KELAS 20D-C
2021
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan makalah yang berjudul . perkembangan proses
Kognitif
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Nur Lina Safitri yang telah membantu kami baik secara
moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
DAFTAR IS
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan.
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan
peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung
dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan
peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta
didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada
anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan
pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua
belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan
kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik,
diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-tahap
karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-masalah
yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1. Apa pengertian perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?
3. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya?
4. Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dan bagaimana
solusinya ?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2. Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
4. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan solusinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga
mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita,
2009) dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir
lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar
dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai
buku karangan (Desmita, 2009).
Teori perkembangan kognitif, menurut Pieget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi
secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak.
Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung
menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan
cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan piaget.
Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan
orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya
terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa
bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu
bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif atau
pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas
mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan
masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan
lingkungannya. (Desmita, 2009).
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun, sebagai
tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi
mental yang mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua
adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan representional, yang pertama
kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori ( Hurlock, 1978) anak usia 3-6
tahun adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia
4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan.
Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju
atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat
meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget, pemikiran itu khas
bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya
tampak dari perspektif orang lain. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun.
Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau
cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa
sebagaimana yang mereka lakukan.
Contoh: Clara menyadari bahwa dia harus mebalik buku agar ayahnya dapat melihat gambar
yang dia minta untuk diterangkan. Dia malah memegang buku di depan wajahnya sehingga
hanya dia sendiri yang dapat malihat buku tersebut.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk
melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut
subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannva mengerti dan mengetahui
sesuatu. Contoh: Ani menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya Ani
tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah.
Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang
ada dibalik suatu kejadian.
2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat
tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar
terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan
penalaran yang benar-benar abstrak.
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Mulai
berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, serta membandingkan
diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini. Berbeda dengan seorang anak
yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk
suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu
memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001).
Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada
masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi
dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Di negara-
negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja yang belum mampu
berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi
karena sistem pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah
atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh
orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka
tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan
usianya. Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan pemikiran
abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu
untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
c. Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat
suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Mulai mampu
mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun
rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan
masalah secara sistematis. Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari
pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang
menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada remaja.
3.1. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup
penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan
kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat
dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik,
pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya
sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan
ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita
sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui
perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.
3.2. Saran
1. Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut berpartisipasi
dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
2. Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan kognitif setiap anak dan peserta didik sesuai karakteristik perkembangan kognitif
anak.
Daftar Pustaka