Anda di halaman 1dari 20

REVIEW

EMBANGAN KOGNITIF
PERKE

osen Pembina: Prof. Dr. Mustaji


Dose

Disusun Oleh:

Yunita Sari
Anisa Yuni (147855158)

PASCASARJANA
PENDIDIKAN DASAR
PENDI
KONSENTRASI PAUD
KO
UNIVERSIT
SITAS NEGERI SURABAYA
YA
KONSEP PENGEMBANGAN
KOGNITIF

Pada dasarnya manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada proses


keberlangsungan kehidupanya Pertumbuhan adalah proses perubahan yang berhubungan dengan
kehidupan jasmaniah individu. Contoh: tinggi badan, berat badan, lingkar badan, lingkar lengan
dll. Perkembangan adalah proses perubahan yang berhubungan dengan kehidupan kejiwaan
individu, dimana perubahan tersebut biasanya melahirkan tingkah laku yang dapat diamati
Sedangkan untuk prinsip perkembangan meliputi: 1) Mencakup rangkaian perubahan
yang bersifat progresif, teratur, koheren, dan berkesinambungan. 2) Selalu menuju proses
diferensiasi dan integrasi. 3)Dimulai dari respon-respon yang bersifat umum menuju yang
khusus. 4) Setiap anak mempunyai tempo perkembangan sendiri-sendiri. 5) Ada irama dalam
proses perkembangan anak. 6) Setiap anak memiliki dorongan dan hasrat untuk mempertahankan
diri dari hal-hal yang negatif. 7)Terdapat masa peka. 8)Dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
faktor lingkungan
Pengembngan kognitif sangat erat hubunganya dengan intelegensi, kognitif, statis
berupa potensi/daya untuk memahami sesuatu, intelengensi, aktif yakni aktualisasi dr daya
tersebut dalam bentuk aktivitas/perilaku. Intelegensi penting bagi kesuksesan anak, tetapi bukan
satu-satunya, yang lain adalah kecerdasan emosi, kesehatan, kesempatan, dan kepribadian.
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Dalam hal ini juga ada ahli yang
juga berpendapat demikian “kecerdasan intelegensi bukan satu-satunya yang menentukan
kesuksesan anak” hal tersebut dikemukakan oleh Psikologi Mustika Tamrin yang
mengugkapkan bahwa 80% dari kebahagiaan dan kesuksesan seseorang dalam hidupnya berasala
dari kontribusi kecerdasan emosional. Di dalam kecerdasan emosional ini saya rasa lebih abstrsk
dalam pengamatanya, dibandingkan dengan kecerdasan kognitif. Dalam mengukur aspek
kognitif bisa dilakukan tes untuk mengetahui tingkat perkembanganya namun dalam
perkembangan emosional perlu pengamatan yang intens karena sangat berkaitan dengan karakter
seseorang misalnya saja berani bangkit, kerja keras, disiplin dan tanggung jawab.
TEORI DAN METODE
PENGEMBANGAN KOGNITIF

Dalam perkembangan kognitif terdapat teori yang bisa dijadikan pijakan untuk
mengetahui tingkat perkembangan kognitif pada anak usia dini, diantaranya adalah teori Piaget
dan teori dari Vygotsky.
Dalam teori perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget merumuskan bahwa aspek
perkembangan kognitif meliputi: kematangan, pengalaman, interaksi social dan ekuilibrasi serta
lekat sekali dengan pemahaman yang berkaitan dengan asimilasi dan akomodasi. Piaget juga
membagi 4 tahapan menjdi beberapa tingkat perkembangan kognitif: 1) Periode sensori motor
(0-2 tahun), 2) Periode praoprasional (2-4 tahun), 3) Periode Operasional Konkrit (usia 7–11
tahun), 4) Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa). Pada anak usia dini
masuk dalam tingkat tahapan sensorimotorik dan praoprasional
Sedangkan fokus utama dari pemikiran Vygotsky adalah peran lingkungan terutama
lingkungan sosial dan budaya anak yang mendorong pertumbuhan kognitif . Berikut adalah
konsep utama dan prinsip-prinsip dalam teori Vygotsky: scaffolding (bantuan), ZPD (Zone
proximal development). Secara ringkas ZPD mewakili jangkauan tugas-tugas yang tidak dapat
dilakukan sendiri oleh anak-anak namun dapat dilakukan jika dibantu oleh orang dewasa.
Perkembangan terjadi dalam interaksi sosial. Teori sosiokultural menegaskan bahwa interaksi
sosial dengan orang lain mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam memberikan latihan pada
perkembangan anak.
Setelah mengetahui dari masing-masing karakteristik teori dari perkembangan kognitif
oleh piaget dan vygotsky maka guru dapat mengembangkan metode yang sesuai untuk
perkembangan anak usia dini. Sehingga perkembnagan kognitif tersesebut dapat berkembanga
secara optimal.

Dalam teori Vygotsky terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang
kurang tampak sukar diamati secara langsung.dengan begitu teori dari Piaget dapat menjawab
persoalan tersebut dimana Piaget merumuskan perkembangan anak menjadi beberapa tahapan
sesuai dengan tingkatanya. Jadi kesimpulanya meskipun teori dari Vygotsky dan Piaget terdapat
perbedaan cara pandang, namun sebenarnya apabila diteliti lebih lanjut dari kedua teori tersebut
dapat memberikan jawaban dari kekurangan masing-masing teori yang dikemukakan.
AN INTRODUCING TO
CHILDREN`S THINKING

Berpikir pada anak mengacu pada pemikiran yang terjadi dari saat kelahiran sampai
akhir masa remaja. Asal mula kemampuan bawaan yang dimiliki bayi memiliki tiga pandangan,
yaitu perspektif asosiasionis, perspektif konstruktivis, dan perspektif kompeten-bayi.
Proses berpikir anak-anak berkembang melalui serangkaian tahapan. Piaget berpendapat
bahwa mekanisme dasar yang menghasilkan semua perubahan kognitif adalah asimilasi dan
akomodasi.Empat mekanisme perubahan yang tampaknya memainkan peran besar dalam
perkembangan kognitif: otomatisasi, penyandian, generalisasi, dan konstruksi strategi.
Secara umum, semakin besar otak, semakin besar kecerdasan individu. perubahan dalam
ukuran, struktur, dan hubungan pola dari otak selama perkembangan anak sangat berkontribusi
terhadap perubahan dalam pemikiran anak. Perubahannya yaitu secara kuantitatif dan kualitatif,
terjadi pada tiga tingkatan, (1) perubahan otak secara keseluruhan; (2) perubahan struktur khusus
dalam otak; dan (3) perubahan dalam miliaran sel yang membentuk otak (neuron).
Vygotsky percaya bahwa semua proses psikologis “tertinggi” memiliki asal-usul dalam
interaksi sosial. Anak-anak awalnya melakukan tugas-tugas kognitif dengan dukungan dari
lingkungan sosial, dan dari waktu ke waktu, interaksi sosial secara bertahap diinternalisasikan,
sampai anak-anak dapat melakukan tugas-tugas mereka sendiri. Gagasan internalisasi menyoroti
peran internal orang lain dalam membimbing dan mendukung perkembangan anak-anak. Salah
satu jenis bantuan yang orang lain berikan kepada anak-anak adalah pijakan sosial (scaffolding),
yang membantu anak-anak berpikir tentang tugas tepat, permodelan dalam cara memecahkan
masalah, dan memberikan petunjuk yang membimbing anak ke arah yang berguna.
Sedangkan menurut teori Piaget proses psikologi sangat berkaitan erat dengan proses
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses di mana seseorang menggabungkan informasi
ke dalam pengetahuan yang telah mereka miliki. Akomodasi adalah proses yang berlawanan; di
dalamnya, pemahaman seseorang yang ada diubah oleh pengetahuan yang baru
Siegler berpendapat bahwa pemrosesan informasi pada anak dicirikan oleh modifikasi
diri, yaitu anak belajar memanfaatkan apa yang telah mereka pelajari dalam situasi sebelumnya
ke situasi baru. Bagian dari mofidikasi diri mendekatkan kita pada istilah metakognisi. yakni
mengetahui tentang pengetahuan itu sendiri. Dalam penerapan Siegler tentang pendekatan
proses-informasi, anak memainkan peran aktif dalam perkembangan kognitif mereka.
TEORI PERKEMBANGAN
PIAGET
Garis besar teori yang dikemukakan Piaget :

Garis besar
teori Piaget

Dalam teori perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget merumuskan bahwa aspek
perkembangan kognitif meliputi: kematangan, pengalaman, interaksi social dan ekuilibrasi serta
lekat sekali dengan pemahaman yang berkaitan dengan asimilasi dan akomodasi. Piaget juga
membagi 4 tahapan menjdi beberapa tingkat perkembangan kognitif: 1) Periode sensori motor
(0-2 tahun), 2) Periode praoprasional (2-4 tahun), 3) Periode Operasional Konkrit (usia 7–11
tahun), 4) Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa). Pada anak usia dini
masuk dalam tingkat tahapan sensorimotorik dan praoprasional
Periode sensori motorik adalah Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman
diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Periode
praoprasional adalah merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangaun kemampuanya
dalam menyusun pikiranya. Fase praoprasional dapat dibagi menjadi 3 subfase, yaitu subfase
berpikir secara simbolis, subfase berfikir secara egoisentris dan subfase berpikir secara intuitif.

Analisis :

Berdasarkan tahapan-tahapan perkembangan piaget yang merumuskan perkembangan


anak usia dini pada periode sensorimotorik dan proprasional berdasarkan tingkatan usia, namun
pada kenyataan di lapangan dijumpai ada anak yang memiliki tingkat kemampuan kognitif yang
lebih daripada tingkatan usia yang dikemukakakan oleh piaget. Banyak peneliti juga yang
melakukan penelitian ulang atau berusaha menelaah hasil penelitian Piaget mengenai tahapan
perkembangan kognisi anak dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan/tugas-tugas Piaget.
Namun pada kenyataanya dijmpai kemampuan anak-anak melebihi batasan usia, ada yang
memang lebih cepat dalam aspek-aspek tertentu. Piaget juga dikritik bahwa anak-anak dan orang
dewasa juga seringkali berpikir dengan cara-cara yang tidak konsisten dengan gagasan tahap-
tahap yang tidak bervariasi. Hasil karya ini juga dikritik karena Piaget dianggap tidak melihat
faktor-faktor kultural dalam perkembangan anak.
Kemudian muncul pembaharu teori Piaget yang terilhami oleh Teori Piaget dan dikenal
dengan Neo – Piagetian. Neo-piagetian tetap mempertahankan kontruksi pengetahuan anak dan
tren-tren umum di dalam pemikiran anak, tetapi menambahkan temua-temuan dari pemrosesan
informasi tentang peran atensi, ingatan dan strategi. Ada juga teori lain yang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dari tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan
oleh Piaget yaitu teori yang dikemukakan oleh Vygotsky tentang scafolding (bantuan) terhadap
ZPD (Zone Proximal Defelopmen). Secara ringkas ZPD mewakili jangkauan tugas-tugas yang
tidak dapat dilakukan sendiri oleh anak-anak namun dapat dilakukan jika dibantu oleh orang
dewasa. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa jika anak mendapatkan bantua/scafoldig
(stimulus) yang tepat maka dapat dipastikan anak ini akan berkembang lebih baik. Tidak hanya
factor mental saja yang mendukung kemajuan kognisi pada anak, tapi factor lingkungan
(sosiokultural) juga penting oleh sebab itu teori yang dikemukakan oleh Vgotsky betentangan
sekaligus menjawab teori yang dikemukakan oleh Piaget. Dimana Piaget berpendapat bahwa
pengetahuan anak dibangun berdasakana atas pemahamanya sendiri (kontruktivis) dan
menyampingkan dari fantor lingkungan.
Meskipun demikian teori yang dikemukakan oleh Piaget tetap dapat dijadikan acuan
untuk mengetahui tingkatan-tingkatan perkembangan anak sebagai seorang individu sehingga
dapat dijadikan tolok ukur untuk memberikan stimulus yang tepat sehingga stimulus ini dapat
diterima oleh anak. Stimulus yang diberikan tidak terlalu mudah maupun sukar, dan tidak
memaksakan anak untuk menguasai materi yang jauh diatas jangkuan anak. Jadi teori yang
dikemukan oleh Piaget tetap dapat dijadikan rambu-rambu dalam perkembangan kognitif anak.
TEORI PERKEMBANGAN
VYGOTSKY

Garis besar
Teori Vygotsky:

Fokus utama dari pemikiran Vygotsky adalah peran lingkungan terutama lingkungan
sosial dan budaya anak yang mendorong pertumbuhan kognitif . Berikut adalah konsep utama
dan prinsip-prinsip dalam teori Vygotsky: scaffolding (bantuan), ZPD (Zone proximal
development). Secara ringkas ZPD mewakili jangkauan tugas-tugas yang tidak dapat dilakukan
sendiri oleh anak-anak namun dapat dilakukan jika dibantu oleh orang dewasa
Salah satu tuntutan pusat dari teori Vygotsky adalah mengenai teori sosiokultural yang
lebih umum. Perkembangan terjadi dalam interaksi sosial. Teori sosiokultural menegaskan
bahwa interaksi sosial dengan orang lain mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam
memberikan latihan pada perkembangan anak. Dalam teori sosiokultural melihat bahwa
lingkungan sosial sebagai bagian dari pemikiran anak dan kelakuan atau sikap kesadaran siswa
dan sikap atau kelakuan tidak dapat terlepas dari konteks sosial. Dengan demikian teori
sosiokultural, memberikan tekanan pada konteks anak-anak terhadap bentukan yang diberikan
oleh social.

Analisis
:

Teori yang dikemukakan oleh Vygotsky meskipuns ama-sama membahas tentang


perkembangan kognitif seperti halnya teori yang dikemukakan oleh Piaget, namun kedua teori
ini memiliki aliran pemikiran yang berbeda. Dalam aliran teori Piaget bersifat kontructivis dan
terdapat tahap-tahap tingkatan perkembangan yang dapat dipertanggung jawabkan dari sudut
pandang saintis. Dalam teori yang dikemukakan oleh vygotsky lebih mengarah kepada
sosiokultural yang lebih menekankan pada aspek social untuk perkembangan kognitif anak,
Teori yang dikemukakan oleh Vygotsky jika diamati juga tidak terlepas dari kelebihan dan
kelemahan dari teori tersebut.
Kelebihan dari teori Vygotski yang bersifat sosiokultural adalah: 1) Anak memperoleh
kesempatan yang luas untuk mengembangkan (ZPD) Zona Perkembangan Proximalnya atau
potensinya melalui belajar dan berkembang karena sesuai dengan teori yang dikemukakan
Vygotski terkait denga scaffolding, jika anak diberikan stimulus yang tepat dan oleh orang yang
tepat (memahami perkembangan anak) maka ini akan memberikan hasil yang lebih bagus;
2) Anak diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang
telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau
pemecahan masalah. 3) Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih
merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara
bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Kekurangan dari teori yang dikemukakan oleh Vygotsky adalah; teori ini terbatas pada
perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak sukar diamati secara
langsung.dengan begitu teori dari Piaget dapat menjawab persoalan tersebut dimana Piaget
merumuskan perkembangan anak menjadi beberapa tahapan sesuai dengan tingkatanya. Jadi
kesimpulanya meskipun teori dari Vygotsky dan Piaget terdapat perbedaan cara pandang, namun
sebenarnya apabila diteliti lebih lanjut dari kedua teori tersebut dapat memberikan jawaban dari
kekurangan masing-masing teori yang dikemukakan. Sedangkan kelemahan lain yang bisa saja
muncul dari teori Vygotsky ini adalah jika scaffolding yang diberikan oleh orang yang tidak ahli
pada bidangnya maka anak juga tidak akan mendapatkan perkembangan kognitif yang bagus.
Jadi kesimpulanya hal ini sangat berkaitan erat dengan faktor external disekitar anak
(lingkungan)
Pembelajaran di PAUD yang diimplementasikan dengan teori Vygotsky adalah
pembelajaran dengan model kelompok. Dimana didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas
memecahkan masalah bersama, pendampingan, kolaborasi, pembimbingan dan bentuk-bentuk
lain yang mendukung anak untuk berkembang. Pembelajaran dengan mengacu pada teori
Vygotsky ini sangat sesuai untuk mengasah rasa social anak, karena sifatnya sendiri banyak
berinteraksi dengan lingkungan social sekitar anak.
PERKEMBANGAN TEORI
BRUNER

Garis besar
teori Jerome
Bruner:
Jerome Bruner. Bruner memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif
manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi
pengetahuan. Bruner menganggap manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi.
Beliau menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Dalam memandang
proses belajar, Brunner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku
seseorang. Dengan teorinya yang disebut “(Free discovery learning)”
Selain itu Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan
tertentu.Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap
informasi, (2) tahap transformasi,dan (3) evaluasi

Analisis

Dalam teori kognitivisme Jerome brunner terkenal dengan teori belajarnya yaitu belajar
penemuan (free discovery learnig) yakni menekankan pada pemberikan kesempatan kepada siwa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahamannya sendiri. Sebenarnya teori ini
memiliki kesamaan dengan teori kontruktivisme yang dikemukakan oleh Jean Piaget dimana
seorang anak menemukan pengetahuanya sendiri. Sementara perbedaan teori dari Bruner dan
Piaget adalah pada penelitian Piaget terdapat tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan
umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Teori yang dikemukan oleh Bruner memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
teori ini adalah: 1) Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan teori yang dikemukakn Ausebel tentang
konsep belajar bermaknanyan yaitu belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna
ini akan terjadi apabila informasi baru yang diterimanya mempunyai hubungan dengan konsep
yang sudah ada dan diterima oleh siswa (Advance Organizers. 2) Belajar penemuan sangat
diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar pembelajar
dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima. 3) Meningkatkan penalaran si belajar dan
kemampuan untuk berfikir secara bebas
Sementara kelemahan dari teori yang dikemukakan oleh Bruner antara lain: 1) Belajar
Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang
efektif, karena disini anak dituntut dapat menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri
sesuai dengan intrepretasi anak terhadap suatu masalah. 2) Teori belajar seperti ini memakan
waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan
kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari
Teori yang dikemukakan oleh Bruner ini sebenarnya telah lebih dulu dijelaskan di
dalam Al-Qur’an dalam surat ar-Ra’du ayat 11, dimana manusia harus menemukan nasib mereka
sendiri.

          

……“ Sesengguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan mereka sendiri…”
Sementara tahapan dalam proses mengajar menurut Jerome Brunner yaitu : Stimulus,
Problem Statement, data collection, data processing, verifikasi, dan terakhir generalisasi yang
penjelasannya telah dijelaskan di atas. Hal ini sejalan dengan Al-Qur’an dalam ayat Al-Insyiroh :

    


7 serta Al-Insyiqoq :19

“sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat ( dalam kehidupan)


INFORMATION PROCESSING
THEORY OF DEVELOPMENT

Proses perkembangan pengelolahan informasi sesuai yang penulis jabarkan ditemukan


ada dua pemprosesan yang memainkan peran sangat penting dalam perkembangan kognitif
adalah otomatisasi dan encoding. Disini saya akan mengulas untuk menambahkan bahwa ada
enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yakni atensi, pengulangan, pemrosesan
mendalam, elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji), dan penatan organisasi). Atensi adalah
mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental, salah satu keahlian penting dalam
memerhatikan adalah seleksi. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak terbatas.
Pengulangan (rehearsal) adalah repitisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama
berada di dalam memori. Untuk pemrosesan mendalam dalam teori level pemrosesan,
menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke dalam, dimana
pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik. Ciri indrawi atau fisik
dari suatu stimuli akan dianalisis terlebih dahulu pada level dangkal. Ini dilakukan dengan
mendeteksi garis, sudut, garis, dan kontur (countur) dari huruf cetak atau frekuensi, durasi, dan
kekrasan suara.
Para peneliti telah menemukan bahwa individu mengingat informasi dengan lebih baik
jika mereka memprosesnya pada level yang lebih .Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan
memori dalam penyandian. Mengkontrusi citra artinya adalah , kita sedang mengelaborasi
informasi. Allan Paivio percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara: sebagai
kode verbal atau sebagi kode citra/imaji. Paivio mengatakan bahwa semakin detail dan unik dari
suatu kode citra, maka semakin baik memori anda dalam menginbat informasi itu. Apabila murid
menata (mengorganisasikan) informasi ketika mereka menyediakanya, maka memori mereka
akan banyak terbantu. Semakin tertata imformasia yang disampaikan, semakin mudah untuk
mengingatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam encoding ini terjadi dengan berbagai
tahapan, dan pada tiap tahapan memiliki tugas masing-masing.
Setiap manusia jika mendapatkan informasi baru secara teoristis akan di proses. Ada
lima pandangan teori yang berkaitan dengan perkembangan pengolahan informasi, yaitu jenis
teori teori Neo- Piagetian, teori Psikometri, teori Sistem Produksi, teori Koneksionis, dan teori-
teori Evolusi. Berbagai jenis teori tersebut, memiliki prinsip-prinsip dasar tetapi juga memiliki
fitur yang unik dalam perkembangan pengolahan informasi,
Dalam teori neo piagetian keberadaanya mengembangkan dari teori piaget, jika dikritisi
dan diamati dalam teori piagetian juga membagi tahapan perkembangan anak menjadi 4
tingkatan, sesuai dengan yang dikemukakan oleh piaget tetapi ada sedikit penambahan di
dalamnya yaitu te menambahkan temua-temuan dari pemrosesan informasi tentang peran atensi,
ingatan dan strategi. Jadi teori neo piagetian ini dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap
dari teori yang dikemukakan piaget.
MEMORY DEVELOPMENT

Garis besar dari


memory
development:
Pendekatan information-processing menyatakan bahwa memori dapat dipahami melalui
3 proses yaitu: 1) Encoding (atensi, pengulangan, elaborasi, mengkontruksi citra, mpenataan),2)
Storage (memori sensori, STM, LTM) dan 3) Retrieval (recall, recognition, reintegrative,
relearning).Pendekatan yang digunakan dalam perkembangan ingatan adalah: searching of
objek, rehearseal (pengulangan), organizing dan perhatian.
Pengetahuan metakognitif melibatkan usaha pemantauan dan refleksi pemikiran terbaru
seseorang pada saat sekarang, Ini mencakup pengetahuan factual. Sedangkan aktivitas
metakognitif terjadi ketika para siswa secara sadar menyesuaikan dan mengatur strategi
pemikiran mereka selama menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang memiliki maksud
tertentu. Banyak studi perkembangan yang diklasifikasikan sebagai “metakognitif”
memfokuskan pada metamemori, atau pengetahuan tentang memori. Untuk memberikan
stimulus yang tepat terhadap ingatan anak maka hal yang harus diperhatikan adalah model
pemrosesan informasi yang baik dan strategi dan regulasi metakognisi.

Analisis:

Dalam perkembangan memori terdapat beberapa proses yang harus dilewati (encoding,
storage dan retrieval) dan untuk strategi ingatan salah satunya adalah adanya pengulangan.
Pengulangan sangat erat kaitanya dengan proses mengingat namun pengulangan ini hanya tepat
untuk mendukung ingtan yang berada pada ranah penyimpanan (storage) Sort Term Memory.
Lalu kenapa demikian? Karena pengulangan seringkali hanyan berupa mengulang-ulang
informasi tanpa memberikan makna pada informasi itu. Murid dapat mengkosntruksi memori
mereka dengan baik melalui cara yang bermakna. Dengan begitu mereka akan bisa mengingat
dengan lebih baik. Hal tersebut juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ausebel tentang
konsep belajar bermaknanyan yaitu belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna
ini akan terjadi apabila informasi baru yang diterimanya mempunyai hubungan dengan konsep
yang sudah ada dan diterima oleh siswa (Advance Organizers). Selain itu Ausebel dan juga
Novak (1977) mengemukakan bahwa, ada tiga kebaikan dalam dari belajar bermakna, Yaitu: (1).
Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, (2). Informasi yang
tersubsumsi berakibatkan peningkatan deferensiasi dari subsume subsume, jadi memudahkan
proses belajar berikutnya untuk materi belajar yang mirip, (3). Informasi yang dilupakan sesudah
subsumsi akan mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa. Jadi
kesimpulanya belajar bermakna akan lebih memberikan manfaat daripada sekedar hafalan.
PROBLEM SOLVING

Ringkasan

Problem solving merupakan proses berpikir dimana siswa menemukan kombinasi


antara pengetahuan sebelumnya dengan yang dipelajari, sehingga siswa dapat menerapkan
pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan masalah.Pemecahan masalah mengindikasikan bahwa
diperolehnya solusi suatu masalah menjadi syarat bagi proses pemecahan masalah dikatakan
berhasil. Dalam memecahkan masalah, setiap individu memerlukan waktu yang berbeda. Hal ini
disebabkan oleh motivasi dan strategi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapinya.Beberapa rintangan yang lazim ditemui dalam pemecahan masalah adalah:
1) Fiksasi, 2) Kurangnya motivasi, serta 3) kontrol emosional yang kurang memadai.
Adapun usaha yang digunakan untuk menspesifikasikan langkah-langkah yang harus dilalui
individu untuk memecahkan problem atau masalah secara efektif adalah: 1) mencari dan
memahami problem 2) menyusun strategi pemecahan problem yang baik, 3) mengeksplorasi
solusi 4) memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu

Analisis:

Seperti yang dikemukan diatas bahwa dalam pemecahan masalah ada beberapa
rintangan yang lazim ditemui diantaranya salah satu diantaranya adalah kurangnya motivasi, hal
ini juga selaras dengan teori yang dikemukakn oleh Mr. Donald (1950) tentang Motivasi adalah
suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Jadi disini motivasi sangat diperlukan sebagai semangat untuk
memecahkan masalah.
Hal lain yang sering mempengaruhi dalam pemecahan masalah adalah tentang control
emosional. Seseorang yang berada dalam control emosional yang buruk maka akan
mengganggunya untuk berfikir jernih dan menemukan solusi dalam pemecahan masalah yang
sedang dialami. Hal tersebut juga telah dipraktikkan di sekolah akademi monyet milik Khuru
Samporn atau yang lebih terkenal sebagai Samporn Monkey Training College yang didirikan
pada tahun 1957 di District Kanchanadit, Provinsi Surat Thani. Meskipun tempat ini
diperuntukkan untuk sekolah monyet namun banyak dikunjungi oleh para praktisi pendidikan
dan organisasi-organisasi pendidikan dunia seperti UNESCO, UNICEF, ONEC dan sebagainya
untuk dijadikan sumber pembelajaran dan wacana membuka wawasan untuk membangun konsep
pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak manusia. Salah satu metode yang diterapkan oleh
Khuru dalam proses pembelajaran adalah selalu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
para monyet. Khuru menjelaskan bahwa monyet-monyet ini akan dapat menyerap pelajaran
dengan baik jika mereka berada di bawah control emosional yang baik, jika monyet tersebut stres
maka dia tidak dapat menyerap pelajaran dengan baik. Dari sini kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kondisi yang kondusif akan mempengaruhi control emosional sehingga dapat
mempengaruhi ketenangan jiwa sehingga dapat berfikir jernih unuk mencari solusi untuk
memecahkan masalah
DEVELOPMENT ACADEMIC
SKILL

Dalam mereview makalah yang berjudul “Perkembanga kemampuan akademik saya


menemukan 4 hal yang perlu diulas (menambahkan ataupun mengkritisi) diantaranya
adalah :

1. Dalam makalah yang berjudul perkembangan akademik, dijelaskan bahwa konsep


perkembangan kognitif menurut Piaget adalah Perkembangan merupakan suatu proses yang
bersifat kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan
selanjutnya. Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka
perkembangan selanjutnya akan memperoleh hambatan. Apabila diteliti lebih lanjut menurut
saya hal serupa juga dikemukakan oleh Bloom yang mungkin dapat dijadikan
pendukung/penguat dari pandangan yang dikemukakan oleh Piaget.
Bloom dalam Sukaca (2009:22) mengatakan bahwa kecerdasan anak pada usia 15
tahun merupakan hasil PAUD. Adapun pemikiran lain yang mendasari alasan yang
dikemukakan di atas adalah, dalam enam tahun pertama yang disebut degan The Golden
Age, seorang anak memiliki potensi yang pesat untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari
fisik otak anak sudah terbentuk. Di masa-masa inilah, seyogyanya anak mulai diarahkan
karena saat keemasan/masa peka tidak akan terjadi dua kali. Pada usia ini stimulus yang
diberikan dan mengalami pengulangan akan menjadi permanen. Adapun koneksi di otak
yang tidak digunakan akan dipangkas atau dibuang, oleh karena itu pada masa-masa tersebut
merupakan saat yang tepat untuk mengoptimalkan daya serap otak anak agar tidak
terpangkas secara percuma. Dari berbagai alasan tersebut maka muncullah pemikiran bahwa
pendidikan pada anak usia dini dianggap perlu untuk mengoptimalkan tumbuh kembang
anak, tentunya dengan cara yang tepat, karena dengan penanganan yang tepat akan
memberikan dampak positif bagi kelanjutan masa berikutnya begitu juga sebaliknya

2. Dalam tahap praoprasional menurut Piaget membagi tahapan menjadi 3 yaiu simbolis,
intuitif dan egoisentris. Disini saya akan memberikan tambahan mengenai tahapan intuitif
dimana dalam tahapan ini masih dibagi lagi menjadi 3.yaitu concervation, contraction
dan animism. Pada masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena tahap ini
adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis,
sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya
berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum
memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi,
luas, dll. ciri-ciri anak pada tahap ini juga belum memahami dan belum dapat
memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan atau masih belum maksimal terhadap
konsentrasi (contration), memperlakukan benda selayaknya memiliki kualitas kehidupan
animism (Nafisah: 2014)

3. Secara khusus perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam


beberapa tahap, yaitu: (1)tahap fantasi, (2)tahap pembentukan konsep diri, (3)tahap
membaca gambar, tahap pengenalan bacaan. Disini saya akan mengkritisi antara tahap
fantasi dan tahap membaca gambar. Pada tahapan membaca fantasi adalah tahapan anak
dimana dia membaca gambar menurut intrepretasi anak tersebut, jadi sifatanya anak
seakan-akan bebas memaknai arti gambar tersebut terlepas dari cerita ‘bacaan”. Namun
jika tahap ini disebut dengan tahap membaca fantasi yang artinya membaca gambar maka
pemahaman ini akan menimbulkan ambigu/pengertian dua makna dengan tahapan yang
ke 3 yaitu “tahapan membaca gambar”. Menurut saya tahapan yang ke 3 ini lebih tepat
jika diganti kata-katanya menjadi “membaca simbol”. Karena pengertian symbol disini
adalah anak sudah mengerti pelafalan dari symbol-simbol huruf yang dipakai.
MULTIPLE INTELEGENSI
OLEH HOWARD GARDNER

Multiple intelegensi Howard


Gardner

Howard Gardner menilai bahwa kecerdasan tidak dapat hanya diukur berdasarkan angka
seperti tes IQ. Namun Kecerdasan harus dilihat secara luas sebagai kumpulan kemampuan,
bakat, atau ketrampilan mental dengan istilah lain biopsikologi. Sehingga setiap orang memiliki
potensi dalam dirinya untuk unggul di suatu bidang atau lebih, tergantung dari pengembangan
dalam diri orang tersebut.
Pada tahun 1930 Gardner merumuskan ada 9 kecerdasan jamak diantaranya adalah:
kecerdasan linguistik, logis mathematis, visual spasial, musikal, kinestetik, intrapersonal,
intrapersonal, naturalis dan extensialis.

Analisis:

Sebelum tahun 1993 dimana Gardner merumuskan 9 kecerdasan jamak, pada tahun
1980 Pricilia Vail melalui bukunya yang berjudul Smart Kids With The School Problem dia
menuangkan pemikiranya bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda sesuai dengan
bakat minatnya namun belum memetakan dari kesembilan kecerdasan tersebut, seperti halnya 9
kecerdasan jamak yang saat ini kita kenal. Lalu pada tahun 1991 disusul juga penemuan yang
dikemukakan oleh Thomas G West melalui bukunya
Mengacu pada 9 kecerdasan jamak yang dikemukakan oleh Gardner salah satunya ada
kecerdasan exitensial tetapi ada juga penemu lain diantaranya adalah psikolog Danah Zohar dan
suaminya Ian Marshall melakukan riset dan pencarian yang berakhir dengan diluncurkan istilah
baru kecerdasan, yakni Spiritual Intelligence (SI) atau kecerdasan spiritual. Kecerdasan yang
memberikan kesadaran bahwa hidup punya dimensi lebih dari sekedar menghabiskan waktu
untuk memupuk modal material. Mereka menulis buku berjudul : Spiritual Intelligence – The
Ultimate Intelligence. Zohar dan Marshall tidak memakai kecerdasan exitensial melainkan
kecerdasan spiritual. Lalu apa yang mendasari dari perbedaan antara exitensial dan juga
kecerdasan spiritual?
Ada beberapa tokoh yang mengiyakan teori yang dikemukan oleh gardner tentang
kecerdasan exitensi namun ada juga yang mengkritik, tentu hal ini juga ada alasanya. Kecerdasan
exitensial adalah kecerdasan yang berkaitan dengan pemikiran tentang keberadaan manusia di
dunia sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan mengenai pandangan manusia sebagai
makhluk beragama. Jadi kesimpulanya dalam kecerdasan extensial berkaitan dengan hubungan
manusia secara horizontal (manusia dan alam semesta), sedangkan kecerdasan spiritual berkaitan
dengan kecerdasan manusia secar vertical (hubungan mnausia dengan dunia dan terhadap Tuhan)
Beberapa pemikiran yang menyebutkan bahwa penggunaan kecerdasan spiritual lebih
tepat dalam implementasinya karena atas dasar pemikiran kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan
seseorang untuk berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai yang luhur
yang mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia. Di sisi lain disebutkan tentang adanya
God Spot (celah Tuhan) di otak manusia dari sudut pandang neuropsikologi. Otak manusia terdiri
dari 3 lapisan: lapisan pertama yang terletak di sisi luar (bagian daun) disebut lapisan pinggir ego
(rasional); lapisan kedua yang terletak di tengah, ada lapisan penghubung asosiatif (emosional);
dan lapisan ketiga di bagian pusat adalah pemersatu (spiritual).

Anda mungkin juga menyukai