Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KE-3

REVIEW HAKIKAT MANUSIA


& HAKIKAT PENDIDIKAN

MATA KULIAH
FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN

OLEH:
RHONA SANDRA
NIM-21169037

PROGRAM STUDI S3 ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
PEMBAHASAN

A. Hakekat Manusia
Hakikat manusia adalah mahluk yang bertanggung jawab atas
tindakannya dan manusia diberi naluri. Hakikat manusia adalah pembentukan
kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta
pemecahan dan penyelesaian. Untuk survive manusia mampu memenuhi apa yang
menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.
Hakikat manusia adalah sebagai berikut ; 1) Individu yang memiliki sifat
rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intlektual. Yang mengarahkan
dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan
mampu menentukan nasibnya; 2) Individu yang dalam hidupnya selalu
melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu
orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.

1. Hakikat Manusia dari Dimensi pendidikan


a. Pengembangan manusia sebagai makhluk individu: Setiap individu
dikaruniai potensi yang berbeda dengan individu lain. Dikatakan oleh
Langeveld, bahwa setiap anak itu unik, artinya setiap individu memiliki
kehendak, perasaan, cita-cita, semangat, dan daya tahan yang berbeda.
Langeveld juga mengatakan bahwa tiap individu mempunyai dorongan
untuk mandiri, meskipun di sisi lain pada diri anak terdapat rasa tidak
berdaya sehingga ia memerlukan bimbingan dari orang lain. Untuk dapat
menolong dirinya sendiri, anak (individu) perlu mendapatkan pengalaman
di dalam pengembangan konsep, prinsip, inisiatif, kreativitas, tanggung
jawab, dan keterampilannya.
b. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial: Manusia sejak lahir
dikaruniai potensi sosialis, artinya setiap individu mempunyai
kemungkinan untuk bergaul, yang di dalamnya ada kesediaan untuk
memberi dan menerima. Manusia tidak dapat mencapai apa yang
diinginkannya seorang diri. Kehadiran manusia lain dihadapannya bukan
saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan saran
untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Melalui
pendidikan dapat dikembangkan antara aspek individual dan aspek sosial
manusia, artinya individulitas manusia dapat dikembangkan dengan
belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari
orang lain untuk dimiliknya, serta menolak sifat-sifat yang dikagumi dari
orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat yang tidak
dicocokinya. Dikatakan oleh Imanuel Kant (filosof Jerman) bahwa
manusia hanya menjadi manusia jika berada di antara manusia.
c. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila: Manusia dapat
menetapkan tingkah laku mana yang baik dan bersifat susila serta tingkah
laku mana yang tidak baik dan tidak bersifat susila. Melalui pendidikan
diusahakan agar individu menjadi dua pendukung norma kaidah dan nilai
– nilai susila yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan menjadi milik
pribadi yang tercermin dalam tingkah laku sehari-hari. Penghayatan dan
perwujudan norma, nilai, dan kaidah – kaidah sosial adalah sangat penting
dalam rangka menciptakan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat.
d. Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama/religius: Pada
hakikatnya manusia adalah makhluk yang beragama. Beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manussia adalah makhluk yang
lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Untuk itu, ia dituntut
untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan
sebaik-baiknya melalui pendidikan. Dalam hal ini orang tualah yang
paling cocok sebagai pendidik karena pendidikan agama adalah persoalan
afektif dan kata hati. Oleh karena itu harus dimulai sedini mungkin.
Pemerintah dengan berlandaskan pada UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan
Nasional) memasukkan pendidikan agama di sekolah- sekolah merupakan
pengkajian agama yang telah ditingkatkan pada pengembangannya.
2. Wujud dan Sifat Manusia
a. Kemampuan Menyadari Diri, Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang
ada, dan mengembangkannya kearah kesempurnaan dan menyadarinya
sebagai kekuatan.
b. Kemampuan Bereksistensi, Manusia bersifat aktif dan manusia dapat
menjadi manejer terhadap lingkungannya.
c. Pemilikan Kata Hati, Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar
dengan yang buruk/salah bagi manusia,- Cara meningkatkan : melatih
akal/kecerdasan dan kepekaan emosi
d. Moral (etika), Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan.
Bermoral sesuai dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan
sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan
santun.
e. Kemampuan Bertanggung Jawab, Suatu perbuatan harus sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia.
f. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan), Kebebasan yang terikat(bertanggung
jawab) Tugas pendidikan membuat pesreta didik merasa merdeka dalam
menjalankan tuntutan kodrat manusia.
g. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak, Dapat
ditempuh dengan pendidikan disiplin:
1) Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah
2) Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah
3) Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu
4) Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
h. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan, Kesanggupan menghayati
kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-norma, dan Takdir.

B. Hakekat Pendidikan
Pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Semenjak
masih di dalam kandungan hingga dewasa, pendidikan terus berlangsung selama
manusia itu hidup. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Pendidikan
dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar oleh manusia. Pendidikan sendiri
digunakan sebagai alat untuk bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UU No. 23 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Secara umum, pendidikan dilakukan semenjak manusia diciptakan.
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang bersifat umum pada masyarakat.
Pendidikan pada secara umum didasarkan pada insting seorang manusia.
Mendidik secara insting didikuti oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan
pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara dalam mendidik
karena perkembangan pikirannya. Semakin maju perkembangan pikiran, semakin
pula variasi orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Pendidikan mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan
perkembangan manusia. Pendidikan bermaksud membuat manusia meningkatkan
hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Pendidikan erat kaitannya
dengan membudayakan manusia. Membudayakan manusia sendiri merupakan
proses atau upaya meningkatkan hidup dan kehidupan manusia atau kelompok.
Secara sederhana adalah cara hidup yang dikembangkan oleh masyarakat.
Insting, pendidikan, dan kebudayaan saling berkatian. Insting dibawa
oleh manusia sejak lahir. Pendidikan dan kebudayaan didapat melalui proses
pembelajaran yang didasarkan pada insting itu sendiri. Pendidikan dan budaya
berjalan bersama untuk saling memajukan. Makin tinggi kebudayaan, makin
tinggi pula pendidikan dan cara mendidiknya. Pendidikan merupakan aspek dari
kehidupa manusia dan ada dalam kebudayaan akan tetapi, kebudayaan hanya bisa
dibentuk melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan diperlukan untuk
membudayakan atau memanusiakan manusia.
1. Teori umum pendidikan
John Dewey mengatakan bahwa pendidikan itu adalah the general theory
of education sekaligus philosophy is the general theory of education.
Ungkapan berikut menandakan bahwa pendidikan didasarkan pada filsafat
yang berkaitan dengan pendidikan (Rohman, 2011: 6). Teori yang
diungkapkan oleh John Dewey hanya menjelaskan prinsip-prinsip secara
umum seperti metode khusus dalam pembelajaran yang lebih dikenal sebagai
proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar menitik beratkan agar materi
pembelajaran mudah diamati, dihayati, dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dengan dibantu oleh alat peraga atau media pembelajaran. Proses
belajar mengajar tidak pernah terlepas dari seni atau kiat mendidik, karena
konsep-konsep pendidikan tidak selalu sesuai dengan kondisi yang terjadi di
lapangan. Pendidikan sering mencari beberapa strategi atau pendekatan untuk
mencapai tujuannya. Strategi atau pendekatan diciptakan oleh para pendidik
berdasarkan pengetahuan, logika, dan pengalamannya. Strategi atau
pendekatan ini dilandaskan pada sebuah realitas yang berkaitan dengan
metafisika pendidikan.
2. Pendidikan sebagai suatu ilmu
Pendidikan dikatakan sebagai suatu ilmu jika memenui persyaratannya
sebagai ilmu itu sendiri (Pidarta, 2009: 6), yaitu:
a. Memiliki objek: Objek pendidikan ada dua macam, yaitu objek materi dan
objek formal. Objek materi berkaitan dengan peserta didik dan warga
belajarnya. Objek formal merupakan gejala yang tampak, dirasakan,
dihayati, dan diekpresikan dalam kehidupan manusia.
b. Mempunyai metode penyelidikan: Secara umum, pendidikan dikatakan
sebagai suatu ilmu jika pendidikan itu mempunyai metode penyelidikan
yang mencakup ruang lingkup, masalah, tujuan, hipotesis, tempat
penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, instrumen pengambilan
data tentang variabel yang diteliti, dan analisis data berserta simpulannya.
c. Sistematis: Adanya keterkaitan antara pokok-pokok yang terdapat pada
pendidikan. Pokok-pokok itu berbicara mengenai pendidikan sebagai ilmu
secara global, bahan dan proses dalam pendidikan, faktor-faktor yang
menjunjang proses pendidikan, pendidik, penyelenggaraan pendidikan,
dan alat-alat yang digunakan untuk mengembangkan pendidikan itu
sendiri. Pokok-pokok pendidikan dibahas secara sistematis tanpa
mengurangi atau memindahkan urutan.
d. Mempunyai tujuan: Pendidikan untuk mengembangkan individu baik
jasmani maupun rohani secara optimal agar mampu meningkatkan hidup
dan kehidupan diri, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya, Tujuan
pendidikan juga memperhatikan aspek ontologis (apa), epistimologis
(bagaimana), dan aksiologis (untuk apa) agar pendidikan dapat berjalan
secara selaras.
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-Undang Republik
Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat 1 disebutkan
pendidikan bertujuan untuk meletakkan dasar:
a. Kecerdasan
b. Pengetahuan
c. Kepribadian
d. Akhlak mulia
e. Ketrampilan untuk hidup mandiri
f. Megikuti pendidikan lebih lanjut
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesai sudah mencakup ranah
perkembangan manusia, yaitu: Afeksi, Kognisi, Psikomotor. Disamping itu
peserta didik tidak dipaksakan untuk mengikuti pendidikan tertentu,
melainkan diberi kebebasan untuk memilih sendiri sesuai dengan bakat dan
kemampuannya masing-masing. Hal ini dapat ditangkap dari kalimat yang
berbunyi untuk dapat berkembangnya potensi peserta didik.
Pelayanan dalam pendidikan itupun tetap memberikan kebebasan kepada
peserta didik dalam mengembangkan dirinya pada PPRI No. 19 Tahun 2005
Pasal 19 tertulis sebagai berikut: proses pembelajaran diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, kreatif, berpeluang untuk
berprakasa, dan mandiri sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
dan psikologisnya.
Namun ada yang belum terurai secara eksplisit dalam tujuan pendidikan, yaitu
bertalian dengan Pancasila, walaupun dalam UURI No. 20 Tahun 2003 Pasal
2 disebutkan pendidikan nasional berdasarkan pancasila. Pancasila inilah yang
mewarnai perkembangan peserta didik. Untuk keperluan itu pendidik harus
paham dan terampil memasukkan sila-sila pancasila ke dalam diri peserta
didik ketika melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam suatu hasil penelitian tentang konsep-konsep baru dalam
pendidikan (Made Pidarta, 1991) ditemukan bahwa para ahli pendidik
mutakhir menyerang system pendidikan sekarang yang dikatakannya sebagai
upaya mempertahankan kaum kapitalis dengan cara mendidik anak-anak agar
siap melayani industry, perdagangan, dan jasa tanpa memperhatikan
kebebasan dan hak-hak mereka sebagai anak manusia yang mempunyai bakat
dan harkat pada diri masing-masing.
Beberapa ahli mengemukakan pandangan tentang tujuan pendidikan.
Paulo Freire mengemukakan bahwa pendidikan hendaknya membuat manusia
menjadi transitif, yaitu suatu kemampuan menangkap dan menanggapi
masalah-masalah lingkungan serta kemampuan berdialog tidak hanya dengan
sesame, tetapi juga dengan dunia beserta segala isinya. Selanjutnya dikatakan
pendidikan harus pula membekali manusia suatu kemampuan untuk
mempertahankan diri terhadap kecenderungan semakin kuatnya kebudayaan
industri, walaupun kebudayaan itu dapat menaikkan standar hidup manusia.
Alvin Toffler berpendapat bahwa masa sekarang tidak sama dengan masa
yang akan datang. Teknologi dan manusia mempunyai peranan yang berbeda.
Teknologi masa depan akan menangani arus materi fisik, sementara itu
manusia akan menangani arus informasi dan wawasan. Sebab itu kegiatan
manusia akan semakin terarah kepada tugas intelektual sebagai pemikir dan
kreatif. Bukan hanya melayani mesin-mesin. Beberapa pandangan ahli
mutakhir menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha memberikan
pengalaman hidup bagi para peserta didik, kegiatan ilmiah, pelayanan
terhadap pengembangan kemampuan dan minat, metode belajar yang baik,
kebebasan individu, cinta kasih terhadap sesama, sampai dengan pentingnya
hubungan antara guru dengan peserta didik. Jadi, tujuan pendidikan tidak lain
hanyalah mengembangkan potensi peserta didik secara alamiah, dalam arti
memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi mereka
apa adanya. Tidak perlu diarahkan ke arah tertentu untuk kepentingan
kelompok. Dengan demikian pendidikan hanya memberikan bantuan atau
layanan dengan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan serta bimbingan
yang secukupnya. Diharapkan peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan
yang seutuhnya.
Di dalam praktik pendidikan, khusunya pada lembaga pendidkan terdapat
beberapa tujuan yang menjembatani terlaksanya tujuan pendidikan nasional
diantaranya:
a. Tujuan umum pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan
b. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapainya. Misalnya tujuan pendidikan
tingkat SD berbeda dari tujuan tingkat menengah, dan seterusnya. Jika
semua lembaga (institusi) dapat mencapai tujuannya berarti tujuan
nasional tercapai.
c. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran, misalnya
tujuan pembelajaran IPA, IPS, atau Matematika. Setiap lembaga
pendidikan menggunakan kurikulum tertentu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
d. Tujuan instruksional, yaitu tujuan yang ada dalam pokok bahasan dan sub
pokok bahasan tertentu. Yaitu terkait dengan penguasaan materi pokok
bahasan/sub pokok bahasan.
C. Manusia Sebagai Mahluk Pendidikan
1. Manusia Sebagai Makhluk Perlu Bantuan 
Manusia adalah makhluk yang unik, ia dilahrikan tanpa memiliki suatu
spesialisasi tertentu, ini sangat berbeda sekali dengan hewan, hewan misalnya
hewan ia dilahirkan dengan kemampuan berengan, hewan memiliki insting
untuk bertahan hidup. Sedangkan manusia dilahirkan terlalu dini sebelum ia
mendapatkan atau dipersiapkan dengan suatu spesialisasi tertentu. Akibat dari
ini semua adalah sebagaiman a dejelaskan oleh ( Peursen, 1981 ) akibatnya:
a. Setelah dewasa kehidupan manusia menunujukkan keragamana dalam
memenuhi kebutuhannya, pergaulan, bahasa dan lain sebagainya,
b. Karena saat dilahirkan manusia tidak memiliki suatu spesialisasi tertentu,
maka spesialisasi itu ia peroleh setelah ia dilahirkan.
 Maka oleh karena keterbatasannya itu, untuk kelangsungan hidupnya
manusia memerlukan bantuan untuk tetap hidup, tanpa adanya bantuan dari
pihak lain mustahil manusia dapat melangsungkan hidupnya. 
2. Dunia Manusia Sebagai Dunia

  Proses saling mengisi dan mengimbangi tidak dirasakan sebagai suatu


yang rumit dan sulit, misalnya orang tuan merawat anaknya tidak merasa ini
sebagai beban, dalam proses inilah dia menentukan arah kepribadiannya,arah
hidup,corak dan lain sebagainya, bagi manusia tidak disodorkan alam siap
pakai / ready to wear. Mengenai perbuatan manusia dengan lingkungannya
terdapat dua pandangan ekstrim yang saling berlawanan yaitu : 
a. Pandangan Leibniz teori Monade, yang memandang pribadi aktif dan
dalam tanpa mendapatkan pengaruh dari luar, sehingga manusia adalah
penyebab bukan akibat 
b. Pandangan Epifenomenalis, yang menganggap pribadi hanyalah efek atau
akibat dari system penyerapan yang tidak berdaya sama sekali. Berikut
pandangan para ahli tentang manusia: Manusia bukan benda, manusia
adalah dialog,sehingga ia selalu ada dalam pertautan dengan
lingkungannya dan kita hanya dapat menemukannya dalam keadaan
seutuhnya menakala ia berada dalam situasinya. Akan tetapi sebaliknya
setiap pelukisan situasi kongkrit selalu menunjuk kepada orng yang
menghuninya ( v.d. Berg 1954 ) 
3. Manusia Sebagai Makhluk Yang Dapat Dan Perlu Dididik 
a. Manusia dapat dididik Pendidikan adalah pemberian bantuan pada anak
dalam rangka mencapai kedewasaannya. Langeveld menjelaskan : 
1) Manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu dia harus bergaul 
2) Manusia punya eksistensi tersendiri/ individualism 
3) Manusia bersusila dan bermoral untuk mengarahkan perbuatannya 
4) Manusia unik tidak ada identik satu dengan lainnya Keempat prisnsip
dasar antropologis dan pendidikan memberikan landasan kokoh untuk
membuktikan manusia perlu dididik.
b.  Manusia sebagai makhluk yang perlu dididik Pengajaran dan latihan saja
belum cukup membuat manusia bertindak susila, untuk itu perlu
pendidikan karena: 
1) Manusia tidak dilahirkan secara dewasa dan ia tidak dapat bertindak
secara mandiri dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya 
2) Kemampuan untuk hidup tidak cukup mempercayakan pada
instingnya saja yaitu pertumbuhan dari dalam dirinya.
4. Batasan-Batasan Pendidikan 
a. Ada hal alami yang dibawa anak sejak lahir yaitu bakat dan jenis
kelamin 
b. Ada ajar yaitu pengaruh orang sekitar 
c. Ada dasar dan ajar gabungan keduanya Tiap proses dalam pendidikan
memiliki berbagai keterbatasan, yaitu : 
1) Batas-batas pendidikan pada peserta didik Peserta didik sebagai
manusia dapat memiliki perbedaan, dalam kemampuan, bakat,
minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat, dan sebagainya.
Intinya tiap peserta didik memiliki perbedaan kemampuan yang
tidak sama sehingga hal tersebut dapat membatasi kelangsungan
hasil pendidikan, solusinya pendidik harus mencari metode-metode
pembelajaran sehingga dapat berkembang seoptimal mungkin.
2) Batas-batas pendidikan pada pendidik : Sebagai manusia biasa,
pendidik memiliki keterbatasan-keterbatasan. Namun yang menjadi
permasalahan adalah apakah keterbatasan itu dapat ditolerir atau
tidak. Keterbatasan yang dapat ditolerir ialah apabila keterbatasan
itu menyebabkan tidak dapat terwujudnya interaksi antara pendidik
dan peserta didik, misalnya pendidik yang sangat ditakuti oleh
peserta didik sehingga tidak mungkin peserta didik datang
berhadapan dengannya. Pendidik yang tidak tahu apa yang akan
menjadi isi interaksi dengan peserta didik, akan menjadikan
kekosongan dan kebingungan dalam interaksi. Serta pendidik yang
bermoral, termasuk yang tidak dapat ditolerir, karena pendidikan
pada dasarnya adalah usaha yang dilandasi moral. Para pendidik
sendiri memiliki berbagai keterbatasan ada yang sifatnya relatif
masih bisa di tolerir dengan cara pendidik sendiri mengupayakan
mengatasi keterbatasannya, namun permasalahannya jika tidak
dapat di tolerir berdampak pada peserta didik itu sendiri, mereka
akan tidak memahami apa yang disampaikan pendidik. 
3) Batas-batas pendidikan dalam lingkungan dan sarana pendidikan
Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat
menentukan kualitas dan berlangsungnya usaha pendidikan.
Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan salah satu penentu
kualitas akhir pendidikan. Lingkungan dan sarana yang tidak
memadai, akan menghambat berlangsungnya proses pendidikan.
Disini pendidik harus lebih kreatif dengan memanfaatkan alam
sekitar sebagai sumber proses pembelajaran. 
KESIMPULAN

Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia


dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam
rangka survive manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya
sehingga manusia melakukan berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun
fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia.
Hakikat pendidikan berbicara tentang proses pendidikan yang tidak
pernah terpisah dari kehidupan manusia. Pendidikan adalah khas milik dan alat
manusia. Pendidikan dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar oleh
manusia. Pendidikan sendiri digunakan sebagai alat untuk bertahan hidup dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan juga merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Tujuan pendidikan mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu: mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 1976. Ringkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: Yayasan Krisius 

Jjang news, (2015). Apa itu Pengertian Hakikat Manusia. [Online]. Tersedia:
http://jjangnews.blogspot.co.id/2015/03/apa-itu-pengertian-hakikat-
manusia.html. [4 September 2016]

Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan


Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Rohman, Arif. 2011. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:


LaksBang Mediatama Yogyakarta.

Santi, (2012). Hakikat Manusia. [Online]. Tersedia:


http://santisaridewi.blogspot.co.id/2012/02/hakikat-manusia.html. [4
September]

Sumantri Surya. 1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan 

Syam, Muhammad Noor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat


Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional 

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wawasan Pendidikan, (2013). Artikel Tentang Sifat dan Wujud Hakekat Manusia.
[Online]. Tersedia: http://www.wawasanpendidikan.com/2013/05/artikel-
pendidikan-tentang-sifat-dan-wujud-hakekat-manusia.html.[4 September]

Anda mungkin juga menyukai