ABSTRAK
Tulisan ini bermaksud menjelaskan implikasi perkembangan kognitif dan sosioemosi-
onal siswa dalam pembelajaran. Dalam hubungannya dengan siswa, pendidik memang
penting mengetahui hakikat perkembangan anak sehingga bisa mengerti bagaimana
anak dan remaja tumbuh dan berkembang, misalnya dalam kognitif dan sosioemosional
(sosial dan moral). Dua hal ini saling berkaitan, yaitu perkembangan kognitif akan
memacu perkembangan sosioemosional anak. Dengan memahami perkembangan
kognitif dan sosioemosional siswa, pembelajaran yang disuguhkan bisa penuh
kebermaknaan.
Kata kunci: perkembangan, kognitif, sosioemosional, pembelajaran.
merespons stimulus yang datang kepada perkembangan yang terjadi pada nalar
dirinya. otak atau intelegensi. Dalam dinamika-
Dari pendapat tentang perkemba- nya, muncul 2 teori perkembangan
ngan dan kognitif tadi, bisa disimpul- kognitif utama, yaitu teori Piaget dan
kan, perkembangan kognitif adalah Vygotsky.
suatu perubahan yang berhubungan 2. Teori Kognitif Piaget
dengan pengetahuan. Danim (2010:77) Gredler (2011:324) berpendapat,
menyatakan, kata lain dari perkemba- fokus teori Piaget adalah menemukan
ngan kognitif adalah perkembangan asal muasal logika alamiah dan
kapasitas nalar otak atau intelegensi. transformasinya dari satu bentuk
Perkembangan intelegensi ber- penalaran ke penalaran lain. Hal ini
langsung sangat pesat sampai masa mengharuskan dilakukannya penelitian
remaja. Setelah itu cenderung stagnan atas akar pemikiran logis pada bayi,
atau berangsur menurun kepesatannya. jenis penalaran yang dilakukan anak
Puncak perkembangan kognitif manusia kecil, serta proses penalaran remaja dan
umumnya tercapai di penghujung masa dewasa.
remaja akhir. Perubahan-perubahan Berikut ini dijelaskan teori per-
amat tipis sampai usia 50 tahun dan kembangan kognitif menurut Piaget:
setelah itu terjadi “kemapanan” sampai Pertama, proses kognitif.
usia 60 tahun, selanjutnya berangsur Santrock (2008:43) menyatakan, dalam
menurun. Sebagian lagi bahkan mende- memahami dunia anak-anak secara
rita, dimana manusia mengalami aktif, mereka menggunakan skema
pengurangan daya ingat secara drastis, (kerangka kognitif atau referensi).
pikun, bahkan nyaris hilang ingatan. Sebuah skema adalah konsep atau
Fenomena “buruk” terakhir ini biasanya kerangka eksis di dalam pikiran
disebabkan gangguan fisikal. Bloom individu yang dipakai untuk
mengungkapkan prosentase taraf mengorganisasikan dan menginterpre-
perkembangan akan mencapai puncak tasikan informasi. Piaget menyatakan,
pada usia 13 tahun. ada 2 proses yang bertanggung jawab
Berdasarkan uraian di atas, bisa atas cara anak menggunakan dan
dipahami, perkembangan kognitif ialah mengadaptasi skema mereka, yaitu
gugur”, “trotoar itu membuatku gila”, tion) yang dimaksud di sini adalah ide
atau “trotoar itu membuatku terjatuh”. bahwa beberapa karakteristik dari objek
Subtahap pemikiran intuitif ada- itu tetap sama meski objek itu berubah
lah subtahap kedua dalam pemikiran penampilannya.
praoperasional, dimulai sekitar usia 4 (c) Tahap operasional konkret.
tahun sampai 7 tahun. Pada subtahap Tahap ini dimulai dari sekitar umur 7
ini, anak mulai menggunakan penalaran tahun sampai sekitar 11 tahun. Pemi-
primitif dan ingin tahu jawaban dari kiran operasional konkret mencakup
semua pertanyaan. Piaget menyebut penggunaan operasi. Penalaran logika
tahap ini sebagai “intuitif” karena anak- menggantikan penalaran intuitif, tetapi
anak tampaknya merasa yakin terhadap hanya dalam situasi konkret. Kemam-
pengetahuan dan pemahaman mereka, puan untuk menggolong-golongkan
tetapi tidak menyadari bagaimana sudah ada, tetapi belum bisa memecah-
mereka bisa mengetahui apa-apa yang kan problem-problem abstrak.
mereka ingin ketahui. Artinya, mereka Operasi konkret adalah tindakan
mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu mental yang bisa dibalikkan yang
tetapi mereka mengetahuinya tanpa berkaitan dengan objek nyata. Operasi
menggunakan pemikiran rasional. Salah konkret membuat anak bisa meng-
satu keterbatasan kemampuan penalaran koordinasikan beberapa karakteristik.
(reasoning) anak adalah mereka sulit Jadi, bukan hanya fokus pada satu
untuk menempatkan benda atau sesuatu kualitas dari satu objek. Pada level
ke dalam kategori yang pas. operasional konkret, anak-anak secara
Banyak contoh tahap praoperasi- mental bisa melakukan sesuatu yang
onal ini yang menunjukkan karakteristik sebelumnya hanya bisa mereka lakukan
pemikiran yang disebut centration, secara fisik, dan mereka bisa
yakni pemfokusan (pemusatan) perhati- membalikkan operasi konkret ini.
an pada satu karakteristik dengan meng- Beberapa percobaan Piagetian
abaikan karakteristik lainnya. Centra- meminta anak untuk memahami
tion tampak jelas dalam kurangnya hubungan antarkelas. Salah satu tugas
conservation dari anak di tahap itu disebut seriation, yakni operasi
praoperasional. Konservasi (conserva- konkret yang melibatkan stimuli
pembelajaran dan perkembangan. Ide untuk anak yang lebih tua. Kita
khusus merefleksikan pandangannya membantu masing-masing anak dengan
bahwa fungsi kognitif berasal dari menunjukkan, mengajukan pertanyaan,
situasi sosial. Salah satu ide unik dan memperkenalkan elemen awal dari
Vygotsky adalah konsepnya tentang solusi. Dengan bantuan atau kerja sama
Zone of Proximal Development (ZPD). dengan orang dewasa ini, salah satu
ZPD adalah istilah Vygotsky anak berhasil memecahkan persoalan
untuk serangkaian tugas yang terlalu yang sesungguhnya untuk level anak
sulit dikuasai anak secara sendiri tetapi usia 12 tahun, sedangkan anak yang
dapat dipelajari dengan bantuan orang satunya memecahkan problem untuk
dewasa atau anak yang lebih mampu. level anak 9 tahun. Perbedaan antara
Jadi batas bawah dari ZPD adalah usia mental dan tingkat kinerja yang
tingkat problem yang dapat dipecahkan mereka capai dengan bekerja sama
anak seorang diri. Batas atasnya adalah dengan orang dewasa akan mendefi-
tingkat tanggung jawab atau tugas nisikan ZPD. Jadi ZPD melibatkan
tambahan yang dapat diterima anak kemampuan kognitif anak yang berada
dengan bantuan dari instruktur yang dalam proses pendewasaan dan tingkat
mampu. kinerja mereka dengan bantuan orang
Penekanan Vygotsky pada ZPD yang lebih ahli.
menegaskan keyakinannya akan arti 4. Implikasi dari Kognitif
penting pengaruh sosial, terutama Dalam membahas implikasi per-
pengaruh pengajaran, terhadap kembangan kognitif dalam pembelaja-
perkembangan kognitif anak. Vygotsky ran, akan dijelaskan tentang implikasi
memberi contoh cara menilai ZPD anak. teori Piaget dalam pembelajaran dan
Misalnya, berdasarkan tes kecerdasan, dilanjutkan dengan implikasi teori
usia mental dari 2 orang anak adalah 8 Vygotsky dalam pembelajaran.
tahun. Menurut Vygotsky, kita tidak Pertama, implikasi teori Piaget
bisa berhenti sampai di sini saja. Kita dalam pendidikan atau pembelajaran
harus menentukan bagaimana masing- anak. Santrock (2008:61) menulis, teori
masing anak akan berusaha menye- Piaget dapat diterapkan dalam
lesaikan problem yang dimaksudkan pembelajaran dengan cara: (a) Gunakan
ini pelan-pelan akan meningkat. Dengan rumuh ke tetangga dan dari lembaga
adanya bantuan dari teman sebayanya, prasekolah atau penitipan anak ke
siswa akan lebih nyaman dan mudah sekolah formal.
untuk bertanya jika ada sesuatu yang Teori Erick Erikson tentang
tidak dimengertinya dalam belajar. perkembangan pribadi dan sosial
Dengan memakai teori Vygotsky, menyatakan, selama masa prasekolah,
pembelajaran akan lebih bermanfaat anak-anak yang menuntaskan tahap ini
karena pembelajaran dilakukan ber- menghasilkan rasa inisiatif dan ambisi
dasarkan kebutuhan daerahnya. Jika yang diperkuat oleh pemahaman yang
siswa sudah tamat belajar maka sewaktu masuk akal tentang apa yang
bekerja, keahlian yang dimiliki oleh dibolehkan. Pendidik anak usia dini
siswa akan dapat digunakan, sehingga dapat mendorong penuntasan ini dengan
antara teori dan praktik dapat sejalan. memberi kesempatan kepada anak-anak
D. PERKEMBANGAN SOSIOEMO- untuk mengambil inisiatif, ditantang,
SIONAL dan berhasil.
Dalam bagian ini dibahas terlebih Santrock (2008:112) menyatakan,
dahulu hakekat sosioemosional, per- sejauh ini kita telah mendiskusikan
kembangan diri dan moral, yang konteks sosial penting yang
kemudian dikaitkan dengan pembaha- mempengaruhi perkembangan sosio-
san tentang implikasi perkembangan emosional siswa: keluarga, teman
sosioemosional dalam pembelajaran. seusia, dan sekolah. Dalam bagian di
1. Hakekat Sosioemosional bawah ini, kita akan fokuskan pada
Slavin (2011:93) menulis, kehi- siswa itu sendiri saat kita membahas
dupan sosial anak-anak kecil berkem- perkembangan diri dan perkembangan
bang dengan cara yang relatif dapat moralitas anak.
diprediksi. Jaringan sosial tumbuh dari 2. Perkembangan Diri
hubungan yang intim dengan orangtua Santrock (2008:112) menulis,
atau pengasuh lain yang juga meliputi menurut dramawan Italia abad ke-20,
anggota keluarga, orang dewasa yang Ugo Betti, saat anak mengatakan “aku”
bukan anggota keluarga, dan teman maka yang mereka maksud adalah
sebaya. Interaksi sosial meluas dari sesuatu yang unik, tidak bercampur
dengan yang lain. Psikolog sering lakukan itu,” “harusnya kamu lebih
menyebut “aku” ini sebagai “diri” (self). baik.”
Ada dua aspek penting dari diri ini, Bednar, dkk. (dalam Santrock,
yakni harga diri (self esteem) dan 2008:114) mengatakan, ada 4 kunci
identitas diri. Berikut ini akan untuk meningkatkan rasa harga diri
dijelaskan tentang penghargaan diri dan anak, yaitu: (a) Identifikasi penyebab
perkembangan identitas diri: rendah diri dan area kompetensi yang
Pertama, penghargaan diri. San- penting bagi diri. (b) Beri dukungan
trock (2008:113) menyatakan, peng- emosional dan penerimaan sosial. (c)
hargaan diri (self esteem) adalah Bantu anak mencapai tujuan atau
pandangan keseluruhan diri individu berprestasi. (d) Kembangkan keterampi-
tentang dirinya sendiri. Penghargaan lan menghadapi masalah.
diri juga kadang dinamakan martabat Kedua, perkembangan identitas.
diri (self-worth) atau gambaran diri Santrock (2008:114) menulis, aspek
(self-image). Misalnya, anak dengan penting lain dari diri adalah identitas.
penghargaan diri yang tinggi mungkin Erick Erikson percaya, persoalan paling
tidak hanya memandang dirinya sebagai penting dalam diri remaja adalah
seseorang, tetapi juga sebagai seseorang perkembangan identitas-pencarian jawa-
yang baik. ban atas pertanyaan seperti ini: Siapa
Minat terhadap topik penghar- aku? Seperti apakah aku ini? Apa yang
gaan diri ini dimulai oleh karya ahli akan aku lakukan dalam hidup ini?
psikoterapi Carl Rogers (1961). Rogers Pertanyaan ini jarang muncul pada masa
mengatakan, sebab utama seseorang kanak-kanak.
punya penghargaan diri yang rendah Santrock (2008:115) menulis,
(atau rendah diri) adalah karena me- periset dari Kanada, James Marcia,
reka tidak diberi dukungan emosional menganalisis konsep Erikson tentang
dan penerimaan sosial yang memadai. identitas dan menyimpulkan bahwa
Dia secara khusus menganggap bahwa penting untuk membedakan antara
anak rendah diri mungkin dahulu saat eksplorasi dan komitmen. Eksplorasi
masih berkembang sering ditegur, ialah pencarian identitas alternatif yang
“kamu keliru melakukannya,” “jangan bermakna. Komitmen berarti menunjuk-
dalam menilai suatu perbuatan, niat rut Kohlberg, pendekatan yang baik
perilaku dan konsekuensinya harus yang harus dilakukan untuk memahami
dipikirkan. Anak usia 7 sampai 10 tahun perilaku moral harus didasari pema-
berada dalam masa transisi di antara 2 haman tentang tahapan-tahapan per-
tahap itu, dan karenanya mereka me- kembangan moral. Dijelaskan pula,
nunjukkan ciri-ciri dari kedua tahap itu. tujuan pendidikan moral adalah untuk
Kedua, teori Kohlberg. Kohlberg mendorong individu-individu guna
(dalam Santrock, 2008:118) menyata- mencapai tahapan-tahapan perkemba-
kan, perkembangan moral terutama ngan moral selanjutnya. Dalam keadaan
melibatkan penalaran moral dan ini, guru tidak sekadar menyajikan
berlangsung dalam tahapan-tahapan. materi pelajaran kepada siswa, tetapi
Kohlberg mengemukakan teorinya secara terus-menerus harus dapat
setelah mewawancarai beberapa anak, mendorong perkembangan berpikir dan
remaja, dan orang dewasa (terutama perubahan-perubahan perilaku menuju
pria) untuk mengetahui pandangan tahap perkembangan yang lebih tinggi.
mereka tentang serangkaian dilema Manan (dalam Aunurrahman,
moral. Berdasarkan alasan yang 2009:61) menyatakan, yang penting
diberikan orang-orang dalam memberi untuk senantiasa menjadi pegangan
jawaban atas dilema yang baru saja guru, terutama sekali guru-guru yang
didiskusikan dan 10 dilema lainnya, secara langsung mengajarkan tentang
Kohlberg menyusun teori perkemba- nilai-nilai moral, adalah: bahwa mora-
ngan moral yang terdiri dari 3 level litas tidak dapat diajarkan melalui
utama, dengan 2 tahap pada setiap level. bujukan terhadap siswa tetapi harus
Konsep penting untuk memahami teori ditunjukkan melalui peragaan (model-
Kohlberg adalah internalisasi, yang ling); bahwa pertimbangan bagi orang
berarti perubahan perkembangan dari lain adalah menyenangkan dan cara
perilaku yang dikontrol secara eksternal yang harmonis untuk hidup. Dalam
ke perilaku yang dikontrol secara keadaan itu pendidikan moral harus
internal. memperhatikan kepribadian secara
Manan (dalam Aunurrahman, menyeluruh, khususnya berkaitan de-
2009:60-61) berpendapat bahwa menu-
ngan interaksi kita dengan orang lain, Dalam perkembangan moral ini,
perilaku atau etika kita. perlu pula dijelaskan tentang pendidi-
Santrock (2008:119) menyatakan, kan moral. Santrock (2008:121) menya-
ada 3 level utama dalam perkembangan takan, topik pendidikan moral diperde-
moral menurut Kohlberg, yaitu: Per- batkan dengan sengit dalam lingkungan
tama, preconvential reasoning (pena- pendidikan. Kita akan mempelajari
laran prakonvensional); adalah level salah satu analisis paling awal terhadap
terbawah dari perkembangan moral pendidikan moral, dan kemudian beralih
dalam teori Kohlberg. Pada level ini, ke beberapa pandangan kontemporer,
anak tidak menunjukkan internalisasi seperti berikut ini:
nilai-nilai moral. Penalaran moral Pertama, kurikulum tersembunyi.
dikontrol oleh hukuman dan ganjaran Santrock (2008:121) menyatakan, John
eksternal. Kedua, conventional reaso- Dewey adalah satu satu pionir psikologi
ning (penalaran konvensional); adalah pendidikan. Dewey mengakui bahwa
tahap kedua atau tahap menengah dalam ketika sekolah tidak memberi pelajaran
teori Kohlberg. Pada level ini, khusus untuk pendidikan moral,
internalisasi masih setengah-setengah. sesungguhnya sekolah memberikan
Anak patuh secara internal pada standar pendidikan moral melalui “kurikulum
tertentu, tetapi standar ini pada dasarnya tersembunyi.” Kurikulum tersembunyi
ditetapkan orang lain, seperti orangtua, diberikan melalui atmosfer moral yang
atau oleh aturan sosial. Ketiga, menjadi bagian dari sekolah. Atmosfer
postconventional reasoning (penalaran atau suasana moral ini diciptakan oleh
postkonvensional); adalah level ter- aturan sekolah dan aturan kelas,
tinggi dalam teori Kohlberg. Pada level orientasi moral dari guru dan adminis-
ini moralitas telah sepenuhnya di- trator sekolah, serta teks materi pelaja-
internalisasikan dan tidak didasarkan ran. Guru bertindak sebagai model
pada standar eksternal. Siswa menge- perilaku etis dan tidak etis. Aturan kelas
tahui aturan-aturan moral alternatif, dan hubungan kawan sebaya di sekolah
mengeksplorasi opsi, dan kemudian berfungsi sebagai alat penyebar sikap
memutuskan sendiri kode moral apa terhadap penipuan, bohong, pencurian
yang terbaik bagi dirinya. dan sebagainya. Melalui aturan dan
saan siswa lain, dia tidak akan dimulai dengan menciptakan emosi
mengeluarkan kata-kata yang menying- positif pada diri peserta didik. Untuk
gung perasaan siswa lain. Jika siswa menciptakan emosi positif pada diri
mampu memahami perasaan siswa lain, siswa dapat dilakukan dengan berbagai
hubungan yang harmonis di antara cara, di antaranya dengan menciptakan
siswa akan terjalin dengan baik. Jadi, lingkungan belajar atau lingkungan
perkembangan sosioemosional siswa sosial yang menyenangkan dan dengan
sangat penting dalam proses pembelaja- penciptaan kegembiraan belajar. Kecer-
ran siswa di sekolah. dasan emosi merupakan kemampuan
Dalam proses belajar, kita tidak seseorang dalam mengelola emosinya
menyangkal, peran intelegensi (kog- secara sehat, terutama dalam berhubu-
nitif) berpengaruh terhadap prestasi ngan dengan orang lain.
pembelajaran. Namun, yang muncul Selain kecerdasan emosi, inter-
saat ini, tingkat keberhasilan seseorang aksi antara siswa dengan lingkungan
dalam pendidikan sangat difokuskan tempat sekolah juga mempengaruhi
untuk diukur secara kuantitas proses belajar. Apabila terjadi hubungan
intelegensi yaitu dengan pengukuran atau interaksi yang baik antara siswa
IQ, peran IQ diasumsikan sebagai hal dengan lingkungan sosial (masyarakat)
utama yang berpengaruh terhadap dan keluarga serta emosi dari para siswa
keberhasilan. Akan tetapi, perlu mampu disesuaikan dengan lingkungan
disadari, IQ hanyalah merupakan sosial tersebut, tentu saja proses belajar
pengukuran secara kuantitas mengenai dari siswa akan berjalan lancar. Dari hal
tingkat intelegensi yang dapat diukur itu, dapat disimpulkan, dalam proses
dan bersifat konkret serta konvergen. pendidikan, emosi sosial sangat
Emosi yang positif dapat mempercepat berperan dan perlu dilibatkan dalam
proses belajar dan mencapai hasil proses pembelajaran, karena emosi
belajar yang lebih baik, sebaliknya mempunyai suatu kekuatan yang dapat
emosi yang negatif dapat memper- memicu kita dalam mencapai suatu
lambat belajar atau bahkan meng- prestasi belajar dan lingkungan sosial
hentikannya sama sekali. Oleh karena menjadi wadah dalam menjalankan
itu, pembelajaran yang berhasil haruslah proses belajar. Maka dengan ini sangat-
Teori Vygotsky jika diterapkan luas dari rumuh ke tetangga dan dari
dalam proses pembelajaran di kelas lembaga prasekolah atau penitipan anak
maka hasil pembelajaran akan bagus. ke sekolah formal.
Hal ini disebabkan siswa yang tingkat Implikasi perkembangan sosio-
pengetahuannya masih rendah, lalu emosional dalam pembelajaran bahwa
dibantu oleh siswa yang pintar maka seorang guru harus dapat mendorong
pengetahuan siswa yang masih rendah perkembangan sosioemosional siswa
ini pelan-pelan akan meningkat. Dengan dengan baik sehingga siswa akan dapat
adanya bantuan dari teman sebayanya, memahami perasaan siswa lain. Jika
siswa akan lebih nyaman dan akan siswa sudah mampu memahami pera-
mudah untuk bertanya jika ada sesuatu saan siswa lain, dia tidak akan me-
yang tidak dimegertinya dalam belajar. ngeluarkan kata-kata yang menying-
Kemudian dengan memakai teori gung perasaan siswa lain. Jika siswa
Vygotsky, pembelajaran akan lebih mampu memahami perasaan siswa lain,
bermanfaat karena pembelajaran yang hubungan yang harmonis di antara
dilakukan berdasarkan kebutuhan siswa akan terjalin baik. Jadi, perkem-
daerahnya. Jika siswa sudah tamat bangan sosioemosional siswa sangat
belajar maka sewaktu bekerja, keahlian penting dalam proses pembelajaran
yang dimiliki oleh siswa akan dapat siswa di sekolah.
digunakan, sehingga antara teori dan Demikian uraian dan kesimpulan
praktik dapat sejalan. tulisan ini. Semoga ini bisa membantu
Kedua, yang perlu dipahami da- pendidik dalam memahami dan menga-
lam perkembangan sosioemosional nalisis perkembangan kognitif dan
bahwa kehidupan sosial anak-anak sosioemosional siswa serta implikasinya
berkembang dengan cara yang relatif dalam pembelajaran, dan bisa pula
dapat diprediksi. Jaringan sosial tumbuh memberikan tambahan pengetahuan dan
dari hubungan yang intim dengan bermanfaat bagi insan pendidikan.
orangtua atau pengasuh yang juga
DAFTAR PUSTAKA
meliputi anggota keluarga, orang
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pem-
dewasa yang bukan anggota keluarga, belajaran. Bandung: Alfabeta.
Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendi-
dan teman sebaya. Interaksi sosial me-
dikan. Jakarta: Rineka Cipta.