Anda di halaman 1dari 34

BOOK REPORT

KOMPENTENSI PEDAGOGIK
UNTUK PENINGKATAN DAN PENILAIAN KINERJA GURU DALAM RANGKA
IMPLEMENTASI KURIKULUM NASIONAL

Tugas Mata Kuliah


LANDASAN PEDAGOGIK (0601)
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Dr. Amin Budiamin, M.Pd.

Dibuat Oleh:
Ade Suryansyah S
NIM. 1604721

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GEOGRAFI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016

IDENTITAS BUKU

Judul

: Kompentensi Pedagogikuntuk Peningkatan Dan Penilaian Kinerja


Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum Nasional

Penulis

: Nur Irwanto M.Pd. & Yusuf Suryana M.Pd.

Tahun Terbit

: 2016

Penerbit

: Genta Grup Production

Jumlah Halaman

: 554

IDENTITAS MAHASISWA
Nama

: Ade Suryansyah S

NIM

: 16

Program Studi

: Magister Pendidikan Geografi

Perguruan Tinggi

: Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I
RESUME BUKU
BAB I BUKU
Pendahuluan
A. Kopetensi yang Wajib Dikuasai oleh Guru
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,
pasal 1 dan 2 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Jelas demikian guru disemua jenjang pendidikan seharusnya pendidik
profesional yang sememstinya ahli, mahir, cakap, dan memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta berpendidikan profesi dan berpenghasilan layak.
Sebagai pendidik profesional guru wajib memiliki kompetensi, yakni seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (UU RI No 14 Tahun 2006).
Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 pasal 10 ayat (1) berikut empat kompetensi yang
wajib dimiliki seorang guru:
1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik
3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara
luas dan mendalam
4. Kompetensi sosial adalah kemempuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/ wali peserta
didik dan masyarakat sekitar.
B. Pentingnya Kompetensi Pedagogik
Secara etimologis, pedagogik berasal dari kata Yunani paedos yang berarti anak lakilaki, dan agogos artinya mengantar, membimbing. Dengan demikian, pedagogik secara
harfiah berarti membantu anak laki-laki pad zaman Yunani kuno yang pekerjaannya
mengantarkan anak majikan ke sekolah. Menurut Hoogveld, pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan terrentu yaitu, yaitu supaya kelak
3

mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik ilmu mendidik anak
(Sadulloh, dkk, 2012:2)
Dalam PP RI No. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan , pejelasan ayat 28 ayat (3)
butir (a) dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan,
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik utuk
mengaktulisasikan sebagai pentensi yang dimilikinya.
C. Kompetensi Pedagogik untuk Penilaian dan Peningkatan Kinerja Guru
Penilaian Kinerja Guru (PKG) berdasarkan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010
tentang Petunjuk Teknis Pelaksaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Pasal (4)
mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2013. Penilaian Kinerja Guru didasarkan pada empat
domain kompetensi, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik, terdiri dari tujuan kompetensi:
a. Menguasai kepribadian peserta didik.
b. Mengusai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Pengembangan Kurikulum.
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik.
e. Pengembangan potensi peserta didik.
f. Komukasi dengan peserta didik.
g. Penilaian dan evaluasi.
2. Kompetensi Kepribadian, terdiri dari tiga kompetensi:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional.
b. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan.
c. Etos kerja, rasa tanggung jawab tinggi dan rasa bangga menjadi guru.
3. Kompetensi Sosial, terdiri dari dua kompetensi:
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif.
b. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik,
dan masyarakat.
4. Kompetensi Profesional, terdiri dari dua kompetensi:
a. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
b. Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.

BAB II BUKU
Kompetensi 1
Menguasai Karakteristik Peserta Didik.
A. Pentingnya Menguasai Karakteristik Peserta Didik bagi Guru.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknik Pelaksanaan Jabatan Fsngional Guru dan Angka
Kreditnya (Kemendiknas, 2011: 26) bahwa salah satu kompetesi pedagogik yang harus
dikuasai dan dilaksanakan oleh guru sebagai upaya mewujudkan kinerja yang efektif dan
optimal adalah menguasai karakteristik peserta didik. Menurut Mukhtar dan Iskandar ada
beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru dari hasil kajian terhadap karakteristik peserta
didik yang dihadapi guru dikelas:
1. Guru memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kemampuan awal
peserta didik, yang berfungsi sebagai Prere Kuisit bagi bahan baru yang akan
disampaikan.
2. Guru akan memperoleh gambaran tentang luas dan jenis pengalaman yang telah
dimiliki oleh peserta didik.
3. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial kultur para peserta didik.
4. Guru dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkemabangan peserta didik,
baik jasmani maupun rohani.
5. Guru dapat mengetahui aspirasi dan kebutuhan peserat didik.
6. Guru mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang diperoleh oleh peserta
didik sebelumnya.
7. Guru dapat mengetahui penguasaan bahasa peserta didik baik lisan maupun tulisan.
8. Guru dapat mengetahui sikap dan nilai yang menjiwai peserata didik.
B. Kompetansi Guru dalam Menguasai Karakteristik Peserta Didik.
Berikut indiakator kompetensi atau kinerja menguasai peserta didik diantaranya sebagai
berikut:
1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik dikelasnya.
2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada
seua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.
4. Guru mencoba mengetaui penyebab penyimpangan prilaku peserta didik untuk
mencegah agar prilaku tersebut.
5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.
5

6. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan peserta didik tertentuagar


dapat mengikuti aktivitas belajar.
C. Memahami Hakikat Peserta Didik
a. Hakikat Peserta Didik
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menyatakan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha menggembangan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Pengertian lain peserta didik menurut beberapa ahli:
1. Tim dosen administrasi UPI, peserta didik adalah orang yang memiliki pilihan
untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan; peserta
didik adalah orang atau peserta didik yang mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang
dengan baikserta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan
oleh pendidiknya.
2. Oemar Hamalik, peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga manjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
b. Impikasi Hakikat Peserta didik bagi Guru
Impikasi pemahaman terhadap hahikat peserta didik bagi guru yakni guru harus
melakukan hal-hal, antara lain:
1. Memamhami berbagai potensi peserta didik.
2. Menempatkan peserta didik sebagai pelaku belajar yang aktif membangan
3.
4.
5.
6.
7.
8.

pengetahuannya.
Memproses peserta didik melalui pembelajaran yang mendidik.
Memahami perkembangan peserta didik secara holistik.
Memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan karakter peserta didik.
Melaksanakan pembelajaran/ pendidikan yang menghargai perbedaan peserta didik.
Memberi pengaruh yang baik bagi peserta didik.
Memperhatikan perbedaan peserta didik yang membutuhkan pelayanan pendidikan

yang berbeda.
9. Menjadikan peserta didik sebagai pusat perhatian dan aktivitas pembelajaran dan
pendidikan.
10. Memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik secara holistik.

11. Memanfaatkan kondisi peserta didik sebagai momentum untuk memberikan


pendidikan yang dapat mengembangan aspek jasmaniah dan rohaniayah secara utuh
kearah kedewasaan yang diharapkan.
D. Memahami Karakteristik Peserta Didik
Menurut Barrnadib (dalam Irwanto dan Suryana, 2016: 14) peserta didik adalah orang
yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Belum memiliki pribadi dewasa sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik
(guru)
b. Masih menyempurnakan karakteristik tertentu dari kedewasaannya sehingga masih
menjadi tanggung jawab pendidik (guru)
c. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang berkembang secara terpadu, yaitu
kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan berbicara,
anggota tubuh untuk bekerja,mlatar belakang sosial, latar belakang biologis, serta
perbedaan peserta didik.
BAB III BUKU
Kompetensi II
Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik.
A. Pentingnya Penguasaan Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Bagi Guru.
Menguasia teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik setidaknya guru
memperoleh:
a. Guru memahami bagaimana sebenarnya proses belajar terjadi, sehingga guru dapat
mengambil tindakan pedagogik dan edukatif bagi penyelenggaran pembelajaran.
b. Guru dapat memilikih pendekatan, strategi, metode dan variatif dalam proses belajar.
c. Guru dapat terhindar dari persepsi dan perspektif yang tidak tepat terhadap proses
belajar.
d. Guru dapat memperoleh kinerja yang efektif dan optimal.
B. Kompentesi dan Kinerja Guru dalam Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip
Pembelajaran yang Mendidik
Guru harus memiliki pengetahuan antara lain sebagai berikut

a. Hakikat belajar dan pembelajaran yang mendidik serta implikasinya bagi duru dalam
pelaksaan pembelajaran
b. Teori-teori pembelajaran dan implikasinya bagi guru dalam pelaksaan pembelajaran
c. Prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dan implikasinya bagi guru dalam
pelaksaan pembelajaran.
d. Pendekatan, strategis, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik.
C. Menguasai Teori Belajar dan Merangkapnya dalam Pembelajaran.
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang dalamnya tergantung beberapa aspek,
yakni sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Bertambahnya ilmu pengetahuan


Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi
Adanya penerapan pengetahuan
Menyimpulkan makna
Menafsirkan dan mengaitkanya dengan realitas
Adanya perubahan sebagai pribadi

D. Menerapkan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik.


Pembelajaran menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Merubah proses kombinatif yang interaktif dari berbagai komponen yang terlibat
b.
c.
d.
e.
f.

dalam pembelajaran.
Diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diteapkan.
Subjek pembelajaran adalah peserta didik
Membuat peserta didik belajar secara bagi peserta didik.
Tersedianya sumber belajar bagi peserta didik
Merupakan subset khusus dari pendidikan

BAB IV BUKU
Kompetensi 3
Pengembangan Kurikulum
A. Pentingnya Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam
sistem pendidikan karena dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang
harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan
pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa (Sanjaya, 2008: 23)

B. Kompetensi dan Kinerja Guru dalam Pengembangan Kurikulum


Terdapat tiga syarat minimum bagi terbentuknya sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal, yaitu ; 1) kelompok pelajar, 2) guru atau guru-guru, dan 3) kurikulum. Ketiganya
adalah komponen yang lebih utama daripada sarana dan pergedungan (school plant/buildings)
sebagai komponen keempat. Di sekolah dilakukan pengajaran secara formal bertingkat pada
setiap jenjang melalui pengajaran secara sistematis. Dalam hal itu mulai ditarik garis
pembeda

(perbedaan)

halus

antara

konsep

pendidikan

dan

konsep

pengajaran/pembelajaran. Tujuan pendidikan dalam arti perkembangan dan kemajuan


pelajar merupakan tujuan pokok (esensial), sebagai pengarahan yang berlaku sama, baik
untuk persekolahan jenjang primer, jenjang sekunder, dan tersier, termasuk jalur luar-sekolah
yang non-formal.
Dalam proses belajar mengajar (PBM/teaching-learning process) di kelas, terdapat
interaksi antara tiga unsurnya yaitu ; pelajar, guru, dan bahan ajar atau isi dari pengajaran.
Sedangkan dalam kepaduan antara guru mengajar dan partisipasi aktif pelajar tanpa
suboordinasi pelajar, terjadi koordinasi antara keduanya termasuk dalam penentuan pilihan
bahan ajar dan kegiatan belajar untuk pelajar/siswa.
Jadi, setiap aspek perbuatan keguruan adanya melebihi kompetensi sosial karena
keberhasilan guru dan isi juga konten yang akademis masih bergantung pada perkembangan
dan kemajuan yang dicapai para pelajar. Ini berarti bahwa penilaian (evaluasi) pengajaran dan
kualitas pendidikan nonformal tidak cukup dilengkapi penilaian tingkat provinsi, kabupaten
atau kota.
C. Memahami Pengembangan Kurikulum 2013
Pendidikan di Indonesia saat ini memakai kurikulum 2013 bagi beberapa sekolah yang
siap untuk melaksanakannya dari berbagai segi. Namun ada juga beberapa sekolah yang
masih melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Inti dari kedua kurikulum tersebut
adalah sama yaitu meningkatkan sikap yang baik bagi para siswa. Dan kurikulum 2013 selain
meningkatkan sikap dan akhlak yang baik, juga mengedepankan keaktifan belajar para
siswanya dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Jika melihat dari tujuantujuan tersebut, begitu ideal bagi tujuan pendidikan Indonesia yang berharap melahirkan
generasi unggul bagi kemajuan negara serta bangsa ini. Maka guru menjadi tonggak pertama
bagi Indonesia untuk melahirkan generasi-generasi unggul ini. Tujuan pendidikan itu
berjenjang, yakni tujuan Pendidikan Nasional, Institusional, Kulikuler dan Instruksional
9

Pembelajaran. Tujuan Instruksional merupakan hasil belajar bagi siswa setelah melakukan
proses belajar di bawah bimbingan guru dalam kondisi yang kondusif. Tujuan Instruksional
atau tujuan Pembelajaran melingkupi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus (TUP dan TKP atau TIU dan TIK). Dan ditegaskan pada Undang-Undang Pendidikan
dan Pengajaran Republik Indonesia Serikat No. 4/1950 yang kemudian menjadi UU
Pendidikan dan Pengajaran RI No. 12/1954, pada Bab II Pasal 3, menyebutkan tentang
Tujuan Pendidikan dan Pengajaran:
Tujuan Pendidikan dan Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah
air
Maka untuk mencapai tujuan mulia tersebut, perlu guru yang berkualitas juga. Lembaga
pendidikan tinggi yang bertugas menyiapkan para guru yang berkualitas tentu memiliki
tanggung jawab yang besar agar output dari mahasiswa nya bisa menjadi guru yang baik.
D. Merencanakan Pembelajaran
Guru sebagai pekerjaan profesional tentu saja dituntut melakukan perencanaan sebelum
melakukan pembelajaran sebagai pekerjaannya. Merencanakan kegiatan pembelajaran sangat
penting dan perlu sebagai guru sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
lebih terarah, efesien, dan efektif.

BAB V BUKU
Konpetensi 4
Pembelajaran yang mendidik
A. Pentingnya Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik
Pendidikan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, maksud pendidikan, dan
standar proses pendidikan itulah yang dapat disebut sebagai kegiatan pembelajaran yang
mendidik. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran memiliki arti dan peranan penting bagi
pencapaian tujuan nasional.
10

B. Kompetensi dan Kinerja Guru dalam Pelaksanakan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik
Adapun indikator atau kinerja pada kegiatan pembelajaran yang mendidik adalah
sebagai berikut:
a. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rencana yang tellah disusun
secara lengkap.
b. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang membantu proses belajar peserta
didik.
c. Guru mengomunikasiakan informasi baru sesuai dengan usia peserta didik.
d. Guru menyikapi kesalahan yang dilakkan peserta didik sebagai tahapan proses
pembelajaran
e. Guru mampu menyusuaikan aktifitas pemeblajaran yang dirancang dengan kondisi
kelas
f. Guru melaksanakan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum
C. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran yang Mendidik
Corey mendefinisikan pemebelajaran sebagai suatu proses saat lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus
atau menghasilakan respon terhadap siatuasi tertentu, pembelajaran merupakan bagian khusus
dalam pendidikan.
D. Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik
Rencana pembelajaran yang mendidik adalah penetapan tujuan, materi, pendkatan/
metode, sumber dan media, serta alat evaluasi pembelajaran secara tepat sistematis untuk
dijadikan acuan dan pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang
membelajarkan peserta didik secarra aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan sepiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak dan
psikologis peserta didik.
E. Menyelenggarakan Pembelajaran yang Sesuai dengan Kebutuhan
Peranan guru akan berimbas pada hubungannya dengan lingkungannya. Dalam dunia
pendidikan, hubungan guru dan murid dalam proses belajar mengajar harus dioptimalkan
dengan baik. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, proses interakasi antara guru dan
muridnya harus harmonis dan berkesinambungan. Ketika guru memberikan materi dibarengi
dengan sikap yang tidak disukai siswa maka materi yang diberikan tidak akan bisa diterima
dengan baik oleh siswa. Begitu juga sebaliknya, jika guru menyampaikan sesuatu di depan

11

kelas tetapi banyak siswa yang tidak semangat dan tidak memperhatikan maka materi yang
diajarkan pun tak akan tersampaikan dengan baik.
BAB VI BUKU
Kompetensi 5
A. Guru Sebagai Pendidik
1. Syarat-Syarat Menjadi Guru Yang Baik
a. Berijazah
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik
d. Bertanggung jawab
e. Berjiwa nasional
2. Sikap dan Sifat-Sifat Guru yang Baik
a. Adil
b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya
c. Sabar dan rela berkorban
d. Memilki perbawa (gezag) terhadap anak
e. Penggembira
f. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
g. Bersikap baik terhadap masyarakat
h. Benar-benar menguasai mata pelajaran
i. Suka kepada mata pelajaran yang diberikan
j. Berpengetahuan luas

B. Segi-Segi Pendidikan
1. Mengajar dan Mendidik
Pendidikan lebih luas dari pada pengajaran. Pendidikan merupakan pendidikan
keseluruhan, merupakan pembentukan kepribadian. Pendidikan meliputi segala usaha yang
dilakukan dalam hal mendidik.
Pengajaran salah satu segi dari pendidikan. Pengajaran merupakan salah satu usaha dari
pendidikan keseluruhan. Jadi, pendidikan lebih luas daripada pengajaran.
Disamping itu juga bisa dipahami bahwa tidak semua perbuatan mengajar adalah
mendidik. Setiap perbuatan mendidikselalu dilakukan dengan sadar dan sengaja, dan
mempunyai tujuan tertentu yang baik, demi kepentingan perkembangan diri pribadi anak
didik. Jadi, tujuan perbuatan itu adalah demi kepentingan dan kebutuhan anak didik, bukan
untuk kepentingan dan kebutuhan si pendidik yang lain.
2. Segi- Segi Pendidikan
Pembagian segi-segi atau macam-macam pendidikan itu ialah sebagi berikut:
a. Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan jasmani pun membentuk kepribadian, antara lain;
1) Untuk menjaga dan memelihara kesehatan badan

12

2) Membentuk budi pekerti anak


3) Memupuk perasaan kesosialan
4) Memeupuk perkmbangn fungsi-fungsi jiwa
Pendidikan Jasmani terutaa dan pertama-tama adalah tugas kewajiban rumah tangga
atau orang tua.
Tugas sekolah terhadap pendidikan jasmani
1) Mengajarkan bermacam-macam permainan dan gerak badan
2) Mengajarkan ilmu kesehatan
3) Menjaga dan memelihara kebersihan sekolah tempat anak itu belajar
4) Mengatur jalannya pendidikan dengan sebaik-baiknya.
b. Pendidikan Kecakapan
Pendidikan kecakapn atau intelek ialah pendidikan yang bermaksud mengembangkan
daya pikir (kecerdasan) dan menambah pengethauan anak-anak.
Pendidikan kecakapan mempunyai dua tugas yang penting yaitu :
1) Pemebntukan formal atau fungsional (pengaruh ilmu jiwa daya)
Pemebntukan formal atau fungsional ialah pembentukan fungsi-fungsi jiwa, seperti
pengamatan, ingatan, fantasi, berfikir, perasaan dan kemauan.
2) Pembentukan material
Pendidikan intelek disebut pendidikan material jika didalamnya bermaksud
menambah ilmu pengeetahuan atau materi yang dibutuhkan di dalam kehidupan
manusia.
Pembentukan material dapat kita bagi menjadi dua bagian :
a) Menambah pengetahuan : seperti dengan mengajarkan sejarah, ilmu bumi, ilmu
hayat, bahasa, matematika dan fisika.
b) Menambah keterampilan: seperti dalam

pelajaran

membaca,

menulis,

menggambar, pekerjaan tangan, pekerjaan keputrian, mengetik, menjahit, dan


vak-vak kejuruan.
C. Pendidikan agama
Sama halnya dengan segi-segi pendidikan yang lain, pendidikan agama menyangkut
tiga aspek, yaitu aspek koginif, afektif, dan psikomotor. Ini berarti bahwa pendidikan agama
bukan hanya sekedar memberi pengetahuan tentang keagamaan, melainkan justru yang lebih
utama adalah membiasakan anak taat dan patuh menjalankan ibadat dan berbuat serta
bertingkah laku di dalam kehidupannya sesuai dengn norma-norma yang telah ditetapkan
dalam agama masing-masing.

13

Mengingat ketiga aspek tersebut, maka sebenarnya pendidikan agama di sekolahsekolah buakn hanya menjadi tugas dan tanggung jawab guru-guru agama, melainkan
merupakan tanggung jawab semua guru.
D. Pendidikan kesusilaan
Tujuan pendidikan kesusilaan adalah memimpin anak setia serta mengerjakan segala
sesuatu yang baik, dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan
setiap waktu. Pendidikan kesusilaan mendidik anak menjadi orang yang berkepribadian dan
berwatak baik.
Dasar-dasar pendidikan kesusilaan:
1) Anak-anak harus diajar supaya dapat membedakan yang baik dari yang buruk
2) Anak-anak hendaklah dididik agar berkembang perasaan cintanya terhadap segala
sesuatu yang baik dan membenci segala sesuatu yang buruk.
3) Anak-anak harus dibiasakan mengerjakan segala sesuatu yang baik dan menjauhi
yang buruk, atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu.
Sumber-sumber kesusilaan:
1) Agama
2) Negara
3) Masyarakat
4) Pribadi
5) Filsafat dan ilmu
E. Pendidikan keindahan
Cita rasa pada tiap-tiap orang itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1) Pembawaan dan bakat seseorang
2) Lingkungan (milieu)
3) Aliran seni dan mode
4) Umur
5) Nama dan kemashuran pencipta
6) Perbedaan jenis kelamin
Dasar-dasar pendidkan keindahan yaitu:
1) Memberikan teori dan praktik
2) Membentuk kemauan, menanamkan perasaan cinta
Pendidikan keindahan tidak terlepas dari (kebersihan, kesehatan, keindahan) K3
Usaha-usaha pendidik dalam pendidikan keindahan.
14

1) Di dalam rumah tangga


Membiasakan anak-anak sejak kecil berprilaku bersih,
Membiasakan anak-anak mengerjakan segala sesuatu dengan tertib dan teratur
2) Dilingkungan sekolah
Menghias kelas bersama
Mengatur dan memelihara kebun sekolah
Anak-anak dibiasakan menulis dengan teratur dan bersih
F. Pendidikan kemasyarakatan (sosial)
Tugas dan tujuan pendididkan kemasyarakatan (sosial)
1) Mengajar anak-anak yang mempunyai hak saja, menjadi manusia yang tahu dan
menginsafi tugas-kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam
masyarakat.
2) Membiasakan anak-anak berbuat mematuhi dan memenuhi tugas kewajiban sebagai
anggota masyarakat dan sebagai warga negara.
Usaha-usaha pendidik yang dapat dilakukan dilingkungan keluarga dalam
pendidikan kemasyarakatan (sosial) :
a) Dibiasakan hidup bersih
b) Diajar menyesuaikan diri dengan lingkungnnya
c) Belajar menahan diri dan belajar mengekang keinginannya
d) Kebiasaan-kebiasaan yang baik itu harus makin lama makin diinsafi oleh anakanak sendiri
Usaha-usaha pendidik yang dapat dilakukan dilingkungan sekolah dalam pendidikan
kemasyarakatan (sosial) :
a) Anak-anak dibiasakan datang dan pergi kesekolah pada waktunya
b) Anak-anak harus bekerja secara teratur
c) Anak-anak harus dibiasakan melakukan segala sesuatu disekolah menurut
peraturan-peraturan
d) Anak-anak diajak bergaul dan menyesuaikan diri dengan anak-anak lain di
sekolah
3) Pendidikan hendaklah harmonis
Pendidikan dikatakan harmonis jika antara macam-macam segi pendidikan tersebut
mendapat kesempatan untuk berkembang. Mementingkan hanya salah satu segi atau
satu bagian yang tertentu saja dengan berlebih-lebihan, berarti suatu kerugian.
15

G. Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar


Guru sebagai tenaga professional di bidang pendidikan disamping harus memahami
hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus memahami dan melaksanakan halhal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan
melaksanakan interaksi belajar mengajar. Dalam pendidikan guru dikenal adanya
Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai
model cara mengklasifikasikan. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya sepuluh
kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Maka sepuluh
kompetensi itulah yang harus dimiliki guru sebagai modal dalam melaksanakan pengelolaan
interaksi belajar mengajar.
Sepuluh kompetensi guru tersebut antara lain: menguasai bahan, mengelola program
belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/sumber, menguasai landasan
kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran, mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan
menyelenggarakan admnistrasi sekolah, memahami prisnip-prinsip dan hasil penelitian
pendidikan

guna

kepentingan

pengajaran.

Kemudain

operasionalisasinya

dalam

melaksanakan interaksi belajar mengajar guru juga harus memahami dan dapat melaksanakan
item-item keterampilan mengajar. Untuk itu perlu mengadakan microteaching, sebagai
program latihan mengelola interaksi belajar mengajar.
Keterampilan mengajar secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok
sesuai dengan lembar-lembar kegiatan microteaching :
1. Aspek materi, terdiri dari item-item:
a. interes;
b. titik pusat;
c. rantai kognitif;
d. kontak;
e. penutup.
2. Modal kesiapan, terdiri dari item-item:
a. gerak;
b. suara;
c. titik perhatian;
d. variasi media;
e. variasi interaksi;
f. isyarat;
16

g. waktu selang.
3. Keterampilan operasional, terdiri dari item-item:
a. membuka pelajaran;
b. mendorong dan melibatkan siswa;
c. mengajukan pertanyaan;
d. menggunakan isyarat nonverbal;
e. menanggapi siswa.
H. Hakikat Anak Didik
Bagaimaan manusia bertingkah laku, apa yang menggerakkan manusia sehingga
mampu mendinamisasikan dirinya dalam perilaku kehidupan. Dalam hal ini ada beberapa
pandangan mengenai hakikat manusia yaitu:
1. Pandangan Psikoanalitik
Pandangan ini menganggap bahwa manusia pada hakikatnya digerakkan oleh
dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku manusia
ditentukan oleh kekuatan psikologis yang memang sejak semula suda ada pada setiap diri
individu. Dalam hal ini individu tidak memegang kendali atau tidak menentukan atas
nasibnya sendiri, tetapi tingkah laku seseorang itu semata-mata diarahkan untuk memuaskan
kebutuhan dan insting biologisnya. Selanjutnya Brend mengemukakan bahwa struktur
kepribadian indivisu seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: id, ego dan super-ego.
Id atau Das Es adalah aspek biologis kepribadian yang orisinil. Id (Das Es) meliputi
berbagai insting manusia yang mendasari perkembangan individu. Lalu ego atau das ich. Ego
atau das ich ini merupakan aspek psikologis kepribadian yang timbul dari kebutuhan
organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis. Di dalam fungsinya
ego berpegang pada prinsip realitas karena akan menjadi penghubung antara id dengan dunia
luar.
Tetapi perlu diketahui bahwa tingkah laku pribadi individu tidak hanya dijalankan
oleh fungsi id dan ego, tetapi juga oleh unsur super-ego (das uber ich). Super-ego atau das
uber ich adalah aspek sosiologis kepribadian yang merupakan wakil nilai-nilai serta cita-cita
masyarakat menurut tafsiran orang tua kepada anak-anak nya, yang diajarkan dengan
berbagai perintah dan larangan. Super-ego lebih merupakan hal yang bersifat ideal daripada
hal riil, lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan.
2. Pandangan Humanistik
Rogers, tokoh dari pandangan humanistik berpendapat bahwa manusia memiliki
dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif. Dikatakan bahwa manusia itu
17

berkembang dan berubah untuk menjadi pribadiu yang lebih maju dan sempurna. Manusia
adalah individu dan anggota masyarakat yang dapat bertingkah laku secara memuaskan.
Adler mengungkapkan bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk
memuaskan kebutuhan dirinya tetapi juga oleh rasa tanggung jawab sosial dan untuk
mencapai sesuatu.
Manusia selalu melibatkan dirinya untuk mewujudkan dirinya dan menemukan
dirinya. Sebagai makhluk individu mauapun sebagai anggota masyarakat dan ciptaan tuhan
Yang Maha Esa.
1. Pandangan Martin Buber
Martin Buber mengatakan bahwa hakikat manusia tidak bisa dikatakan ini atau
itu. Manusia itu keberadaan yang berpotensi tetapi terbatas pada semesta alam. Ini berarti
apa yang dilakukan tidak dapat diramalkan.
Manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat. Inilah fitrah manusia yang diciptakan
Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi manusia yang baik pun kadang-kadang melanggar aturan.
Dalam dinamika kehidupan manusia akan senantiasa ditandai dengan sejarah kemanusiaan
sejati, melalui berbagai ketidak pastian, perjuangan dan kegagalan.

2. Pandangan Behavioristik
Manusia adalah makhluk relatif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari
luar. Faktor lingkungan inilah yang merupakan penentu tunggal dari tingkah laku manusia.
maka kepribadian individu dikembalikan lagi pada hubungan individu itu dengan
lingkungannya.
Untuk memahami peserta didik sebagai subjek belaajr ada beberapa pengertian pokok
yang yang harus dipahai, pengertian tersebut adalah
a. Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya.
b. Pada diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggungjawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial individu.
c. Manusia mampu mengontrol dirinya ke arah yang positif dan mampu menentukan
dirinya sendiri.
d. Manusia pada hakikatnya dalam proses menjadi, akan berkembang terus.
e. Dalam dinamika individu selain melibatkan dirinya untuk mewujudkan diri sendiri,
membantu orang lain dan membuat dunia menjadi lebih baik.
18

f. Manusia memiliki potensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan. Tetapi


potensi itu bersifat terbatas.
g. Manusia adalah makhluk Tuhan yang sekaligus mengandung kemungkinan baik
dan buruk.
h. Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu merupakan
kemampuan yang dipelajari.
Siswa sebagai subjek belajar perlu dikembankan individunya, karena nya manusia
yang utuh adalah manusia yang bersifat personal. Dalam kegiatannya perlu dikembangkan
pembinaan individu-individu siswa. Oleh karena itu perlu dikenal adanya karakteristik siswa,
terutama yang berkaitan dengan kemampuan awal, latar belakang dan status sosial serta
perbedaan-perbedaan kepribadian.
Guru dalam hal ini perlu mengetahui data pribadi siswa untuk kepentingan belajar
siswa. Cara yang ditempuh untuk mengetahui data pribadi siswa itu misalnya dengan
menggunakan berbagai jenis tes, observasi, kunjungan rumah dan angket.
I. KEDUDUKAN GURU
Guru adalah suatu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan. Oleh karenanya, guru harus berperan aktif dan menempakan kedudukannya
sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.
Banyak persyaratan untuk menjadi seorang guru, anatar lain administratif, teknis, psikis dan
fisik. Menjadi guru pun harus memiliki kematangan jasmani, rohani maupun edukasi sosial,
disamping ada syarat khusus yang bersifat mental yaitu roeping.
Guru sebagai tenaga professional berarti pekerjaan guru memerlukan pendidikan
lanjut di bidang sience dan teknologi yang dapat digunakan sebagai perangkat dasar untuk
diterapkan dalam berbagai kegiatan demi kemaslahatan umum. Guru lebih komprehensif
memiliki tiga tingkatan kualifikasi professional, yakni capability, innovator dan developer.
Guru diakatakanm sebagai pendidik dan pembimbing. Guru sebagai pendidik karena
disamping menyampaikan ilmu pengetahuan, juga transfer of value atau menanamkan nilainilai dan sikap mental serta melatih berbagai keterampilan dalam upaya mengantarkan anak
didik kea rah kedewasaan. Gurupun harus melakukan bimbingan, yakni menuntun anak didik
dan memberikan lingkungan yang sesuai dengan arah dan tujuan yang dicita-citakan.
Untuk melaksanakan tugasnya secara operasional, guru memiliki berbagai
peranan antara lain: informator, organisator, motivator, fasilitator, motivator, konselor,
19

evaluator. Dalam kaitan ini perlu diciptakan hubungan baik antara guru dan siswa, termasuk
pengembangan hubungan-hubungan secara informal dan contact-hours. Dalam melaksanakan
semua tugasnya, guru sebagai tenaga professional memerlukan adanya kode etik guru. Kode
etik guru merupakan pedoman tingkah laku guru dalam berinteraksi dengan subjek didik.
Kode etik guru juga sekaligus sebagai penangkal dari kecenderungan tingkah laku guru yang
akan menyeleweng. Kode etik guru terdiri dari 9 item yang pada prinsipnya membantu
kesuksesan pekerjaan demi kepentingan anak didik.
J. Konsep Belajar Dan Mengajar
Seseorang belajar karena berinterkasi dengan lingkungannya dalam rangka untuk
mengubah tingkah laku. Belajar dapat dikatakan sebagai serangkaian upaya perubahan
tingkah laku seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru dan lain sebagainya. Dengan
kata lain sebagai kegiatan psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Oleh
karena itu belajar ada proses internalisasi, sehingga akan menyangkut matra kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Belajar memiliki banyak prinsip antara lain, harus ada aktivitas untuk menunjukkan
potensinya, perlu motivasi dan keadaan siswa yang perlu diperhitungkan. Tujuan belajar
terdiri dari instructional effects dan nurturant effect. Belajar ditujukan untuk mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap.
Beberapa teori tentang belajar adalah teori menurut Ilmu Jiwa Daya, Ilmu Jiwa
Gestalt dan Ilmu Jiwa Asosiasi. Dalam ilmu jiwa asosiasi, ada dua jenis teori yang sangat
terkenal yaitu Konektionisme dan Conditioning. Dari berbagai teori yang ada kelihatannya
berbeda tetapi sebenarnya ada persamaan yang tercermin pada prinsip umum, bahwa untuk
mengajar memerlukan: motivasi, pengakuan, adanya kesulitan/hambatan, adanya aktivitas
dan berbagai respons.
Di dalam belajar terdapat banyak faktor yang memperngaruhi salah satu faktor
psikologis. Ada beberapa macam faktor psikologis dalam belajar, misalnya motivasi,
konsentrasi, reaksi pemahaman, organisasi, ulangan dan bermacam-macam yang lainnya
seperti perhatian, minat, fantasi, faktor ingin tahu, sifat kreatif, dan lain-lain. Kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar adalah mengajar. Mengajar adalah menciptakan
kondisi yang kondusif agar berlangsung suatu kegiatan belajar mengajar yang bermakna dan
optimal. Mengajar juga menyangkut transfer of knowledge dan mendidik yang transfer of
values. Dengan demikian, akan dapat mengoptimalkan kegiatan belajar dengan hasil yang
bermakna. Ciri dari hasil belajar yang bermakna adalah tahan lama dan asli/otentik.
20

K. Situasi Pendidikan dan Objek Pedagogik


Sebagai suatu ilmu, pedagogik merumuskan pengetahuan dan mengembangkan struktur
ilmunya berdasarkan suatu keseluruhan masalah. Dilihat dari dasar masalah dalam pedagogik
yaitu hubungan pendidik dan terdidik, terdapat perbedaan mendasar berkenaan dengan dua
hal, yaitu :
a. Pendidikan sejati berlatar pergaulan secara mikro antara sesama manusia menuju
kedewasaan yang universal serta kontekstual
b. Pembinaan diri agar kedewasaan itu lebih lengkap aspek-aspek dan kemampuannya
yang berlaku pada semua lingkungan seumur hidup manusia.
Oleh karena itu objek kajian ilmu mendidik bukan ahnya pendidik atau terdidik namun
ada situasi pendidik sebagai objek formalnya.
1) Situasi pendidikan sebagai objek formal
Dalam praksis pendidikan anak atau pedagogik, urgensi teori mendidik atau ilmu
pendidikan harus secara efisien mampu melepaskan pendidik dan sarjana pendidikan dari
kebingungan antara ilmu pendidikan empirik dan filsafat pendidikan yang membebani.
Dalam mendidik relasi itu adalah anatara manusia berkedewasaan dan anak yang belum
dewasa. Dalam keadaan biasa, situasi pendidikan tidak muncul dan hanya tetap bersemi
dalam situasi pergaulan antara pihak pendidik dengan subjek anak didik.
Adapun pendidikan terjadi dalam bentuk situasi pergaulan, upaya orang dewasa
mendidik anak-anak dan anak didiknya oleh orang dewasa dan situasi anak berinteraksi
dengan alam sekitar. Situasi pergaulan terdiri dari tiga bagian yaitu dunia bersama, dunia
orang dewasa, dan dunia anak yang belum berkedewasaan.
2) Perbedaan antara situasi pergaulan dan situasi pendidikan
Secara ringkas esensi dari situasi pendidikan yang muncul dari situasi pergaulan ialah
relasi antar pribadi itu sendiri sebagai dialog atau percakapan menurut Handllungsdialog
artinya dialog perbuatan transaksi percakapan perbuatan) antara kedua pihak itu. Apabila
dianalisis disamping mendidik ternyata para pendidik itu juga belajart dan mengembangkan
dirinya dalam pergaulan dengan terdidik sehingga gejala pendidik bersemi dalam relasi
pergaulan tersebut, yang mempunyai dua ciri perbuatan mendidik dan relatif mudah diamati
(Langeveld, 1944-1974) yaitu :

Dalam pergaulan itu terjadi upaya-upaya memengaruhi dengan jalan perbuatan


mendidik, yaitu tindakan yang dengan sengaja dilakukan secara bertanggung jawab
untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

21

Bahwa pengaruh itu datang dari orang dewasa atau dari unsur-unsur yang diciptakan
oleh orang dewasa seperti sekolah, buku teks pelajaran, peraturan hidup keseharian,
dan lain-lain, dan pengaruh itu ditujukan kepada anak yang belum dewasa.

Dengan demikian keseluruhan pendidikan dapat ditinjau dari bagian-bagiannya, yaitu


mendidik, pergaulan, dan alam sekitar. Faktor-faktor esensial yang sekurangnya terdapat
dalam setiap pendidikan mikro dalam rangka pergaulan pedagogis adalah sebagai berikut :

Pihak pendidik yang dalam bergaul dengan sukarela mampu bertindak secara
intensional dengan sengaja mewakili dunia orang dewasa untuk membantu anak
menjadi dirinya sendiri dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah ataupun untuk
mencapai kedewasaan.

Anak atau subjek didik yang berakses pergaulan dengan pendidik dan perlu
pengaruh pendidikan untuk mengembangkan potensi-potensinya.

Tujuan pendidikan yang bernilai universal dan kontekstual serta pengkhususan


tujuan secara fungsional-instrumental.

Tindak perbuatan (alat) pendidikan yang perlu sesuai dengan kompetensi pendidik
dan bentuk ketidakdewasaan subjek didik dan kondisi sewaktu-waktu.

Struktur dan konteks sosio-kultural secara lokal ataupun regional (nasional)


termasuk lembaga pendidikan seperti keluarga, sekolah dan negara.

Faktor psikologis dan dialogis yaitu sejenis hubungan atau relasi antar pribadi yang
disebut dengan hubungan kewibawaan, yaitu hungan kasih timbal balik dan saling
mempercayakan diri (menyerahkan diri) karena itu dapat dipandang sebagai faktor
inti dari situasi pendidikan (Langeveld 1974).

Faktor perkara yang berupa isi pendidikan, yaitu a) pengetahuan dan informasi
tentang kenyataan, dan b) nilai-nilai budaya lokal yang universal didapat anak dari
perkara perbuatan pendidik dan alam sekitar berdasarkan adanya situasi pergaulan
yang telah dialaminya. (Imelman; dalam Zanti Arbi, 1988).

Tanpa landasan relasi pergaulan maka tak mungkin terjadi atau tercipta gejala mendidik
yang efektif. Keenam faktor yang pertama telah ditegaskan oleh Langeveld (1945;1974) dan
faktor ke-7 diperjelas oleh tokoh pedagogik Belanda lainnya JD. Imelman (1978; dalam Zanti
Arbi, 1988).
L. Kewibawaan Pendidikan
Keseluruhan masalah ilmu pedagogik pada dasarnya terdapat pada sekitar masalah
hubungan antara pendidik dengan terdidik. Apabila dilihat dari ungkapan orang itu
22

berkewibawaan, sebenrnya dapat saja ditarik simpulan bahwa kewibawaan itu merupakan
suatu sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu analisis tentang
kewibawaan pendidikan serta perbedaanya dengan situasi pergaulan memerlukan pendekatan
fenomenologis agar mampu mengembangkan konsep kewibawaan.
Kewibawaan tidak dimiliki sebagai kekuasaan secara sepihak melainkan kewibawaan
adalah keterhubungan atau hubungan itu sendiri sebagai interelasi antara pihak yang
mengembagkan kewibawaan dan pihak lainnya yang mengakui kewibawaan merupakan
sikap kepatuhan. Jadi, analisis pedagogis tidak seperti filsafat pendidikan yang berobjek
pendidik dimana pendidik diakui posisinya untuk langsung ataupun lambat laun
memperlakukan anak atau subjek didik sebagai peserta didik. Adanya batas bawah yaitu
dimulainya potensi komunikasi atau hubungan kewibawaan atas dasar pemahaman anak
tentang bahasa percakapan orang dewasa. Sampai menjelang usia tiga setengah tahun, anak
hanya mungkin tunduk atau sebaliknya semasa usia dibawah lima tahun (balita) sampai 8
tahun orang dewasa yang perlu tunduk atau mengalah. Khususnya untuk anak-anak atau
kanak-kanak dibawah usia empat tahun belum mungkin meneria kewibawaan karena ; 1.
Belum mengenal akunya sehingga berlaku keras kepala dan belajar dari keras kepala, dan
2. Bahasa anak sebatas egosentrik dan belum dapat berbahasa melebihi bahasa ibu
(Brubacher, 1949).
Begitulah perkembangna kewibawaan dalam pendidikan menjadi pembinaan
komunikasi antara sesama dan komunikasi dengan diri atau pribadi sendiri.
M. Tujuan Pendidikan
Tujuan sejati dalam pendidikan dikenal sebagai tujuan umum (Langeveld, 1945;1074).
Tujuan umum pendidikan yang diutamakan dalam pedagogik sebagai ilmu teoritik ialah
tujuan umum pendidikan anak sebagai goals, yaitu tujuan umum yang perlu dan berlaku
umum untuk semua anak lintas negara dan lintas pandnagan hidup sebelum anak diterima
sebagai anggota masyarakat sepenuhnya. Jadi, konsep tujuan pendidikan sbeenarnya
merupakan tujuan-tujuan pokok dari pendidikan itu sendiri.
a. Pengkhususan tujuan pendidikan
Atas dasar analisis tersebut, diharapkan agar pendidik, sarjana pendidikan, dan pemerhati
pendidikan tak kehilangan fokus Langeveld (1945;1974) membebaskan antara :

Tujuan umum pendidikan dan pengkhususannya menjadi tujuan-tujuan khusus,


termasuk tujuan langsung.

Tujuan esensial pendidikan dan tujuan-tujuan aksidental mendidik.


23

Tujuan lengkap dan tujuan-tujuan tak lengkap pendidikan dilihat dari kelengkapan
aspek-aspek kepribadianmu.

Tujuan akhir dan tujuan-tujuan sementara pendidikan.

Tujuan sementara dan tujuan-tujuan intermedier kuartal, cawu, termasuk tujuan


jangka pendek.

Dalam hal ini tidak ada tujuan yang hendak dicapai dalam jangka pendek, melainkan
melalui tujuan jangka panjang dan jangka menengah. Kedewasaan tentu saja merupakan
tujuan umum, tujuan esensial, tujuan lengkap dan tujuan akhir dari pendidikan.
b. Karakteristik kedewasaan
Kedewasaan sebagai tujuan pendidikan esensial dan berlaku umum pada semua
perdaban, lintas budaya dan juga negara. Menurut Langeveld (1945;1974) dan secara garis
besar tetapi prinsipiil, hal ini mampu diwujudkan ketika manusia muda mulai mencapai
kedewasaan, yaitu pada anak alki-laki dan anak perempuan yang meningkat dewasa, yaitu :

Kedewasaan lebih bersifat statis, stabil, padu dan tertutup walaupun usia dan
pengalaman bertambah.

Kedewasan merupakan tanggung jawab tentang diri sendiri dan terintegrasi dengan
rasa hormat, menghargai dan peduli pada harkat sesama dan pada lingkungan.

Kedewasaan berarti menyadari kestabilan dan integritasnya dan mampu melakukan


penyesuain ataupun koreksi perilaku dan keterampilan demi harkat dirinya secara
konsisten.

Kedewasaan berarti bersedia diuji atau diadili dalam pergaulan hidup eksternal
berhubung komitmennya untuk menilai perilaku sendiri secara internal yang relevan
dengan nilai-nilai pilihan dan kepedulian pada kesejahteraan umum.

Kedewasaan itu turut serta secara konstruktif, memadukan kepentingan individu


dengan tanggung jawab sosial serta tidak hanya berpartisipasi aktif karena berusaha
sadar tak hanyut dalam pergaulan hidup.

Kedewasaan itu mencapai norma-norma kehidupan secara pribadi.

Kedewasaan adalah perasaan dan apresiasi humor.

Tentu saja tidak ada kedewasaan yang sempurna atau mutak walaupun bisa saja semua
situasi pendidikan tertuju pada norma kedewasaan lokal dan nilai universalnya. Menurut
Langveld (1945;1974) dan Imelman (1982), menurut Zanti Arbi (1988) menyatakan hal yang
sama bahwa dalam situasi pendidikan terjadi suatu proses dimana anak sebagai terdidik

24

bersama-sama dengan pendidik mencapai tujuan pendidikan yang dinamakan dengan


kedewasaan.

BAB II
PEMBAHASAN
Sejak bergulirnya reformasi, kualitas pendidikan nasional dinilai belum memiliki
kualitas yang memadai dan secara faktual ada kesenjangan antara pelaksanaan pendidikan
dengan aturan normatif yang termaktub dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Kondisi ini memperjelas bahwa arah dan pelaksanaan pendidikan
bangsa ini cenderung ambivalensi.
Beberapa indikator yang dijadikan penilaian terhadap rendahnya kualitas pendidikan
tanah air dapat diperhatikan, diantaranya melalui lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi
yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimilikinya dan

25

hingga saat ini Humant Development Indek bangsa ini masih berada pada posisi yang kurang
menggembirakan.
Menurut Janawi (2011:2) Peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia
menempati peringkat ke-111 dari 117 Negara pada tahun 2004, peringkat ke-110 pada tahun
2005, dan peringkat ke-108 pada tahun 2010. Walaupun tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan tapi belum cukup signifikan dan Indonesia masih kalah bersaing dengan negara
tetangga seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand dan Vietnam. Mulyasa (2011:3)
rendahnya daya saing sebagai indikator bahwa pendidikan belum mampu menghasilkan
seumber daya manusia yang berkualitas.
Banyak pihak menuduh bahwa rendahnya kualitas pendidikan nasional ini tidak
terlepas dari minimnya kompetensi yang dimiliki oleh pendidik atau guru. Guru dalam
kontek pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan guru
menjadi garda terdepan dalam proses pelaksanaan pendidikan sehingga ada kesan, jika ingin
memperbaiki kualitas pendidikan maka perhatikanlah kesejahteraan dan kompetensi guru
yang mengajar.
Untuk memperbaiki kualitas dan kompetensi guru, pemerintah telah mengeluarkan
Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menjelaskan bahwa guru
harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV dan memiliki empat standar
kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial (pasal 10). Keempat kompetensi tersebut kemudian dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sebagaimana
yang tertuang dalam pasal 28 dan penjelasannya,

26

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang


meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanakan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Selain Kompetensi pedagogik, guru memiliki karakteristik kepribadian yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang
mantap dari seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakat, guru akan tampil sebagai sosok yang pantas ditaati dan di teladani sehingga
kompetensi kepribadian merupakan suatu hal yang mutlak untuk dimiliki oleh seorang guru
karena menjadi faktor terpenting bagi keberhasilan peserta didik. Dalam kaitan ini, Syaiful
Sagala (2011:33) mengatakan kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis
sehingga kepribadian akan turut menentukan apakah guru menjadi pendidik yang baik atau
sebaliknya justeru menjadi perusak anak didiknya.
Kepribadian seorang guru merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugas
keguruannya secara professional sebab kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan
komunikasi personal antara guru dan siswa. Esensi kepribadian guru semuanya bermuara ke
dalam intern pribadi guru. Beberapa kompetensi yang dimiliki oleh guru sebagaimana
disebutkan pada alinea satu di atas, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh
kepribadian yang dimilikinya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi
minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga mempunyai
pengaruh yang sifgnifikan terhadap peningkatan kinerja.
Kinerja guru atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Kinerja guru akan baik jika guru
mampu merancang pembelajaran, memahami teori dan mengevaluasi hasil belajar siswa.
Kinerja guru juga akan lebih meningkat jika guru memiliki kepribadian yang mantap dan
menjadi panutan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat
diasumsikan bahwa guru yang memiliki kompetensi pedagogik dan kompetenasi kepribadian
akan dapat melaksanakan tugas keguruan dengan baik sehingga dapat berpengaruh terhadap
hasil kinerjanya.
Berbicara masalah kinerja, sampai saat ini kinerja guru diukur melalui uji kompetensi
terutama bagi guru yang telah memenuhi persyaratan dan memperoleh kesempatan untuk
mengikuti sertifikasi guru. Sesuai dengan Peraturan Menteri No 18

27

tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan memandang perlu untuk memberikan
sertifikat bagi guru melalui uji kompetensi guna meningkatkan kinerja mereka. Begitu pula
dengan Guru Pendidikan Agama Islam sebagai tenaga pendidik juga harus menjadi guru
profesional. Jika guru yang tersertifikasi dianggap sebagai pekerja profesional maka guru
tersebut berhak mendapat imbalan yang sesuai dengan profesionalismenya. Undang-Undang
Nomor 14 tahun 2005 pasal 15 dan 16 menyebutkan bahwa guru profesional yakni guru yang
telah tersertifikasi selain mendapatkan gaji dan tunjangan-tunjangan lain berhak pula
mendapat tunjangan profesional sebesar satu kali gaji pokok PNS pada tingkat, golongan dan
masa kerja yang sesuai.
Dalam kenyataannya kinerja guru lulus sertifikasi diasumsikan dinilai banyak
kalangan masih rendah karena minimnya pemahaman guru terhadap teori belajar dan
rancangan pembelajaran, kurangnya disiplin kepribadian seperti datang terlambat dan kurang
patuh terhadap aturan atau norma yang berlaku di satuan kerja masing-masing serta
minimnya dalam memanfaatkan tekhnologi pembelajaran merupakan indikator
rendahnya kinerja guru.
Mulyasa (2011:79) mengatakan kompetensi pedagogik sangat penting karena menjadi
penentu bagi keberhasilan proses belajar yang langsung menyentuh kemampuan
pembelajaran meliputi pengelolaan peserta didik, perencanaan, perencangan pelaksanaan,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik terhadap potensi yang dimilikinya 1)
menguasai karakteristik peserta didik 2) menguasai teori belajar 3) mengembangkan
kurikulum 4) menyelenggarakan pembelajaran 5) memanfaatkan teknologi informasi 6)
mengembangkan potensi peserta didik 7) berkomunikasi secara efektif 8) melaksanakan
penilaian 9) memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pembelajaran 10) melakukan
reflektif.
Proses

pembelajaran

akan

benar-benar

menyenangkan

jika

guru

mampu

mengemasnya dengan teknologi pembelajaran. Teknologi memiliki peranan penting dalam


menentukan kualitas kehidupan umat manusia mempengaruhi segala aspek kehidupan
sekaligus memengaruhi kualitas budaya dari suatu bangsa. Guru di abad ini
berhadapan dengan kenyataan, bahwa para siswa yang hadir disekolah telah memiliki
kekayaan informasi yang mereka peroleh diluar sekolah seperti televisi dan internet. Menurut
Mulyasa (2011:106) guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemamfaatan teknologi
terutama internet (e-learning). Karena penggunaan teknologi dalam pendidikan dimaksudkan
untuk memudahkan kegiatan pembelajaran dan dapat
diakses dengan mudah oleh peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
28

Untuk mencapai tujuan pembelajaran guru harus mampu menciptakan kondisi


sedemikian rupa agar berbagai potensi dan kemampuan yang beragam itu dapat
dikembangkan secara optimal. Salah satu wahana untuk mengembangkan kemampuan,
potensi, minat dan bakat siswa melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Melalui kegiatan
ekstra kurikuler minat, bakat dan kemampuan siswa akan merasa dihargai dan memiliki
peluang untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal tanpa dihambat oleh berbagai
kegiatan-kegiatan akademik pembelajaran semata.
Kemampuan guru dalam berkomunikasi secara efektif juga manjadi penentu terhadap
keberhasilan proses pembelajaran.Wayne K. Hoy (2008:381) mengatakan communication, in
sum, is a relational process during which sources transmit messages using symbols, signs,
and contextual cues to express meaning, to have receivers construct similiar understandings,
and to influence behavior. Komunikasi merupakan proses relasional di mana sumber
mengirimkan pesan dengan menggunakan simbol-simbol, tanda-tanda, isyarat secara
kontekstual untuk mengungkapkan makna, agar dapat mempengaruhi prilaku dan si penerima
pesan dalam hal ini adalah siswa memiliki pemahaman serupa terhadap apa yang
disampaikan oleh guru
Untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai maka seorang guru
perlu melakukan penilaian. Alan B. Knox (2002:237) mengatakan evaluation of material
typically user citeria, guidelines and rubrics to assess various features that are important for
assessing the quality of specific material maksudnya materi evaluasi biasanya digunakan
sebagai pedoman untuk menilai kualitas tertentu .
Guru harus bisa mengembangkan alat penilaian yang tepat untuk dapat mengukur
kemajuan belajar dan hasil belajar dan memanfaatkan hasil penilaian tersebut untuk
melakukan perbaikan proses atau dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran,
mendiagnosis kelemahan-kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa selama proses
pembelajaran berlangsung atau untuk menjadi bahan refleksi
Tindakan reflektif dalam pembelajaran merupakan tindakan berfikir tentang apa yang
baru dipelajari atau berfikir tentang apa yang sudah dilakukan di masa yang telah lalu
kemudian diadakan perbaikan terhadap proses pembelajaran pada masa yag kan datang.
Reffleksi penting dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya sekaligus
sebagai bahan observasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran itu tercapai.
Salah satu ciri tugas guru sebagai tenaga professional adalah kemampuannya dalam
mengelola dan merefleksikan praktek pembelajaran dengan melakukan perbaikan-perbaikan
secara berkelanjutan berdasarkan pengalamannya.
29

Selain memiliki kompetensi pedagogik sebagaimana yang diuraikan di atas, guru wajib
memiliki kompetensi kepribadian yang utuh yang dapat dijadikan panutan dalam seluruh segi
kehidupan. Dalam Permendiknas No. 16 tahun 2007 membagi indikator kompetensi
kepribadian secara rinci ke dalam 5 sub kompetensi yaitu 1) Bertindak sesuai norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan yang berlaku 2) tampil sebagai pribadi yang jujur dan
berakhlak mulia 3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap 4) menunjukkan etos kerja
dan tanggung jawab yang tinggi dan merasa bangga menjadi guru 5) menjunjung tinggi kode
etik profesi guru.
Norma adalah seperangkat ukuran yang berasal dari nilai-nilai tertentu yang menjadi
dasar untuk menentukan baik buruknya perilaku. Oleh karena itu guru dituntut untuk
bertindak sesuai dengan norma terutama yang berlaku di sekolah karena bagaimanapun guru
merupakan seorang pegawai yang harus tunduk dan patuh terhadap norma dan nilai-nilai
yang ada. Menurut Nasution (2010:78) Guru mempunyai kedudukan sebagai pegawai, dan
dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan yang ditetapkan oleh atasan baik
peraturan yang dibuat oleh pemerintah maupun yayasan. Kesediaan guru dalam mematuhi
peraturan baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat merupakan ciri luhur yang
dapat mengankat dirinya ke tingkat yang lebih bermartabat.
Sehubungan dengan paparan di atas Marselus R Payong (2011:51) mengatakan bahwa
Guru yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai religiositas melalui penghayatan terhadap
ajaran-ajaran agama yang dianutnya dan menjunjung nilai-nilai hukum dan sosial yang sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia akan menempatkan guru sebagai manusia yang
bermartabat dan menjadi salah satu ciri keluhurannya. Dengan kepribadian yang sesuai
dengan norma-norma teesebut seorang guru akan mendapat tempat tersendiri dalam penilaian
siswa sehingga guru tetap dihargai yang akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
pembelajaran guru itu sendiri.
Berdasarkan paparan di atas, sudah seharusnya nilai-nilai Pendidikan Islam yang
diajarkan guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya sekedar berwujud kata-kata kosong yang
disampaikan dalam materi pembelajaran namun lebih dari itu harus teraplikasi dalam
kehidupan nyata sehingga guru dipandang sebagai pribadi yang mampu menananamkan nilainilai kejujuran disamping pengetahuan (kognitif).
Berhadapan dengan siswa yang berasal dari berbagai macam latar belakang guru
haruslah dapat menempatkan diri, mengelola diri dan emosinya sehingga dapat berinteraksi
secara efektif dengan siswa. Disamping itu seorang guru mempunyai tugas utama untuk
membentuk peserta didiknya menjadi manusia seutuhnya (absolute entity). Guru professional
30

adalah guru yang memiliki etos kerja yang tinggi dan bertanggungjawab terhadap tugas atau
pekerjaannya. Etos dapat didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap,
kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Etos kerja berarti kebiasaan
dan keyakinan seseorang yang tercermin dalam sikap yang positif terhadap pekerjaan dan
tetap menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kode etik yang mengatur sikap dan
perilaku profesionalitasnya. Kode etik merupakan pedoman sikap dan perilaku bagi anggota
profesi dalam layanan professional maupun dalam hubungan dengan masyarakat. sehubungan
dengan sikap dan prilaku guru, Sudarwan Danim (2010:100) mengatakan bahwa Kode etik
merupakan norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru sebagai pedoman sikap
dan prilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan
warga negara. Pedoman sikap dan prilaku dimaksud adalah nilai-nilai moral yang
membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan
selama menunaikan tugas-tugas profesionalitasnya untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik serta pergaulan sehari-hari di
dalam dan di luar sekolah
Dengan terlaksananya fungsi-fungsi kompetensi keprofesionalan seperti kompetensi
pedagogik

dan

kompetensi

kepribadian

diharapkan

menjadi

representasi

dalam

mengggambarkan kinerja guru yaitu pekerjaan seorang guru melampaui dari apa yang
diharapkan. Sergiovanni dalam Pupuh Fathurrohman (2012:32) mengatakan kinerja guru erat
kaitannya dengan peningkatan pemberdayaan guru tersebut dimana
guru harus dapat mengkritisi kurikulum secara mandiri, dapat mengelola kelas dan bahan
ajarnya serta dapat meningkatkan cara mengajarnya secara efisien. Kinerja yang
baik akan dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dan motivasi sebagaimana yang dirumuskan
oleh Mitchell dalam Lijan Poltak Sinambela (2012: 9) Kinerja = Kemampuan X Motivasi.
Berdasarkan rumus ini dapat dipahami bahwa kinerja seseorang sama dengan
kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki. Seorang guru yang memiliki kemampuan
mengajar namun tidak disertai dengan motivasi maka tidak akan mencapai hasil kerja yang
baik. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki motivasi tinggi untuk mengajar namun tidak
disertai dengan kemampuan mengajar dengan baik tidaklah mungkin mencapai hasil kerja
dengan baik. Oleh karena itu tercapai atau tidaknya suatu pekerjaan tergantung dari tingkat
kemampuan dan motivasi yang dimiliki oleh guru. tautan antara kemampuan dan motivasi
akan menghasilkan kinerja sebagaimana yang diharapkan.

31

Kaitannya dengan kinerja guru dapat dikemukakan bahwa terdapat dua tugas guru
yang dijadikan acuan untuk mengukur kinerja guru Pendidikan Agama Islam. Pertama tugas
guru yang berkaitan dengan kegiatan proses pembelajaran, kedua tugas guru yang berkaitan
dengan Administrasi serta perencanaan pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil resume buku yang berjudul Kompetensi Pedagogik, Adalah
sebagai berikut :
1. Dalam menunjang proses pembelajaran, guru harus memahami dan melaksanakan
kompetensi guru. Kompensi yang dimiliki oleh guru bukan sebatas pengetahuan
tentang tugas-tugas profesionalnya saja seperti hanya tahu tentang cara-cara
mendidik,

mengajar,

membimbing,

mengarahkan,

melatih,

menilai,

dan

mengevaluasi peserta didik, tetapi pengetahuan itu tidak dijiwai dan tidak
diterapkan oleh guru secara konsekuaen, konsisten dan terampil.
2. Guru harus mampu menguasai karakteristik peserta didik bagi guru pada prinsipnya
agar guru dapat melaksanakan pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan
efesien, serta terhindar dari kesalahan-kesalahan mendidik dan mengajar yang akan
merugikan perkembangan kepribadian peserta didik.
3. Penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik sangatlah
penting bagi guru dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif, efesien dan
optimal.
4. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memliki peranan penting dalam
sistem pendidikan karena dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan
yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga
memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap
peserta didik.
5. Pada prinsipnya, dalam pembelajaran yang mendidik hendaknya berlangsung
sebagai proses atau usaha yang dilakukan peserta didik untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu beriteraksi dengan
lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu banyak
ragamnya baik sifatnya maupun jenisnya. Karena itu tidak semua perubahan dalam
diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Hasil belajar peserta didik
32

dalam proses pembelajaran yang mendidik berupa perubahan tingkah laku yang
disadari, kontinu, fungsional, positif, tetap, bertujuan, dan komprehensif.

B. Saran
Saran dari hasil resume buku yang berjudul Kompetensi Pedagogik, Adalah sebagai
berikut :
1. Perlunya pembinaan dan pengembangan keprofesionala dan karir guru. Pembinaan
dan pengembangan keprofesionalan, meliputi pembinaan kompetensi pedagogik,
kopetens kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Pembinaan
dan pengembangan karir meliputi penugasan, kenaiakan pangkat dan promosi.
2. Guru diharapkan untuk lebih meningkatkan kompetensi pedagogik khususnya pada
aspek memahami wawasan atau landasan kependidikan. Memahami wawasan atau
landasan kependidikan mutlak diperlukan guru karena dari situ guru harus
memahami tujuan pendidikan yang sedang dilaksanakannya, mengenal fungsi
sekolah yang sebenarnya tidak hanya sebagai tempat belajar siswa, dan mengenal
dan memahami siswa secara psikologis untuk lebih bisa dekat dengan siswa.
Dengan guru lebih meningkatkan wawasan atau landasan kependidikan diharapkan
guru mampu memahami peserta didik secara keseluruhan, mengajarkan nilainilai
sosial, menempatkan diri sebagai guru yang dapat menjadi suritauladan yang baik
bagi peserta didiknya.
3. Guna meningkatkan kompetensi dan kinerja serta menambah wawasan guru
seharusnya mengikuti forum-forum diskusi, seminar tentang pendidikan, serta
penataran-penataran yang diadakan oleh lembaga-lembaga baik formal
maupun non-formal.
4. Sebagai seorang profesional guru seharusnya melaksanakan pendidikan dengan
berpedoman pada syarat-syarat keprofesionalan guru yang salah satunyaa yakni
memiliki, menguasai, serta mengaplikasikan empat kompetensi dasar dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya

33

Daftar Pustaka
Amin. M, Anurrohman dan Thamrin M. 2013. Hubungan Kompetensi Pedagogik
Dan Kompetensi Kepribadian Dengan Kinerja Guru. Pontianak:
Program Magister Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Tanjung
Pura Pontianak.
Irwanto. Nur dan Suryana Y. 2016. Kompetensi Pedagogik Untuk
Peningkatan dan Penilaian Kinerja Guru dalam Rangka Implementasi
Kurikulum Nasional. Sidoarjo: Genta Grup Production.

34

Anda mungkin juga menyukai