KOMPENTENSI PEDAGOGIK
UNTUK PENINGKATAN DAN PENILAIAN KINERJA GURU DALAM RANGKA
IMPLEMENTASI KURIKULUM NASIONAL
Dibuat Oleh:
Ade Suryansyah S
NIM. 1604721
IDENTITAS BUKU
Judul
Penulis
Tahun Terbit
: 2016
Penerbit
Jumlah Halaman
: 554
IDENTITAS MAHASISWA
Nama
: Ade Suryansyah S
NIM
: 16
Program Studi
Perguruan Tinggi
BAB I
RESUME BUKU
BAB I BUKU
Pendahuluan
A. Kopetensi yang Wajib Dikuasai oleh Guru
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,
pasal 1 dan 2 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Jelas demikian guru disemua jenjang pendidikan seharusnya pendidik
profesional yang sememstinya ahli, mahir, cakap, dan memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta berpendidikan profesi dan berpenghasilan layak.
Sebagai pendidik profesional guru wajib memiliki kompetensi, yakni seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (UU RI No 14 Tahun 2006).
Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 pasal 10 ayat (1) berikut empat kompetensi yang
wajib dimiliki seorang guru:
1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik
3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara
luas dan mendalam
4. Kompetensi sosial adalah kemempuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/ wali peserta
didik dan masyarakat sekitar.
B. Pentingnya Kompetensi Pedagogik
Secara etimologis, pedagogik berasal dari kata Yunani paedos yang berarti anak lakilaki, dan agogos artinya mengantar, membimbing. Dengan demikian, pedagogik secara
harfiah berarti membantu anak laki-laki pad zaman Yunani kuno yang pekerjaannya
mengantarkan anak majikan ke sekolah. Menurut Hoogveld, pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan terrentu yaitu, yaitu supaya kelak
3
mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik ilmu mendidik anak
(Sadulloh, dkk, 2012:2)
Dalam PP RI No. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan , pejelasan ayat 28 ayat (3)
butir (a) dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan,
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik utuk
mengaktulisasikan sebagai pentensi yang dimilikinya.
C. Kompetensi Pedagogik untuk Penilaian dan Peningkatan Kinerja Guru
Penilaian Kinerja Guru (PKG) berdasarkan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010
tentang Petunjuk Teknis Pelaksaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Pasal (4)
mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2013. Penilaian Kinerja Guru didasarkan pada empat
domain kompetensi, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik, terdiri dari tujuan kompetensi:
a. Menguasai kepribadian peserta didik.
b. Mengusai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Pengembangan Kurikulum.
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik.
e. Pengembangan potensi peserta didik.
f. Komukasi dengan peserta didik.
g. Penilaian dan evaluasi.
2. Kompetensi Kepribadian, terdiri dari tiga kompetensi:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional.
b. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan.
c. Etos kerja, rasa tanggung jawab tinggi dan rasa bangga menjadi guru.
3. Kompetensi Sosial, terdiri dari dua kompetensi:
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif.
b. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik,
dan masyarakat.
4. Kompetensi Profesional, terdiri dari dua kompetensi:
a. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
b. Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.
BAB II BUKU
Kompetensi 1
Menguasai Karakteristik Peserta Didik.
A. Pentingnya Menguasai Karakteristik Peserta Didik bagi Guru.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknik Pelaksanaan Jabatan Fsngional Guru dan Angka
Kreditnya (Kemendiknas, 2011: 26) bahwa salah satu kompetesi pedagogik yang harus
dikuasai dan dilaksanakan oleh guru sebagai upaya mewujudkan kinerja yang efektif dan
optimal adalah menguasai karakteristik peserta didik. Menurut Mukhtar dan Iskandar ada
beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru dari hasil kajian terhadap karakteristik peserta
didik yang dihadapi guru dikelas:
1. Guru memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kemampuan awal
peserta didik, yang berfungsi sebagai Prere Kuisit bagi bahan baru yang akan
disampaikan.
2. Guru akan memperoleh gambaran tentang luas dan jenis pengalaman yang telah
dimiliki oleh peserta didik.
3. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial kultur para peserta didik.
4. Guru dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkemabangan peserta didik,
baik jasmani maupun rohani.
5. Guru dapat mengetahui aspirasi dan kebutuhan peserat didik.
6. Guru mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang diperoleh oleh peserta
didik sebelumnya.
7. Guru dapat mengetahui penguasaan bahasa peserta didik baik lisan maupun tulisan.
8. Guru dapat mengetahui sikap dan nilai yang menjiwai peserata didik.
B. Kompetansi Guru dalam Menguasai Karakteristik Peserta Didik.
Berikut indiakator kompetensi atau kinerja menguasai peserta didik diantaranya sebagai
berikut:
1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik dikelasnya.
2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada
seua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.
4. Guru mencoba mengetaui penyebab penyimpangan prilaku peserta didik untuk
mencegah agar prilaku tersebut.
5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.
5
pengetahuannya.
Memproses peserta didik melalui pembelajaran yang mendidik.
Memahami perkembangan peserta didik secara holistik.
Memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan karakter peserta didik.
Melaksanakan pembelajaran/ pendidikan yang menghargai perbedaan peserta didik.
Memberi pengaruh yang baik bagi peserta didik.
Memperhatikan perbedaan peserta didik yang membutuhkan pelayanan pendidikan
yang berbeda.
9. Menjadikan peserta didik sebagai pusat perhatian dan aktivitas pembelajaran dan
pendidikan.
10. Memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik secara holistik.
a. Hakikat belajar dan pembelajaran yang mendidik serta implikasinya bagi duru dalam
pelaksaan pembelajaran
b. Teori-teori pembelajaran dan implikasinya bagi guru dalam pelaksaan pembelajaran
c. Prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dan implikasinya bagi guru dalam
pelaksaan pembelajaran.
d. Pendekatan, strategis, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik.
C. Menguasai Teori Belajar dan Merangkapnya dalam Pembelajaran.
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang dalamnya tergantung beberapa aspek,
yakni sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
dalam pembelajaran.
Diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diteapkan.
Subjek pembelajaran adalah peserta didik
Membuat peserta didik belajar secara bagi peserta didik.
Tersedianya sumber belajar bagi peserta didik
Merupakan subset khusus dari pendidikan
BAB IV BUKU
Kompetensi 3
Pengembangan Kurikulum
A. Pentingnya Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam
sistem pendidikan karena dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang
harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan
pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa (Sanjaya, 2008: 23)
(perbedaan)
halus
antara
konsep
pendidikan
dan
konsep
Pembelajaran. Tujuan Instruksional merupakan hasil belajar bagi siswa setelah melakukan
proses belajar di bawah bimbingan guru dalam kondisi yang kondusif. Tujuan Instruksional
atau tujuan Pembelajaran melingkupi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus (TUP dan TKP atau TIU dan TIK). Dan ditegaskan pada Undang-Undang Pendidikan
dan Pengajaran Republik Indonesia Serikat No. 4/1950 yang kemudian menjadi UU
Pendidikan dan Pengajaran RI No. 12/1954, pada Bab II Pasal 3, menyebutkan tentang
Tujuan Pendidikan dan Pengajaran:
Tujuan Pendidikan dan Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah
air
Maka untuk mencapai tujuan mulia tersebut, perlu guru yang berkualitas juga. Lembaga
pendidikan tinggi yang bertugas menyiapkan para guru yang berkualitas tentu memiliki
tanggung jawab yang besar agar output dari mahasiswa nya bisa menjadi guru yang baik.
D. Merencanakan Pembelajaran
Guru sebagai pekerjaan profesional tentu saja dituntut melakukan perencanaan sebelum
melakukan pembelajaran sebagai pekerjaannya. Merencanakan kegiatan pembelajaran sangat
penting dan perlu sebagai guru sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
lebih terarah, efesien, dan efektif.
BAB V BUKU
Konpetensi 4
Pembelajaran yang mendidik
A. Pentingnya Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik
Pendidikan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, maksud pendidikan, dan
standar proses pendidikan itulah yang dapat disebut sebagai kegiatan pembelajaran yang
mendidik. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran memiliki arti dan peranan penting bagi
pencapaian tujuan nasional.
10
B. Kompetensi dan Kinerja Guru dalam Pelaksanakan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik
Adapun indikator atau kinerja pada kegiatan pembelajaran yang mendidik adalah
sebagai berikut:
a. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rencana yang tellah disusun
secara lengkap.
b. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang membantu proses belajar peserta
didik.
c. Guru mengomunikasiakan informasi baru sesuai dengan usia peserta didik.
d. Guru menyikapi kesalahan yang dilakkan peserta didik sebagai tahapan proses
pembelajaran
e. Guru mampu menyusuaikan aktifitas pemeblajaran yang dirancang dengan kondisi
kelas
f. Guru melaksanakan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum
C. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran yang Mendidik
Corey mendefinisikan pemebelajaran sebagai suatu proses saat lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus
atau menghasilakan respon terhadap siatuasi tertentu, pembelajaran merupakan bagian khusus
dalam pendidikan.
D. Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik
Rencana pembelajaran yang mendidik adalah penetapan tujuan, materi, pendkatan/
metode, sumber dan media, serta alat evaluasi pembelajaran secara tepat sistematis untuk
dijadikan acuan dan pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang
membelajarkan peserta didik secarra aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan sepiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak dan
psikologis peserta didik.
E. Menyelenggarakan Pembelajaran yang Sesuai dengan Kebutuhan
Peranan guru akan berimbas pada hubungannya dengan lingkungannya. Dalam dunia
pendidikan, hubungan guru dan murid dalam proses belajar mengajar harus dioptimalkan
dengan baik. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, proses interakasi antara guru dan
muridnya harus harmonis dan berkesinambungan. Ketika guru memberikan materi dibarengi
dengan sikap yang tidak disukai siswa maka materi yang diberikan tidak akan bisa diterima
dengan baik oleh siswa. Begitu juga sebaliknya, jika guru menyampaikan sesuatu di depan
11
kelas tetapi banyak siswa yang tidak semangat dan tidak memperhatikan maka materi yang
diajarkan pun tak akan tersampaikan dengan baik.
BAB VI BUKU
Kompetensi 5
A. Guru Sebagai Pendidik
1. Syarat-Syarat Menjadi Guru Yang Baik
a. Berijazah
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik
d. Bertanggung jawab
e. Berjiwa nasional
2. Sikap dan Sifat-Sifat Guru yang Baik
a. Adil
b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya
c. Sabar dan rela berkorban
d. Memilki perbawa (gezag) terhadap anak
e. Penggembira
f. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
g. Bersikap baik terhadap masyarakat
h. Benar-benar menguasai mata pelajaran
i. Suka kepada mata pelajaran yang diberikan
j. Berpengetahuan luas
B. Segi-Segi Pendidikan
1. Mengajar dan Mendidik
Pendidikan lebih luas dari pada pengajaran. Pendidikan merupakan pendidikan
keseluruhan, merupakan pembentukan kepribadian. Pendidikan meliputi segala usaha yang
dilakukan dalam hal mendidik.
Pengajaran salah satu segi dari pendidikan. Pengajaran merupakan salah satu usaha dari
pendidikan keseluruhan. Jadi, pendidikan lebih luas daripada pengajaran.
Disamping itu juga bisa dipahami bahwa tidak semua perbuatan mengajar adalah
mendidik. Setiap perbuatan mendidikselalu dilakukan dengan sadar dan sengaja, dan
mempunyai tujuan tertentu yang baik, demi kepentingan perkembangan diri pribadi anak
didik. Jadi, tujuan perbuatan itu adalah demi kepentingan dan kebutuhan anak didik, bukan
untuk kepentingan dan kebutuhan si pendidik yang lain.
2. Segi- Segi Pendidikan
Pembagian segi-segi atau macam-macam pendidikan itu ialah sebagi berikut:
a. Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan jasmani pun membentuk kepribadian, antara lain;
1) Untuk menjaga dan memelihara kesehatan badan
12
pelajaran
membaca,
menulis,
13
Mengingat ketiga aspek tersebut, maka sebenarnya pendidikan agama di sekolahsekolah buakn hanya menjadi tugas dan tanggung jawab guru-guru agama, melainkan
merupakan tanggung jawab semua guru.
D. Pendidikan kesusilaan
Tujuan pendidikan kesusilaan adalah memimpin anak setia serta mengerjakan segala
sesuatu yang baik, dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan
setiap waktu. Pendidikan kesusilaan mendidik anak menjadi orang yang berkepribadian dan
berwatak baik.
Dasar-dasar pendidikan kesusilaan:
1) Anak-anak harus diajar supaya dapat membedakan yang baik dari yang buruk
2) Anak-anak hendaklah dididik agar berkembang perasaan cintanya terhadap segala
sesuatu yang baik dan membenci segala sesuatu yang buruk.
3) Anak-anak harus dibiasakan mengerjakan segala sesuatu yang baik dan menjauhi
yang buruk, atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu.
Sumber-sumber kesusilaan:
1) Agama
2) Negara
3) Masyarakat
4) Pribadi
5) Filsafat dan ilmu
E. Pendidikan keindahan
Cita rasa pada tiap-tiap orang itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1) Pembawaan dan bakat seseorang
2) Lingkungan (milieu)
3) Aliran seni dan mode
4) Umur
5) Nama dan kemashuran pencipta
6) Perbedaan jenis kelamin
Dasar-dasar pendidkan keindahan yaitu:
1) Memberikan teori dan praktik
2) Membentuk kemauan, menanamkan perasaan cinta
Pendidikan keindahan tidak terlepas dari (kebersihan, kesehatan, keindahan) K3
Usaha-usaha pendidik dalam pendidikan keindahan.
14
guna
kepentingan
pengajaran.
Kemudain
operasionalisasinya
dalam
melaksanakan interaksi belajar mengajar guru juga harus memahami dan dapat melaksanakan
item-item keterampilan mengajar. Untuk itu perlu mengadakan microteaching, sebagai
program latihan mengelola interaksi belajar mengajar.
Keterampilan mengajar secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok
sesuai dengan lembar-lembar kegiatan microteaching :
1. Aspek materi, terdiri dari item-item:
a. interes;
b. titik pusat;
c. rantai kognitif;
d. kontak;
e. penutup.
2. Modal kesiapan, terdiri dari item-item:
a. gerak;
b. suara;
c. titik perhatian;
d. variasi media;
e. variasi interaksi;
f. isyarat;
16
g. waktu selang.
3. Keterampilan operasional, terdiri dari item-item:
a. membuka pelajaran;
b. mendorong dan melibatkan siswa;
c. mengajukan pertanyaan;
d. menggunakan isyarat nonverbal;
e. menanggapi siswa.
H. Hakikat Anak Didik
Bagaimaan manusia bertingkah laku, apa yang menggerakkan manusia sehingga
mampu mendinamisasikan dirinya dalam perilaku kehidupan. Dalam hal ini ada beberapa
pandangan mengenai hakikat manusia yaitu:
1. Pandangan Psikoanalitik
Pandangan ini menganggap bahwa manusia pada hakikatnya digerakkan oleh
dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku manusia
ditentukan oleh kekuatan psikologis yang memang sejak semula suda ada pada setiap diri
individu. Dalam hal ini individu tidak memegang kendali atau tidak menentukan atas
nasibnya sendiri, tetapi tingkah laku seseorang itu semata-mata diarahkan untuk memuaskan
kebutuhan dan insting biologisnya. Selanjutnya Brend mengemukakan bahwa struktur
kepribadian indivisu seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: id, ego dan super-ego.
Id atau Das Es adalah aspek biologis kepribadian yang orisinil. Id (Das Es) meliputi
berbagai insting manusia yang mendasari perkembangan individu. Lalu ego atau das ich. Ego
atau das ich ini merupakan aspek psikologis kepribadian yang timbul dari kebutuhan
organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis. Di dalam fungsinya
ego berpegang pada prinsip realitas karena akan menjadi penghubung antara id dengan dunia
luar.
Tetapi perlu diketahui bahwa tingkah laku pribadi individu tidak hanya dijalankan
oleh fungsi id dan ego, tetapi juga oleh unsur super-ego (das uber ich). Super-ego atau das
uber ich adalah aspek sosiologis kepribadian yang merupakan wakil nilai-nilai serta cita-cita
masyarakat menurut tafsiran orang tua kepada anak-anak nya, yang diajarkan dengan
berbagai perintah dan larangan. Super-ego lebih merupakan hal yang bersifat ideal daripada
hal riil, lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan.
2. Pandangan Humanistik
Rogers, tokoh dari pandangan humanistik berpendapat bahwa manusia memiliki
dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif. Dikatakan bahwa manusia itu
17
berkembang dan berubah untuk menjadi pribadiu yang lebih maju dan sempurna. Manusia
adalah individu dan anggota masyarakat yang dapat bertingkah laku secara memuaskan.
Adler mengungkapkan bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk
memuaskan kebutuhan dirinya tetapi juga oleh rasa tanggung jawab sosial dan untuk
mencapai sesuatu.
Manusia selalu melibatkan dirinya untuk mewujudkan dirinya dan menemukan
dirinya. Sebagai makhluk individu mauapun sebagai anggota masyarakat dan ciptaan tuhan
Yang Maha Esa.
1. Pandangan Martin Buber
Martin Buber mengatakan bahwa hakikat manusia tidak bisa dikatakan ini atau
itu. Manusia itu keberadaan yang berpotensi tetapi terbatas pada semesta alam. Ini berarti
apa yang dilakukan tidak dapat diramalkan.
Manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat. Inilah fitrah manusia yang diciptakan
Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi manusia yang baik pun kadang-kadang melanggar aturan.
Dalam dinamika kehidupan manusia akan senantiasa ditandai dengan sejarah kemanusiaan
sejati, melalui berbagai ketidak pastian, perjuangan dan kegagalan.
2. Pandangan Behavioristik
Manusia adalah makhluk relatif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari
luar. Faktor lingkungan inilah yang merupakan penentu tunggal dari tingkah laku manusia.
maka kepribadian individu dikembalikan lagi pada hubungan individu itu dengan
lingkungannya.
Untuk memahami peserta didik sebagai subjek belaajr ada beberapa pengertian pokok
yang yang harus dipahai, pengertian tersebut adalah
a. Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya.
b. Pada diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggungjawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial individu.
c. Manusia mampu mengontrol dirinya ke arah yang positif dan mampu menentukan
dirinya sendiri.
d. Manusia pada hakikatnya dalam proses menjadi, akan berkembang terus.
e. Dalam dinamika individu selain melibatkan dirinya untuk mewujudkan diri sendiri,
membantu orang lain dan membuat dunia menjadi lebih baik.
18
evaluator. Dalam kaitan ini perlu diciptakan hubungan baik antara guru dan siswa, termasuk
pengembangan hubungan-hubungan secara informal dan contact-hours. Dalam melaksanakan
semua tugasnya, guru sebagai tenaga professional memerlukan adanya kode etik guru. Kode
etik guru merupakan pedoman tingkah laku guru dalam berinteraksi dengan subjek didik.
Kode etik guru juga sekaligus sebagai penangkal dari kecenderungan tingkah laku guru yang
akan menyeleweng. Kode etik guru terdiri dari 9 item yang pada prinsipnya membantu
kesuksesan pekerjaan demi kepentingan anak didik.
J. Konsep Belajar Dan Mengajar
Seseorang belajar karena berinterkasi dengan lingkungannya dalam rangka untuk
mengubah tingkah laku. Belajar dapat dikatakan sebagai serangkaian upaya perubahan
tingkah laku seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru dan lain sebagainya. Dengan
kata lain sebagai kegiatan psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Oleh
karena itu belajar ada proses internalisasi, sehingga akan menyangkut matra kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Belajar memiliki banyak prinsip antara lain, harus ada aktivitas untuk menunjukkan
potensinya, perlu motivasi dan keadaan siswa yang perlu diperhitungkan. Tujuan belajar
terdiri dari instructional effects dan nurturant effect. Belajar ditujukan untuk mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap.
Beberapa teori tentang belajar adalah teori menurut Ilmu Jiwa Daya, Ilmu Jiwa
Gestalt dan Ilmu Jiwa Asosiasi. Dalam ilmu jiwa asosiasi, ada dua jenis teori yang sangat
terkenal yaitu Konektionisme dan Conditioning. Dari berbagai teori yang ada kelihatannya
berbeda tetapi sebenarnya ada persamaan yang tercermin pada prinsip umum, bahwa untuk
mengajar memerlukan: motivasi, pengakuan, adanya kesulitan/hambatan, adanya aktivitas
dan berbagai respons.
Di dalam belajar terdapat banyak faktor yang memperngaruhi salah satu faktor
psikologis. Ada beberapa macam faktor psikologis dalam belajar, misalnya motivasi,
konsentrasi, reaksi pemahaman, organisasi, ulangan dan bermacam-macam yang lainnya
seperti perhatian, minat, fantasi, faktor ingin tahu, sifat kreatif, dan lain-lain. Kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar adalah mengajar. Mengajar adalah menciptakan
kondisi yang kondusif agar berlangsung suatu kegiatan belajar mengajar yang bermakna dan
optimal. Mengajar juga menyangkut transfer of knowledge dan mendidik yang transfer of
values. Dengan demikian, akan dapat mengoptimalkan kegiatan belajar dengan hasil yang
bermakna. Ciri dari hasil belajar yang bermakna adalah tahan lama dan asli/otentik.
20
21
Bahwa pengaruh itu datang dari orang dewasa atau dari unsur-unsur yang diciptakan
oleh orang dewasa seperti sekolah, buku teks pelajaran, peraturan hidup keseharian,
dan lain-lain, dan pengaruh itu ditujukan kepada anak yang belum dewasa.
Pihak pendidik yang dalam bergaul dengan sukarela mampu bertindak secara
intensional dengan sengaja mewakili dunia orang dewasa untuk membantu anak
menjadi dirinya sendiri dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah ataupun untuk
mencapai kedewasaan.
Anak atau subjek didik yang berakses pergaulan dengan pendidik dan perlu
pengaruh pendidikan untuk mengembangkan potensi-potensinya.
Tindak perbuatan (alat) pendidikan yang perlu sesuai dengan kompetensi pendidik
dan bentuk ketidakdewasaan subjek didik dan kondisi sewaktu-waktu.
Faktor psikologis dan dialogis yaitu sejenis hubungan atau relasi antar pribadi yang
disebut dengan hubungan kewibawaan, yaitu hungan kasih timbal balik dan saling
mempercayakan diri (menyerahkan diri) karena itu dapat dipandang sebagai faktor
inti dari situasi pendidikan (Langeveld 1974).
Faktor perkara yang berupa isi pendidikan, yaitu a) pengetahuan dan informasi
tentang kenyataan, dan b) nilai-nilai budaya lokal yang universal didapat anak dari
perkara perbuatan pendidik dan alam sekitar berdasarkan adanya situasi pergaulan
yang telah dialaminya. (Imelman; dalam Zanti Arbi, 1988).
Tanpa landasan relasi pergaulan maka tak mungkin terjadi atau tercipta gejala mendidik
yang efektif. Keenam faktor yang pertama telah ditegaskan oleh Langeveld (1945;1974) dan
faktor ke-7 diperjelas oleh tokoh pedagogik Belanda lainnya JD. Imelman (1978; dalam Zanti
Arbi, 1988).
L. Kewibawaan Pendidikan
Keseluruhan masalah ilmu pedagogik pada dasarnya terdapat pada sekitar masalah
hubungan antara pendidik dengan terdidik. Apabila dilihat dari ungkapan orang itu
22
berkewibawaan, sebenrnya dapat saja ditarik simpulan bahwa kewibawaan itu merupakan
suatu sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu analisis tentang
kewibawaan pendidikan serta perbedaanya dengan situasi pergaulan memerlukan pendekatan
fenomenologis agar mampu mengembangkan konsep kewibawaan.
Kewibawaan tidak dimiliki sebagai kekuasaan secara sepihak melainkan kewibawaan
adalah keterhubungan atau hubungan itu sendiri sebagai interelasi antara pihak yang
mengembagkan kewibawaan dan pihak lainnya yang mengakui kewibawaan merupakan
sikap kepatuhan. Jadi, analisis pedagogis tidak seperti filsafat pendidikan yang berobjek
pendidik dimana pendidik diakui posisinya untuk langsung ataupun lambat laun
memperlakukan anak atau subjek didik sebagai peserta didik. Adanya batas bawah yaitu
dimulainya potensi komunikasi atau hubungan kewibawaan atas dasar pemahaman anak
tentang bahasa percakapan orang dewasa. Sampai menjelang usia tiga setengah tahun, anak
hanya mungkin tunduk atau sebaliknya semasa usia dibawah lima tahun (balita) sampai 8
tahun orang dewasa yang perlu tunduk atau mengalah. Khususnya untuk anak-anak atau
kanak-kanak dibawah usia empat tahun belum mungkin meneria kewibawaan karena ; 1.
Belum mengenal akunya sehingga berlaku keras kepala dan belajar dari keras kepala, dan
2. Bahasa anak sebatas egosentrik dan belum dapat berbahasa melebihi bahasa ibu
(Brubacher, 1949).
Begitulah perkembangna kewibawaan dalam pendidikan menjadi pembinaan
komunikasi antara sesama dan komunikasi dengan diri atau pribadi sendiri.
M. Tujuan Pendidikan
Tujuan sejati dalam pendidikan dikenal sebagai tujuan umum (Langeveld, 1945;1074).
Tujuan umum pendidikan yang diutamakan dalam pedagogik sebagai ilmu teoritik ialah
tujuan umum pendidikan anak sebagai goals, yaitu tujuan umum yang perlu dan berlaku
umum untuk semua anak lintas negara dan lintas pandnagan hidup sebelum anak diterima
sebagai anggota masyarakat sepenuhnya. Jadi, konsep tujuan pendidikan sbeenarnya
merupakan tujuan-tujuan pokok dari pendidikan itu sendiri.
a. Pengkhususan tujuan pendidikan
Atas dasar analisis tersebut, diharapkan agar pendidik, sarjana pendidikan, dan pemerhati
pendidikan tak kehilangan fokus Langeveld (1945;1974) membebaskan antara :
Tujuan lengkap dan tujuan-tujuan tak lengkap pendidikan dilihat dari kelengkapan
aspek-aspek kepribadianmu.
Dalam hal ini tidak ada tujuan yang hendak dicapai dalam jangka pendek, melainkan
melalui tujuan jangka panjang dan jangka menengah. Kedewasaan tentu saja merupakan
tujuan umum, tujuan esensial, tujuan lengkap dan tujuan akhir dari pendidikan.
b. Karakteristik kedewasaan
Kedewasaan sebagai tujuan pendidikan esensial dan berlaku umum pada semua
perdaban, lintas budaya dan juga negara. Menurut Langeveld (1945;1974) dan secara garis
besar tetapi prinsipiil, hal ini mampu diwujudkan ketika manusia muda mulai mencapai
kedewasaan, yaitu pada anak alki-laki dan anak perempuan yang meningkat dewasa, yaitu :
Kedewasaan lebih bersifat statis, stabil, padu dan tertutup walaupun usia dan
pengalaman bertambah.
Kedewasan merupakan tanggung jawab tentang diri sendiri dan terintegrasi dengan
rasa hormat, menghargai dan peduli pada harkat sesama dan pada lingkungan.
Kedewasaan berarti bersedia diuji atau diadili dalam pergaulan hidup eksternal
berhubung komitmennya untuk menilai perilaku sendiri secara internal yang relevan
dengan nilai-nilai pilihan dan kepedulian pada kesejahteraan umum.
Tentu saja tidak ada kedewasaan yang sempurna atau mutak walaupun bisa saja semua
situasi pendidikan tertuju pada norma kedewasaan lokal dan nilai universalnya. Menurut
Langveld (1945;1974) dan Imelman (1982), menurut Zanti Arbi (1988) menyatakan hal yang
sama bahwa dalam situasi pendidikan terjadi suatu proses dimana anak sebagai terdidik
24
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak bergulirnya reformasi, kualitas pendidikan nasional dinilai belum memiliki
kualitas yang memadai dan secara faktual ada kesenjangan antara pelaksanaan pendidikan
dengan aturan normatif yang termaktub dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Kondisi ini memperjelas bahwa arah dan pelaksanaan pendidikan
bangsa ini cenderung ambivalensi.
Beberapa indikator yang dijadikan penilaian terhadap rendahnya kualitas pendidikan
tanah air dapat diperhatikan, diantaranya melalui lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi
yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimilikinya dan
25
hingga saat ini Humant Development Indek bangsa ini masih berada pada posisi yang kurang
menggembirakan.
Menurut Janawi (2011:2) Peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia
menempati peringkat ke-111 dari 117 Negara pada tahun 2004, peringkat ke-110 pada tahun
2005, dan peringkat ke-108 pada tahun 2010. Walaupun tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan tapi belum cukup signifikan dan Indonesia masih kalah bersaing dengan negara
tetangga seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand dan Vietnam. Mulyasa (2011:3)
rendahnya daya saing sebagai indikator bahwa pendidikan belum mampu menghasilkan
seumber daya manusia yang berkualitas.
Banyak pihak menuduh bahwa rendahnya kualitas pendidikan nasional ini tidak
terlepas dari minimnya kompetensi yang dimiliki oleh pendidik atau guru. Guru dalam
kontek pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan guru
menjadi garda terdepan dalam proses pelaksanaan pendidikan sehingga ada kesan, jika ingin
memperbaiki kualitas pendidikan maka perhatikanlah kesejahteraan dan kompetensi guru
yang mengajar.
Untuk memperbaiki kualitas dan kompetensi guru, pemerintah telah mengeluarkan
Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menjelaskan bahwa guru
harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV dan memiliki empat standar
kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial (pasal 10). Keempat kompetensi tersebut kemudian dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sebagaimana
yang tertuang dalam pasal 28 dan penjelasannya,
26
27
tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan memandang perlu untuk memberikan
sertifikat bagi guru melalui uji kompetensi guna meningkatkan kinerja mereka. Begitu pula
dengan Guru Pendidikan Agama Islam sebagai tenaga pendidik juga harus menjadi guru
profesional. Jika guru yang tersertifikasi dianggap sebagai pekerja profesional maka guru
tersebut berhak mendapat imbalan yang sesuai dengan profesionalismenya. Undang-Undang
Nomor 14 tahun 2005 pasal 15 dan 16 menyebutkan bahwa guru profesional yakni guru yang
telah tersertifikasi selain mendapatkan gaji dan tunjangan-tunjangan lain berhak pula
mendapat tunjangan profesional sebesar satu kali gaji pokok PNS pada tingkat, golongan dan
masa kerja yang sesuai.
Dalam kenyataannya kinerja guru lulus sertifikasi diasumsikan dinilai banyak
kalangan masih rendah karena minimnya pemahaman guru terhadap teori belajar dan
rancangan pembelajaran, kurangnya disiplin kepribadian seperti datang terlambat dan kurang
patuh terhadap aturan atau norma yang berlaku di satuan kerja masing-masing serta
minimnya dalam memanfaatkan tekhnologi pembelajaran merupakan indikator
rendahnya kinerja guru.
Mulyasa (2011:79) mengatakan kompetensi pedagogik sangat penting karena menjadi
penentu bagi keberhasilan proses belajar yang langsung menyentuh kemampuan
pembelajaran meliputi pengelolaan peserta didik, perencanaan, perencangan pelaksanaan,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik terhadap potensi yang dimilikinya 1)
menguasai karakteristik peserta didik 2) menguasai teori belajar 3) mengembangkan
kurikulum 4) menyelenggarakan pembelajaran 5) memanfaatkan teknologi informasi 6)
mengembangkan potensi peserta didik 7) berkomunikasi secara efektif 8) melaksanakan
penilaian 9) memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pembelajaran 10) melakukan
reflektif.
Proses
pembelajaran
akan
benar-benar
menyenangkan
jika
guru
mampu
Selain memiliki kompetensi pedagogik sebagaimana yang diuraikan di atas, guru wajib
memiliki kompetensi kepribadian yang utuh yang dapat dijadikan panutan dalam seluruh segi
kehidupan. Dalam Permendiknas No. 16 tahun 2007 membagi indikator kompetensi
kepribadian secara rinci ke dalam 5 sub kompetensi yaitu 1) Bertindak sesuai norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan yang berlaku 2) tampil sebagai pribadi yang jujur dan
berakhlak mulia 3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap 4) menunjukkan etos kerja
dan tanggung jawab yang tinggi dan merasa bangga menjadi guru 5) menjunjung tinggi kode
etik profesi guru.
Norma adalah seperangkat ukuran yang berasal dari nilai-nilai tertentu yang menjadi
dasar untuk menentukan baik buruknya perilaku. Oleh karena itu guru dituntut untuk
bertindak sesuai dengan norma terutama yang berlaku di sekolah karena bagaimanapun guru
merupakan seorang pegawai yang harus tunduk dan patuh terhadap norma dan nilai-nilai
yang ada. Menurut Nasution (2010:78) Guru mempunyai kedudukan sebagai pegawai, dan
dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan yang ditetapkan oleh atasan baik
peraturan yang dibuat oleh pemerintah maupun yayasan. Kesediaan guru dalam mematuhi
peraturan baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat merupakan ciri luhur yang
dapat mengankat dirinya ke tingkat yang lebih bermartabat.
Sehubungan dengan paparan di atas Marselus R Payong (2011:51) mengatakan bahwa
Guru yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai religiositas melalui penghayatan terhadap
ajaran-ajaran agama yang dianutnya dan menjunjung nilai-nilai hukum dan sosial yang sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia akan menempatkan guru sebagai manusia yang
bermartabat dan menjadi salah satu ciri keluhurannya. Dengan kepribadian yang sesuai
dengan norma-norma teesebut seorang guru akan mendapat tempat tersendiri dalam penilaian
siswa sehingga guru tetap dihargai yang akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
pembelajaran guru itu sendiri.
Berdasarkan paparan di atas, sudah seharusnya nilai-nilai Pendidikan Islam yang
diajarkan guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya sekedar berwujud kata-kata kosong yang
disampaikan dalam materi pembelajaran namun lebih dari itu harus teraplikasi dalam
kehidupan nyata sehingga guru dipandang sebagai pribadi yang mampu menananamkan nilainilai kejujuran disamping pengetahuan (kognitif).
Berhadapan dengan siswa yang berasal dari berbagai macam latar belakang guru
haruslah dapat menempatkan diri, mengelola diri dan emosinya sehingga dapat berinteraksi
secara efektif dengan siswa. Disamping itu seorang guru mempunyai tugas utama untuk
membentuk peserta didiknya menjadi manusia seutuhnya (absolute entity). Guru professional
30
adalah guru yang memiliki etos kerja yang tinggi dan bertanggungjawab terhadap tugas atau
pekerjaannya. Etos dapat didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap,
kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Etos kerja berarti kebiasaan
dan keyakinan seseorang yang tercermin dalam sikap yang positif terhadap pekerjaan dan
tetap menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kode etik yang mengatur sikap dan
perilaku profesionalitasnya. Kode etik merupakan pedoman sikap dan perilaku bagi anggota
profesi dalam layanan professional maupun dalam hubungan dengan masyarakat. sehubungan
dengan sikap dan prilaku guru, Sudarwan Danim (2010:100) mengatakan bahwa Kode etik
merupakan norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru sebagai pedoman sikap
dan prilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan
warga negara. Pedoman sikap dan prilaku dimaksud adalah nilai-nilai moral yang
membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan
selama menunaikan tugas-tugas profesionalitasnya untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik serta pergaulan sehari-hari di
dalam dan di luar sekolah
Dengan terlaksananya fungsi-fungsi kompetensi keprofesionalan seperti kompetensi
pedagogik
dan
kompetensi
kepribadian
diharapkan
menjadi
representasi
dalam
mengggambarkan kinerja guru yaitu pekerjaan seorang guru melampaui dari apa yang
diharapkan. Sergiovanni dalam Pupuh Fathurrohman (2012:32) mengatakan kinerja guru erat
kaitannya dengan peningkatan pemberdayaan guru tersebut dimana
guru harus dapat mengkritisi kurikulum secara mandiri, dapat mengelola kelas dan bahan
ajarnya serta dapat meningkatkan cara mengajarnya secara efisien. Kinerja yang
baik akan dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dan motivasi sebagaimana yang dirumuskan
oleh Mitchell dalam Lijan Poltak Sinambela (2012: 9) Kinerja = Kemampuan X Motivasi.
Berdasarkan rumus ini dapat dipahami bahwa kinerja seseorang sama dengan
kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki. Seorang guru yang memiliki kemampuan
mengajar namun tidak disertai dengan motivasi maka tidak akan mencapai hasil kerja yang
baik. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki motivasi tinggi untuk mengajar namun tidak
disertai dengan kemampuan mengajar dengan baik tidaklah mungkin mencapai hasil kerja
dengan baik. Oleh karena itu tercapai atau tidaknya suatu pekerjaan tergantung dari tingkat
kemampuan dan motivasi yang dimiliki oleh guru. tautan antara kemampuan dan motivasi
akan menghasilkan kinerja sebagaimana yang diharapkan.
31
Kaitannya dengan kinerja guru dapat dikemukakan bahwa terdapat dua tugas guru
yang dijadikan acuan untuk mengukur kinerja guru Pendidikan Agama Islam. Pertama tugas
guru yang berkaitan dengan kegiatan proses pembelajaran, kedua tugas guru yang berkaitan
dengan Administrasi serta perencanaan pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil resume buku yang berjudul Kompetensi Pedagogik, Adalah
sebagai berikut :
1. Dalam menunjang proses pembelajaran, guru harus memahami dan melaksanakan
kompetensi guru. Kompensi yang dimiliki oleh guru bukan sebatas pengetahuan
tentang tugas-tugas profesionalnya saja seperti hanya tahu tentang cara-cara
mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik, tetapi pengetahuan itu tidak dijiwai dan tidak
diterapkan oleh guru secara konsekuaen, konsisten dan terampil.
2. Guru harus mampu menguasai karakteristik peserta didik bagi guru pada prinsipnya
agar guru dapat melaksanakan pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan
efesien, serta terhindar dari kesalahan-kesalahan mendidik dan mengajar yang akan
merugikan perkembangan kepribadian peserta didik.
3. Penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik sangatlah
penting bagi guru dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif, efesien dan
optimal.
4. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memliki peranan penting dalam
sistem pendidikan karena dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan
yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga
memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap
peserta didik.
5. Pada prinsipnya, dalam pembelajaran yang mendidik hendaknya berlangsung
sebagai proses atau usaha yang dilakukan peserta didik untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu beriteraksi dengan
lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu banyak
ragamnya baik sifatnya maupun jenisnya. Karena itu tidak semua perubahan dalam
diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Hasil belajar peserta didik
32
dalam proses pembelajaran yang mendidik berupa perubahan tingkah laku yang
disadari, kontinu, fungsional, positif, tetap, bertujuan, dan komprehensif.
B. Saran
Saran dari hasil resume buku yang berjudul Kompetensi Pedagogik, Adalah sebagai
berikut :
1. Perlunya pembinaan dan pengembangan keprofesionala dan karir guru. Pembinaan
dan pengembangan keprofesionalan, meliputi pembinaan kompetensi pedagogik,
kopetens kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Pembinaan
dan pengembangan karir meliputi penugasan, kenaiakan pangkat dan promosi.
2. Guru diharapkan untuk lebih meningkatkan kompetensi pedagogik khususnya pada
aspek memahami wawasan atau landasan kependidikan. Memahami wawasan atau
landasan kependidikan mutlak diperlukan guru karena dari situ guru harus
memahami tujuan pendidikan yang sedang dilaksanakannya, mengenal fungsi
sekolah yang sebenarnya tidak hanya sebagai tempat belajar siswa, dan mengenal
dan memahami siswa secara psikologis untuk lebih bisa dekat dengan siswa.
Dengan guru lebih meningkatkan wawasan atau landasan kependidikan diharapkan
guru mampu memahami peserta didik secara keseluruhan, mengajarkan nilainilai
sosial, menempatkan diri sebagai guru yang dapat menjadi suritauladan yang baik
bagi peserta didiknya.
3. Guna meningkatkan kompetensi dan kinerja serta menambah wawasan guru
seharusnya mengikuti forum-forum diskusi, seminar tentang pendidikan, serta
penataran-penataran yang diadakan oleh lembaga-lembaga baik formal
maupun non-formal.
4. Sebagai seorang profesional guru seharusnya melaksanakan pendidikan dengan
berpedoman pada syarat-syarat keprofesionalan guru yang salah satunyaa yakni
memiliki, menguasai, serta mengaplikasikan empat kompetensi dasar dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya
33
Daftar Pustaka
Amin. M, Anurrohman dan Thamrin M. 2013. Hubungan Kompetensi Pedagogik
Dan Kompetensi Kepribadian Dengan Kinerja Guru. Pontianak:
Program Magister Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Tanjung
Pura Pontianak.
Irwanto. Nur dan Suryana Y. 2016. Kompetensi Pedagogik Untuk
Peningkatan dan Penilaian Kinerja Guru dalam Rangka Implementasi
Kurikulum Nasional. Sidoarjo: Genta Grup Production.
34