“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang
dibina oleh Bapak Djoko Santoso”
Oleh :
Sigit Romadhon
Thrie Krisna Murti Brata Kencana Dwi Putra (180513626547)
i|Page
Daftar Isi
Cover ............................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................. 2
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Perkembangan kognitif
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan peserta
didik. Peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses
pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan
peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga
kependidikan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan
pengembangan kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat
mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya. Orang tua juga
berperan penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan
anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua
belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik
perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi
peserta didik, diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik
pengertian maupun tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.
Maka dari permasalahan yang dijelaskan diatas, penulis menyusun makalah ini
dengan tujuan untuk memaparkan lebih dalam tentang perkembangan kognitif
peserta didik agar pihak pendidik dan orang tua dapat memahami pentingnya
perkembangan kognitif anak untuk keberlangsungan masa depan yang baik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil
masalah-masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
a. Apa definisi dari perkembangan kognitif ?
b. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?
1|Page
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada peserta
didik?
d. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-
tahapnya?
e. Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik
dan bagaimana solusinya ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui definisi perkembangan kognitif peserta didik.
b. Menjelaskan proses perkembangan kognitif peserta didik.
c. Menjelaskan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif pada peserta didik.
d. Memaparkan tentang karakteristik perkembangan kognitif peserta didik
dan tahap-tahapnya.
e. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta
didik dan solusinya.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
3|Page
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda
dengan piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu
konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak.
Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau
dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja
menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas
itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan bahwa kognitif
atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,
ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua
proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya.
4|Page
mendengar) dengan tindakan – tindakan motorik fisik, oleh karena itulah
istilahnya sensorimotor.
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata – kata dan
gambar – gambar. Pemikiran simbolis melampaui hubungan sederhana antara
informasi sensor dan tindakan fisik.
c. Tahap Operasional Konkret (usia 7-11 tahun)
Pada tahap ini anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam
contoh yang spesifik atau konkret.
d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Pada tahap ini individu melampaui dunia nyata, pengalaman – pengalaman
konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Dalam memecahkan masalah,
pemikir operasional formal ini lebih sistematis dalam mengembangkan hipotesis
tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, kemudian menguji hipotesis dengan
cara deduktif.
2. Pendekatan Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemreosesan informasi berkaitan dengan bagaimana individu
memproses informasi tentang dunia mereka, bagaimana informasi masuk ke
dalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan bagaimana
informasi diambil kembali untuk melaksanakan kegiatan yang kompleks seperti
memecahkan masalah dan berfikir.
Kognisi bermula ketika informasi dari dunia dideteksi melalui proses
sensor dan persepsi. Kemudian informasi disimpan, disebarkan, dan didapatkan
kembali melalui proses memori. Model pemrosesan informasi adalah suatu model
sederhana yang dirancang untuk mengilustrasikan proses kognitif utama dan
keterkaitannya.
5|Page
kecebong. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mental
mereka tentang dunia semakin meningkat.Perkembangan kognitif anak
menunjukkan perkembangan dari cara berpikir anak. Ada faktor yang
mempengaruhi perkembangan tersebut. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Siti Partini (2003: 4) bahwa
“pengalaman yang berasal dari lingkungan dan kematangan, keduanya
mempengaruhi perkembangan kognitif anak”. Sedangkan menurut Soemiarti dan
Patmonodewo (2003: 20) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh pertumbuhan
sel otak dan perkembangan hubungan antar sel otak.
1. Faktor Hereditas
2. Faktor Transmisi Sosial
3. Faktor Pengalaman
4. Faktor Ekuilibrasi
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif antara lain sebagai berikut (Ahmad Susanto, 2011) :
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat
schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi potensi
tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa,
taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahli psikologi
lehrin, linzhey dan spuhier berpendapat bahwa intelegensi 75-80% merupakan
warisan atau faktor keturunan(Pardjono, 2007).
6|Page
2. Faktor Kematangan
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Pembentukan
5. Faktor Kebebasan
Faktor Minat dan Bakat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat
7|Page
diartikan sebagai kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan
memengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang memiliki bakat
tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.
8|Page
individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi
anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
b. Kemampuan yang mampu dikuasai anak
Pada tahap ini kemampuan anak berada pada tahap praoperasional.
Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami. Fase
praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis,
subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Fase ini
rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase
praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir
yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang
memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya
sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan bagi anak untuk membangun
kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak
pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik.
Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu:
1. Berpikir Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan
peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di
hadapan anak. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa
ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang
secara fisik tidak hadir. Contoh kemampuan ini membuat anak dapat
rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun
puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar
manusia secara sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa
pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan
melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan
yang bersifat simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak
sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal
tersebut. Anak dapat membanyangkan objek atau orang tersebut memiliki sifat
yang berbeda dengan yang sebenarnya.
2. Berpikir Egosentris
9|Page
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau
tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh
sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang
lain. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini
sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang
lain. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara
egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau
cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan
merasa sebagaimana yang mereka lakukan.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu,
seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan
pasti alasan untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia
4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini
anak kelihatannya mengerti dan mengetahui sesuatu.
Kemampuan memori yang berkembang pada masa kanak-kanak awal.
Model pemprosesan informasi mendeskripsikan tiga tahap dalam mengingat yaitu:
1. Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka
panjang dan pemanggilan kembali di kemudian hari.
2. Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.
3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari
penyimpanan ingatan.
Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat,
akan tetapi kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal.
2. Masa Kanak-kanak Akhir
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini
berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam
sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari
pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa
yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal,
10 | P a g e
pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada
periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih
konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak
benar-benar berada pada stadium belajar.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut
dengan operasi – operasi, yaitu :
a) Negosiasi, yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan
antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b) Hubungan Timbal Balik, yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat
dalam suatu keadaan.
c) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-
benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk
mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan.
Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya
dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara
nyata.
3. Masa Remaja
a) Pengertian Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang
ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam
tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini,
idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
11 | P a g e
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan
diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang
memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja
mampu mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan
untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa
remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat
dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi.
Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman
mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan
bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi
dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang
adalah latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan
memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk
mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua
macam pengalaman, yaitu :
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek
yang di hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk
mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:
a) Abstrak
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta
pengalaman yang benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
b) Fleksibel dan kompleks
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan
tentang suatu hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang
lain, dan dunia, serta membandingkan diri mereka dengan orang lain dan
standard-standard ideal ini. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai
12 | P a g e
tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu
hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah
mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan
(Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada
saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk
adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Di negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja yang belum
mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat
sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak
menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya
kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang
cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak
punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan pemikiran
abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis
dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
c) Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana
mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa
depan (Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan
terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk
memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah
secara sistematis. Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari
pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya
yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan
pada remaja.
13 | P a g e
Maka solusinya ialah dengan membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari
anak untuk membaca.
b. Masa kanak-kanak akhir
Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya
menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan
berdasarkan kecepatan rata-rata memahami isi buku atau siswa merasa bahwa
pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat. Maka
solusinya ialah guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan
mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan dan
sharing.
c. Masa Remaja
Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang
memahami isi bacaan. Maka solusinya ialah dengan membaca pemahaman secara
serius.
14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan
yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada
anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif
peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada
karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat
mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan
usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan
ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak,
setidaknya kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus
memahami tentang perkembangan kognitif dan tahap-tahap karakteristik
perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui perkembangan kemampuan
kognitif masing-masing anak.
15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Santtrock. J. W. 2002. Life-Span Development: perkembangan Masa Hidup.
(edisi kelima) Jakarta: Erlangga
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-
anak/, diakses 2 November 2010).
Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses
4 November 2010)
16 | P a g e