosional
dalam pertumbuhan/perkembangannya satu sama lain saling berhubungan atau saling
mempengaruhi, Arah perkembangan individu dapat diramalkan, Perkembangan berlangsung
secara bertahap.

FAKTOR PENENTU PERKEMBANGAN


1. Teori nativisme, tokohnya Schoupenhauer setiap individu (anak) dilahirkan ke dunia dengan
membawa faktor-faktor turunan (heredity) yang dibawa sejak lahir yang berasal dari orang
tuanya
2. Teori empirisme, tokohnya John Locke dan J.B. Watson. setiap anak dilahirkan ke dunia
dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum ditulisi(as a blank slate atau tabula
rasa), setelah kelahirannya,faktor penentu perkembangan individu ditentukan oleh faktor
lingkungan/pengalamannya.
3. Teori konvergensi, tokohnya William Stern dan Robert J. Havighurst. perkembangan individu
ditentukan oleh dasar (nature) atau faktor turunan (heredity) yang dibawa sejak lahir
maupun oleh faktor ajar (nurture) atau lingkungan/pengalaman

TAHAP PERKEMBANGAN INDIVIDU

Jean Piaget secara khusus mengemukakan tahap-tahap perkembangan mental/kognitif individu

(1) Tahap sensorimotor (0 - ±2 tahun)

(2) Tahap preoperasional (6 -12 tahun)

(3) Tahap operasi konkrit (7-11 tahun)

(4) Tahap operasi formal (12 tahun - ....)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI (KLINGER)

1. Minat dan kebutuhan individu. Jika minat dan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak
dipenuhi maka motivasi belajarnya akan muncul

2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas. Bila anak-anak memandang kesulitan pelajaran itu
tidak terlalu berat, melainkan cukup menantang, maka motivasi elajar akan muncul

3. Harapan sukses

F. LANDASAN SOSIOLOGIS DAN ANTROPOLOGIS PEMDIDIKAN


Kebudayaan yaitu keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar

Status dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) status yang diperoleh sejak lahir atau diberikan
kepada individu (ascribed status), seperti status sebag(ai anak2) sebsagai ana, laki-laki, dsb; (2)
ktatus yang diraih, yaitu status yang memerlukan kualitas tertentu yang diraih melaluiupaya tertentu
atau persaingan (achieved status), seperti juara kelas, sarjana pendidikan, dsb

tindakan sosial, yaitu perilaku individu yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi

kepada perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan sosial yang dilakukan individu
hendaknya sesuai dengan status, peranan, dan kebudayaan masyarakat. Masyarakat menuntut hal
tersebut agar tercipta konformitas dan homogenitas

Konformitas yaitu bentuk interaksi yang di dalamnya setiap individu berperilaku terhadap individu
lainnya sesuai dengan yang diharapkan kelompok atau masyarakat

homogenitas yaitu adanya kesamaan dalam nilai, harapan, norma dan perilaku individu-individu di
dalam masyarakat

 Sosialisasi adalah suatu proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat

 Enkulturasi adalah suatu proses dimana individu belajar cara berpikir, cara bertindak, dan
merasa yang mencerminkan kebudayaan masyarakatnya
Dalam kehidupan yang riil antara sosialisasi dan enkulturasi akan sulit untuk dapat dipisahkan, sebab
di dalam proses sosialisasi hakikatnya terjadi juga proses enkulturasi, sebaliknya

PENDIDIKAN SEBAGAI PRANATA SOSIAL

 Pranata sosial adalah suatu sistem peran dan norma sosial yang saling berhubungan dan
terorganisasi di sekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi sosial yang penting

 Pranata pendidikan yaitu salah satu pranata sosial dalam rangka proses sosialisasidan/atau
enkulturasiuntuk mengantarkan individu ke dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbudaya, serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya

 Pranata pendidikan bersifat terbuka, artinya mengambil masukan (input) darimasyarakat


dan memberikan keluarannya (out put) kepada masyarakat. Masyarakat sekolah, kembali,
siswa diambil kantor

Ada tiga pandangan tentang kebudayaan yang berimplikasi terhadap konsep pendidikan. Ketiga
pandangan tersebut yakni:

1) Pandangan Superorganik

 kebudayaan merupakan sebuah kenyataan yang berada di atas dan di luar individu-individu
yang menjadi pendukung kebudayaan
 Implikasi terhadap pendidikan adalah bahwa pendidikan dipandang sebagaisuatu proses
yang digunakan suatu masyarakat untuk mengendalikan dan membentuk individu-idividu
sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditentukan oleh nilai-nilaidasar suatu kebudayaan

2) Pandangan Konseptualis

 Kebudayaan merupakan konsep yang dibangun dari keseragaman-keseragaman yang dapat


diamati dalam urutan tingkah laku dengan menggunakan sebuah proses abstraksi logis

 Implikasi terhaap pendidikan yaitu generasi baru harus mempelajari warisan budayanya dan
mengembangkan gambaran mereka sendiri mengenai kebudayaannya secara objektif

3) Pandangan Realis

 kebudayaan merupakan “warisan budaya” yaitu abstraksiatau generalisasidari“perilaku”


nyata anggota-anggota masyarakat

 Implikasi terhadap pendidikan adalah manusia memilikidaya penyesuaian terhadap realita


yang mengelilinginya, baik terhadap yang bersifat fisik maupun sosial-budaya. Untuk
mengembangkan daya penyesuaian tersebut mereka harus diberiberbagaipengetahuan,
nilai, sikap dan keterampilan yang disediakan oleh kebudayaan mereka

Anda mungkin juga menyukai