EMBANGAN KOGNITIF
PERKE
Disusun Oleh:
Yunita Sari
Anisa Yuni (147855158)
PASCASARJANA
PENDIDIKAN DASAR
PENDI
KONSENTRASI PAUD
KO
UNIVERSIT
SITAS NEGERI SURABAYA
YA
KONSEP PENGEMBANGAN
KOGNITIF
Dalam perkembangan kognitif terdapat teori yang bisa dijadikan pijakan untuk
mengetahui tingkat perkembangan kognitif pada anak usia dini, diantaranya adalah teori Piaget
dan teori dari Vygotsky.
Dalam teori perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget merumuskan bahwa aspek
perkembangan kognitif meliputi: kematangan, pengalaman, interaksi social dan ekuilibrasi serta
lekat sekali dengan pemahaman yang berkaitan dengan asimilasi dan akomodasi. Piaget juga
membagi 4 tahapan menjdi beberapa tingkat perkembangan kognitif: 1) Periode sensori motor
(0-2 tahun), 2) Periode praoprasional (2-4 tahun), 3) Periode Operasional Konkrit (usia 7–11
tahun), 4) Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa). Pada anak usia dini
masuk dalam tingkat tahapan sensorimotorik dan praoprasional
Sedangkan fokus utama dari pemikiran Vygotsky adalah peran lingkungan terutama
lingkungan sosial dan budaya anak yang mendorong pertumbuhan kognitif . Berikut adalah
konsep utama dan prinsip-prinsip dalam teori Vygotsky: scaffolding (bantuan), ZPD (Zone
proximal development). Secara ringkas ZPD mewakili jangkauan tugas-tugas yang tidak dapat
dilakukan sendiri oleh anak-anak namun dapat dilakukan jika dibantu oleh orang dewasa.
Perkembangan terjadi dalam interaksi sosial. Teori sosiokultural menegaskan bahwa interaksi
sosial dengan orang lain mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam memberikan latihan pada
perkembangan anak.
Setelah mengetahui dari masing-masing karakteristik teori dari perkembangan kognitif
oleh piaget dan vygotsky maka guru dapat mengembangkan metode yang sesuai untuk
perkembangan anak usia dini. Sehingga perkembnagan kognitif tersesebut dapat berkembanga
secara optimal.
Dalam teori Vygotsky terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang
kurang tampak sukar diamati secara langsung.dengan begitu teori dari Piaget dapat menjawab
persoalan tersebut dimana Piaget merumuskan perkembangan anak menjadi beberapa tahapan
sesuai dengan tingkatanya. Jadi kesimpulanya meskipun teori dari Vygotsky dan Piaget terdapat
perbedaan cara pandang, namun sebenarnya apabila diteliti lebih lanjut dari kedua teori tersebut
dapat memberikan jawaban dari kekurangan masing-masing teori yang dikemukakan.
AN INTRODUCING TO
CHILDREN`S THINKING
Berpikir pada anak mengacu pada pemikiran yang terjadi dari saat kelahiran sampai
akhir masa remaja. Asal mula kemampuan bawaan yang dimiliki bayi memiliki tiga pandangan,
yaitu perspektif asosiasionis, perspektif konstruktivis, dan perspektif kompeten-bayi.
Proses berpikir anak-anak berkembang melalui serangkaian tahapan. Piaget berpendapat
bahwa mekanisme dasar yang menghasilkan semua perubahan kognitif adalah asimilasi dan
akomodasi.Empat mekanisme perubahan yang tampaknya memainkan peran besar dalam
perkembangan kognitif: otomatisasi, penyandian, generalisasi, dan konstruksi strategi.
Secara umum, semakin besar otak, semakin besar kecerdasan individu. perubahan dalam
ukuran, struktur, dan hubungan pola dari otak selama perkembangan anak sangat berkontribusi
terhadap perubahan dalam pemikiran anak. Perubahannya yaitu secara kuantitatif dan kualitatif,
terjadi pada tiga tingkatan, (1) perubahan otak secara keseluruhan; (2) perubahan struktur khusus
dalam otak; dan (3) perubahan dalam miliaran sel yang membentuk otak (neuron).
Vygotsky percaya bahwa semua proses psikologis “tertinggi” memiliki asal-usul dalam
interaksi sosial. Anak-anak awalnya melakukan tugas-tugas kognitif dengan dukungan dari
lingkungan sosial, dan dari waktu ke waktu, interaksi sosial secara bertahap diinternalisasikan,
sampai anak-anak dapat melakukan tugas-tugas mereka sendiri. Gagasan internalisasi menyoroti
peran internal orang lain dalam membimbing dan mendukung perkembangan anak-anak. Salah
satu jenis bantuan yang orang lain berikan kepada anak-anak adalah pijakan sosial (scaffolding),
yang membantu anak-anak berpikir tentang tugas tepat, permodelan dalam cara memecahkan
masalah, dan memberikan petunjuk yang membimbing anak ke arah yang berguna.
Sedangkan menurut teori Piaget proses psikologi sangat berkaitan erat dengan proses
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses di mana seseorang menggabungkan informasi
ke dalam pengetahuan yang telah mereka miliki. Akomodasi adalah proses yang berlawanan; di
dalamnya, pemahaman seseorang yang ada diubah oleh pengetahuan yang baru
Siegler berpendapat bahwa pemrosesan informasi pada anak dicirikan oleh modifikasi
diri, yaitu anak belajar memanfaatkan apa yang telah mereka pelajari dalam situasi sebelumnya
ke situasi baru. Bagian dari mofidikasi diri mendekatkan kita pada istilah metakognisi. yakni
mengetahui tentang pengetahuan itu sendiri. Dalam penerapan Siegler tentang pendekatan
proses-informasi, anak memainkan peran aktif dalam perkembangan kognitif mereka.
TEORI PERKEMBANGAN
PIAGET
Garis besar teori yang dikemukakan Piaget :
Garis besar
teori Piaget
Dalam teori perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget merumuskan bahwa aspek
perkembangan kognitif meliputi: kematangan, pengalaman, interaksi social dan ekuilibrasi serta
lekat sekali dengan pemahaman yang berkaitan dengan asimilasi dan akomodasi. Piaget juga
membagi 4 tahapan menjdi beberapa tingkat perkembangan kognitif: 1) Periode sensori motor
(0-2 tahun), 2) Periode praoprasional (2-4 tahun), 3) Periode Operasional Konkrit (usia 7–11
tahun), 4) Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa). Pada anak usia dini
masuk dalam tingkat tahapan sensorimotorik dan praoprasional
Periode sensori motorik adalah Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman
diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Periode
praoprasional adalah merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangaun kemampuanya
dalam menyusun pikiranya. Fase praoprasional dapat dibagi menjadi 3 subfase, yaitu subfase
berpikir secara simbolis, subfase berfikir secara egoisentris dan subfase berpikir secara intuitif.
Analisis :
Garis besar
Teori Vygotsky:
Fokus utama dari pemikiran Vygotsky adalah peran lingkungan terutama lingkungan
sosial dan budaya anak yang mendorong pertumbuhan kognitif . Berikut adalah konsep utama
dan prinsip-prinsip dalam teori Vygotsky: scaffolding (bantuan), ZPD (Zone proximal
development). Secara ringkas ZPD mewakili jangkauan tugas-tugas yang tidak dapat dilakukan
sendiri oleh anak-anak namun dapat dilakukan jika dibantu oleh orang dewasa
Salah satu tuntutan pusat dari teori Vygotsky adalah mengenai teori sosiokultural yang
lebih umum. Perkembangan terjadi dalam interaksi sosial. Teori sosiokultural menegaskan
bahwa interaksi sosial dengan orang lain mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam
memberikan latihan pada perkembangan anak. Dalam teori sosiokultural melihat bahwa
lingkungan sosial sebagai bagian dari pemikiran anak dan kelakuan atau sikap kesadaran siswa
dan sikap atau kelakuan tidak dapat terlepas dari konteks sosial. Dengan demikian teori
sosiokultural, memberikan tekanan pada konteks anak-anak terhadap bentukan yang diberikan
oleh social.
Analisis
:
Garis besar
teori Jerome
Bruner:
Jerome Bruner. Bruner memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif
manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi
pengetahuan. Bruner menganggap manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi.
Beliau menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Dalam memandang
proses belajar, Brunner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku
seseorang. Dengan teorinya yang disebut “(Free discovery learning)”
Selain itu Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan
tertentu.Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap
informasi, (2) tahap transformasi,dan (3) evaluasi
Analisis
Dalam teori kognitivisme Jerome brunner terkenal dengan teori belajarnya yaitu belajar
penemuan (free discovery learnig) yakni menekankan pada pemberikan kesempatan kepada siwa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahamannya sendiri. Sebenarnya teori ini
memiliki kesamaan dengan teori kontruktivisme yang dikemukakan oleh Jean Piaget dimana
seorang anak menemukan pengetahuanya sendiri. Sementara perbedaan teori dari Bruner dan
Piaget adalah pada penelitian Piaget terdapat tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan
umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Teori yang dikemukan oleh Bruner memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
teori ini adalah: 1) Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan teori yang dikemukakn Ausebel tentang
konsep belajar bermaknanyan yaitu belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna
ini akan terjadi apabila informasi baru yang diterimanya mempunyai hubungan dengan konsep
yang sudah ada dan diterima oleh siswa (Advance Organizers. 2) Belajar penemuan sangat
diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar pembelajar
dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima. 3) Meningkatkan penalaran si belajar dan
kemampuan untuk berfikir secara bebas
Sementara kelemahan dari teori yang dikemukakan oleh Bruner antara lain: 1) Belajar
Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang
efektif, karena disini anak dituntut dapat menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri
sesuai dengan intrepretasi anak terhadap suatu masalah. 2) Teori belajar seperti ini memakan
waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan
kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari
Teori yang dikemukakan oleh Bruner ini sebenarnya telah lebih dulu dijelaskan di
dalam Al-Qur’an dalam surat ar-Ra’du ayat 11, dimana manusia harus menemukan nasib mereka
sendiri.
……“ Sesengguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan mereka sendiri…”
Sementara tahapan dalam proses mengajar menurut Jerome Brunner yaitu : Stimulus,
Problem Statement, data collection, data processing, verifikasi, dan terakhir generalisasi yang
penjelasannya telah dijelaskan di atas. Hal ini sejalan dengan Al-Qur’an dalam ayat Al-Insyiroh :
Analisis:
Dalam perkembangan memori terdapat beberapa proses yang harus dilewati (encoding,
storage dan retrieval) dan untuk strategi ingatan salah satunya adalah adanya pengulangan.
Pengulangan sangat erat kaitanya dengan proses mengingat namun pengulangan ini hanya tepat
untuk mendukung ingtan yang berada pada ranah penyimpanan (storage) Sort Term Memory.
Lalu kenapa demikian? Karena pengulangan seringkali hanyan berupa mengulang-ulang
informasi tanpa memberikan makna pada informasi itu. Murid dapat mengkosntruksi memori
mereka dengan baik melalui cara yang bermakna. Dengan begitu mereka akan bisa mengingat
dengan lebih baik. Hal tersebut juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ausebel tentang
konsep belajar bermaknanyan yaitu belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna
ini akan terjadi apabila informasi baru yang diterimanya mempunyai hubungan dengan konsep
yang sudah ada dan diterima oleh siswa (Advance Organizers). Selain itu Ausebel dan juga
Novak (1977) mengemukakan bahwa, ada tiga kebaikan dalam dari belajar bermakna, Yaitu: (1).
Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, (2). Informasi yang
tersubsumsi berakibatkan peningkatan deferensiasi dari subsume subsume, jadi memudahkan
proses belajar berikutnya untuk materi belajar yang mirip, (3). Informasi yang dilupakan sesudah
subsumsi akan mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa. Jadi
kesimpulanya belajar bermakna akan lebih memberikan manfaat daripada sekedar hafalan.
PROBLEM SOLVING
Ringkasan
Analisis:
Seperti yang dikemukan diatas bahwa dalam pemecahan masalah ada beberapa
rintangan yang lazim ditemui diantaranya salah satu diantaranya adalah kurangnya motivasi, hal
ini juga selaras dengan teori yang dikemukakn oleh Mr. Donald (1950) tentang Motivasi adalah
suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Jadi disini motivasi sangat diperlukan sebagai semangat untuk
memecahkan masalah.
Hal lain yang sering mempengaruhi dalam pemecahan masalah adalah tentang control
emosional. Seseorang yang berada dalam control emosional yang buruk maka akan
mengganggunya untuk berfikir jernih dan menemukan solusi dalam pemecahan masalah yang
sedang dialami. Hal tersebut juga telah dipraktikkan di sekolah akademi monyet milik Khuru
Samporn atau yang lebih terkenal sebagai Samporn Monkey Training College yang didirikan
pada tahun 1957 di District Kanchanadit, Provinsi Surat Thani. Meskipun tempat ini
diperuntukkan untuk sekolah monyet namun banyak dikunjungi oleh para praktisi pendidikan
dan organisasi-organisasi pendidikan dunia seperti UNESCO, UNICEF, ONEC dan sebagainya
untuk dijadikan sumber pembelajaran dan wacana membuka wawasan untuk membangun konsep
pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak manusia. Salah satu metode yang diterapkan oleh
Khuru dalam proses pembelajaran adalah selalu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
para monyet. Khuru menjelaskan bahwa monyet-monyet ini akan dapat menyerap pelajaran
dengan baik jika mereka berada di bawah control emosional yang baik, jika monyet tersebut stres
maka dia tidak dapat menyerap pelajaran dengan baik. Dari sini kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kondisi yang kondusif akan mempengaruhi control emosional sehingga dapat
mempengaruhi ketenangan jiwa sehingga dapat berfikir jernih unuk mencari solusi untuk
memecahkan masalah
DEVELOPMENT ACADEMIC
SKILL
2. Dalam tahap praoprasional menurut Piaget membagi tahapan menjadi 3 yaiu simbolis,
intuitif dan egoisentris. Disini saya akan memberikan tambahan mengenai tahapan intuitif
dimana dalam tahapan ini masih dibagi lagi menjadi 3.yaitu concervation, contraction
dan animism. Pada masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena tahap ini
adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis,
sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya
berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum
memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi,
luas, dll. ciri-ciri anak pada tahap ini juga belum memahami dan belum dapat
memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan atau masih belum maksimal terhadap
konsentrasi (contration), memperlakukan benda selayaknya memiliki kualitas kehidupan
animism (Nafisah: 2014)
Howard Gardner menilai bahwa kecerdasan tidak dapat hanya diukur berdasarkan angka
seperti tes IQ. Namun Kecerdasan harus dilihat secara luas sebagai kumpulan kemampuan,
bakat, atau ketrampilan mental dengan istilah lain biopsikologi. Sehingga setiap orang memiliki
potensi dalam dirinya untuk unggul di suatu bidang atau lebih, tergantung dari pengembangan
dalam diri orang tersebut.
Pada tahun 1930 Gardner merumuskan ada 9 kecerdasan jamak diantaranya adalah:
kecerdasan linguistik, logis mathematis, visual spasial, musikal, kinestetik, intrapersonal,
intrapersonal, naturalis dan extensialis.
Analisis:
Sebelum tahun 1993 dimana Gardner merumuskan 9 kecerdasan jamak, pada tahun
1980 Pricilia Vail melalui bukunya yang berjudul Smart Kids With The School Problem dia
menuangkan pemikiranya bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda sesuai dengan
bakat minatnya namun belum memetakan dari kesembilan kecerdasan tersebut, seperti halnya 9
kecerdasan jamak yang saat ini kita kenal. Lalu pada tahun 1991 disusul juga penemuan yang
dikemukakan oleh Thomas G West melalui bukunya
Mengacu pada 9 kecerdasan jamak yang dikemukakan oleh Gardner salah satunya ada
kecerdasan exitensial tetapi ada juga penemu lain diantaranya adalah psikolog Danah Zohar dan
suaminya Ian Marshall melakukan riset dan pencarian yang berakhir dengan diluncurkan istilah
baru kecerdasan, yakni Spiritual Intelligence (SI) atau kecerdasan spiritual. Kecerdasan yang
memberikan kesadaran bahwa hidup punya dimensi lebih dari sekedar menghabiskan waktu
untuk memupuk modal material. Mereka menulis buku berjudul : Spiritual Intelligence – The
Ultimate Intelligence. Zohar dan Marshall tidak memakai kecerdasan exitensial melainkan
kecerdasan spiritual. Lalu apa yang mendasari dari perbedaan antara exitensial dan juga
kecerdasan spiritual?
Ada beberapa tokoh yang mengiyakan teori yang dikemukan oleh gardner tentang
kecerdasan exitensi namun ada juga yang mengkritik, tentu hal ini juga ada alasanya. Kecerdasan
exitensial adalah kecerdasan yang berkaitan dengan pemikiran tentang keberadaan manusia di
dunia sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan mengenai pandangan manusia sebagai
makhluk beragama. Jadi kesimpulanya dalam kecerdasan extensial berkaitan dengan hubungan
manusia secara horizontal (manusia dan alam semesta), sedangkan kecerdasan spiritual berkaitan
dengan kecerdasan manusia secar vertical (hubungan mnausia dengan dunia dan terhadap Tuhan)
Beberapa pemikiran yang menyebutkan bahwa penggunaan kecerdasan spiritual lebih
tepat dalam implementasinya karena atas dasar pemikiran kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan
seseorang untuk berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai yang luhur
yang mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia. Di sisi lain disebutkan tentang adanya
God Spot (celah Tuhan) di otak manusia dari sudut pandang neuropsikologi. Otak manusia terdiri
dari 3 lapisan: lapisan pertama yang terletak di sisi luar (bagian daun) disebut lapisan pinggir ego
(rasional); lapisan kedua yang terletak di tengah, ada lapisan penghubung asosiatif (emosional);
dan lapisan ketiga di bagian pusat adalah pemersatu (spiritual).