Anda di halaman 1dari 69

POKOK-POKOK PIKIRAN TENTANG MANUSIA DAN PENDIDIKAN

BAB I PANDANGAN TENTANG MANUSIA DAN PERLUNYA PENDIDIKAN BAGI


MANUSIA

A. Pandangan Tentang Manusia


1. Pandangan Psikoanalitik
a. Pandangan Psikoanalitik Tradisional
 Tingkah laku manusia digerakan oleh dorongan-dorongan (tenaga dalam) yang
bersifat instingtif dan diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan insting
biologisnya. Tingkahnya dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sejak semula telah
adapada manusia. (Hansen, Stevic dan Warner)
 Struktur kepribadian seseorang meliputi tiga komponen, yaitu Id, Ego, dan Superego.
Fungsi Id adalah mendorong seseorang untuk memuaskan kebutuhannya setiap
waktu sepanjang hidupnya. Lalu Id harus menghadapi lingkungan, kalau Id ingin
berhasil dalam penyaluran instingnya. Oleh karena Id harus mempertimbangkan
lingkungan atau apa yang berada di luar dirinya maka tumbuhlah Ego.
Ego artinya fungsi kepribadian yang menjembatani antara Id dan lingkungan.
Maksudnya Ego yang mengatur gerak-gerik Id agar dalam memuaskan instringnya
selalu memperhatikan lingkungan. Dengan kata lain, Ego berfungsi atas dasar prinsip
realitas. Pada perkembangan selanjutnya tingkah seseorang dijalanan juga oleh
Superego.Superego berfungsi mengawasi atau mengontrol agar tingkah laku
seseorang sesuai dengan aturan yang meliputi perintah, larangan, nila, moral dan
adat. Dengan demikian dinamika kepribadian seseorang berpusat pada interaksi
antara Id, Ego dan Superego. (Sigmun Freud).
b. Pandangan Neoanalitik
 Neonalatik masih mengakui adanya komponen Id, Ego, dan Superego. Namun paham
ini lebih menekankan Ego sebagai pusat kepribadian seseorang. Selain Ego berfungsi
sebagai pengaruh perwujudan Id, Id juga sebagai fungsi pokok yang bersifat rasional
dan bertanggungjawab atas tingkah laku intelektual dan sosial seseorang. Dalam
perwujudan diri manusia untuk memenuhi kebutuhannya, manusia itu tidak
digerakan oleh insting, tetapi juga atas ransangan-ransangan yang datang dari
lingkungannya.

2. Pandangan Humanistik
Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan untuk berbagai hal mampu menentukan nasib sendiri, barulah
manusia itu bebas dari kecemasan dan kegelisahaan, serta menjadi anggota masyarakat
yang baik. (Rogers)
Pada hakikatnya gambaran pribadu manusia selalu dalam proses menjadi becoming
merupakan satu kesatuan potensi yang terus menerus berubah dan berkembang, tidak
pernah selesai dan tidak pernah sempurna.
Manusia dalam hidupnya digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu,
dan sebagian lagi oleh tanggungjawab sosial dalam membantu orang lain dan dalam
membuat dunia ini lebih baik untuk ditempati. (Adler)

3. Pandangan Behavioristik
Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia, dan tingkah laku ini
merupakan kemampuan yang dipelajari. Perkembangan kepribadian manusia hanya
tergantung padalingkungannya. Manusia datang ke dunia ini dengan membawa ciri-coro
yang pada dasarnya netral, tidak baik dan tidak buruk. (Hansen dan Skinner)

B. Perlunya Pendidikan Bagi Manusia


Beberapa prinsip yang menyebabkan perlunya pendidikan bagi manusia:
1. Manusia adalah makhluk yang mampu berbicara, berbahasa, dan berpikir.
2. Manusia adalah makhluk yang beragama
3. Manusia adalah hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya.
4. Manusia adalah sebagai wakil (khalifah) Allah
5. Manusia adalah makhluk sosial, ekonomi dan budaya.
6. Manusia adalah mahkhluk dua dimensi.
7. Implikasi manusia terhadap pendidikan.
BAB IIPENGERTIAN, BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Beberapa unsur yang selalu ada dalam rumusan pengertian pendidikan:
1. Pendidikan itu merupakan proses bimbingan yang dilaksanakan dengan sengaja.
2. Ada orang yang melaksanakan atau bertanggung jawab dalam pelaksanaan bimbingan.
3. Ada orang yang dibimbing.
4. Dalam pelaksanaan bimbingan tersebut ada tujuan yang ingin dicapai.

B. Batasan Pengertian Pendidikan Islam


1. Batasan Yang Luas
Karakteristik pendidikan dalam arti luas:
a. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat.
b. Lingkungan pendidikan adalah semua yang berada di luar diri peserta didik.
c. Bentuk kegiatan mulai dari yang tidak disengaja sampai kepada terprogram.
d. Tujuan pendidikan berkaitan dengan setiap pengalaman belajar.
e. Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

2. Batas yang Sempit


Karakterisitik pendidikan dalam arti sempit:
a. Masa pendidikan terbatas.
b. Lingkungan pendidikan berlangsung di sekolah atau madrasah.
c. Bentuk kegiatan sudah terprogram.
d. Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar (sekolah/madrasah)

3. Batas yang Luas Terbatas


Karakteristik pendidikan dalam arti luas terbatas:
a. Masa pendidikan sepanjang hayat namun pendidikan terbatas pada waktu tertentu.
b. Lingkungan pendidikan juga terbatas.
c. Bentuk kegiatan pendidikan bebrentuk pendidikan, pengajaran, dan latihan.
d. Tujuan pendidikan merupakan kombinasi antara pengembagan potensi peserta didik
dengan sosial demand.

C. Ruang Lingkup Pendidikan


1. Dilihat dari Segi Corak Pendidikan:
a. Ilmu pendidikan teoritis
b. Ilmu pendidikan praktis
c. Ilmu pendidikan sistematis
d. Ilmu pendidikan historis
2. Dilihat dari segi teori pendidikan:
a. Teori umum pendidikan
1) Teori pendidikan perspektif
a) Filsafat Pendidikan

2) Teori umum pendidikan deskriptif


a) Pendidikan luar internasional atau pendidikan internasional.
b) Pendidikan perbandingan atau pendidikan komparatif.
c) Pendidikan historis atau sejarah pendidikan.

b. Teori khusus pendidikan


1) Teori khusus pendidikan perspektif
a) Manajemen pendidikan:
 Perencanaan pendidikan
 Kepemimpinan pendidikan
 Organisasi pendidikan
 Supervisi pendidikan

b) Penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan


c) Model-model pendidikan:
 Model-model mengajar
 Model-model membimbing
 Model-model melatih
d) Evaluasi pendidikan
e) Riset pendidikan

2) Teori khusus pendidikan deskriptif


a) Paedagogis
b) Autopedagogis
c) Psikologi pendidikan
d) Sosiologi pendidikan
e) Ilmu pendidikan dan okrotis
f) Andragogi
g) Authropologi Pendidikan dan Etnografi Pendidikan
h) Ekonomi pendidikan
i) Politik pendidikan
j) Administrasi pendidikan

3. Dilihat dari segi lintas bidang:


a. Pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional
b. Pendidikan multi budaya
c. Pendidikan keluarga
d. Pendidikan anak usia dini
e. Pendidikan dasar dan menengah
f. Pendidikan usia lanjut
g. Pendidikan anak berbakat
h. Pendidikan wanita
i. Pendidikan kesejahteraan keluarga
j. Pendidikan umum
k. Pendidikan kesehatan
l. Pendidikan seks
m. Pendidikan berbasis keunggulan lokal
n. Pendidikan kecakapan hidup
o. Pendidikan teknologi kejuruan
p. Pendidikan profesi
q. Pendidikan kedinasan
r. Pendidikan pesantren
s. Pendidikan dan pelatihan
t. Pendidikan jarak jauh
u. Pendidikan dunia maya
BAB IIIALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN TENTANG PERAN PENDIDIKAN
TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

A. Aliran Klasik
1. Aliran Empirisme
Anak dilahirkan ke dunia ini tanpa pembawaan. Hasil pendidikan dan perkembangan
bergantung pada empiris (pengalaman) yang diperoleh peserta didik selama hidupnya.
Pengalaman itu diperolehnya di dunia luar dirinya berdasarkan perangsang yang tersedia
baginya. Perangsang itu dapat tersedia dengan sebdirinya atau disediakan apapun dan siapapun
juga.

2. Aliran Nativisme (Pesimisme)


Perkembangan seorang anak itu ditentukan oleh pembawaannya. Anak pada waktu
dilahirkan telah mempunyaipembawaan (potensi dasar) sendiri-sendiri. Selanjutnya anak itu
akan berkembang sesuai dengan pembawaanyang ada pada dirinya masing-masing. Pendidikan
tidak berkuasa apa-apa terhadap perkembanga anak.

3. Aliran Naturalisme (Negativisme/Naifisme/Fatalisme)


Pendidikan tidak diperlukan. Serahkan saja pendidikan anak ke alamnya, pembawaan yang
baik tidak akan rusak akibat intervensi guru melalui proses pendidikan.
Aliran ini menitik beratkan pada strategi belajar yang bersifat paedosentris (child-centered).

4. Aliran Konvergensi (Interaksional)


Manusia dalam perkembangan dan pertumbuhannya berjalan secara dialektik (saling
pengaruh mempengaruhi antara faktor internal dan faktor eksternal) atau antara pembawaan
dengan lingkungan sekitar. Dalam proses kependidikan faktor dasar dan faktor ajar berperan
sama dan seimbang pengaruhnya. Keduanya berproses secara interaksional (saling
mempengaruhi).

B. Aliran Baru
1. Pengajaran alam sekitar
Peserta didik dijadikan pangkaltolak dari upaya pendidikan manusia harus memanfaatkan
lingkungan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan
pribadi. Dalam kehirupan sehari-hari, alam sekitar maupun lingkunan manusia besar sekali
oengaruhnya kepada peserta didik.

2. Pengajaran Pusat Perhatian


Pengajaran pusat perhatian didasarkan pada pengajaran alam sekitar yang dititikberatkan
pada hal-hal yang menarik perhatian peserta didik/ manusia pada umumnya. Kecuali itu, pada
dasarnya hal-hal yang menarik perhatian peserta didik berupa apa yang menjadi kebutuhannya.
3. Pengajaran Sekolah Kerja
Konsepsi sekolah kerja berdasarkan gabungan dari aliran pendidikan individual dan aliras
sosial. Aliran indiviual menyatakan tugas pendidikan melayani masing-masing individu untuk
memperkembangkan diri seluas-luasnya. Aliran sosial menyatakan pendidikan semata-mata
berfungsi menyiapkan peserta didik mengabdi kepada masyarakatnya.
Sekolah kerja ini dapat dibedakan antara lain:
a. Sekolah Kerja Sosiologi
b. Sekolah kerja psikologi
c. Sekolah kerja sosiologi psikologi
d. Sekolah kerja kepribadian

4. Pengajaran Proyek
Prinsip-prinsip pengajaran proyek bahwa pengajaran itu harus aktif, ilmiah dan
memasyarakat. Prpyek pada dasarnya tugas yang harus dikerjakan melalui rencana dan
penyelenggaraan kegiatan secara bai, dan diakhiri dengan penilaian. Permasalahan yang
dibahas harus ada kaitannya dengan kehidupan peserta didik secara nyata. Peserta didik harus
ikut secara aktif, baik secara perorangan maupun kelompok, mulai dari penentuan masalah
sampai penilaian.
BAB IVLANDASAN PENDIDIKAN

A. Landasan Filosofis
1. Esensialisme
Filsafat pendidikan esensialisme bertitik tolak pada kebenaran yang telah terbukti berabad-
abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenran secara
kebetulan saja.

2. Parenialisme
Filsafat pendidikan parenialisme bertitik tolak pada kebenaran keTuhanan.

3. Prigresivisme
Tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan
kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam
kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaran ialah yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia hari ini.
Pendidikan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan peserta didik agar mampu
berpikir dengan baik.

4. Rekonstruksionisme
Filsafat pendidikan rekonstruksionisme merupakan variasi dari progresivisme yang
menginginkan manusia pada umumnya harus diperbaiki. Peserta didik tidak hanya belajar
pengalaman kemasyarakatan masa kini, tetapi juga mempelopori ke arah masyarakat yang
diinginkan masa depan.

5. Eksistensialisme
Filsafat pendidikan eksistensialisme berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah
eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kesadaran individu, memberi kesempatan
untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangan pengetahuan diri sendiri,
bertanggungjawab sendiri dan mengembangkan komitmen diri.

B. Pancasila Sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)


UU-RI No. 20 Tahun 2003 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

C. Landasan Historis
Landasan historis dapat dibedakan dalam tiga tonggak sejarah:
1. Pendidikan tradisional, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang dipengaruhi
oleh agama-agama besar di dunia, yaitu: (1) Islam; (2) Hindu; (3) Buddha; (4) Kristen (Katolik
dan Protestan).
2. Pendidikan kolonial Barat, yaiut penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh
Kolonial Barat terutama Belanda.
3. Pendidikan kolonial jepang, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indoenesia oleh
Pemerintahan Kolonial Jepang.
4. Pemikiran-pemikiran Tokoh pendidikan yang hidup dalam rintangan sejarah.

D. Landasan Psikologis
1. Perbedaan individu
2. Perubahan individu
3. Kebutuhan psikis
a. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
b. Kebutuhan akan rasa aman
c. Kebutuhan akan penghargaan
d. Kebutuhan akan rasa bebas
e. Kebutuhan akan rasa sukses
f. Kebutuhan akasn rasa ingin tahu

E. Landasan Sosial
Pendidikan adalah kegiatan sosial dan lembaga pendidikan merupakan lembaga sosial, sehingga
perubahan sosial di luar tembok sekolah tidak dapat dipisahkan dan selalu merupakan sebab dari
perubahan penyesuaian di dalam tembok sekolah. Perubahan di luar tembok sekolah merupakan
akibat atau hasil perubahan pengaruh dari perubahan fisik, lingkungan sosial, lingkunganpolitik
maupun perkembangan industri dalam kehidupan ekonomi dalam suatu msayarakat.

F. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Pendidikan harus mengakomodasi perkembangan IPTEK.

G. Landasan Religius
1. Landasan Tauhid
2. Landasan Moral-Etik
BAB VSISTEM PENDIDIKAN

A. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis ,
bagian-bagian itu terelasi antara satu dengan yang lain, serta peduli terhadap konteks
lingkungannya.

B. Ciri-ciri Suatu Sistem dan Komponennya


Suatu teori sistem mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Keseluruhan adalah hal yang utama dan bagian-bagain adalah hal yang kedua.
2. Integrasi adalah kondisi saling hubungan antara bagian-bagian dalam suatu sistem.
3. Bagian-bagian membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan.
4. Bagian-bagian memainkan peran meraka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dan
keseluruhan
5. Sifat bagian dan fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh keseluruhan
terhadap hubungan-hubungan bagiannya.
6. Keseluruhan adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks atau sebuah konfigurasi dan
energi dan berperilaku seperti sesuatu unsur tunggal yang tidak kompleks.
7. Segala sesuatu haruslah dimulai dari keseluruhan sebagai suatu dasar, dan bagian-bagaian
serta hubungan-hubungan ; baru kemudian terjadi secara berangsur-angsur.

Pada umumnya sistem sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1. Terdiri atas unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain.
2. Berorientasi kepada tujuan yang ditetapkan.
3. Didalamnya terdapat peraturan-peraturan dan tata tertib berbagai kegiatan dan
sebagainya.

Bila diaplikasikan dalam sistem pendidikan maka komponen-komponen pendidikan, seperti


yang dikemukakan para pakar sebagai berikut:
1. Noeng Muhadjir membagi komponen sistem kepada tiga kategori yaitu:
a. Bertolak dari lima unsur dasar pendidikan, meliputi: yang memberi, yang menerima,
tujuan, cara/jalan, dan konteks positif.
b. Bertolak dari empat komponen pokok pendidikan, yaitu kurikulum, subjek didik,
personifikasi pendidik, dan konteks pembelajaran
c. Bertolak dari fungsi pendidikan, yaitu pendidikan kreativitas, pendidikan moralitas, dan
pendidikan produktivitas.

2. Ramayulis membagi sistem pendidikan tersebut atas empat unsur, yaitu:


a. Kegiatan pendidikan yang meliputi: pendidikan diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan,
pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain.
b. Binaan pendidikan, mencakup: jasmani, akal dan qalbu.
c. Tempat pendidikan, mencakup: rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
d. Kompnen pendidikan, mencakup: dasar, tujuan, materi, metode, media, evaluasi,
administrasi, dana dan sebagainya.
C. Pendekatan Sistem

Menurut Redja Mudyahardja, sistem tersebut ada yang tertutup dan ada yang terbuka:

1. Sistem tertutup yaitu sistem yang struktur organisasi bagian-bagiannya tidak mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu pendek
Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.
2. Sistem terbuka yaitu sistem yang struktur bagian-bagiannya terus menyesuaikan diri
dengan masukan dan lingkungan yang terus-menerus berubah-ubah dalam usaha dapat
mencapai kapasitas optimalnya.
D. Berbagai Sistem dalam Kehidupan yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan
BAB VITOKOH-TOKOH PERINTIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Tokoh Pendidikan Islam


1. Ahmad Sorkati
2. KH. Ahmad Dahlan

B. Tokoh Pendidikan Umum


1. Ki Hajar Dewantara
2. Muhammad Syafe’i

C. Tokoh Pendidikan Wanita


1. R.A. Kartini
2. Rohana Kudus
BAB VIISISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Keharusan Adanya Sistem Pendidikan Nasional


Bicara tentang masalah pendidikan tidak akan pernah selesai dibicarakan oleh siapapun, hal ini
disebabkan oleh:
1. Pendidikan itu adalah fitrah bagi setiap manusia berkeinginan untuk memperoleh
pendidikan yang lebih baik, sekalipun kadang-kadang mereka belum tahu mana sebenarnya
pendidikan yang lebih baik itu.
2. Teori pendidikan akan selalu tertinggal bila kurikulum dibuat berdasarkan kebutuhan
masyarakat.

B. Gambaran Umum Sistem Pendidikan Nasional


1. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

2. Prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan:


a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkaitan serta tidak diskriminati
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan
kemajukan bangsa.
b. Pendidkan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem
terbuka dan multi makna.
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajarn.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan.

3. Fungsi Pendidikan Nasional


Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak sera
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap kreatif, mandiri
menjadi warga negara yang demokratis.

4. Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan


a. Jalur Pendidikan dilaksanakan melalui:
1) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang berstruktur dab berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
3) Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

b. Jenis Pendidikan mencakup: pendidikan umum, kejuruan akademik, profesi, vokasi,


keagamaan dan khusus.

5. Bentuk Pendidikan
a. Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah Dasar (SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau
bentuk pendidikan lain yang sederajat.
b. Pendidikan menengah pertama berbentuk; Sekolah Menengah pertama (SMP), dan
Madrasah Tsanawiyah (MTS) , atau bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan menengah berbentuk: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MAS), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau
bentuk lain yang sederajat

6. Pendidikan Keagamaan
a. Pendidkan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat
dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-udangan.
b. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama atau menjadi
ahli ilmu agama.
c. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalan pendidikan formal,
nonformal, dan Informal.
d. Pendidikan keagamaan berbentuk Pendidikan Diniyah, Pesantren, Pasramaan, Pabhaja
Samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

7. Kurikulum Pendidikan
a. Kurikulum Pendidikan Dasar dan menengah wajib memuat:
1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan Kewarganegaraan
3) Bahasa
4) Matematika
5) Ilmu Pengetahuan Alam
6) Ilmu Pengetahuan Sosial
7) Seni dan Budaya
8) Pendidikan Jasmani dan Olahraga
9) Keterampilan dan kejuruan
10) Muatan Lokal

b. Kurikulum Pendidikan Tinggi Wajib memuat:


1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan Kewarganegaraan
3) Bahasa
BAB VIII PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Kedudukan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional


1. Sebagai Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Indonesia dipergunakan sebagai mata pelajaran di
lingkungan sekolah-sekolah yang berada dibawah pembinaan Kementrian Pendidikan Nasional
Pendidikan Agama dalam hal ini agama Islam termasuk dalam struktur kurikulum pendidikan
nasional yang termasuk juga dalam pelajaran wajib.

2. Sebagai Lembaga/Satuan Pendidikan


Di lingkungan Kementrian Agama, pendidikan Islam terwujud dalam satuan pendidikan dari
Raudhatul Athfal sampai Perguruan Tinggi.

B. Peran Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional


1. Sebagai Mata Pelajaran
a. Mempercepat proses pencapaiam tujuan pendidikan Nasional, yaitu:
1) Berkembangnya potensi peserta didik
2) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
3) Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatifdan mandiri.
4) Menjadi warga negara yang demokratis
5) Bertanggungjawab.
b. Memberikan nilai terhadap mata pelajaran umum

2. Sebagai lembaga (Institusi)


a. Media sosialisasi Nilai-nilai Ajaran Agama Islam
b. Memelihara tradisi keagamaan
c. Membentuk akhlak dan karakter
d. Benteng moralitas bangsa
e. Lembaga pendidikan alternatif

C. Peran Sistem Pendidikan Nasional Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam


1. Memperkuat kedudukan Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam SISDIKNAS
2. Memperluas jangkauan dan sasaran Pendidikan Agama yang tercermin sebagai berikut:
a. Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai mata pelajaran wajib
1) Di sekolah umum dan perguruan tinggi umum
2) Di madrasah dan Perguruan Tinggi Islam
b. Pendidikan Keagamaan Islam, sebagai satuan pendidikan
1) Sekolah umum yang berciri khas Islam
a) Madrasah
b) Sekolah Islam
2) Pendidikan Keagamaan
a) Pesantren
b) Madrasah Diniyyah
3. Memberikan jaminan secara yuridis formal bahwa peserta didik akan mendapatkan
pengajaran agama sesuai dengan agama yang diyakininya dan diajarkan oleh guru yang
seagama. (UU-20 2003 Pasal 12 ayat 1).
4. Memberi peluang dan kesempatan untuk berkembangnya pendidikan Islam secara
terintegrasi dalam Sistem Pendidikan Nasional
BAB IXPERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

A. Pendidikan Islam Sebagai Lembaga/Satuan Pendidikan di Indoensia


1. Pendidikan Islam pada masa kolonial
Pada masa ini Pendidikan Islam dikelompokan menjadi tiga macam:
a. Sistem pendidikan surau/sanggar
b. Sistem pendidikan pesantren
c. Sistem pendidikan madrasah

2. Pendidkan Islam pada masa kemerdekaan


a. Menjembatani dualisme pendidikan
- UUD 1945
- Pancasila
- Anjuran Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BP KNIP) tanggal 27 Desember 1945
- Pembentukan komite khusus dalam menyusun sistem pendidikan nasional yaitu
Badan Pekerja Nasional Indoensia Pusat (BP KNIP)
- Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1946 tentang Pemberian Bantuan Kepada
Madrasah yang diperbahurui beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan No. 3
Tahun 1980
b. Lahirnya Madrasah Negeri
- Penetapan Menteri Agama RI No. 1 Tahun 1965 tentang Pengasuhan dan
Pemeliharaan Sekolah Rakyat Islam di Provinsi Aceh
- Keputusan menteri Agama No. 104 Tahun 1962 menjadi Madrasah Ibtidaiyyah
Negeri (MIN)
- Tahun 1967 terbuka: MIN, MTsN, dan MAN.
- Keputusan Menteri Agama No. 213 Tahun 1970, tidak ada lagi penegrian madrasah
karena keterbatasan anggaran
- Surat Edaran Kementrian Agama RI No. 227/C/C-9 tanggal 15 Agustus 1950
- Penetapan Kementrian Agama No. 7 Tahun 1951
- Penetapan Kementrian Agama No. 14 Tahun 1954
- PP No. 11 Tahun 1960
c. Lahirnya SKB 3 Menteri
d. Penyatuan pendidikan melalui UUSPN

B. Pendidikan Sebagai Mata Pelajaran


KOMPNEN-KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN

BAB XTUJUAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Tujuan
Nilai-nilai tujuan dalam pendidikan adalah:
1. Mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran.
2. Memberikan motivasi kepada guru dan siswa.
3. Memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menemukan
metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa.
4. Memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan.
5. Menentukan alat-alat teknik penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi empat jenjangsesuai dengan ruang lingkup dan sasaran
yang hendak dicapai.
1. Tujuan pendidikan nasional (TPN)
2. Tujuan lembaga pendidikan/ Tujuan Institusional (TI)
3. Tujuan kurikulum/kurikuler (TK)
4. Tujuan mata pelajaran/Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
5. Tujuan belajar-mengajar/ Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

B. Berbagai Tujuan Pendidikan


1. Tujuan Pendidikan Amerika Serikat
a. Untuk mencapai kesatuan dalam kebinekaan.
b. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi.
c. Untuk membantu pengembangan individu
d. Untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat
e. Untuk mempercepat kemajuan nasional

2. Tujuan Pendidikan Arab Saudi


a. Untuk memberikan sekurang-kurangnya pendidikan dasar bagi seluruh penduduk
b. Untuk mempersiapkan murid-murid dengan berbagai keterampilan yang diperlukan
untuk perkembangan ekonomi yang terus berubah.
c. Untuk mendidik anak-anak dalam kepercayaan, praktek, nilai-nilai serta kebudayaan
Islam.

C. Tujuan Pendidikan Nasional


Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

D. Fungsi Tujuan Pendidikan


1. Memberi arah operasional pendidikan
2. Sebagai batas akhir operasional pendidikan
3. Pemberi nilai terhadap komponen pendidikan
4. Sebagai titik tolak untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi
5. Sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih luas

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tujuan Pendidikan


1. Tujuan Hidup
2. Peserta Didik
BAB XIPENDIDIK

A. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa secara jasmani dan rohani, memiliki kompetensi untuk untuk
mendewasakan peserta didik ke arah kesempurnaan dengan menggunakan cara-cara dan
pendekatan kependidikan.
Pendidik-pendidik meliputi: Orang dewasa, orangtua, guru, pemimpin masyarakat, dan
pemimpin agama.

B. Peran Pendidik
Peran guru di sekolah:
1. Suri-teladan dalam sikap, ucapan tingkah laku yang dewasa, baik mental maupun spiritual.
2. Director of learning.
3. Inovator.
4. Motivator.
5. Conductor of Learning.
6. Manager of Learning.

Peranan guru dalam pendidikan modern:


1. Pengembang sumber daya manusia
2. Sebagai “pelabuhan” budaya yang akan disampaikan kepada anak.
3. Sebagai orang yang bertanggungjawab untuk mencapai tujuan pendidikan.
4. Sebagai orang yang bertanggungjawab atas perkembangan kondisi mental anak.
5. Menyiapkan warga negara yang cerdas.
6. Menyiapkan generasi mendatang dengan generasi yang lebih baik.
7. Sebagai orang yang bertanggungjawab dalam proses belajar mengajar di sekolah.
8. Sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap pengembangan kuriulum.
9. Menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif.

C. Pendidik Profesional
1. Pengertian Pendidik Profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan.

2. Ciri-ciri dan Syarat-syarat Profesi


a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandungkan dengan
kepentingan pribadi
b. Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung
keahlian.
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti
perkembangan dalam perkembangan dan pertumbuhan jabatan
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standard pelayanan disiplin diri dalam
profesi, serta kesejahteraan anggota.
g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian.
h. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadi seorang anggota yang
permanen. (Robert W. Richy, dalam Suharsini Arikunto, 2003: 235-236)

3. Tahapan dalam Pencapaian Guru Profesional


a. Bidang pelayanan ahli “unik” yang diselenggarakan itu harus ditetapkan
b. Kelompok profesi dan penyelenggara pendidikan pra-jabatan menyepakati adanya
standar tertentu bagi penyelenggara penyaringan dan pendidikan pra-jabatan yang
mempersiapkan tenaga guru yang profesional.
c. Adanya mekanisme untuk pengakuan resmi kepada program pendidikan pra-jabatan
yang memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada kemampuan minimal
yang dipersyaratkan (sertfifikasi)
e. Secara perorangan dan secara perkelompok, kaum pekerja profesional
bertanggungjawab atas segala aspek pelaksanaan tugas.
f. Kelompok profesional memiliki kode etik, yang merupakan dasar untuk melindungi para
anggota yang menjunjung tinggi nilai-nilai profesional. (T. Raka Joni dalam Syarifudin
Nurdin, 1999:19 – 20)

4. Kompetensi Yang Mesti Dimiliki Guru Profesional dalam Konteks Keindonesiaan


a. Kompetensi Kepribadian, meliputi:
1) Mengembangkan Kepribadian;
a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
(1) Mengkaji ajaran-ajaran agama yang dianut ;
(2) Mengamalkan ajaran-ajaran agama yang dianut;
(3) Menghayati peristiwa yang mencerminkan sikap saling menghargai antar
umat beragama.
b) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila;
(1) Mengkaji berbagai ciri manusia Pancasila;
(2) Mengkaji sifat-sifat kepatriotan bangsa Indoensia;
(3) Menghayati jasa para patriot dalam merebut, mempertahankan, dan
mengisi kemerdekaan;
(4) Membiasakan diri menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan;
(5) Mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan alamiah dan buatan;
(6) Membiasakan diri menghargai dan memelihara mutu lingkungan hidup.
c) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru;
(1) Mengkaji sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki guru;
(2) Membiasakan diri menerapkan sifat-sifat sabar, demokratis, menghargai
pendapat orang lain, sopan santun dan tanggap terhadap pembaharuan.

2) Berinteraksi dan Berkomunikasi;


a) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional;
(1) Mengkaji ajaran struktur organisasi depdikbud;
(2) Mengkaji hubungan kerja profesional;
(3) Berlatih menerima dan memberikan kebaikan;
(4) Membiasakan diri mengikuti perkembangan profesi.
b) Berintegrasi dengan masyarakat untuk penilaian mini pendidikan;
(1) Mengkaji berbagai lembaga kemasyarakatan yang berkaitan dengan
pendidikan;
(2) Berlatih menyelenggarakan kegiatan ekamasyarakatan.

3) Melaksanakan Bimbingan dan Konseling


a) Menghayati konsep-konsep dasar bimbingan;
(1) Mengkaji konsep-konsep dasar konseling;
(2) Berlatih mengenal kesulitan belajar murid;
(3) Berlatih mengadakan bimbingan kepada murid yang mengalami kesulitan
murid.
b) Membimbing murid yang berbeda dan berbakat khusus;
(1) Mengkaji ciri-ciri anak berbeda dan berbakat khusus;
(2) Berlatih mengenal anak-anak berbeda dan berbakat khusus;
(3) Berlatih menyelenggarakan kegiatan untuk anak berbeda dan berbakat
khusus.

4) Melaksanakan administrasi sekolah


a) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah;
(1) Mengkaji berbagai jenis dan sarana administrasi sekolah;
(2) Mengkaji pedoman administrasi pendidikan.
b) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah;
(1) Berlatih membuat dan mengisi berbagai format administrasi sekolah;
(2) Berlatih menyelenggarakan administrasi sekolah.

5) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran:


a) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah;
(1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah yang sederhana;
(2) Memahami laporan penelitian sederhana untuk kepentingan pengajaran.
b) Melaksanakan penelitian sederhana;
(1) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran;
(2) Membiasakan diri melakukan penelitian untuk keperluan pengajaran.

b. Kompetensi Profesional, meliputi:


1) Menguasai landasan pendidikan;
a) Mengenal tujuan pendidikan untukmencapai pendidikan nasional;
(1) Mengkaji tujuan pendidikan nasional;
(2) Mengkaji tujuan pendidikan dasar dan menengah;
(3) Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar dan menengah dengan
tujuan pendidikan nasional;
(4) Mengkaji kegiatan-kegiatan pengajaran mempercepat pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
b) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat;
(1) Mengkaji peranan sekolah;
(2) Megkaji peristiwa-peristiwa yang mencerminkan sekolah sebagai pusat
pendidikan dan kebudayaan;
(3) Mengelola kegiatan sekolah yang mencerminkan sekolah sebagai pusat
pendidikan dan kebudayaan.

2) Menguasai bahan pengajaran


a) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah;
(1) Mengkaji kurikulum pendidikan dasar dan menengah;
(2) Menelaah buku teks pendidikan dasar dan menengah;
(3) Menelaah buku pedoman khusus bidang studi;
(4) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dinyatakan dalam buku teks dan
buku pedoman khusus.

b) Menguasai bahan pertanyaan;


(1) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan studi/ mata
pelajaran;
(2) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan profesi.

3) Menyusun program pengajaran


a) Menetapkan tujuan pembelajaran;
(1) Mengkaji ciri-ciri tujuan pembelajaran;
(2) Dapat merumuskan tujuan pembelajaran;
(3) Menetapkan tujuan pembelajaran untuk satu satuan
pembelajaran/bahasan pokok.
b) Memilih dan mengembangkan bahan oemelajaran;
(1) Dapat memilih bahan pembelajran sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai;
(2) Mengembangkan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
c) Memilih dan mengebangkan strategi pembelajaran;
(1) Mengkaji berbagai metode mengajar;
(2) Dapat memilih metode mengajar yang tepat;
(3) Merancang prosedur pembelajaran yang tepat.
d) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang tepat;
(1) Mengkaji berbagai media pengajaran;
(2) Memilih media pengajaran yang tepat;
(3) Membuat media pengajaran yang sederhana;
(4) Menggunakan media pengajaran.
e) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar;
(1) Mengkaji berbagai jenis dan kegunaan sumber belajar;
(2) Memanfaatkan sumber belajar yang tepat.

4) Melaksanakan program pengajaran;


a) Mencipatakan iklim pembelajaran yang tepat;
(1) Mengkaji prinsip-prinsip pengelolaan yang tepat;
(2) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi suasan pembelajaran ;
(3) Menciptakan suasana pembelajaran yang baik;
(4) Menangani masalah pengajaran dan pengelolaan.
b) Mengatur ruangan belajar;
(1) Mengkaji tata ruang belajar;
(2) Mengkji kegunaan saran dan prasarana kelas;
(3) Mengatur ruang belajar yang tepat.
c) Mengelola interaksi pembelajaran;
(1) Mengamati cara-cara mengamati kegiatan belajar mengajar;
(2) Dapat mengamati kegiatan pembelajaran;
(3) Menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar;
(4) Dapat mengatur murid dalam kegiatan pembelajaran.

5) Menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan;


a) Mengkaji prestasi murid untuk kepentingan pengajaran;
(1) Mengkaji konsep dasar penilaian;
(2) Mengkaji berbagai teknik penilaian;
(3) Menyusun alat penilaian;
(4) Mengkaji cara mengolah dan menafsirkan data untuk menetapkan taraf
pencapaian murid;
(5) Dapat menyelenggarakan penilaian pencapaian murid;
b) Menilai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan;
(1) Menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses pembelajaran;
(2) Dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses pebelajaran.
(Moh. Uzer Usman, 1999: 16-19).

D. Kode Etik Guru


Kode etik guru di Indoensia pada garis besarnya mengatir hal-hal sebagai berikut:
1. Mengatur hubungan guru dengan murid
2. Mengatur hubungan guru dengan teman sekerjanya
3. Mengatur hubungan guru dengan orangtua dan masyarakat
4. Mengatur hubungan guru dengan jabatan atau profesinya
5. Mengatur hubungan guru dengan pemerintah

Upaya yang dapat dilakukan dalam melaksanakan kode etik pendidik sebagai berikut:
1. Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya, selama mereka mampu, untuk
melanjutkan studi S1, S2, atau S3.
2. Membangun perpustakaan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum mampu
memiliki perpustakaan seperti itu.
3. Meningkatkan kesejahteraan pendidik.
4. Sejalan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan para pendidik, kerjasama lembaga
pendidikan dengan orangtua, dan dengan tokoh-tokoh masyarakat.
5. Fungsi DP3 perlu dibenahi dan ditingkatkan.
6. Mengintensifkan pengawasan.
7. Memberika sanksi yang berlaku atas pelanggaran kode etik guru. (Made Pidarta, 2003: 276-
277)

E. Tugas dan Tanggung Jawab Guru


Tanggungjawab guru dibagi sebagai berikut:
1. Tanggung jawab dalam pengajaran
2. Tanggung jawab dalam memberikan imbingan
3. Tanggungjawab dalam mengembangkan kurikulum
4. Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi
5. Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat. (DG. Amstrong, et.al.,
1981: 249)

meneruskan dan
Mendidik mengembangkan nilai-nilai
hidup

Meneruskan dan
Profesi Mengajar mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi

Mengembangkan
Melatih keterampilan dan
penerapnnya
Tugas Guru

Menjadi Orang tua kedua

Kemauan Transformasi

Autoidentifikasi

mendidik masyarakat
Indoensia menjadi warga
negara yang bermoral
Kemasyarakatan

Mencerdaskan bangsa

(Bagan Tugas Guru Menurut Moh Uzer Usman, 2003:87)


BAB XIIPESERTA DIDIK

A. Peserta Didik
1. Kebutuhan Siswa Yang Harus Dipenuhi
a. Kebutuhan fisik, berupa: makanan, air, aktivitas, seks, dan semacamnya.
b. Kebutuhan sosial, seperti: kebutuhan efiksi, perasaan, status atau penghargaan dari
masyarakat.
c. Kebutuhan integrative/bermasyarakat, kebutuhan mengadakan relasi antar seorang
dengan orang lainnya, kebutuhan falsafah hidup.

2. Sarana Meneliti Siswa


a. Keluarga atau familinya
b. Rekreasi
c. Bakat istimewa yang lebih menonjol
d. Agama
e. Makanan/ apa yang dikonsumsi
f. Kewarganegaraan
g. Pendidikan
h. Ekspresi estetik
i. Sumber daya alam
j. Proteksi dan konservasi kehidupan
k. Produksi barang-barang, servis, dan pendistribusian, dan kembali memprouksinya
l. Integrasi individual
m. Eksplorasi
n. Komunikasi dan transportasi barang-barang dan manusia

Beberapa aspek yang perlu dikenal untuk mengenal murid:


a. Latar belakang masyarakat
b. Latar belakang keluarga
c. Tingkat inteligensi
d. Hasil belajar
e. Kesehatan badan
f. Hubungan-hubungan antar pribadi
g. Kebutuhan-kebutuhan emosional
h. Sifat-sifat kepribadian
i. Bermacam-macam minat belajar

3. Cara Mengenal Murid


a. Communicative record,yaitu sistem untuk mengetahui kererangan tentang murid
sebanyak-banyaknya.
b. Anecdotal records, ialah catatan tertulis tentang satu atau lebih observasi-observasi
guru terhadap kelakuan dan reaksi-reaksi murid dalam berbagai situasi.
c. Percakapan-percakapan dan wawancara formal
d. Observasi
e. Angket
f. Diskusi formal
g. Tes-tes tertulis baik yang dibuat oleh guru maupun tes yang telah disusun oleh para ahli
atau lembaga tertentu
h. Projective techniques, yaitu dengan menggunakan beberapa alat, antara lain;
otobiografi siswa komposisi bebas, menggambar, mencat, membaca cerita atau sajak,
yang menggambarkan pribadi siswa.
i. Sosiometri, dengan menugaskan kepada setiap murid dalam satu kelas untuk memilih
dan melukiskannya pada selembar kertas tiga orang nama temannya (sekelas) dengan
kategori; 1) yang paling disegani; 2) yang paling disenangi; 3) yang paling tidak
disenangi.
j. Studi kasus. (Hasan Langgulung, t.t.: 147)

4. Sikap Guru Yang Baik


Sikap guru yang baik akan terlihat dari tiga hal:
Sikap Terhadap Indikator
Diri a. Tampak menyukai dirinya, tidak mau bersolek tidak acuh terhadap
dirinya;
b. Merasakan keberhasilan diri dan kemanfaatan dirinya bagi orang
lain;
c. Meiliki perhatian yangbervariasi, menyukai banyak hal misalnya:
kesenian, sastra, teknik dan lainnya.
Profesi a. Merasakan bahwa yang dilakukan mempunyai manfaat bagi
pendidikan anak-anak;
b. Menikmati, merasakan tugas akan pekerjaan yang telah dimiliki
seakan-akan tidak ingin mencari pekerjaan lain;
c. Merasakan bahwa apa yang dilakukan sudah merupakan alternatif
terbaik karena sudah dipikirkan dengan baik, teliti cermat, dan sudah
mengerahkan semua kemampuan;
d. Tidak enggan menerima saran dari lawan gurun, dan bila perlu tidak
enggan pula bertanya kepada kawan sejawat, tanpa pandang derajat,
pangkat, sosio ekonomi dan juga usia.
Siswa a. Menyadari bahwa tiap-tiap siswa merupakan individu yang unik
sehingga perlu perhatian serta pelayanan khusus pula;
b. Mengenali paling sedikit satu macam keistimewaan pada diri masing-
masing siswa sehingga tidak akan meremehkan siswa;
c. Bersedia mendorong setia siswa tanpa mengenal pilih kasih;
d. Mengenal “ada dimana” siswa berada sehingga guru dapat dengan
tepat menempatkan diri untuk mengajak siswa untuk maju belajar.

5. Kebutuhan Peserta Didik


Kebutuhan psikologis peserta didik yang harus dipenuhi:
1. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan akan penghargaan
Karena itu guru dituntut untuk:
a. Mengharagi pribadi anak sebagai suatu kebulatan, tentu guru terebih dahulu untuk
memiliki pribadi yang bulat dan utuh.
b. Menhargai pendapat dan pilihan siswanya jika memiliki cakrawala berfikir yang luas dan
mantap.
c. Menerima kondisi siswa sebagaimana pa adanya dan menempatkan dalam kelompok
secara tepat, berdasarkan pilihan masing-masing tanpa paksaan dan keinginan pribadi.
d. Guru harus mewujudkan kemampuan, percaya diri secara maksimal di hadapan siswa
(dalam proses pembelajaran).
e. Guru mesti berusaha terus-menerus menumbuh-kembangkan konsep diri siswa,
menyadarkan akan kekurangan dan kelebihan siswa sesuai dengan perkembangan
secara terus menerus.
f. Guru mesti melakukan penilaian terhadap siswanya secara objektif berdasarkan
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. (Oemar Hamalik, 1992: 123)
4. Kebutuhan akan rasa bebas
5. Kebutuhan akan rasa sukses
6. Kebutuhan akan rasa ingin tahu

B. Dimensi Peserta Didik Yang Harus Dikembangkan


1. Dimensi fisik
2. Dimensi akal
3. Dimensi keberagamaan
4. Dimensi akhlak/karakter
5. Dimensi rohani (Jiwa)
6. Dimesni seni (keindahan)
7. Dimensi sosial
BAB XIIIAZAZ, PILAR, DAN BENTUK PROSES PEMBELAJARAN SERTA PILAR
PENDIDIKAN

A. Pengertian Pembelajaran
1. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi
belajar bagi peserta didik.
2. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat
yang baik.
3. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat
sehari-hari.

B. Azaz-azaz Pembelajaran
1. Azaz aktivitas
Keaktifan jasmani dan rohani yang dapat dilakukan di sekolah menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Paul B. Diedrich meliputi:
a. Visual activities, seperti membaca,memperhatikan gambar, demosntrasi, percobaan
dan sebagainya.
b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, interview, diskusi dan sebagainya.
c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian percakapan, diskusi musik, pidato,
ceramah dan sebagainya.
d. Writting acrivities, seperti menulis cerita, karangan laporan, angket menyalin, dan
sebagainya.
e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, dan sebagainya.
f. Motor activities, seperti melakukan percobaan membuat kontruksi model, mereparasi,
berkebun, bermain, memelihara binatang, dan sebagainya.
g. Mental activities, seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa,
mengambil keputusan, dan sebagainya.
h. Emotional activities, seperti menaruh minat, gembira, berani, tenang, kagum, dan
sebagainya . (Proyek ... 1984/1985: 7)

2. Azaz Motivasi
Motivasi dibagi menjadi dua:
a. Instrinsic Motivation.
b. Extrinsic Motivation.

Untuk menimbulkan Extrinsic Motivation guru dapat menggunakan berbagai cara berikut:
a. Cara belajar yang baik.
b. Alat peraga yang cukup.
c. Intonasi yang tepat dan humoris.
d. Menggunakan contoh yang tepat, up-to-date.
e. Performance guru yang menarik, dan sebagainya.

Sebagai proses motivasi mempunyai fungsi sebagai berikut:


a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat belajar dan bekerja.
b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan
pencapaian hasil belajar.
c. Membantu memenuhi kebutuhan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.\

Usman Najati menyebut tiga macam bentuk motivasi sperti termaktub dalam al-Qur’an,
yakni:

a. Janji (QS. Al-Baqarah: 81-82).


b. Ancaman (QS. Yusuf 111).
c. Pemanfaatan Peristiwa-peristiwa penting (QS. At-Taubah: 25-26).

3. Azaz Individualitas
Untuk memenuhi prinsip perbedaan individu ada dua macam pendekatan, yaitu:

a. Menitik beratkan pada pengajaran individu untuk memenuhi kebutuhan individu dan
belajar kelompok hanya merupakan pelengkap untuk sosialisasi.
b. Berusaha memenuhi perbedaan individu dengan mengorganisir kegiatan-kegiatan
belajar yang perlu bagi murid dalam hubungannya dengan kegiatan kelompok. (Proyek,
2004/2005:109)

Untuk menyesuaikan materi ajar dengan perbedaan individu-individu diperlukan usaha-


usaha sebagai berikut:
a. Individual assesment.
b. Pengajaran unit atau proyek.
c. Dengan teknik bertanya.
d. Remedial work.
e. Homogeneous grouping.
f. Pemberian tugas di luar sekolah.

4. Azaz Keperagaan
Alat peraga dalam pendidikan dibedakan atas:
a. Alat Peraga langsung.
b. Alat peraga tidak langsung:
1) Model.
2) Gambar: Mati dan proyeksi.

Dalam melaksanakan keperagaan dalam proses pembelajaran ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya:
a. Pada waktu menggunakan alat peraga di sekolah guru harus ingat yang pentung
bukanlah banyaknya alat peraga yang digunakan tetapi adalah cara menggunakannya
yang tepat, dan nilai alat peraga pelajaran yang diberikan.
b. Pemakaian alat peraga jangan terlalu lama karena mungkin akan membosankan dan
jangan pula terlalu sedikit waktu karena murid nelum dapat memahami apa yang
diberikan kepadanya.
c. Penggunaan alat peraga sering meminta aktivitas yang banyak dari guru dan murid,
baik dalam mencari bahan maupun dalam membuat, serta pelaksanaannya. Oleh
karena itu guru harus belajar dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan setiap
zaman.
Keuntungan yang diperoleh dari keperagaan adalah sebagai berikut:
a. Menghemat waktu dan belajar.
b. Menamba kemantapan sesuatu yang dipelajari oleh murid-murid.
c. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan penuh kegembiraan.
d. Dapat membantu anak yang lemah dalam belajar.
e. Mengkongkritkan yang bersifat abstrak.

5. Azaz Ketauladanan
Menurut Edi Suradi, keteladanan itu ada dua macam:
a. Sengaja berbuat secara sadar untuk ditiru oleh si terdidik.
b. Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan kita tanamkan pada peserta didik
sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi peserta didik.

6. Azaz Pembiasaan
Kebiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatny aotomatis, tanpa direncanakan
terlebih dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.

7. Azaz Kolerasi
Pada umumnya ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menghubungkan antara
pelajaran yang satu dengan pelajaran lainnya, melalui:
a. Cara korelasi okasional, yaitu, sewaktu-waktu guru menghubungkan pelajaran dengan
pelajaran lainnya.
b. Cara korelasi total, yaitu, menggabungkan pelajaran dengan pelajaran lainnya secara
penuh.

8. Azaz Minat dan Perhatian


Agar pendidikan dapat berhasil dengan baik, maka minat dan perhatian anak tidak boleh
diabaikan. Untuk itu guru agar harus mengusahakan:
a. Agar guru menguasai materi yang diajarkan dengan mendalam, dan ilmu lain secara
generalis.
b. Agar materi pembelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga dapat ditangkap dengan
penuh perhatian oleh anak.
c. Agar guru mempergunakan pendekatan dan metode yang tepat.
d. Agar murid mempunyai minat pada pelajaran, pelajaran itu harus disajikan sesedapnya
bagi murid.
e. Agar guru mempunyai penampilan yang menarik.

Azaz perhatian ini dapat dibedakan atas dua bentuk:


a. Perhatian spontan.
b. Perhatian karena didorong atau perhatian yang diusahakan.

Ada beberapa cara unutk menarik perhatian peserta didik:


a. Pelajaran diusahakan selalu merangsang minat besar peserta didik untuk mengetahui
hakikat pengertian dan pengajaran.
b. Hubungkan pelajaran itu dengan kejadian-kejaidian dan peristiwa yang terjadi di
sekitarnya.
c. Alat peraga atau media pengajaran dapat menarik perhatian peserta didik.
d. Pelajaran selalu disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan peserta
didik.
e. Guru hendaknya mempersiapkan bahan pelajaran itu secara baik, menggunakan
berbagai metode yang bervariasi dan cocok.
f. Performance guru dalam proses pembelajaran.
g. Situasi kelas hendaklah diciptakan sedemikian rupa agar menarik perhatian peserta
didik dalam proses pembelajaran.

C. Pilar Proses Pembelajaran


1. Kewibawaan (High Touch)
Di dalam al-Qur’an maupun di dalam Hadits banyak sekali ditemukan hal-hal yang
mendorong timbulnya unsur-unsur kewibawaan:
a. Kasih sayang.
b. Kelembutan.
c. Penguatan.
d. Keteladanan.

2. Kewiyataan (High Tech)


Kewiyataan merupakan “perangkat praktek pembelajaran” yang terkait langsung dengan:
a. Materi pembelajaran.
b. Pengembangan dan aplikasi metode pembelajaran.
c. Alat bantu pembelajaran.
d. Lingkungan belajar.
e. Penilaian hasil pembelajaran.

D. Energi Pembelajaran
Dengan adanya energi pembelajaran ini akan tercipta suasana belajar yang baik, yang ditandai
dengan beberapa hal, yaitu:
a. Peserta didik mengalami kemajuan.
b. Murid menghargai pelajaran yang disajikan.
c. Pendidik memperoleh kepuasan dalam pembelajaran

Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur yang menjadi penyemangat yang perlu
diperhatikan:

1. Energi Peserta Didik


Peserta didik yang mempunyai energi dalam belajar akan memiliki beberapa kebiasaan,
yaitu:
a. Mandiri, tidak menunggu diarahkan oleh orang lain.
b. Mampu melakukan refleksi diri atau evaluasi diri dengan baik.
c. Belajar tanpa batas waktu.
d. Rasa ingin tahu yang tinggi. (Dewi Salma Prawidalaga, 2008: 119).
2. Energi Pendidik
Pendidik dalam kegiatan pembelajaran perlu menggunakan energi yang ada pada diri
pendidik, dengan cara mensinergikan energi-energi yang ada pada peserta didik dan lingkungan
serta mensinergikan kedianyan. Peran itu terselenggara melalui:
a. Pengenalan energi pendidik oleh pendidik sendiri dan pengaktifannya.
b. Pengenalan energi pendidik dan upaya pengaktifannya oleh pendidik.
c. Pengenalan energi lingkungan dan upaya pengaktifannya oleh pendidika.
d. Pensinergian energi peserta didik dan lingkungan oleh pendidik.
e. Sinkronisasi energi pendidik, lingkungan, dan pendidik menjadi energi pembelajaran
secara total.

3. Energi Lingkungan
Energi lingkungan dalam pembelajaran dibagi menjadi dua:
a. Organisasi kelas.
b. Iklim sosial psikologi.

E. Bentuk Proses Pembelajaran


Di dalam proses pembelajaran ada empat bentuk proses pembelajaran:
a. Transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
b. Tramsformasi pengetahuan (transformation of knowledge).
c. Pengembangan keterampilan (development of skill).
d. Penanaman nilai (internalization of value).

F. Pilar Pendidikan
a. Learning to Know (Belajar untuk mengetahui, sebagai landasan ilmu pengetahuan)
b. Learning to Do (belajar untuk bekerja, aplikasi)
c. Learning to Be (belajar untuk menjadi, penggalian potensi diri)
d. Learning to Life Together (belajar untuk hidup bersama, hidup bermitra dan sekaligus
berkompetensi, hidup berdampingan dan bersahabat antar bangsa)
BAB XIV MEDIA PEMBELAJARAN

A. Pengertian Media Pembelajaran


Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang mana memerlukan media
pembelajaran untuk menghubungkan komunikasi antara pendidik dan peserta didik.
Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi: komunikator, pesan,
media, komunikasi dan efek.
Posisi media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukan pada gambar
berikut:

IDE PENGKODEAN MEDIA PENAFSIRAN MENGERTI


KODE

GANGGUA
N
UMPAN BALIK

Menurut Edgar Dale yang dikutip Oemar Hamaki, tingkatan pengalaman dan alat yang
diperlukan untuk memperoleh pengalaman tersebut dari tingkat yang konkrit naik menuju
ke tingkat yang abstrak membentuk sebuah kerucut pengalaman.
Lambang
Kata
Lambang
Visual
Gambar

Rekaman

Gambar Hidup

Televisi

Pameran

Karya Wisata

Demonstrasi

Pengalaman Dramatisasi

Pengalaman Tiruan yang Diatur

Pengalaman Langsung dan Bertujuan

Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukan pada gambar berikut:

MEDIA PESAN
GURU SISWA

METODE
Tiga kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan
kembali suatu objek atau kejadian.
2. Kemampuan Manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obejak atau
kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan.
3. Kemampuan Distributive, artinya media mampu menjangkau audien yang besar
jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak.
Berdasarkan Teknologi medai pembelajaran dapat dikelompokan menjadi: (Arsyad, 2002:1)
1. Media grafis
2. Media audio
3. Media proyek diam
4. Medai permainan dan simulasi

B. Jenis Alat/Media Pendidikan


1. Alat Pendidikan Yang Bersifat Benda
Alat Pendidikan Berupa Benda adalah:
a. Bahan-bahan cetakan atau bacaan, dimana bahan-bahan ini lebih mengutamakan
kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol kata dan visual.
b. Alat audio visual, yakni alat-alat yang dapat digolongkan pada:
1) Alat tanpa proyeksi seperti papan atau diagram.
2) Medai pendidikan tiga dimensi, seperti benda asli.
3) Alat pendidikan yang menggunakan teknik, seperti radio, tape recorder,
tranpsparansi, in-focus, internet.
c. Sumber-sumber masyarakat, seperti objek-objek peninggalan sejarah.
d. Kumpulan-benda-benda (material collection), seperti dedauan, batu dan sebagainya.

2. Alat Pendidikan Yang Bukan Benda


a. Keteladanan
Menurut Al-Ghazali, seperti yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, terdapat
beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai yang diteladani:
1) Amanah dan tekun bekerja.
2) Bersifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap murid.
3) Dapat memahami dan berlapang dada dalam ilmu serta orang-orang yang
mengajarkannya.
4) Tidak rakus pada materi.
5) Berpengetahuan luas.
6) Istiqomah dan memegang prinsip hidup.

Al-Ghazali juga menambhakan bahwa terdapat beberapa sifat penting yang harus
dinternalisasikan dalam diri murid, yaitu:
1) Rendah hati.
2) Menyucikan diri dari segala keburukan.
3) Taat dan istiqomah. (Al-Ghazali dalam Fathiyah Hasan Sulaiman, 1986:63).

b. Perintah dan Larangan


Dalam memberikan perintah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Jangan memberikan perintah kecuali karena diperlukan.
2) Hendaknya perintah itu dengan ketetapan hati dan niat baik.
3) Jangan memerintahkan kedua kalinya jika perintah pertama belum dilaksanakan.
4) Perintah hendaknya benar-benar dipertimbangkan akan akibatnya.
5) Perintah hendaknya bersifat umum, bukan bersifat khusus. (Abu Bakar
Muhammad, 1981:98)

c. Penghargaan dan Hukuman

Di bidang pendidikan, hukuman itu dilaksanakan karena dua hal, yaitu:

1) Hukuman diadakan karena ada pelanggaran, adanya kesalahan yang diperbuat


(punitur, quina peccatum est)
2) Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran (punitu,
nepaccatur). (Amir D. Inrakusuma, 1973:140)

C. Pengaruh Alat/Media dalam Pendidikan


Yusuf Hadi Miarso, dkk. menyatakan bahwa alat/media itu mempunyai nilai-nilai praktis yang
berupa kemampuan antara lain:

a. Membuat konkrit konsep yang abstrak.


b. Membawa objek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar siswa.
c. Menamplkan objek yang terlalu besar.
d. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
e. Mengamati gerakan terlalu cepat.
f. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa.
g. Membangkitkan motivasi belajar.
h. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpang
menurut kebutuhan. (Yusuf Hadi Miarso dlam Amir Daien Indrakuruma, 1972:146)

Sementara itu Abu Bakar Muhammad juga berpendapat bahwa kegunaan alat/media itu antara
lain adalah:
a. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas nateri pelajaran yang sulit.
b. Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik.
c. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan
menimbulkan kemajuan keras untuk mempelajari sesuatu.
d. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan
memikirkan suatu pelajaran.
e. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan), mempertajam indera, melatihnya,
memperhalus perasaan dan cepat belajar. (Abu Bakar Muhammad, 1981:97)
BAB XV KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran untuk
mempengaruhi anak supaya belajar baik dalam maupun di luar sekolah dalam rangka upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.

Omar Hamalik menggambarkan diagran kurikulum sebagai berikut:

Tujuan
Rencana (Desain) Tujuan Kurikulum Penyelenggaraan
Satuan Pendidikan

Susunan Bahan
Kurikulum Isi Kajian dan Mata
Pelajaran

Materi Pelajaran
Pengaturan Bahasa Pelajaran yang disampaikan
dalam pembelajaran

Bentuk-bentuk
Cara kegiatan
pembelajaran

B. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikukum adalah bentuk atau pola penyusunan (pengorganisasian) mata pelajaran
yang akan diajarkan pada siswa. (S. Nasution, 1995:176).

1. Kriteri yang Dapat Mengorganisir Pengalaman Belajar Secara Efektif


a. Coninuity adalah pengorganisasian efekif disusun secara berkelanjutan, mengacu pada
vertikal (tingkatan-tingkatan) dari unsur kurikulum utama.
b. Sequence maksdunya sistematis, tidak tumpang tindih, sehingga dapat membantu siswa
dalam memahami secara luas dan mendalam tentang pengalaman belajar secara
berurutan.
c. Inregation, kriteria ini mengacu pada hubungan kurikulum yang horizontal. (Ralph W.
Tyler, 1986:85)

2. Pembagian Organisasi Kurikulum


a. Separated Subject Curriculum
Separated Subject Curriculumadalah kurikulum yang disusun berdasarkan mata
pelajaran yang terpisah-pisah (kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran).
Kelebihan:
1) Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis.
2) Organisasi kurikulum ini mudah direncanakan dan dilaksanakan.
3) Kurikulum ini mudah dinilai.
Kekurangan:
1) Kurikulum ini memberikan mata pekajaran yang terpisah-pisah yang tidak
berhubungan satu dengan yang lain.
2) Kurikulum ini menyajikan pengalaman umat manusia yang lampau dalam bentuk
sistematis dan logis, sesuatu yang logis tidak selalu psikologis ditinjau dari segi
minat dan perkembangan anak.
3) Tujuan kurikulum ini terlalu terbatas, sehingga kurang memperhatikan
pertumbuhan jasmaniah, perkembangan sosial emosional karena tujuan utamanya
adalah memusatkan pada perkembangan intelektual.

b. Correlated Curriculum
Correlated Curriculum adalah kurikulum yang disusun berdasarkan penggabungan (fusi)
beberapa mata pelajaran yang serumpun atau sejenis.
Kelebihan:
1) Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid.
2) Minat siswa bertambah jika ia melihat hubungan antar mata pelajaran.
3) Pengertian siswa tentang sesuatu akan lebih mendalam dan memberikan
pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan dari berbagai sudut
pandang.

Kekurangan:
1) Kurikulum ini tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan
kebutuhan dan minat anak-anak serta dengan masalah-masalah kekinian.
2) Kurikulum ini tidak memberikan pengetahuan yang sistematis serta mendalam
mengenai berbagai mata pelajaran.
3) Guru tidak menguasai pendekatan interdisipliner.

c. Intregated Curriculum
Integrated Curriculum adalah kurikulum yang disusun dengan meniadakan batas-batas
yang jelas antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
Kelebihan:
1) Kurikulum ini menjamin integrasi bahan pelajaran, jadi tidak terdiri dari mata
pelajaran yang lepas-lepas dan tidak saling berhubungan.
2) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan
siswa sebagai kelompok maupun sebagai individu.
3) Kurikulum ini menyajikan bahan pelajaran yang berkaitan erat dengan pengalam
anak dalam hidupnya.

Kekurangan:
1) Guru-guru tidak dididik untuk menjalankan Intregated Curriculum sehingga dalam
pelaksanaan guru-guru mengalami kesulitan.
2) Kurikulum ini dianggap tidak mempunyai organisasi yang logi dan sistematis.
3) Sarana dan prasarana sangat kurang untuk melaksanakan kurikulum ini.

Menurut Muhammad Ali ada beberapa ciri-ciri Intregared Curriculum:


1) Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying theme) yang
dapat terdiri atas ide atau konsep dasar yang dapat mencakup semua ilmu atau
proses kerja ilmu, fenomena alam atau masalah sosial yang membutuhkan
pemecahan secara ilmiah.
2) Menyatakan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu. Kegiatan belajar
melibatkan isi dan proses dari satu atau beberapa ilmu sosial atau perilaku yang
mempunyai hubungan dengan tema yang dipilih/dikerjakan.
3) Menyatakan berbagai cara/metode belajar. Kegiatan belajran ditekankan pada
pengalaman konkrit yang bertolak belakang dari minat murid serta disesuaikan
dengan keadaan setempat.

3. Ragam Pengorganisasian Kurikulum


a. Mata pelajaran tersebut isolated subject,kurikulum terdiri dari sejumlah mata
pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan
dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi
diberikan sama.
b. Mata pelajaran berkolerasi, korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang
ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna
memudahkan peserta didik memahami pelajaran.
c. Bidang studi broad field, yaitu organiasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa
mata pelajaran yang sejenis serta serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikolerasikan
dalam berbagai bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan ”Core
subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
d. Program berpusat pada anak (child centered)yaitu program kurikulum yang menitik
beratkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik bukan mata pelajaran.
e. Masalah (core program), yatu suatu prgram yang berupa unit-unit masalah, dimana
masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran
lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan
masalahnya. Mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara
terintegrasi.
f. Electric Program, yitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi
kurikulum terpusat dan mata pelajaran dan peserta didik.

C. Dimensi-Dimensi Kurikulum
Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib dalam permasalahan kurikulum pendidikan ada 3 dimensi
kurikulum yang harus diperhatikan.

1. Dimensi Ontologi
Dimensi ini mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi peserta didik untuk
berhubungan lansgung dengan fisik objek-objek, serta berkaitan dengan pelajaran yang
memanipulasi benda-benda dan materi-materi kerja. Hal ini akan menyebabkan hasil yang
diinginkan bersifat verbal learning (belajar verbal), yaitu berupa kemampuan memperoleh data
dan informasi yang harus dipelajari dan dihafalkan.
Implikasi dimensi ontologi dalam pendidikan ialah bahwa dalam dunia pengalaman
manusia, yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti
pengalaman sehari hari, melainkan sebagai sesuatu yang tidak terbatas realitas fisik, spiritual,
baik yang tetap maupun yang berubah (dinamsi). Di samping itu, hukum dan sistem
kesemestaan yang melahirkan perwujudan harmoni dalam alam semestea, termasuk hukum
dan tertib yang menentukan kehidupan manusia turut memperkaya kepribadian manusia.

2. Dimensi Epistimologi
Perwujudan kurikulum iyang sah harus berdasarkan metode konstruktif pengetahuan yang
disebut dengan metode ilmiah yang sifatnya mengajar berfikir menyeluruh (universal), reflektif
dan kritis yang dilakukan melalui 5 tahapan yaiitu: kesadaran adanya masalah; identifikasi
semua cara pemecahan masalah proyeksi di semua konsekuensi yang akan timbul; dan
mengkaji konsekuensi tersebut dalam pengalaman. Jadi, konsekuensi tersebut bersifat terbuka
yang kesalahannya dapat diverifikasi bahkan ditolak serta bersifat temporer dan tentatif.

Implikasi dimensi epistimologidalam rumusan kurikulum adalah:

a. Konten cenderung fleksibel, karena pengetahuan yang dihasilkan bersifat tidak mutlak,
tentative dan dapat berubah-ubah.
b. Penguasaan konten (the what) yang tidak sepenting dengan penguasaan bagaimana
(the how) memperoleh ilmu pengetahuan itu.
c. Kurikulum menekankan lebih berat pada pelajaran proses (the how) yang artinya,
bagaimana siswa dapat menginstruksikan ilmu pengetahuan, aktivitas kurikulum,
pemecahan masalah yang sebenarnya berpijak pada epistimologi rekonstruksi.

3. Dimesni Aksiologi
Dimensi ini mengarahkan pembentukan kurikulum yang dirancang sedemikian rupa agar
memberikan kepuasan pada diri peserta didik untuk memiliki nilai-niali yang diperlukan mereka,
supaya hidup dengan baik, sekaligus menghindarkan nilai-nilai yang tidak diinginkan.

D. Orientasi Kurikulum
Secara garis besar orientasi kurikulum menurut Muhaimin dan Abdul Mujib ada 5 macam, yaitu:

1. Orientasi Pelestarian Nilai


Dalam Islam nilai terbagi menjadi dua:

a. NilaiIlahiyah, yaitu nilai yang turun dari Alloh SWT.


b. NilaiInsaniya, yaitu nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia
sendiri.

Di sisi lain, nilai-nilai pada suatu masyarakat mengalami perubahan dan pergeseran nilai
masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian:
a. Konservatif, mengarah pada pelestarian nilai-nilai lama yang sudah mapan,
sungguhpun nilai itu tradisional.
b. Radikal-revolusioner, mengarah pada pencabutan semua nilai samapi akar-akar,
karena pelestarian nilai lama itu mengakibatkan stagnasi sosial, stagnasi IPTEK, dan
stagnasi lainnya, sehingga klasifikasi ini cenderung pada “change for the sake change”
yakni mengubah asal mengubah.
c. Reformisme, mengarah pada perpaduan antara konservatif dan radikal-revolusioner,
yakni perubahan dan pergeseran nilai dengan perlahan-laha.

2. Orientasi pada Sosial Demand


Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam
perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output di Lembaga pendidikan mampu
menjawab dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

Orientasi kurikulum model ini pernah dikembangkan oleh Olsen dengan menawarkan
sekolah, masyarakat (comunity centeres school) yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memusatkan tujuan pendidikan pada perhatian dan kebutuhan masyarakat.


b. Menggunakan buku-buku dan sumber-sumber dari masyarakat sebanyak-banyaknya.
c. Meempraktekkan dan menghargai paham demokrasi
d. Menyusun kurikulum berdasarkan kehidupan manusia
e. Memupuk jiwa memimpin dan lapangan kehidupan masyarakat
f. Mendorong orang didik untuk aktif kerjasama dan saling mengerti antar sesama

3. Orientasi pada Tenaga Kerja


Kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja.

4. Orientasi pada Peserta Didik


Orientasi ini memberikan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan peserta
didik yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan. Untuk merealisasikan orientasi
pada kebuthan peserta didik, Benjamin S. Bloom mengemukakan taksonomi dengan tiga
domain, yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotorik.
BAB XVI LINFKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

A. Pengertian Lingkungan dan Lembaga Pendidikan


1. Pengertian Lingkungan
Lingkungan menurut Syartain, psikolog Amerika, sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto,
mengatakan bahwa lingkungan meliputi kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan, atau life process kecuali gen-
gen, bahkan gen-gen, dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide
environment) bagi gen lain (Ngalim Purwanto, 1979:72).

Selanjutnya, Syartain sebagaimana dikutip M. Ngalim Purwanto, membagi lingkungan


menjadi tiga bagian, sebagaimana berikut:

a. Lingkungan alam atau luar (extend or physical environment), ialah segala sesuatu yang
ada dalam bumi ini yang bukan manusia.
b. Lingkungan dalam, ialah segala sesuatu yang telah termasuk dalam diri kita, yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan fisik kita.
c. Lingkungan sosial (social environment), ialah semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi kita.

Secara umum, fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
berinteraksi dengan berbagai lngkungan sekitarnya (fisik, soisal, budaya), utamanya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.

Menurut Woodwoorth yang dikutip Ngalim Purwanto, ada empat macam sikap yang
berhubungan dengan lingkungan:

a. Individu bertentangan dengan lingkungan.


b. Individu menggunakan lingkungan.
c. Individu berpartisipasi dalam lingkungan.
d. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, melalui:
1) Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan.
2) Mengubah lingkungan sesuai dengan kehendak atau keinginan diri pribadi
(penyesuaian diri). (Woodworth, dalam Ngalim Purwanto, 1979:164)

Di sisi lain, Umar Tirtarahardja mengatakan, bahwa manusia sepanjang hidupnya akan
selalu menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan (tripusat pendidikan/lembaga
pendidikan):

a. Keluarga
b. Sekolah
c. Masyarakat

2. Pengertian Lembaga
a. Etimologi
Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk
pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan untuk mengadakan suatu
penelitian leilmuan atau melakukan suatu usaha.

b. Terminologi
Lembaga adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola
tingkah laku, peranan dan realisasi yang terarah dalam mengikat individu yang
mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya kebutuhan
masyarakat.

B. Jenis-jenis Lembaga Pendidikan


1. Lembaga Pendidikan Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah satuan sosial terkecil berupa struktur yang bersifat khusus, satu sama
lain di dalam keluarga itu mempunyai ikatan apakah lewat hubungan darah atau
perkawinan.

b. Peranan Keluarga terhadap Pendidikan Anak


Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Jug
adikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak berada
dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adlah
dalam keluarga.
Diantara peranan keluarga dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut:
1) Peranan keluarga dalam pendidikan jasmani
2) Peranan keluarga dalam pendidikan moral dan agama
3) Peranan keluarga dalam pendidikan akal
4) Peranan keluarga dalam pendidikan emosional
5) Peranan keluarga dalam pendidikan sosial

2. Lembaga Pendidikan Sekolah


a. Pengertian Sekolah
Sekolah adalah lembaga atau organiasi yang melakukan kegiatan kependidikan
berdasarkan kurikulum tertentu yang melibatkan sejumlah orang (guru dan murid) yang
harus bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.

b. Peranan Sekolah terhadap Pendidikan Anak


Peranan sekolah menurut Suwarno adalah sebagai berikut:
1) Memberikan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan
2) Spesialisasi
3) Efisiensi
4) Sosialisasi
5) Konservasi dan transmisi kultural
6) Transisi dari rumah ke masyarakat
3. Lembaga Pendidikan Masyarakat
a. Pengertian Masyarakat
Secara sederhana masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat oelh
kesatuan negara, kebudayaan dan agama.
Ralph Linton mendefinisikan masyarakat sebagai setiap kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerjasama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas.
Unsur yang ada dalam suatu masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Hidup bersama, dua orang atau lebih
2) Hidup bergaul dan bercampur cukup lama
3) Hidup dalam suatu kesatuan yang utuh
4) Mereka sadar bahwa sistem kehidupan bersama menimbulkan adanya sebuah
keterikatan diantara mereka.

Menurut Hasbullah, ada beberapa istilah yang digunakan untuk pendidikan masyarakat:
1) Pendidikan sosial
2) Pendidikan masyarakat
3) Pendidikan rakyat
4) Pendidikan luar biasa
5) Mass Education
6) Adult Education
7) Extension Education
8) Fundamental Education

b. Peran masyarakat terhadap pendidikan anak


1) Memberikan pelayanan pendidikan bagi para anggota masyarakat yang tidak
mengikuti pendidikan sekolah.
2) Memberikan bantuan daana atau fasilitas lainnya untuk mendukung dan
meningkatkan kualitas sekolah/madrasah.
3) Memberikan penilaian dan pengawasan terhadap mutu dan kualitas madrasah.
4) Memberikan masukan bagi sekolah/madrasah dalam menyusun program.
BAB XVII PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN

A. Pendekatan Pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan
Chabib Thaha, mendefinisakan pendekatan adalah cara pemrosesan subjek atas objek
untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga bisa berarti cara pendang terhadap suatu objek
persoalan, dimana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas.

Lawson dalam konteks belajar, mendefinisikan pendekatan adalah segala cara atau strategi
yang digunakan peserta didik untuk menunjang keefektifan dan keefisienan dalam proses
pembelajaran materi tertentu.

2. Pendekatan dalam Pendidikan


Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam:

a. Pendekatan Pengalaman
Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman kepada peserta didik dalam
rangka penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kemlompok.
Ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah:
1) Berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak
2) Kontinyu dengan kehidupan anak
3) Interaktif dengan lingkungan dan juga sesamanya

Metode mengajar yang dapat dipakai dalam pendekatan pengalaman, diantaranya:

1) Metode eksperimen (mencoba)


2) Metode drill (latihan)
3) Metode sosiodrama dan bermain peranan
4) Metode pemberian tugas belajar dan resitasi dan sebagainya.

b. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah suatu tingkah laki tertentu yang sifatnya otomatis tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. (Syaiful
Bahru Djamarah, dkk, 1997:70) Dengan pembiasaan pendidikan memberikan
kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara
individual maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan digunakan dalam
pendekatan pembiasaan antara lain:
1) Metode latihan (Drill)
2) Metode pemberian tugas
3) Metode demonstrasi dan metode eksperimen

c. Pendekatan emosional
Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta
didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana
yang buruk. (Syaiful Bahru Djamarah, dkk, 1997:73)
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri sesorang. Emosi sebenarnya dapat
menyesuaikan diri denganterhadap keadaan sekitarnya.
Metode mengajar yang digunakan dalam pendekatan emosionala adalah:
1) Metode ceramah
2) Sosio drama
3) Bercerita

d. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam
memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. (Depag RI, 1998: 14)
Metode yang digunakan dalam pendekatan rasional yaitu:
1) Tanya jawab
2) Kerja kelompok
3) Latihan
4) Diskusi
5) Pemberian tugas

e. Pendekatan fungsional
Pendekatan fungsional adalah usaha memberikan materi agama menekankan kepada
segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat
perkembangannya. (Depag RI, 1998:3)
Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan fungsional adalah sebagai berikut:
1) Metode latihan
2) Cerama
3) Tanya jawab
4) Pemberian tugas
5) Demonstrasi

f. Pendekatan Keteladanan
Pendekatan keteladanan adlah memperlihatkan keteladanan baik yang berlangsung
melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akarab antara personal sekolah, perilaku
pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun
yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
Dalam pendekatan keteladanan ini ada beberapa metode yang dapat dipergunakan
diantaranya melalui:
1) Performance
2) Kepribadian
3) Cerita dan ilustrasi yang mengandung insur keteladanan

g. Pendekatan terpadu
Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran
dengan memadukan secara serentak beberapa pendekatan.

B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode
Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergubakan oleh pendidik dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Metode sebagai alat mempunyai fungsi ganda:

a. Polipragmatis, yaitu metode mempunyai lebih dari satu fungsi.


b. Monopragmatis, yaitu metode mempunayi satu fungsi saja.

Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:


a. Hasan Langgulung mendefisnisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Abdul Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang
praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
c. Al-Abrasyi mendefinisikan pula bahwa metode adalah jalan yang kita ikuti untuk
memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam metode dalam
berbagai pelajaran. (M. Athiyah Al-Abrasy, tt: 257).

2. Penggunaan Metode
Pemilihan metode yang tepat harus memperhatikan tuntutan dan karakteristik peserta
didik.

3. Dasar Metode Pendidikan


a. Dasar Agama
b. Dasar Biologis
c. Dasar Psikologis
d. Dasar Sosiologis

4. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran


a. Metode tersebut harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri.
b. Metode tersebut harus dimanfaatkan hukum pembelajaran.
c. Metode tersebut harus berawal dari apa yang sudah diketahui peserta didik.
d. Metode tersebut harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu dengan baik
yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran.
e. Metode tersebut harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual dan
menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan ciri-ciri pribadi.
f. Metode harus merangsang kemampuan berfikir dan nalar para peserta didik.
g. Metode tersebut harus disesuaikan dengan kemajuan peserta didik dalam hal
keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, gagasan dan sikap peserta didik, karena
semua ini merupakan dasar dalam psikologi perkembangan.
h. Metode tersebut harus menyediakan bagi peserta didik pengelaman-pengalaman
belajar melalui kegiatan belajar yang banyak dan bervariasi.
i. Metode tersebut harus menantang dan memotivasi peserta didik ke arah kegiatan-
kegiatan yang menyangkut proses diferensiasi dan integrasi.
j. Metode tersebut harus memberi peluang bagi peserta didik untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan.
k. Kelebihan suatu metode dapat menyempurnakan kekurangan/kelemahan metode
lain.
l. Satu metode dapat dipergunakan untuk berbagai jenis materi atau mata pelajaran
satu materi atau mata pelajaran memerlukan banyak metode.
m. Metode pendidik harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dunamis.

5. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam memilih Metode Mengajar


a. Tujuan yang hendak dicapai atau kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
b. Peserta didik
c. Bahan pelajaran
d. Fasilitas
e. Situasi
f. Partisipasi
g. Pendidik
h. Kebaikan dab jekemahan metode tertentu

6. Kombinasi Metode-Metode dalam Praktek


a. Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas
b. Ceramah, Diskusi dan Tugas
c. Ceramah, Problem Solving dan Tugas
d. Ceramah, Demonstrasi dan Eksperimen
e. Ceramah, sosiodrama dan Diskusi
f. Ceramah, Demonstrasi dan Drill
g. Ceramah, Demonstrasi, Eksperimen, Diskusi, Pemberuan Tugas Belajar Resitasi, dan
Tanya Jawab

7. Metode yang Dapat Dipergunakan dalam Pembelajaran


a. Metode ceramah
b. Metode tanya jawab
c. Metode diskusi
d. Metode pemberian tugas
e. Metode demonstrasi
f. Metode eksperimen
g. Metode kerja kelompok
h. Metode kisah
i. Metode amsal
j. Metode Targhib wa Tarhib
BAB XVIII PERMASALAHAN PENDIDIKAN

A. Jenis-Jenis Permasalahan Pendidikan


Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas karena:

1. Sifat sasarannya adalah manusia sebagai makhluk yang unik


2. Usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya
terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia

Pada dasarnya terdapat beberapa permasalahan pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di
Indonesia:

1. Masalah Praktik Pendidikan


Seharusnya (das solen) praktik pendidikan mengacu kepada pelayanan unggul (excellent
service) dengan beberapa indikator:

a. Kesempurnaan hasil belajar


b. Kecepatan proses pembelajaran
c. Kepuasan siswa
d. Keprofesionalan tenaga pendidik
e. Keikhlasan niat

tetapi banyak diantara tenaga pendidik yang tidak mengacu kepada pelayanan mutu
unggulan. Dari sekian banyak persoalan praktik pendidikan ada 2 (dua) bentuk praktik
pendidikan yang merusak proses dan mutu pendidikan, yaitu:
a. Pendidikan tanpa ilmu pendidikan (PENTIP)
b. Salah kamar (SALMAR)

Dalam persoalan yang berkaitan dengan praktik pendidikan perlu dilakukan peruibahan
pradigma sebagai berikut:
a. Pengelolaan tenaga pendidikan harus efektif dan profesional
b. Pembiayaan penddiian tidak cukup diperoleh dari pemerintah saja tetapi lebih utama
sebenarnya adalah dari lembaga dan masyarakat.
c. Melakukan reformasi dalam sistem pembelajaran
d. Demokrasi dalam proses pembelajaran
e. Melaksanakan efisiensi pendidikan
f. Adanya relevansi antara hasil pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja
g. Agar lulusan lembaga pendidikan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif
sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum perlu dikembangkan dengan
pendekatan berbasis kompetensi.
h. Sasaran akhir kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar.
i. Evaluasi belajar secara teratur dan berkelanjutan, bukan hanya ditujukan untuk
mengetahui daya serap dan kemampuan para peserta didik saja, akan tetapi yang
terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil belajar tersebut untuk memperbaiki
dan menyempurnakan program.
j. Pembudayaan kualitas bagi setiap warga lembaga pendidikan dapat dilakukan dengan
meningkatkan profesionalitas personil madrasah.
2. Masalah Pemerataan Pendidikan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah pemerataan pendidikan
diantaranya sebagai berikut:

a. Cara konvensional, antara lain:


1) Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruang belajar
2) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan
sore).
b. Cara Inovatif, antara lain:
1) Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orangtua, dan guru atau sistem
IMPACT (Instructional Management by Parent, Community, and TeacherI)
2) SD kecil pada daerah terpencil
3) Sistem guru kunjung
4) SMP Terbuka (ISOSA – In School out of School Approach)
5) Kejar Paket A dan B
6) Belajar jarak jauh

3. Masalah Mutu Pendidikan


Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal
yangbersifat fisik dan perangkat lunak, personalia dan manajemen, yaitu:

a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan, khususnya SMU dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, penataran,
seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi.
c. Penyempurnaan kurikulum (materinya esensial dan mengenadung muatan lokal,
metode yang menantang dan menggairahkan belajar, evaluasi beracuan PAP)
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar.
e. Penyempurnaan saran belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan
lab.
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya mengenai anggaran
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan:
1) Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan
2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pengawas
3) Sistem ujian seperti EBTANAS, SIPENMARU/UMPTN
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga
5) Mewujudkan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan

4. Maslah Efisiensi Pendidikan


Beberapa masalah efisiensi, yaitu:

a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan


b. Bagaimana sarana dan prasaraba pendidikan digunakan
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d. Masalah efisiensi dan memfungsikan tenaga
5. Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah
seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.

Luaran pendidikian diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka
ragam sektor produksi, sektor jasa dan lain-lain. Baik dari segi jumlag maupun dari segi kualitas.
Jika sistem pendidikan menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sektor pembangunan
baik yang aktual (yang tersedia) maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.

Sebenarnya kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan
dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang pekerjaan yang ada
yaitu:

a. Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya


b. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai
c. Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang dapat digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan

Kelima masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika pendidikan:

a. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya semua warga negara yang
butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
b. Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya perencanaan proses pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
c. Dapat terlaksana secara efisien artinya pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan
dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
d. Prosuknya yang bermutu tersebut relevan yaitu hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan.

Ace Suryadi mengemukakan tentang pemerataan, yaitu:


a. Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality access)
b. Pemerataan untuk bertahan di sekolah (equality of survival)
c. Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar (equality of
output)
d. Pemerataan kesempatan dalam menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan
masyarakat (equality of outcome). (Ace Suryadi, 1993:32)

B. Keterkaitan Antara Jenus Permasalahan

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan


a. Perkembangan IPTEK dan seni
b. Laju pertumbuhan penduduk (pertambahan dan persebaran penduduk)
c. Aspirasi masyarakat
d. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
BAB XIX DEMOKRASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah suatu ideologi atau cara hidup (way of life) yang menekankan pada nilai
individu dan menjunjung tinggi nilai tanggungjawab, saling menghormati, toleransi dan
kebersamaan.

John S. Brubacher menegaskan bahwa dalam demokrasi ada empat fungsi yang saling terkait:

a. Demokrasi sebagai kebebasan (freedom)


b. Demokrasi sebagai penghormatan terhadap martabat orang lain (as respect for dignity of
person)
c. Demokrasi sebagai persamaan (equality)
d. Demokrasi sebagai wahana untuk berbagi (sharing) dengan kelompok lain

B. Prinsip-Prinsip Demokrasi
a. Kebebasan
b. penghormatan terhadap manusia
c. Persamaan
d. Pembagian kekuasaan

C. Demokrasai Pendidikan
1. Pengertian Demokrasi Pendidikan
Sugarda Purbakawatja memberikan definisi bahwa demokrasi pendidikan adalah
pengajaran pendidikan yang semua anggota masyarakat mendapatkan pendidikan dan
pengejaran yang adil. (Sugarda Purbakartja, 1995:35)

2. Hal-Hal yang Terkandung Dalam Demokrasi Pendidikan


a. Kebebasan bagi pendidik dan peserta didik. Kebebasan di sini meliputi:
1) Kebebasan berkarya
2) Kebebasan mengembangkan potensi
3) Kebebasan berpendapat
b. Persamaan terhadap peserta didik
c. Penghormatan akan martabat manusia
d. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
BAB XX DESENTRALISASI PENDIDIKAN

A. Pendahuluan
Sentralisasi pendidikan telah melahirkan berbagai fenomena yang memprihatinkan seperti:

1) Terjadinya totaliterisme penyelenggaraan pendidikan


2) Adanya keseragaman manajemen, sejak dalam aspek perencanaan, pengelolaan, evaluasi,
hingga model pengembangan sekolah dan pembelajaran
3) Adanya keseragaman pola pembudayaan masyarakat
4) Melemahnya kebudayaan daerah. (Haidar Putra Danlay. 2004:63)

B. Pengertian Desentralisasi dan Otonomi


1. Pengertian Desentralisasi
Menurut bahasa, desentralisasi berarti pendelegasian wewenang. Sedangkan menurut
istilah adalah adanya kewenangan yang diberikan kepada hierarki lebih awal dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan organisasi/lembaga.

Pengambilan keputusan tersebut mempunyai arti:

a. Menetapkan peraturan (pelaksanaan) berkaitan/sesuai/adaptif pada wilayahnya.


b. Melaksanakan peraturan tersebut demi kemajuan daerah (termasuk rakyat) yang
berada dalam kewenangan dari tanggungjawabnya.

2. Pengertian Otonomi
Otonomi secara umum mengandung pengertian sendirinya, ada juga memberi arti
kemandirian. Kemandirian ini dalam konteks bebas dalam wujud memilih, yang disertai dengan
adanya kemampuan.

Kemampuan memilih secara esensial mencakup:

a. Kemampuan memilih membuat keputusan yang terbaik (tepat dan berguna) untuk diri,
kelompoknya (daerah)
b. Kemampuan memilih mengakui/menghargai pendapat yang lain (berlainan dari
pendapatnya)
c. Kemampuan memilih pelaksanaan yang tepat (pertama dan prioritas) bagi daerahnya
d. Kemampuan memilih sesuatu untuk melengkapi (memenuhi) kebutuhan.
e. Kemampuan memilih mengatasi (solving) dan untuk menyesuaikan sendiri. (PP No. 22
tahun 1999)

Dengan demikian pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah menggambarkan hal-hal


sebagai berikut:
a. Keputusan politik ditentukan oleh rakyat melalui DPRD
b. Kekuasaan di tangan kepala daerah tingkat II
c. Daerah tingkat II diberi wewenang untuk mengurus kepentingan masyarakat
d. Mengatur kebijakan wilayah bersama DPRD tingkat II
e. Meliputi aspek ekonomi, politik dan sosial budaya serta semua sektor pembangunan
f. Kewenangan bidang agama dapat ditugaskan ke daerah
g. Penggunaan sumber daya ditentukan oleh daerah berimbang
h. Otonomi daerah dalam rangka ikatan Negara Keatuan Republik Indonesia
i. Ketergantungan Pusat dan Daerah secara politik semakin kecil.
(Abdul Rachmat Shaleh, 2004: 130)

C. Alasan Perlunya Desentralisasi dan Dampaknya Terhadap Pengelolaan Pendidikan


Secara umum alasan dilaksanakannya desentralisasi adalah:

1. Mednorong terjadinya partisipasi dari bawah secara luas


2. Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi
3. Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang, sehingga dapat meningkatkan
efisiensi.
4. Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara optimal, sehingga
pemerataan untuk perbaikan kesejahteraan sosial dapat terwujud
5. Mengakomodasi kepentingan politik
6. Mendorong peningkatan kualitas produk yang lebih kompetitif. (Abdul Rachmat Saleh,
2004:131)

Sedangkan dampaknya desentralisasi diantaranya:


1. Urusan tidak diatur oleh pemerintah pusat secara otomatis menjadi tanggungjawab
pemerintah daerah, termasuk dalam pengelolaan pendidikan.
2. Berkenaan dengan perubahan pengelolaan pendidikan.

D. Pengertian Desentralisasi Pendidikan


Desentralisasi pendidikan mengandung arti adanya kelimpahan weweang pemerintah kepada
masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder pendidikan)
untuk ikut serta bertanggungjawab dalam memajukan pendidikan. (Madrasah Mandiri, 2001:8)

E. Tujuan Desentralisasi Pendidikan


Tujuan desentralisasi pendidikan secara umum adalah upaya memberi peluang untuk:

1. Menciptakan suatu sistem pendidikan dengan atau berdasarkan kebijakan-kebijakan yang


konkrit, jelas, terarah dan dapat diterapkan.
2. Mengatur sumber daya serta pemanfaatannya, secar optimal, baik Sumber Daya Manusia
(SDM) dengan cara profesional, tenaga guru, dan tenaga manajerial.
3. Menyusun kurikukum yang berorientasi kebutuhan masyarakat (social demand)
4. Mengelola sistem pendidikan yang didasarkan pada kebudayaan setempat. (Madrasah
Mandiri, 2008: 133)

Secara lebih khusus, desentralisasi pendidikan bertujuan adalah upaya mewujudkan:

1. Pendidikan bermutu dan merata secara luas dan nyata


2. Tertampungnya aspirasi pendidikan masyarakat
3. Pengelolaan pendidikan efektif dan efisien
4. Perwujudan akuntabilitas layanan aktual dan fungsional
5. Pendistribusian alokasi pendidikan
6. Pemberian kesempatan lebih luas terhadap pelaksanaan wajib belajar
7. Penyederhanaan struktur
8. Pengendalian akuntabilitas
9. Pemanfaatan personalia secara optimal
10. Perwujudan visi dan misi nasional maupun lokal dan kurikulum

F. Dampak Desentralisasi Pendidikan


Bagi desentralisasi pendidikan yang dilaksanakan secara tergesa-gesa dan tanpa persiapan
yangnyata dan baik akan menimbulkan dampak negatif antara lain:

1. Meningkatkan kesenjangan anggaran pendidikan anatar sekolah negeri dan swasta, sekolah
umum dan sekolah agama, sekolah yang berada di lingkungan masyarakat mampu dan tidak
mampu, sekolah di kota dan daerah terpencil.
2. Keterbatasan kemampuan keuangan daerah menjadi jumlah anggaran belanja sekolah akan
menurun dari waktu ke waktu sebelumnya.
3. Biaya administrasi di sekolah meningkat karena prioritas anggaran dialokasikan dulu untuk
menutup biaya administrasi, dan sisanya baru didistribusikan ke sekolah.
4. Kebijakan pemerintah di mata daerah yang tidak memprioritaskan pendidikan berpontensi
akan menurunkan mutu pendidikan di daerah tersebut.
5. Otoritas masyarakat yang belum memahami sepenuhnya permasalahaan dan pengelolaan
pendidikan, yang mengakibatkan pengelolaan pendidikan akan salah iris yang
mengakibatkan pada menurunnya mutu pendidikan.
6. Kesenjangan sumber daya pendidikan yang tajam dikarenakan perbedaan sumber daya
daerah yang berbeda-beda mengakibatkan kesenjangan mutu pendidikan serta melahirkan
kecemburuan sosial.

Sebaliknya jika desentralisasi pendidikan dilaksanakan secara benar dan dengan pertimbangan
yang matang, serta dengan niat untuk peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan maka akan
menimbulkan dampak positif antara lain terlaksananya:

1. Demokrastisasi dalam pengelolaan pendidikan


2. Meningkatnya partisipasi masyarakat sehingga melahirkan pendidikan yang relevan, karena
pendidikan benar dari, oleh, dan untuk masyarakat
3. Terselenggaranya pendidikan secara efisien dan efektif
4. Memungkinkan terjadinya pembaharuan pendidikan di sekolah yang mampu memfasilitasi
proses pembelajaran yang kondusif, yang pada gilirannya akan meningkatakn mutu hasil
belajar peserta didik.

G. Paradigma Baru Pendidikan Era Desentralisasi


Untuk terlaksananya pelimpahan wewenang pemerintah daerah pada sekolah beserta
stakeholder-nya, maka pengelola menerpakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yaitu: “Suatu
strategi pendidikan melalui pengalihan otoritas pengambilan keputusan dari pemerintah daerah ke
sokolah.” (H.A.R. Tilaar, 2000:88-99)
BAB XXI PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) (EDUCATION FOR ALL)

A. Pengertian
Pendidikan Untuk Semua (PUS) diartikan bahwa pendidikan itu menjadi kewajiban bagi setiap
manusia dan dipersiapkan bagi setiap manusia dalam rangka memanusiakan manusia tanpa
membedakan suku, ras, agama, dan klasifikasi sosial dan ekonomi.

B. Prinsip Yang Mendasari Perlunya PUS


1. Ajaran Islam memerintahkan umatnya agar melaksanakan:
a. Belajar sepanjang hayat
b. Menuntut ilmu merupakan fardhu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimat.
2. Prinsip pendidikan untuk abad XXI yaitu:
a. Pendidikan atau pembelajaran berlangsung sepanjang hayat (life long education, life
long learning)
b. Pendidikan mempunyai empat sendi atau pilar:
1) Belajar mengetahui (learning to know, including learning how to learn)
2) Belajar berbuat (learning to do)
3) Belajar menjadi seseorang (lerning to be)
4) Belajar hidup bersama, hidup dengan orang lain (learning to live together, learning
to live with others)
3. UUD RI 1945 Pasal 31 ayat 1, “Setiap warga berhak mendapatkan pendidikan.”

C. Tujuan dan Strategi Meraih Tujuan PUS


1. Tujuan PUS
Forum Pendidikan Dunia Abad XXI menetapkan 6 (enam) tujuan PUS, yaitu:
a. Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini,
terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan tak beruntung.
b. Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-
anak dalam keadaan yang sulit dan mereka yang termasuk minoritas etnik, mempunyai
akses pada dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas yang
terbaik.
c. Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa terpenuhi
melalui akses yang ada pada program-program belajar dan keterampilan hidup yang sesuai.
d. Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015,
terutama bagi kaum perempuan dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan
berkelanjutan bagi semua orang dewasa.
e. Menghapus disparitas gender di pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005,
dan mencapai persamaan gender dalam pendidikan menjelang tahun 2005 dengan suatu
fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan sama pada serta prestasi dalam
pendidikan dasar dengan kualitas yangbaik.
f. Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga
hasil-hasil belajar yang diakui dan teukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam
keaksaraan, angka dan keteramilan hidup yang penting.
2. Landasan Meraih Tujuan
Sedangkan strategi untuk mencapai tujuan PUS ada 12 (dua belas) strategi, yaitu:

a. Mengarahkan komitmen politik nasional dan internasional yang kuat bagi PUS,
membangun rencana aksi nasional dan meningkatkan investasi yang besar di dalam
pendidikan dasar.
b. Mempromosikan kebijakan PUS dalam kerangka sector yang berlanjut dan terpadu
dengan baik, yang jelas terkait dengan penghapusan kemiskinan dan strategi-strategi
pembangunan.
c. Menjamin keikutsertaan dan peran serta msyarakat madani dalam perumusan,
pelaksanaan dan pemantauan strategi-strategi untuk pembangunan pendidikan
d. Mengembangkan sistem pengaturan dan manajemen pendidikan yang tanggap,
partisipator, dan akuntabel.
e. Memenuhi kebutuhan sistem pendidikan yang dilanda ole k=pertikaian, bencana alam
dan ketidakstabilan, dan melaksanakan program-program pendidikan dengan cara-cara
yang mempromosikan saling pengertian, perdamaian dan toleransi, dan yang
membantu mencegah kekerasan dan pertikaian.
f. Melaksanakan strategi-strategi terpadu untuk persamaan gender dalam pendidikan
yangmengakui perlunya perubahan-perubahan sikap, nilai, dan praktik.
g. Melaksanakan sebagai sesuatu yang mendesak program dan tindakan pendidikan
untuk memerangi pandemic HIV/AIDS.
h. Menciptakan lingkungan sumber daya pendidikan yang aman, sehat, inklusif, dan adil
yang kondusif bagi keunggulan dalam pembelajaran dengan tingkat-tingkat prestasi
yang sudah jelas dibataskan untuk semua.
i. Meningkatkan status, moral dan profesionalisme guru.
j. Memanfaatkan teknologi-teknologi informasi dan komunikasi baru untuk membantu
pencapaian tujuan-tujuan PUS.
k. Secara sistematis memantau kemajuan ke arah tujuan-tujuan dan strategi-strategi PUS
pada tingkat-tingkat nasional, regional, dan internasional.
l. Membangun di atas mekanisme yang sudah ada guna mempercepat kemajuan ke arah
pendidikan untuk semua.

D. Pelaksanaan PUS di Indonesia


Program pendidikan dasar 9 tahun di Indoensia bukanlah wajib belajar dalam arti cumpulsory
education seperti dilaksanakan di negar-negara maju, dengan ciri-ciri:

1. Ada unsru paksaan agar peserta didik bersekolah


2. Diatur dengan undang-undang tentag wajib belajar
3. Tolak ukur keberhasilan wajib belajar adalah tidak adan orang tua yang terkena sanksi,
karena telah mendorong anaknya tidak bersekolah
4. Ada sanksi bagi orang tua yang membiarkan anaknya tidak bersekolah. (Udin Syarifullah
Saud, dkk. Dalam Tim Pengembangan Ilmu pendidikan UPI, 2007: 121)

Program Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di Indonesia lebih mengutamakan:


1. Pendekatan persuasuve
2. Tanggung jawab moral orang tua dan peserta didik agar mereka terpanggil untuk mengikuti
pendidikan karena berbagai kemudahan yang disediakan
3. Pegaturn tidak dengan undang-undang khusus
4. Penggunaan ukuran keberhasilan yang bersifat makro, yaitu peningkatan angka partisipasi
pendidikan dasar. (Udin Syaifullah, dkk., 2007: 121)
BAB XXII PENDIDIKANINKLUSIF UNTUK ANAK BERKEMAMPUAN KHUSUS
(ABK)

A. Pengertian
1. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
ABK adalah anak-anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam proses belajar,
sehingga memerlukan pelayanan khusus dan kerjasama antara pihak sekolah, orang tua dan
masyarakat agar anak tersebut berhasil dalam mencapai tugas perkembangannya dan berhasil
dalam pendidikan inklusi. (Marlina, 2009:3)

2. Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif adalah sebuah pendekatan yang berhubungan dengan perkembangan
yang ditujukan untuk memenuhi belajar seluruh anak-anak tanpa perbedaan dan pemisahan.

Pendidikan inklusif adalah pelayanan yang melibatkan seluruh peserta didik tanpa
terkecuali.

Pendidikan inklusif dapat dibedakan:

a. Pengertian secara terbatas adalah layanan pendidikan yang mengikutsertakan ABK.


b. Pengertain secara luas adalah layanan pendidikan yangmenerima semua anak
berkebuthan khusus tanpa memandang perbedaan fisik, intelektual, sosial, emosi,
bahasa, atau kondisi-kondisi lainnya.

3. Klasifikasi ABK
Menurut Sumekar, ABK dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Klasifikasi berdasarkan aspek psikologi


1) Lambat belajar
Lambat belajar adalah anak yang berada di ambang batas normal dengan IQ
antara 75 – 85. Mereka memerlukan pelayanan sosial dan pendidikan khusus.

2) Mampu didik
Tingkat intelegensi anak golongan ini sudah tergolong rendah, tapi masih dapat
dididik secara khusus dengan program dan metode yang khusus pula. IQ-nya
antara 50-70

3) Mampu latih
Secara pedagogis tingkat intelegensi anak tergolong rendah, tidak mampu
menerima pendidikan secara akademis. IQ-nya antara 25 – 50.

4) Perlu rawat
Secara pedagogis tingkat intelegensi anak kelompok ini terlalu rendah, tidak
mampu menerima pendidikan keterampilan. IQ kelompok ini kurang dari 25.

b. Klasifikasi berdasarkan aspek fisiologis


Kebutuhan khusus fisik meliputi: gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
gangguan fisik dan kesehatan (anak dengan intelegensi rata-rata),anak slow learner
dana anak dengan intelektual di bawah rata-rata. Selain mengalami kelainan fisik,
namun ada pula gejala lain. Hal ini diakibatkan adanya kerusakan fungsi fisik yang
menyebabkan terjadinya kerusakan psikis, berupa:
1) Retradasi menatal, akibat adanya kerusakan di otak, maka akan mempengaruhi
kemampuan mental intelektual.
2) Gangguan pendengaran, terjadi karena kerusakan sentral/tidak jarang anak
cacat otak mengalami hambatan pendengaran.
3) Gangguan penglohatan, terjadi akibat adanya ketidakseimbangan otot-oto mata
4) Gangguan taktil dan kinestetik, anak berkebutuhan khusus ada yang mengalami
kesulitan untuk mengamatii sesuatu melalui fungsi taktikalnya dan fungsi
kinestetiknya.
5) Gangguan body image,gangguan iniadalah kesulitan merasakan adanya bagian
tubuh sendiri tanpa melihat atau memegang.
6) Gangguan persepsi, gangguan ini kesulitan untuk mengolah rangsangan melalui
penglihatan (visual)dan pendengaran (auditory)
7) Gangguan laterasi, gangguan ini mengalami kesulitan dalam menggunakan
anggota tubuh yang dominan.

c. Klasifikasi berdasarkan aspek sosiologis


1) Anak mengalami penyimpangan sosial
a) Anak-anak yang disebut semi socialized
b) Anak-anak yang tingkat sosialisasi yang primitif
c) Anak-anak yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar sosial

2) Anak yang terganggu emosinya


a) Anak-anal yang mengalami gangguan emosi yang bersifat sementara saja
dan dapat teratasi dengan sendirinya
b) Anak-anak yang mengalami gangguan emosi sehingga mempengaruhi
tingkah laku mereka
c) Anak-anak dengan gangguan lebih parah lagi sehingga prkatis mereka sudah
tidak dapat mengikuti program sekolah dan penyesuaian mereka terancam
d) Anak-anak yang mengalami gangguan mental yang sudah parahsekali
sehingga penyesuaian sosial primitive. Golongan ini terganggu
perkembangan sosialnya pada level yang masih rendah.
e) Anak-anak yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar sosial behavior
(tingkah laku sosial)

3) Klasifikasi dan etimologi anak berkebutuhan khusus


1) Kelainan penglihatan
a) Buta
b) Rabun dekat
c) Rabun jauh
d) Astigmatisme

2) Kelainan pendengaran
a) Tuli
b) Kurang pendengaran

3) Kelainan bicara
a) Bisu
b) Stuttering (gagap)
c) Disteria (kelainan artikulasi)
d) Afasia (kehilangan bahasa)
e) Kelambatan berbicara dibandingdengan usianya (delayed speech)

4) Kelainan kecerdasan
a) Idiot, IQ 0 – 25
b) Imbesil, IQ 20/25 – 50/55
c) Moron atau Debil, IQ 50/55 -70/75
d) Slow learner atau Berder Line,IQ 75 atau 85.

5) Kelaian tubuh/fisik (Tunadaksa)


a) Orthopedicallyhandicapped, yaitu anak-anak yang mempunyai deformity
atau mengganggu fungsi normal pada tulang, otot dan persendian.
b) Sneurological handicapped, yaitu cacat tubuhyang disebabkan gangguan
fungsi syaraf karena adanya gangguan otak.

6) Kelakelainan penyesuaian sosial


Anak-anak dengan gangguan emosi dan perkembangan sosial, mereka
dimasukan.

4. Hak dan Kewajiban ABK


a. Layanan umum seperti manusia normal
Dalam perkembangan manusia ada 8 kebutuhan yang muncul secara kronologis yaitu:
1) The sense of trust (terjamin Kebutuhan akan dikabulkan)
2) The sense of autonomy (dapat duduk, berdikasi, dsb)
3) The sense of initiative (Kebutuhan berinisiatif)
4) The sense of duty and accomplished (membuktikan kemampuan)
5) The sense of intimacy (kebutuhan dihargai)
6) Thesense of integrity (diakui dalam kelompok/masyarakat)
7) The parentel sense (kebutuhan akan orang tua)

Ramayulis membagi pula Kebutuhan peserta didik sebagai berikut:


1) Kebutuhan fisik
2) Kebutuhan sosial
3) Kebutuhan untuk mendapatkan status
4) Kebutuhan mandiri
5) Kebutuhan untuk berprestasi
6) Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
7) Kebutuhan untuk curhat
8) Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
9) Kebutuhan untuk beragama
b. Layanan Khusus Sebagai ABK
Sebagai ABK perlu layanan khusus untuk kebutuhannya, berupa:
1) Kebutuhan sosial
2) Kebutuhan pendidikan
3) Kebutuhan disiplin
4) Kebutuhan akan gambaran diri
5) Kepercayaan diri
6) Rasa terjamin/rasa aman
7) Bebas dari rasa takut dan rasa berdosa
8) Jaminan kesehatan
9) Kebebasan berkembang

B. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif


1. Landasan Religius
a. Al-Qur’an
Yaitu Firman Allah SWT:
Artinya “Sesungguhnya Kami tleah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya” (QS. At-Tiin: 4)

Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
lain (karena) boleh jadi mereka yang (diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok)” (QS. Al-Hujarat: 11 -13)

b. Hadits Rasulallah SAW


“Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat” (H.R. Bukhari)
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap mulsim dan muslimat” (H.R.
bukhari)

2. Landasan Kontitusional
a. UUD RI 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi “Setiap warga berhak mendapatkan
pendidikan”
b. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, BAB IV pasal 5 ayat 2 yaitu “Setiap warga negara
yang memiliki kalinan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak
mendapatkan pendidikan khusus.”

3. Landasan Umum
a. Landasan Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
b. Pendidikan untuk Semua (PUS)

4. Empat Pilar Pendidikan


a. Learning to know
b. Learning to do
c. Learning to be
d. Learning to life together
C. Aza-Azaz Pendidikan Inklusif
1. Azaz kasih sayang
2. Azaz layanan individual
3. Azaz kesiapan
4. Azaz keperagaan
5. Azaz motivasi
6. Azaz belajar dan bekerja kelompok
7. Azaz keterampilan
8. Azaz penanaman dan penyempurnaan sikap

D. Percaya Diri Merupakan Sikap Yang Jarus Dimiliki ABK


1. Pengertian Percaya Diri
Orang yang percaya diri adalah orang yang memiliki penilaian positif terhadap diri sendiri
maupun orang lain dalam segala situasi dan kondisi serta mampu mengalahkan hal-hal negatif
pada dirinya dan bersikap pantang menyerah.

2. Jenis Percaya Diri


a. Percaya diri yang berkenaan dengan tingkah laku, merupakan kepercayaan diri untuk
mampu bertindak dan menyelesaikan tugas-tugas yang ada baik tugas yang sederhana
maupun tugas yang dirasa berat.
b. Rasa percaya diri yang berkenaan dengan emosi, merupakan kepercayaan diri untuk
yakin dan mampu menguasai segenap sisi emosi
c. Percaya diri yang berkenaan dengan spiritual, merupakan keyakinan adanya takdir dan
kesempatan alam, keyakinan bahwa hidup unu memiliki tujuan yang positif.
(Syaifullah, 2010:58)

3. Ciri-Ciri Percaya Diri


a. Ciri-ciri Percaya Diri dalam Belajar
1) Percaya diri akan kemampuan diri
2) Adanya keinginan untuk mencoba
3) Adanya motivasi untuk melakukan sesuatu
4) Membutuhkan perasaan yang positif sehingga tidak butuh pujian

b. Ciri-ciri Percaya Diri dalam Hubungan Sosial


1) Keyakinan atas kemampuan diri sendiri untuk melakukan sesuatu
2) Keyakinan atas kemampuan diri untuk menindak-lanjuti segala prakarsa sendiri
secara konsekuensi
3) Keyakinan atas kemampuan pribadi dalam menanggulangi segala kendala.
(Tranika, 2011: 25)

E. Model Pembelajaran ABK


1. Menghargai dan menerima
2. Bersikap positif dan memberikan pujian
3. Melaksanakan bimbingan dan konseling
4. Memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial
5. Memberikan kesempatan kepada ABL untuk mengembangkan kompetensinya.

F. Yang Bertanggungjawab Dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif


1. Guru Kelas
a. Sebagai tenaga edukatif sekaligus dibebani khusus yaitu sebagai penanggung jawab
administrasi
b. Secara khsusu dan terarahmembina/membimbing murid satu kelas dan bertindak
sebagai wakil orang tua di kelas yang dipimpinnya.
c. Melaksanakan tugas administrasi edukatif dikelas
d. Menyiapkan program wali kelas dan mengatur organisasi di kelasnya
e. Menyiapkan dan menyediakan buku bimbingan
f. Bertanggungjawab atas pelaksanaan administrasi di kelas, pengisian daftar kelas,
lembar daftar kumpulan nilai dan rapor/laporan bilanan siswa di kelasnya
g. Bekerjasama dengan BP menyelesaikan masalah siswa di kelasnya, konsultasi dengan
orang tua siswa
h. Mengarsipkan surat siswa untuk mempertimbangkan kenaikan dan keululusan siswa
i. Memberikan laporan pertanggungjawaban setiap akhir semester kepada kepala
sekolah
j. Mengupayakan pengembangan setiap bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya
k. Membuat catatan kemajuan hasil belajar siswa
l. Melaksanakan pengawasan terhadap siswa, baik pada saat jam istirahat maupun
sepanjang pelajaran jam sekolah.

2. Guru Lulusan Pendidikan Luar Biasa


Peran guru lulusan pendidikan luar biasa hanya dijadikan sebagai pendamping siswa
berkebutuhan khusus terutama untuk mengatasi hambatan pada keterampilan dasar. Guru
kelas jangan hanya mengandalkan guru pendamping khusus untuk menangani siswa
berkebutuhan khsusu mengatasi masalah pembelajaran keterampilan dasar. Dalam proses
belajar siswa berkebutuhan khusus digabungkan dengan siswa normal. ABK juga mendapatkan
guru, materi, serta pembelajaran yang sama dengan siswa lainnya. Agar ABK dapat mengikuti
pembelajaran, penanggung jawab utama adalah guru kelas sedangkan guru PLB sebagai
pendamping siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.

G. Keuntungan PendidikanInklusif
Pendidikan Inklusif tidak ahanya memberikan keutnungan bagi ABK tetapi juga bagi tenaga
kependidikan lainnya. Diantara keuntungannya adalah:

1. Bagi Peserta Didik


a. Sejak dini pesertadidik memiliki pemahaman yang baik terhadap adanya perbedaan
dan keberagaman
b. Munculnya sikap empatik peserta didik terdorong secara alamiyah
c. Munculnya budaya saling menghargai dan menghormati para peserta didik
d. Menurunkan terjadinya stigma dan labeling kepada semua anak dan khususnya
kepada anak tertentu
e. Timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada peserta didik sehingga
memungkinkan adanya saling bantu satu sama lain
2. Bagi Guru
a. Lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode dalam mensiasati
pembelajaran
b. Bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang keberagaman pesertadidik
termasuk keunikan, karaktersitik, dan sekaligus kebutuhannya.
c. Terjalinnya komukiasi dan kolaboriasi kemitraan antara guru (guru regular dan guru
khusus) dan dengan ahli lainnya.
d. Bertambahnya pemahaman bahwa peserta didik memberikan informasi kepada guru
e. Bertambahnya stigma dan labeling terhadap anak berkebutuhan khusus yang
dilakukan oleh guru
f. Menumbuh-kembangkan sikap empatik guru terhadap peserta didik yang di dalamnya
termasuk peserta didik berkebutuhan khsusu.

3. Bagi Pemegang Power dalam Pendidikan


a. Memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program penuntasana wajar 9 tahun
b. Memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi semua kelompok
masyarakat
c. Menggunakan biaya yang relative lebih efisien
d. Mengakomodasi kebutuhan masyarakat
e. Meningkatkan kualitas layanan pembelajaran yang lebih aktif, kreatif dan
menyenangkan. (Darmansyah, 2009: 252)
BAB XXIII PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Pendidikan meruapakan suatu proses pembetnukan kepribadian manusia. Sebagai suatu


proses, pendidikan bukanlah terbatas padu waktu-waktu tertentu, dan juga tidak terbatas pada
sekolah dan kelas tertentu saja, akan tetapi di mana saja dan kapan saja.

A. Konsep Pendidikan Seumur Hidup


Konsep Pendidikan Sumur Hidup dalam Islam:

“Tuntutlah Ilmu sejak masih ayunan hingga dimasukkan ke dalam kubur”(HR. Bukhari)

Di dunia Barat pendidikan seumur hidup baru dikenal orang setelah Paul Lengrand pada Tahun
1970 menerbitkan buku: “An Introduction to Life Long Education”

Konsep Pendidikan seumur hidup baru dikenal di seluruh dunia, termasuk Indoensia UNSESCO,
suatu badan PBB yang bergerakdi dunia pendidikan, yang mempopulerkan pendidikan seumur
hidup.

Di Indonesia pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakatkan melaui kebijakan negara
(TAP MPR No.IV/MPR/1973 No. TAP No.IV/MPR/1978 tentang GBHN) yang menetapkan prinsip-
prinsip pembangunan nasional.

B. Berbagai Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Lahirnya Pendidikan Seumur Hidup


1. Tinjauan Agamis
“Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat” (H.R. Bukhari)
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap mulsim dan muslimat” (H.R. bukhari)

2. Tinjauan Filosofis
Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan.

3. Tinjauan Sosiologis
Dengan pendidikan seumur hidup dapat mengatasi pemerataan pendidikan bagi semua
kalangan dan umur.

4. Tinjauan Ekonomis
a. Meningkatkan produktivitas masyarakat
b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh suatu
negara.
c. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan
5. Tinjauan IPTEK
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat menuntut kita untuk terus
menerus belajar.

6. Tinjauan Pedagogis
Berkembangnya teknologi dan budaya mendorong para pendidik untuk terus berinovasi
dalam model dan metode dalam pendidikan.

C. Implikasi Pendidikan Seumur Hidup Terhadap Program Pendidikan


1. Adanya Program Baca Tulis
Realisasi baca tulis harus memuat empat hal, yaitu:

a. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) bagi peserta didik.


b. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih
lanjut kecakapan yang telah dimilikinya itu.
c. Menyediakan saran dan prasarana dan dana untuk pelaksanaan pendidikan seumur
hidup.
d. Menyediakan tenaga pendidik yang profesional dan kompeten. (Ramayulis, 2005:
64)

2. Adanya Program Pendidikan Vokasional


3. Adanya program pendidikan profesional
4. Adanya program pendidikan keagamaan
5. Adanya pendidikan kewarganegaraan
6. Adanya program untuk mengisi waktu luang

D. Strategi Pendidikan Seumur Hidup


Menurut Hasbullahadadua strategi dalam pendidikan seumur hidup:

1. Konsep-Konsep Kunci Pendidikan Seumur Hidup


a. Konsep pendidikan seumur hidup
Sebagai suatu konsep, maka pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau
ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman
pendidikan.
b. Konsep Belajar seumur Hidup
c. Konsep peserta didik dalam seumur hidup
d. Kurikulum pendidikan seumur hidup. (Hasbullah, 2001: 85)

2. Sasaran Pendidikan Seumur Hidup


a. Pendidikan seumur hidup untuk orang dewasa
b. Pendidikan seumur hidup untuk balita
E. Batas-Batas Awal dan Akhir Pendidikan Seumur Hidup
1. Awal Pendidikan Seumur Hidup
Dalam menentukan awal pendidikan seumur hidup ada dua bentuk proses pendidikan.

a. Proses pendidikan secara tidak langsung (Indirect education)


Dalam proses pendidikan secara tidak langsung ini bertolak dari tiga keyakinan:
1) Harus diakui bahwa periode dalam kandungan pasti bermula dengan adanya
kehidupan.
2) Tampaknya ruh inilah yang menjadi titik mula kehidupan.
3) Ada satu aspek penting bagi si janin pada masa kandungan, yaitu aspek agama.

b. Sistem pendidikan Secara Langsung (Direct education)


Pendidikan secara langsung dimulai sejak anak lahir.

2. Batas Akhir Pendidikan Seumur Hidup


Batas akhir pendidikan adalah saat manusia mengalami proses kematian.

Anda mungkin juga menyukai