2. Pandangan Humanistik
Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan untuk berbagai hal mampu menentukan nasib sendiri, barulah
manusia itu bebas dari kecemasan dan kegelisahaan, serta menjadi anggota masyarakat
yang baik. (Rogers)
Pada hakikatnya gambaran pribadu manusia selalu dalam proses menjadi becoming
merupakan satu kesatuan potensi yang terus menerus berubah dan berkembang, tidak
pernah selesai dan tidak pernah sempurna.
Manusia dalam hidupnya digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu,
dan sebagian lagi oleh tanggungjawab sosial dalam membantu orang lain dan dalam
membuat dunia ini lebih baik untuk ditempati. (Adler)
3. Pandangan Behavioristik
Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia, dan tingkah laku ini
merupakan kemampuan yang dipelajari. Perkembangan kepribadian manusia hanya
tergantung padalingkungannya. Manusia datang ke dunia ini dengan membawa ciri-coro
yang pada dasarnya netral, tidak baik dan tidak buruk. (Hansen dan Skinner)
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Beberapa unsur yang selalu ada dalam rumusan pengertian pendidikan:
1. Pendidikan itu merupakan proses bimbingan yang dilaksanakan dengan sengaja.
2. Ada orang yang melaksanakan atau bertanggung jawab dalam pelaksanaan bimbingan.
3. Ada orang yang dibimbing.
4. Dalam pelaksanaan bimbingan tersebut ada tujuan yang ingin dicapai.
A. Aliran Klasik
1. Aliran Empirisme
Anak dilahirkan ke dunia ini tanpa pembawaan. Hasil pendidikan dan perkembangan
bergantung pada empiris (pengalaman) yang diperoleh peserta didik selama hidupnya.
Pengalaman itu diperolehnya di dunia luar dirinya berdasarkan perangsang yang tersedia
baginya. Perangsang itu dapat tersedia dengan sebdirinya atau disediakan apapun dan siapapun
juga.
B. Aliran Baru
1. Pengajaran alam sekitar
Peserta didik dijadikan pangkaltolak dari upaya pendidikan manusia harus memanfaatkan
lingkungan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan
pribadi. Dalam kehirupan sehari-hari, alam sekitar maupun lingkunan manusia besar sekali
oengaruhnya kepada peserta didik.
4. Pengajaran Proyek
Prinsip-prinsip pengajaran proyek bahwa pengajaran itu harus aktif, ilmiah dan
memasyarakat. Prpyek pada dasarnya tugas yang harus dikerjakan melalui rencana dan
penyelenggaraan kegiatan secara bai, dan diakhiri dengan penilaian. Permasalahan yang
dibahas harus ada kaitannya dengan kehidupan peserta didik secara nyata. Peserta didik harus
ikut secara aktif, baik secara perorangan maupun kelompok, mulai dari penentuan masalah
sampai penilaian.
BAB IVLANDASAN PENDIDIKAN
A. Landasan Filosofis
1. Esensialisme
Filsafat pendidikan esensialisme bertitik tolak pada kebenaran yang telah terbukti berabad-
abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenran secara
kebetulan saja.
2. Parenialisme
Filsafat pendidikan parenialisme bertitik tolak pada kebenaran keTuhanan.
3. Prigresivisme
Tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan
kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam
kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaran ialah yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia hari ini.
Pendidikan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan peserta didik agar mampu
berpikir dengan baik.
4. Rekonstruksionisme
Filsafat pendidikan rekonstruksionisme merupakan variasi dari progresivisme yang
menginginkan manusia pada umumnya harus diperbaiki. Peserta didik tidak hanya belajar
pengalaman kemasyarakatan masa kini, tetapi juga mempelopori ke arah masyarakat yang
diinginkan masa depan.
5. Eksistensialisme
Filsafat pendidikan eksistensialisme berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah
eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kesadaran individu, memberi kesempatan
untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangan pengetahuan diri sendiri,
bertanggungjawab sendiri dan mengembangkan komitmen diri.
C. Landasan Historis
Landasan historis dapat dibedakan dalam tiga tonggak sejarah:
1. Pendidikan tradisional, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang dipengaruhi
oleh agama-agama besar di dunia, yaitu: (1) Islam; (2) Hindu; (3) Buddha; (4) Kristen (Katolik
dan Protestan).
2. Pendidikan kolonial Barat, yaiut penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh
Kolonial Barat terutama Belanda.
3. Pendidikan kolonial jepang, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indoenesia oleh
Pemerintahan Kolonial Jepang.
4. Pemikiran-pemikiran Tokoh pendidikan yang hidup dalam rintangan sejarah.
D. Landasan Psikologis
1. Perbedaan individu
2. Perubahan individu
3. Kebutuhan psikis
a. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
b. Kebutuhan akan rasa aman
c. Kebutuhan akan penghargaan
d. Kebutuhan akan rasa bebas
e. Kebutuhan akan rasa sukses
f. Kebutuhan akasn rasa ingin tahu
E. Landasan Sosial
Pendidikan adalah kegiatan sosial dan lembaga pendidikan merupakan lembaga sosial, sehingga
perubahan sosial di luar tembok sekolah tidak dapat dipisahkan dan selalu merupakan sebab dari
perubahan penyesuaian di dalam tembok sekolah. Perubahan di luar tembok sekolah merupakan
akibat atau hasil perubahan pengaruh dari perubahan fisik, lingkungan sosial, lingkunganpolitik
maupun perkembangan industri dalam kehidupan ekonomi dalam suatu msayarakat.
G. Landasan Religius
1. Landasan Tauhid
2. Landasan Moral-Etik
BAB VSISTEM PENDIDIKAN
A. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis ,
bagian-bagian itu terelasi antara satu dengan yang lain, serta peduli terhadap konteks
lingkungannya.
Menurut Redja Mudyahardja, sistem tersebut ada yang tertutup dan ada yang terbuka:
1. Sistem tertutup yaitu sistem yang struktur organisasi bagian-bagiannya tidak mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu pendek
Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.
2. Sistem terbuka yaitu sistem yang struktur bagian-bagiannya terus menyesuaikan diri
dengan masukan dan lingkungan yang terus-menerus berubah-ubah dalam usaha dapat
mencapai kapasitas optimalnya.
D. Berbagai Sistem dalam Kehidupan yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan
BAB VITOKOH-TOKOH PERINTIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
5. Bentuk Pendidikan
a. Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah Dasar (SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau
bentuk pendidikan lain yang sederajat.
b. Pendidikan menengah pertama berbentuk; Sekolah Menengah pertama (SMP), dan
Madrasah Tsanawiyah (MTS) , atau bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan menengah berbentuk: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MAS), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau
bentuk lain yang sederajat
6. Pendidikan Keagamaan
a. Pendidkan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat
dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-udangan.
b. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama atau menjadi
ahli ilmu agama.
c. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalan pendidikan formal,
nonformal, dan Informal.
d. Pendidikan keagamaan berbentuk Pendidikan Diniyah, Pesantren, Pasramaan, Pabhaja
Samanera, dan bentuk lain yang sejenis.
7. Kurikulum Pendidikan
a. Kurikulum Pendidikan Dasar dan menengah wajib memuat:
1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan Kewarganegaraan
3) Bahasa
4) Matematika
5) Ilmu Pengetahuan Alam
6) Ilmu Pengetahuan Sosial
7) Seni dan Budaya
8) Pendidikan Jasmani dan Olahraga
9) Keterampilan dan kejuruan
10) Muatan Lokal
A. Pengertian Tujuan
Nilai-nilai tujuan dalam pendidikan adalah:
1. Mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran.
2. Memberikan motivasi kepada guru dan siswa.
3. Memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menemukan
metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa.
4. Memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan.
5. Menentukan alat-alat teknik penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi empat jenjangsesuai dengan ruang lingkup dan sasaran
yang hendak dicapai.
1. Tujuan pendidikan nasional (TPN)
2. Tujuan lembaga pendidikan/ Tujuan Institusional (TI)
3. Tujuan kurikulum/kurikuler (TK)
4. Tujuan mata pelajaran/Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
5. Tujuan belajar-mengajar/ Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
A. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa secara jasmani dan rohani, memiliki kompetensi untuk untuk
mendewasakan peserta didik ke arah kesempurnaan dengan menggunakan cara-cara dan
pendekatan kependidikan.
Pendidik-pendidik meliputi: Orang dewasa, orangtua, guru, pemimpin masyarakat, dan
pemimpin agama.
B. Peran Pendidik
Peran guru di sekolah:
1. Suri-teladan dalam sikap, ucapan tingkah laku yang dewasa, baik mental maupun spiritual.
2. Director of learning.
3. Inovator.
4. Motivator.
5. Conductor of Learning.
6. Manager of Learning.
C. Pendidik Profesional
1. Pengertian Pendidik Profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan.
Upaya yang dapat dilakukan dalam melaksanakan kode etik pendidik sebagai berikut:
1. Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya, selama mereka mampu, untuk
melanjutkan studi S1, S2, atau S3.
2. Membangun perpustakaan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum mampu
memiliki perpustakaan seperti itu.
3. Meningkatkan kesejahteraan pendidik.
4. Sejalan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan para pendidik, kerjasama lembaga
pendidikan dengan orangtua, dan dengan tokoh-tokoh masyarakat.
5. Fungsi DP3 perlu dibenahi dan ditingkatkan.
6. Mengintensifkan pengawasan.
7. Memberika sanksi yang berlaku atas pelanggaran kode etik guru. (Made Pidarta, 2003: 276-
277)
meneruskan dan
Mendidik mengembangkan nilai-nilai
hidup
Meneruskan dan
Profesi Mengajar mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Mengembangkan
Melatih keterampilan dan
penerapnnya
Tugas Guru
Kemauan Transformasi
Autoidentifikasi
mendidik masyarakat
Indoensia menjadi warga
negara yang bermoral
Kemasyarakatan
Mencerdaskan bangsa
A. Peserta Didik
1. Kebutuhan Siswa Yang Harus Dipenuhi
a. Kebutuhan fisik, berupa: makanan, air, aktivitas, seks, dan semacamnya.
b. Kebutuhan sosial, seperti: kebutuhan efiksi, perasaan, status atau penghargaan dari
masyarakat.
c. Kebutuhan integrative/bermasyarakat, kebutuhan mengadakan relasi antar seorang
dengan orang lainnya, kebutuhan falsafah hidup.
A. Pengertian Pembelajaran
1. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi
belajar bagi peserta didik.
2. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat
yang baik.
3. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat
sehari-hari.
B. Azaz-azaz Pembelajaran
1. Azaz aktivitas
Keaktifan jasmani dan rohani yang dapat dilakukan di sekolah menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Paul B. Diedrich meliputi:
a. Visual activities, seperti membaca,memperhatikan gambar, demosntrasi, percobaan
dan sebagainya.
b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, interview, diskusi dan sebagainya.
c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian percakapan, diskusi musik, pidato,
ceramah dan sebagainya.
d. Writting acrivities, seperti menulis cerita, karangan laporan, angket menyalin, dan
sebagainya.
e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, dan sebagainya.
f. Motor activities, seperti melakukan percobaan membuat kontruksi model, mereparasi,
berkebun, bermain, memelihara binatang, dan sebagainya.
g. Mental activities, seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa,
mengambil keputusan, dan sebagainya.
h. Emotional activities, seperti menaruh minat, gembira, berani, tenang, kagum, dan
sebagainya . (Proyek ... 1984/1985: 7)
2. Azaz Motivasi
Motivasi dibagi menjadi dua:
a. Instrinsic Motivation.
b. Extrinsic Motivation.
Untuk menimbulkan Extrinsic Motivation guru dapat menggunakan berbagai cara berikut:
a. Cara belajar yang baik.
b. Alat peraga yang cukup.
c. Intonasi yang tepat dan humoris.
d. Menggunakan contoh yang tepat, up-to-date.
e. Performance guru yang menarik, dan sebagainya.
Usman Najati menyebut tiga macam bentuk motivasi sperti termaktub dalam al-Qur’an,
yakni:
3. Azaz Individualitas
Untuk memenuhi prinsip perbedaan individu ada dua macam pendekatan, yaitu:
a. Menitik beratkan pada pengajaran individu untuk memenuhi kebutuhan individu dan
belajar kelompok hanya merupakan pelengkap untuk sosialisasi.
b. Berusaha memenuhi perbedaan individu dengan mengorganisir kegiatan-kegiatan
belajar yang perlu bagi murid dalam hubungannya dengan kegiatan kelompok. (Proyek,
2004/2005:109)
4. Azaz Keperagaan
Alat peraga dalam pendidikan dibedakan atas:
a. Alat Peraga langsung.
b. Alat peraga tidak langsung:
1) Model.
2) Gambar: Mati dan proyeksi.
Dalam melaksanakan keperagaan dalam proses pembelajaran ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya:
a. Pada waktu menggunakan alat peraga di sekolah guru harus ingat yang pentung
bukanlah banyaknya alat peraga yang digunakan tetapi adalah cara menggunakannya
yang tepat, dan nilai alat peraga pelajaran yang diberikan.
b. Pemakaian alat peraga jangan terlalu lama karena mungkin akan membosankan dan
jangan pula terlalu sedikit waktu karena murid nelum dapat memahami apa yang
diberikan kepadanya.
c. Penggunaan alat peraga sering meminta aktivitas yang banyak dari guru dan murid,
baik dalam mencari bahan maupun dalam membuat, serta pelaksanaannya. Oleh
karena itu guru harus belajar dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan setiap
zaman.
Keuntungan yang diperoleh dari keperagaan adalah sebagai berikut:
a. Menghemat waktu dan belajar.
b. Menamba kemantapan sesuatu yang dipelajari oleh murid-murid.
c. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan penuh kegembiraan.
d. Dapat membantu anak yang lemah dalam belajar.
e. Mengkongkritkan yang bersifat abstrak.
5. Azaz Ketauladanan
Menurut Edi Suradi, keteladanan itu ada dua macam:
a. Sengaja berbuat secara sadar untuk ditiru oleh si terdidik.
b. Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan kita tanamkan pada peserta didik
sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi peserta didik.
6. Azaz Pembiasaan
Kebiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatny aotomatis, tanpa direncanakan
terlebih dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
7. Azaz Kolerasi
Pada umumnya ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menghubungkan antara
pelajaran yang satu dengan pelajaran lainnya, melalui:
a. Cara korelasi okasional, yaitu, sewaktu-waktu guru menghubungkan pelajaran dengan
pelajaran lainnya.
b. Cara korelasi total, yaitu, menggabungkan pelajaran dengan pelajaran lainnya secara
penuh.
D. Energi Pembelajaran
Dengan adanya energi pembelajaran ini akan tercipta suasana belajar yang baik, yang ditandai
dengan beberapa hal, yaitu:
a. Peserta didik mengalami kemajuan.
b. Murid menghargai pelajaran yang disajikan.
c. Pendidik memperoleh kepuasan dalam pembelajaran
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur yang menjadi penyemangat yang perlu
diperhatikan:
3. Energi Lingkungan
Energi lingkungan dalam pembelajaran dibagi menjadi dua:
a. Organisasi kelas.
b. Iklim sosial psikologi.
F. Pilar Pendidikan
a. Learning to Know (Belajar untuk mengetahui, sebagai landasan ilmu pengetahuan)
b. Learning to Do (belajar untuk bekerja, aplikasi)
c. Learning to Be (belajar untuk menjadi, penggalian potensi diri)
d. Learning to Life Together (belajar untuk hidup bersama, hidup bermitra dan sekaligus
berkompetensi, hidup berdampingan dan bersahabat antar bangsa)
BAB XIV MEDIA PEMBELAJARAN
GANGGUA
N
UMPAN BALIK
Menurut Edgar Dale yang dikutip Oemar Hamaki, tingkatan pengalaman dan alat yang
diperlukan untuk memperoleh pengalaman tersebut dari tingkat yang konkrit naik menuju
ke tingkat yang abstrak membentuk sebuah kerucut pengalaman.
Lambang
Kata
Lambang
Visual
Gambar
Rekaman
Gambar Hidup
Televisi
Pameran
Karya Wisata
Demonstrasi
Pengalaman Dramatisasi
MEDIA PESAN
GURU SISWA
METODE
Tiga kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan
kembali suatu objek atau kejadian.
2. Kemampuan Manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obejak atau
kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan.
3. Kemampuan Distributive, artinya media mampu menjangkau audien yang besar
jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak.
Berdasarkan Teknologi medai pembelajaran dapat dikelompokan menjadi: (Arsyad, 2002:1)
1. Media grafis
2. Media audio
3. Media proyek diam
4. Medai permainan dan simulasi
Al-Ghazali juga menambhakan bahwa terdapat beberapa sifat penting yang harus
dinternalisasikan dalam diri murid, yaitu:
1) Rendah hati.
2) Menyucikan diri dari segala keburukan.
3) Taat dan istiqomah. (Al-Ghazali dalam Fathiyah Hasan Sulaiman, 1986:63).
Sementara itu Abu Bakar Muhammad juga berpendapat bahwa kegunaan alat/media itu antara
lain adalah:
a. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas nateri pelajaran yang sulit.
b. Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik.
c. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan
menimbulkan kemajuan keras untuk mempelajari sesuatu.
d. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan
memikirkan suatu pelajaran.
e. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan), mempertajam indera, melatihnya,
memperhalus perasaan dan cepat belajar. (Abu Bakar Muhammad, 1981:97)
BAB XV KURIKULUM
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran untuk
mempengaruhi anak supaya belajar baik dalam maupun di luar sekolah dalam rangka upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tujuan
Rencana (Desain) Tujuan Kurikulum Penyelenggaraan
Satuan Pendidikan
Susunan Bahan
Kurikulum Isi Kajian dan Mata
Pelajaran
Materi Pelajaran
Pengaturan Bahasa Pelajaran yang disampaikan
dalam pembelajaran
Bentuk-bentuk
Cara kegiatan
pembelajaran
B. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikukum adalah bentuk atau pola penyusunan (pengorganisasian) mata pelajaran
yang akan diajarkan pada siswa. (S. Nasution, 1995:176).
b. Correlated Curriculum
Correlated Curriculum adalah kurikulum yang disusun berdasarkan penggabungan (fusi)
beberapa mata pelajaran yang serumpun atau sejenis.
Kelebihan:
1) Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid.
2) Minat siswa bertambah jika ia melihat hubungan antar mata pelajaran.
3) Pengertian siswa tentang sesuatu akan lebih mendalam dan memberikan
pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan dari berbagai sudut
pandang.
Kekurangan:
1) Kurikulum ini tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan
kebutuhan dan minat anak-anak serta dengan masalah-masalah kekinian.
2) Kurikulum ini tidak memberikan pengetahuan yang sistematis serta mendalam
mengenai berbagai mata pelajaran.
3) Guru tidak menguasai pendekatan interdisipliner.
c. Intregated Curriculum
Integrated Curriculum adalah kurikulum yang disusun dengan meniadakan batas-batas
yang jelas antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
Kelebihan:
1) Kurikulum ini menjamin integrasi bahan pelajaran, jadi tidak terdiri dari mata
pelajaran yang lepas-lepas dan tidak saling berhubungan.
2) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan
siswa sebagai kelompok maupun sebagai individu.
3) Kurikulum ini menyajikan bahan pelajaran yang berkaitan erat dengan pengalam
anak dalam hidupnya.
Kekurangan:
1) Guru-guru tidak dididik untuk menjalankan Intregated Curriculum sehingga dalam
pelaksanaan guru-guru mengalami kesulitan.
2) Kurikulum ini dianggap tidak mempunyai organisasi yang logi dan sistematis.
3) Sarana dan prasarana sangat kurang untuk melaksanakan kurikulum ini.
C. Dimensi-Dimensi Kurikulum
Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib dalam permasalahan kurikulum pendidikan ada 3 dimensi
kurikulum yang harus diperhatikan.
1. Dimensi Ontologi
Dimensi ini mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi peserta didik untuk
berhubungan lansgung dengan fisik objek-objek, serta berkaitan dengan pelajaran yang
memanipulasi benda-benda dan materi-materi kerja. Hal ini akan menyebabkan hasil yang
diinginkan bersifat verbal learning (belajar verbal), yaitu berupa kemampuan memperoleh data
dan informasi yang harus dipelajari dan dihafalkan.
Implikasi dimensi ontologi dalam pendidikan ialah bahwa dalam dunia pengalaman
manusia, yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti
pengalaman sehari hari, melainkan sebagai sesuatu yang tidak terbatas realitas fisik, spiritual,
baik yang tetap maupun yang berubah (dinamsi). Di samping itu, hukum dan sistem
kesemestaan yang melahirkan perwujudan harmoni dalam alam semestea, termasuk hukum
dan tertib yang menentukan kehidupan manusia turut memperkaya kepribadian manusia.
2. Dimensi Epistimologi
Perwujudan kurikulum iyang sah harus berdasarkan metode konstruktif pengetahuan yang
disebut dengan metode ilmiah yang sifatnya mengajar berfikir menyeluruh (universal), reflektif
dan kritis yang dilakukan melalui 5 tahapan yaiitu: kesadaran adanya masalah; identifikasi
semua cara pemecahan masalah proyeksi di semua konsekuensi yang akan timbul; dan
mengkaji konsekuensi tersebut dalam pengalaman. Jadi, konsekuensi tersebut bersifat terbuka
yang kesalahannya dapat diverifikasi bahkan ditolak serta bersifat temporer dan tentatif.
a. Konten cenderung fleksibel, karena pengetahuan yang dihasilkan bersifat tidak mutlak,
tentative dan dapat berubah-ubah.
b. Penguasaan konten (the what) yang tidak sepenting dengan penguasaan bagaimana
(the how) memperoleh ilmu pengetahuan itu.
c. Kurikulum menekankan lebih berat pada pelajaran proses (the how) yang artinya,
bagaimana siswa dapat menginstruksikan ilmu pengetahuan, aktivitas kurikulum,
pemecahan masalah yang sebenarnya berpijak pada epistimologi rekonstruksi.
3. Dimesni Aksiologi
Dimensi ini mengarahkan pembentukan kurikulum yang dirancang sedemikian rupa agar
memberikan kepuasan pada diri peserta didik untuk memiliki nilai-niali yang diperlukan mereka,
supaya hidup dengan baik, sekaligus menghindarkan nilai-nilai yang tidak diinginkan.
D. Orientasi Kurikulum
Secara garis besar orientasi kurikulum menurut Muhaimin dan Abdul Mujib ada 5 macam, yaitu:
Di sisi lain, nilai-nilai pada suatu masyarakat mengalami perubahan dan pergeseran nilai
masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian:
a. Konservatif, mengarah pada pelestarian nilai-nilai lama yang sudah mapan,
sungguhpun nilai itu tradisional.
b. Radikal-revolusioner, mengarah pada pencabutan semua nilai samapi akar-akar,
karena pelestarian nilai lama itu mengakibatkan stagnasi sosial, stagnasi IPTEK, dan
stagnasi lainnya, sehingga klasifikasi ini cenderung pada “change for the sake change”
yakni mengubah asal mengubah.
c. Reformisme, mengarah pada perpaduan antara konservatif dan radikal-revolusioner,
yakni perubahan dan pergeseran nilai dengan perlahan-laha.
Orientasi kurikulum model ini pernah dikembangkan oleh Olsen dengan menawarkan
sekolah, masyarakat (comunity centeres school) yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Lingkungan alam atau luar (extend or physical environment), ialah segala sesuatu yang
ada dalam bumi ini yang bukan manusia.
b. Lingkungan dalam, ialah segala sesuatu yang telah termasuk dalam diri kita, yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan fisik kita.
c. Lingkungan sosial (social environment), ialah semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi kita.
Secara umum, fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
berinteraksi dengan berbagai lngkungan sekitarnya (fisik, soisal, budaya), utamanya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.
Menurut Woodwoorth yang dikutip Ngalim Purwanto, ada empat macam sikap yang
berhubungan dengan lingkungan:
Di sisi lain, Umar Tirtarahardja mengatakan, bahwa manusia sepanjang hidupnya akan
selalu menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan (tripusat pendidikan/lembaga
pendidikan):
a. Keluarga
b. Sekolah
c. Masyarakat
2. Pengertian Lembaga
a. Etimologi
Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk
pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan untuk mengadakan suatu
penelitian leilmuan atau melakukan suatu usaha.
b. Terminologi
Lembaga adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola
tingkah laku, peranan dan realisasi yang terarah dalam mengikat individu yang
mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya kebutuhan
masyarakat.
Menurut Hasbullah, ada beberapa istilah yang digunakan untuk pendidikan masyarakat:
1) Pendidikan sosial
2) Pendidikan masyarakat
3) Pendidikan rakyat
4) Pendidikan luar biasa
5) Mass Education
6) Adult Education
7) Extension Education
8) Fundamental Education
A. Pendekatan Pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan
Chabib Thaha, mendefinisakan pendekatan adalah cara pemrosesan subjek atas objek
untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga bisa berarti cara pendang terhadap suatu objek
persoalan, dimana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas.
Lawson dalam konteks belajar, mendefinisikan pendekatan adalah segala cara atau strategi
yang digunakan peserta didik untuk menunjang keefektifan dan keefisienan dalam proses
pembelajaran materi tertentu.
a. Pendekatan Pengalaman
Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman kepada peserta didik dalam
rangka penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kemlompok.
Ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah:
1) Berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak
2) Kontinyu dengan kehidupan anak
3) Interaktif dengan lingkungan dan juga sesamanya
b. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah suatu tingkah laki tertentu yang sifatnya otomatis tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. (Syaiful
Bahru Djamarah, dkk, 1997:70) Dengan pembiasaan pendidikan memberikan
kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara
individual maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan digunakan dalam
pendekatan pembiasaan antara lain:
1) Metode latihan (Drill)
2) Metode pemberian tugas
3) Metode demonstrasi dan metode eksperimen
c. Pendekatan emosional
Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta
didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana
yang buruk. (Syaiful Bahru Djamarah, dkk, 1997:73)
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri sesorang. Emosi sebenarnya dapat
menyesuaikan diri denganterhadap keadaan sekitarnya.
Metode mengajar yang digunakan dalam pendekatan emosionala adalah:
1) Metode ceramah
2) Sosio drama
3) Bercerita
d. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam
memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. (Depag RI, 1998: 14)
Metode yang digunakan dalam pendekatan rasional yaitu:
1) Tanya jawab
2) Kerja kelompok
3) Latihan
4) Diskusi
5) Pemberian tugas
e. Pendekatan fungsional
Pendekatan fungsional adalah usaha memberikan materi agama menekankan kepada
segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat
perkembangannya. (Depag RI, 1998:3)
Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan fungsional adalah sebagai berikut:
1) Metode latihan
2) Cerama
3) Tanya jawab
4) Pemberian tugas
5) Demonstrasi
f. Pendekatan Keteladanan
Pendekatan keteladanan adlah memperlihatkan keteladanan baik yang berlangsung
melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akarab antara personal sekolah, perilaku
pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun
yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
Dalam pendekatan keteladanan ini ada beberapa metode yang dapat dipergunakan
diantaranya melalui:
1) Performance
2) Kepribadian
3) Cerita dan ilustrasi yang mengandung insur keteladanan
g. Pendekatan terpadu
Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran
dengan memadukan secara serentak beberapa pendekatan.
B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode
Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergubakan oleh pendidik dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Metode sebagai alat mempunyai fungsi ganda:
2. Penggunaan Metode
Pemilihan metode yang tepat harus memperhatikan tuntutan dan karakteristik peserta
didik.
Pada dasarnya terdapat beberapa permasalahan pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di
Indonesia:
tetapi banyak diantara tenaga pendidik yang tidak mengacu kepada pelayanan mutu
unggulan. Dari sekian banyak persoalan praktik pendidikan ada 2 (dua) bentuk praktik
pendidikan yang merusak proses dan mutu pendidikan, yaitu:
a. Pendidikan tanpa ilmu pendidikan (PENTIP)
b. Salah kamar (SALMAR)
Dalam persoalan yang berkaitan dengan praktik pendidikan perlu dilakukan peruibahan
pradigma sebagai berikut:
a. Pengelolaan tenaga pendidikan harus efektif dan profesional
b. Pembiayaan penddiian tidak cukup diperoleh dari pemerintah saja tetapi lebih utama
sebenarnya adalah dari lembaga dan masyarakat.
c. Melakukan reformasi dalam sistem pembelajaran
d. Demokrasi dalam proses pembelajaran
e. Melaksanakan efisiensi pendidikan
f. Adanya relevansi antara hasil pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja
g. Agar lulusan lembaga pendidikan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif
sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum perlu dikembangkan dengan
pendekatan berbasis kompetensi.
h. Sasaran akhir kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar.
i. Evaluasi belajar secara teratur dan berkelanjutan, bukan hanya ditujukan untuk
mengetahui daya serap dan kemampuan para peserta didik saja, akan tetapi yang
terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil belajar tersebut untuk memperbaiki
dan menyempurnakan program.
j. Pembudayaan kualitas bagi setiap warga lembaga pendidikan dapat dilakukan dengan
meningkatkan profesionalitas personil madrasah.
2. Masalah Pemerataan Pendidikan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah pemerataan pendidikan
diantaranya sebagai berikut:
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan, khususnya SMU dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, penataran,
seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi.
c. Penyempurnaan kurikulum (materinya esensial dan mengenadung muatan lokal,
metode yang menantang dan menggairahkan belajar, evaluasi beracuan PAP)
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar.
e. Penyempurnaan saran belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan
lab.
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya mengenai anggaran
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan:
1) Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan
2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pengawas
3) Sistem ujian seperti EBTANAS, SIPENMARU/UMPTN
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga
5) Mewujudkan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan
Luaran pendidikian diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka
ragam sektor produksi, sektor jasa dan lain-lain. Baik dari segi jumlag maupun dari segi kualitas.
Jika sistem pendidikan menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sektor pembangunan
baik yang aktual (yang tersedia) maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
Sebenarnya kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan
dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang pekerjaan yang ada
yaitu:
a. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya semua warga negara yang
butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
b. Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya perencanaan proses pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
c. Dapat terlaksana secara efisien artinya pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan
dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
d. Prosuknya yang bermutu tersebut relevan yaitu hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan.
A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah suatu ideologi atau cara hidup (way of life) yang menekankan pada nilai
individu dan menjunjung tinggi nilai tanggungjawab, saling menghormati, toleransi dan
kebersamaan.
John S. Brubacher menegaskan bahwa dalam demokrasi ada empat fungsi yang saling terkait:
B. Prinsip-Prinsip Demokrasi
a. Kebebasan
b. penghormatan terhadap manusia
c. Persamaan
d. Pembagian kekuasaan
C. Demokrasai Pendidikan
1. Pengertian Demokrasi Pendidikan
Sugarda Purbakawatja memberikan definisi bahwa demokrasi pendidikan adalah
pengajaran pendidikan yang semua anggota masyarakat mendapatkan pendidikan dan
pengejaran yang adil. (Sugarda Purbakartja, 1995:35)
A. Pendahuluan
Sentralisasi pendidikan telah melahirkan berbagai fenomena yang memprihatinkan seperti:
2. Pengertian Otonomi
Otonomi secara umum mengandung pengertian sendirinya, ada juga memberi arti
kemandirian. Kemandirian ini dalam konteks bebas dalam wujud memilih, yang disertai dengan
adanya kemampuan.
a. Kemampuan memilih membuat keputusan yang terbaik (tepat dan berguna) untuk diri,
kelompoknya (daerah)
b. Kemampuan memilih mengakui/menghargai pendapat yang lain (berlainan dari
pendapatnya)
c. Kemampuan memilih pelaksanaan yang tepat (pertama dan prioritas) bagi daerahnya
d. Kemampuan memilih sesuatu untuk melengkapi (memenuhi) kebutuhan.
e. Kemampuan memilih mengatasi (solving) dan untuk menyesuaikan sendiri. (PP No. 22
tahun 1999)
1. Meningkatkan kesenjangan anggaran pendidikan anatar sekolah negeri dan swasta, sekolah
umum dan sekolah agama, sekolah yang berada di lingkungan masyarakat mampu dan tidak
mampu, sekolah di kota dan daerah terpencil.
2. Keterbatasan kemampuan keuangan daerah menjadi jumlah anggaran belanja sekolah akan
menurun dari waktu ke waktu sebelumnya.
3. Biaya administrasi di sekolah meningkat karena prioritas anggaran dialokasikan dulu untuk
menutup biaya administrasi, dan sisanya baru didistribusikan ke sekolah.
4. Kebijakan pemerintah di mata daerah yang tidak memprioritaskan pendidikan berpontensi
akan menurunkan mutu pendidikan di daerah tersebut.
5. Otoritas masyarakat yang belum memahami sepenuhnya permasalahaan dan pengelolaan
pendidikan, yang mengakibatkan pengelolaan pendidikan akan salah iris yang
mengakibatkan pada menurunnya mutu pendidikan.
6. Kesenjangan sumber daya pendidikan yang tajam dikarenakan perbedaan sumber daya
daerah yang berbeda-beda mengakibatkan kesenjangan mutu pendidikan serta melahirkan
kecemburuan sosial.
Sebaliknya jika desentralisasi pendidikan dilaksanakan secara benar dan dengan pertimbangan
yang matang, serta dengan niat untuk peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan maka akan
menimbulkan dampak positif antara lain terlaksananya:
A. Pengertian
Pendidikan Untuk Semua (PUS) diartikan bahwa pendidikan itu menjadi kewajiban bagi setiap
manusia dan dipersiapkan bagi setiap manusia dalam rangka memanusiakan manusia tanpa
membedakan suku, ras, agama, dan klasifikasi sosial dan ekonomi.
a. Mengarahkan komitmen politik nasional dan internasional yang kuat bagi PUS,
membangun rencana aksi nasional dan meningkatkan investasi yang besar di dalam
pendidikan dasar.
b. Mempromosikan kebijakan PUS dalam kerangka sector yang berlanjut dan terpadu
dengan baik, yang jelas terkait dengan penghapusan kemiskinan dan strategi-strategi
pembangunan.
c. Menjamin keikutsertaan dan peran serta msyarakat madani dalam perumusan,
pelaksanaan dan pemantauan strategi-strategi untuk pembangunan pendidikan
d. Mengembangkan sistem pengaturan dan manajemen pendidikan yang tanggap,
partisipator, dan akuntabel.
e. Memenuhi kebutuhan sistem pendidikan yang dilanda ole k=pertikaian, bencana alam
dan ketidakstabilan, dan melaksanakan program-program pendidikan dengan cara-cara
yang mempromosikan saling pengertian, perdamaian dan toleransi, dan yang
membantu mencegah kekerasan dan pertikaian.
f. Melaksanakan strategi-strategi terpadu untuk persamaan gender dalam pendidikan
yangmengakui perlunya perubahan-perubahan sikap, nilai, dan praktik.
g. Melaksanakan sebagai sesuatu yang mendesak program dan tindakan pendidikan
untuk memerangi pandemic HIV/AIDS.
h. Menciptakan lingkungan sumber daya pendidikan yang aman, sehat, inklusif, dan adil
yang kondusif bagi keunggulan dalam pembelajaran dengan tingkat-tingkat prestasi
yang sudah jelas dibataskan untuk semua.
i. Meningkatkan status, moral dan profesionalisme guru.
j. Memanfaatkan teknologi-teknologi informasi dan komunikasi baru untuk membantu
pencapaian tujuan-tujuan PUS.
k. Secara sistematis memantau kemajuan ke arah tujuan-tujuan dan strategi-strategi PUS
pada tingkat-tingkat nasional, regional, dan internasional.
l. Membangun di atas mekanisme yang sudah ada guna mempercepat kemajuan ke arah
pendidikan untuk semua.
A. Pengertian
1. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
ABK adalah anak-anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam proses belajar,
sehingga memerlukan pelayanan khusus dan kerjasama antara pihak sekolah, orang tua dan
masyarakat agar anak tersebut berhasil dalam mencapai tugas perkembangannya dan berhasil
dalam pendidikan inklusi. (Marlina, 2009:3)
2. Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif adalah sebuah pendekatan yang berhubungan dengan perkembangan
yang ditujukan untuk memenuhi belajar seluruh anak-anak tanpa perbedaan dan pemisahan.
Pendidikan inklusif adalah pelayanan yang melibatkan seluruh peserta didik tanpa
terkecuali.
3. Klasifikasi ABK
Menurut Sumekar, ABK dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2) Mampu didik
Tingkat intelegensi anak golongan ini sudah tergolong rendah, tapi masih dapat
dididik secara khusus dengan program dan metode yang khusus pula. IQ-nya
antara 50-70
3) Mampu latih
Secara pedagogis tingkat intelegensi anak tergolong rendah, tidak mampu
menerima pendidikan secara akademis. IQ-nya antara 25 – 50.
4) Perlu rawat
Secara pedagogis tingkat intelegensi anak kelompok ini terlalu rendah, tidak
mampu menerima pendidikan keterampilan. IQ kelompok ini kurang dari 25.
2) Kelainan pendengaran
a) Tuli
b) Kurang pendengaran
3) Kelainan bicara
a) Bisu
b) Stuttering (gagap)
c) Disteria (kelainan artikulasi)
d) Afasia (kehilangan bahasa)
e) Kelambatan berbicara dibandingdengan usianya (delayed speech)
4) Kelainan kecerdasan
a) Idiot, IQ 0 – 25
b) Imbesil, IQ 20/25 – 50/55
c) Moron atau Debil, IQ 50/55 -70/75
d) Slow learner atau Berder Line,IQ 75 atau 85.
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
lain (karena) boleh jadi mereka yang (diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok)” (QS. Al-Hujarat: 11 -13)
2. Landasan Kontitusional
a. UUD RI 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi “Setiap warga berhak mendapatkan
pendidikan”
b. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, BAB IV pasal 5 ayat 2 yaitu “Setiap warga negara
yang memiliki kalinan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak
mendapatkan pendidikan khusus.”
3. Landasan Umum
a. Landasan Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
b. Pendidikan untuk Semua (PUS)
G. Keuntungan PendidikanInklusif
Pendidikan Inklusif tidak ahanya memberikan keutnungan bagi ABK tetapi juga bagi tenaga
kependidikan lainnya. Diantara keuntungannya adalah:
“Tuntutlah Ilmu sejak masih ayunan hingga dimasukkan ke dalam kubur”(HR. Bukhari)
Di dunia Barat pendidikan seumur hidup baru dikenal orang setelah Paul Lengrand pada Tahun
1970 menerbitkan buku: “An Introduction to Life Long Education”
Konsep Pendidikan seumur hidup baru dikenal di seluruh dunia, termasuk Indoensia UNSESCO,
suatu badan PBB yang bergerakdi dunia pendidikan, yang mempopulerkan pendidikan seumur
hidup.
Di Indonesia pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakatkan melaui kebijakan negara
(TAP MPR No.IV/MPR/1973 No. TAP No.IV/MPR/1978 tentang GBHN) yang menetapkan prinsip-
prinsip pembangunan nasional.
2. Tinjauan Filosofis
Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan.
3. Tinjauan Sosiologis
Dengan pendidikan seumur hidup dapat mengatasi pemerataan pendidikan bagi semua
kalangan dan umur.
4. Tinjauan Ekonomis
a. Meningkatkan produktivitas masyarakat
b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh suatu
negara.
c. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan
5. Tinjauan IPTEK
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat menuntut kita untuk terus
menerus belajar.
6. Tinjauan Pedagogis
Berkembangnya teknologi dan budaya mendorong para pendidik untuk terus berinovasi
dalam model dan metode dalam pendidikan.