Anda di halaman 1dari 34

PEMBELAJARAN UNTUK PAUD

KOBER YANSHURUL UMMAT

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini menurut Nasional Assosiation in Education for Young Children (NAEYC)

adalah anak yang berada pada rentang usia lahir sampai usia 8 tahun (Wikipedia, 2007). Anak

usia dini memiliki potensi genetik dan siap untuk dikembangkan melalui pemberian berbagai

rangsangan. Sehingga pembentukan perkembangan selanjutnya dari seorang anak sangat

ditentukan pada masa-masa awal perkembangan anak.

Sujiono (Dewi dan Eveline, 2004: 351) menjelaskan bahwa anak usia dini adalah

sekelompok anak yang berusia 0-8 tahun yang memiliki berbagai potensi genetik dan siap untuk

ditumbuh kembangkan melalui pemberian berbagai rangsangan. Gibran (Suharsono, 2004: 39)

melukiskan istilah bagi anak dengan kalimat, “anakmu bukanlah anakmu, melainkan anak

zamannya”. Banyak aspek-aspek perkembangan Anak Usia Dini AUD. Secara internasional

sebenarnya aspek-aspek perkembangan AUD adalah:

a. Perkembangan Fisik, baik motorik halus maupun motorik kasar.

Yang termasuk motorik halus dalam hal ini adalah gerakan tangan dan yang termasuk dalam

motorik kasar adalah gerakan si anak saat naik-turun tangga ataupun memanjat.

b. Perkembangan emosional dan sosial.

Emosional dalam hal ini menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan si

anak, baik itu perasaan, sedih, senang, kesal, gembira, dll. Sedangkan perkembangan sosial

dalam hal ini adalah interaksi si anak dengan lingkungan, terutama orang-orang yang ada di

sekitar si anak.
c. Perkembangan kognitif/intelektual.

Perkembangan kognitif disini contohnya adalah perkembangan kemampuan si anak untuk

menggunakan bahasa.

Aspek-aspek perkembangan anak ini tidak mutlak digunakan oleh seluruh negara, namun

ketiga aspek ini merupakan acuan yang digunakan dalam menentukan aspek perkembangan

anak. Misalnya ada checklist di Australia yang memisahkan antara perkembangan bahasa dengan

perkembangan kognitif intelektual.

Di Indonesia sendiri, Direktorat TK & SD DEPDIKNAS tidak menyebutkan aspek

perkembangan, namun ada aspek-aspek perkembangan yang masuk dalam kurikulum TK.

Aspek-aspek perkembangan tersebut adalah:

a. Perkembangan fisik.

Dalam kurikulum TK tidak disebutkan masalah motorik halus dan motorik kasar, namun

yang disebutkan adalah keterampilan dan fisik. Sebenarnya keterampilan adalah motorik

halus dan fisik adalah motorik kasar.

b. Perkembangan Emosional dan sosial.

Perkembangan emosional dan sosial dalam kurikulum TK disebut sebagai perkembangan

moral dan perilaku.

c. Perkembangan kognitif/intelektual.

Dalam kurikulum TK perkembangan kognitif/intelektual ini disebut dengan daya pikir.

d. Kreativitas yang tumbuh dari perkembangan yang sehat dari semua aspek disebut daya cipta.

Pada penelitian ini, anak usia dini yang menjadi sasaran adalah anak usia dini yang dalam

tahapan Piaget berada pada tahap pra-operasional yaitu dengan rentang usia 3-5 tahun.
2. Perkembangan pada Anak Usia Dini

Perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan kontinyu berkesinambungan

dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Syamsu (2006: 17) memberikan definisi lain

dari perkembangan yaitu:

Perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat


kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara
sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).

Syamsu (2003: 17-20) mengungkapkan ada beberapa prinsip-prinsip dalam perkembangan,

yaitu:

a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process).

b. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi.

c. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.

d. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.

e. Setiap fase perkembangan memiliki ciri khas.

f. Setiap individu yang normal akan mengalami fase perkembangan.

Perkembangan sebagai suatu proses yang selalu berkesinambungan menuju ke arah suatu

organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan

dan belajar. Jadi sesungguhnya perkembangan merupakan proses dalam pertumbuhan yang

terjadi secara berkesinambungan dan menunjukkan adanya pengaruh dalam yang menyebabkan

bertambahnya tempo, kualitas dalam pertumbuhan itu sendiri.

Hurlock (Sri Rumini. dkk, 1993: 23) menjelaskan bahwa dalam perkembangan ada dua

proses yang bertentangan yang terjadi secara bersamaan selama kehidupan, yaitu pertumbuhan

atau evolusi dan kemunduran atau involusi. Namun apapun pengertian tentang perkembangan,

pada hakikatnya memiliki kesamaan di mana perkembangan lebih menunjuk kepada perubahan
psikis, yang jelas.

Berdasarkan pengertian perkembangan, banyak pemikiran yang timbul dari para tokoh

psikologi tentang perkembangan pada anak usia dini. Namun ada dua pemikir besar yang

mempengaruhi pemikiran mengenai perkembangan pada anak usia dini dalam penelitian ini. Dua

tokoh psikologi tersebut adalah Peaget dengan psikologi kognitifnya dan Lev Vygotsky dengan

Psikologi konstruksi sosialnya.

a. Piaget

Piaget (Syamsu, 2006: 4-6) berpandangan bahwa konsep dasar perkembangan manusia

dapat digambarkan dalam konsep fungsi dan struktur. Fungsi merupakan sebuah mekanisme

biologis yang sama bagi setiap orang. Tujuan dari fungsi-fungsi ini adalah untuk menyusun

struktur kognitif internal. Piaget mengungkapkan bagaimana dia mengelompokkan

fungsifungsi dari individu, yaitu:

1) Organisasi, yang merujuk pada fakta bahwa semua struktur kognitif berinteraksi
dalam berbagai pengalaman baru harus diselaraskan kedalam sistem yang ada.
2) Adaptasi, yang merujuk kepada kecenderungan organisme untuk menyelaraskan
dengan lingkungan. Adaptasi ini terdiri dari dua sub proses, yaitu asimilasi dan
akomodasi.

Peaget berpendapat bahwa Perkembangan kognitif (intelegensia) meliputi empat tahap,

yaitu:

1) Tahap sensorimotor (0-2 tahun), pada tahap ini pengetahuan diperoleh melalui interaksi

fisik baik dengan orang tua maupun benda. Skema-skema baru berbentuk refleks-refleks

sederhana, seperti menggenggam atau menghisap.

2) Tahap praoperasional (3-6 tahun), pada tahap ini anak mulai menggunakan simbolsimbol

untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol tersebut seperti

kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah
laku yang tampak). Menurut Asri Budiningsih (2003: 37) Anak pada tahap

praoperasional memiliki karakter: (1) self counter-nya sangat menonjol, (2) dapat

mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok, (3) mampu

mengungpulkan barang-barang menurut kriteria, (4) memahami bahwa jumlah objek

adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda, (5) anak

mulai memahami sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya.

3) Tahap operasi kongkret (7-11 tahun), Anak mulai dapat membentuk operasi-operasi

mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan

mengubah. Operasi ini memungkinkan untuk memecahkan masalah secara logis.

4) Tahap operasi formal (12 tahun sampai dewasa), tahap ini merupakan operasi mental

tingkat tinggi. Anak sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis

abstrak, tidak hanya dengan objek-objek kongkrit. Remaja sudah dapat berfikir abstrak

dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternative yang ada.

Piaget (Gopnik. dkk, 2006: 44) menyimpulkan bahwa anak-anak tidak begitu saja

mendapatkan pengetahuan dari orang dewasa, entah dari kehidupan masa silam maupun

DNA. Piaget beranggapan bahwa anak memiliki mekanisme belajar yang luar biasa yang

memungkinkan mereka mengkonstruksi gambar-gambar baru dunia, gambar-gambar yang

mungkin sangat berbeda dengan gambar yang didapat oleh orang dewasa.

b. Lev Vygotsky

Lev Vygotsky (Asri Budiningsih, 2003: 102) seorang ilmuan asal Rusia ini terkenal

dengan teori sosiokulturnya, mengungkapkan bahwa konsep penting tentang perkembangan

kognitif adalah hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development), Zona of

Proximal Development (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana
anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan

memecahkan masalah yang dihadapinya.

Teori yang juga disebut sebagai teori konstruksi sosial ini menekankan bahwa

intelegensi manusia berasal dari masyarakat, lingkungan dan budayanya. Teori ini juga

menegaskan bahwa perolehan kognitif individu terjadi pertama kali melalui interpersonal

(interaksi dengan lingkungan sosial) intrapersonal (internalisasi yang terjadi dalam diri

sendiri).

Pandangan teori sosiokultur mengungkapkan bahwa menggunakan alat berfikir akan

menyebabkan terjadinya perkembangan kognitif dalam diri seseorang. Kegunaan alat

berfikir adalah untuk membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan

tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.

Teori sosiokultur ini terkenal dengan ZPD (Zona Proksimal Development), Vygotsky

mendefinisikan Zona Perkembangan Proksimal sebagai jarak antara level perkembangan

aktual seperti yang ditentukan untuk memecahkan masalah secara individu dan level

perkembangan potensial seperti yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah

bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mampu.

Secara jelas Vygotsky memberikan pandangan yang matang tentang konsep tersebut seperti

yang dikutip oleh Luis C. Moll (1993: 157):

The zone of proximal development defines those functions that have not yet matured
but are in the process of maturation, functions that will mature tomorrow but are
currently in an embryonic state. These functions could be termed the “buds” or
“flowers” of development rather than the “fruits” of development.

Orang dewasa memainkan peran krusial terhadap apa yang diketahui anak-anak.

Kehadiran orang tua terbukti dengan sendirinya sebagai faktor yang paling menentukan
dalam kehidupan anak-anak, entah itu berakibat baik maupun berakibat buruk. Gopnik, dkk

(2006: 47) menjelaskan pandangan Vygotsky terhadap orang dewasa, dan khususnya orang

tua, merupakan sejenis alat yang digunakan oleh anak-anak untuk memecahkan persoalan

ilmu pengetahuan. Vygotsky memperhatikan bagaimana orang tua secara tidak sadar

menyesuaikan perilakunya supaya dapat memberikan informasi kepada anak-anak untuk

memecahkan persoalan-persoalan yang penting dalam kehidupan mereka. Anak-anak

menggunakan orang dewasa untuk menemukan kekhasan-kekhasan dalam kebudayaan dan

masyarakat mereka.

Vygotsky (Gopnik, dkk, 2006: 47) berfikir bahwa pengaruh orang dewasa terhadap

pikiran anak-anak secara fundamental bersifat biologis, bagian dari sifat dasar kita sebagai

manusia. Dengan bantuan orang tua anak-anak menemukan peran bahasa yang merupakan

ciri khas alamiah, biologis dan juga unik dalam kehidupan manusia. Bahasa tidak dapat

dilepaskan dari kehidupan manusia, karena bahasa dapat digunakan sebagai medium untuk

melanjutkan penemuan-penemuan kultural kita. Vygotsky melihat bahwa kebudayaan itu

alamiah.

Anak usia dini yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah anak usia dini yang berada

dalam tahap praoperasional dengan rentang usia 3-5 tahun. Pada perkembangannya, anak usia

dini membutuhkan pendampingan dari orang tua untuk dapat membantu menyelesaikan tugas

perkembangannya dengan baik.

Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini


1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran seringkali menimbulkan kebingungan dalam pembedaan kedua

istilah tersebut. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang belajar dan pembelajaran.

Azhar Arsyad (2006: 1) memberikan pengertian belajar sebagai sesuatu yang kompleks yang

terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar menurut pandangan teori kognitif

sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku

yang tampak. Belajar dalam pandangan teori pemrosesan informasi dianggap sebagai pengolahan

informasi, teori ini berpendapat bahwa belajar sangat ditentukan oleh informasi yang dipelajari,

semakin banyak informasi yang diterima seseorang, maka akan semakin banyak pula orang

tersebut belajar. Belajar sebenarnya adalah suatu proses di mana suatu organisasi akan berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman, pengalaman membuat seseorang dapat mengkonstruksi

pemikirannya dengan lebih kongkrit.

Untuk memperjelas definisi-definisi belajar tersebut, maka harus dipahami bahwa ada

beberapa komponen dalam belajar. Komponen-komponen yang terdapat di dalam belajar

tersebut:

1. Perubahan Perilaku

Belajar yang disimpulkan, terjadi apabila perilaku suatu organisma termasuk manusia,

mengalami perubahan. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah perilaku verbal

dari manusia.

2. Belajar dan pengalaman


Komponen yang kedua ini diungkapkan “sebagai suatu hasil pengalaman“. Belajar

dengan istilah ini menekankan pada pengalaman, dimana pengalaman menjadi komponen

utama dari belajar.


Seseorang dianggap telah memiliki kemampuan dalam belajar apabila dia telah memiliki

aspek:

1. Penguasaan materi.

2. Kemahiran mendengar, berpartisipasi dan mengambil kesimpulan.

3. Kemahiran membaca.

Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru ada saat

seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan Pembelajaran memiliki

berbagai macam metode penyampaian pada siswa. Namun menurut Paul Suparno, dkk (2002:

47) tidak ada satupun metode pembelajaran yang paling baik bila dibandingkan dengan yang

lainnya. Masing-masing memiliki kelemahan dan keunggulan. Metode pembelajaran yang

membantu siswa untuk melakukan kegiatan, pada akhirnya akan dapat mengkontruksi

pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik. Ada beberapa metode yang cukup efektif yang

dapat mengaktifkan siswa, yaitu metode penemuan dengan penekanan pada kerangka berfikir

metode ilmiah. Mukminan (2004: 13) mengartikan pembelajaran sebagai proses pengelolaan

lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia untuk

melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu, sebagai respons terhadap sesuatu pula.

Jadi proses pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan, dan penyampaian informasi

dalam suatu lingkungan yang sesuai serta cara siswa berinteraksi dengan informasi itu. Oleh

karena itu pembelajaran di abad ke XXI harus dijauhkan dari cita-cita pendidikan abad ke XXI,

yaitu pendidikan hanya digunakan untuk melatih orang dalam perilaku lahiriah yang

didefinisikan secara sempit, agar dapat memperoleh hasil standar yang dapat diramalkan.

Pembelajaran pada masa lalu, yang dicari adalah membuat perilaku sejalan dengan produksi dan

pemikiran rutin.
Peserta belajar akan menyenangi belajar bila belajar itu dia dapatkan sendiri. Belajar dari

hasil mencari akan memberikan pengalaman langsung pada peserta belajar, dan peserta belajar

akan menjadi lebih tertarik serta lebih mudah mengingat apa yang diberikan.

Berbicara masalah pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari unsur efektifitas pembelajaran.

Pembelajaran yang baik adalah jika proses dalam pembelajaran itu efektif. Degeng (1989:

165180) mengungkapkan bahwa keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari indikator-indikator

berikut:

(1) Kecermatan penguasaan perilaku


(2) Kecepatan untuk kerja
(3) Kesesuaian dengan prosedur
(4) Kuantitas unjuk kerja
(5) Kualitas hasil akhir
(6) Tingkat alih belajar
(7) Tingkat retensi

Dalam penelitian ini keefektifan yang diukur adalah keefektifan penggunaan multimedia

yang dikembangkan, keefektifan diukur melalui pengamatan terhadap komponen materi.

2. Pentingnya Pembelajaran bagi Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (Early Childhood Education) merupakan bidang ilmu yang

relatif baru. Bila sebelumnya anak didik berdasarkan pemahaman orang dewasa saja bagaimana

cara memperlakukan anak dan apa yang terbaik bagi anak, saat ini setelah berkembang

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), diharapkan anak dapat diperlakukan sesuai dengan

kebutuhan perkembangannya sehingga anak tumbuh sehat jasmani dan rohani. Anak pun dapat

diperhatikan secara lebih komprehensif.

Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang

dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang

dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak

akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung

dengan lancar. Vygotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang

penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat

terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Greeberg (Isjoni, 2006) melukiskan bahwa

pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui bekerja, bermain dan hidup bersama

dengan lingkungannya.

Pembelajaran untuk anak usia dini bukan berarti anak harus disekolahkan pada umur yang

belum seharusnya, dipaksa untuk mengikuti pelajaran yang akhirnya justru membuat anak

menjadi terbebani dalam mencapai tugas perkembangannya. Pembelajaran untuk anak usia dini

pada dasarnya adalah pembelajaran yang kita berikan pada anak agar anak dapat berkembang

secara wajar.

Pada hakikatnya anak belajar sambil bermain, oleh karena itu pembelajaran pada pada anak

usia dini pada dasarnya adalah bermain. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat

aktif dalam melakukan berbagai ekplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain

merupakan bagian dari proses pembelajaran. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus

dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Proses

pembelajaran yang dilakukan harus berangkat dari yang dimiliki anak. Setiap anak membawa

seluruh pengetahuan yang dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman baru.

Banyak aspek-aspek perkembangan Anak Usia Dini AUD. Secara Internasional Nasional

Assosiation in Education for Young Children (NAEYC) (Dewi dan Eveline, 2004: 351-356)

mengungkapkan sebenarnya aspek-aspek perkembangan AUD adalah:

a) Perkembangan fisik, baik motorik halus maupun motorik kasar.


Yang termasuk motorik halus dalam hal ini adalah gerakan tangan dan yang termasuk

dalam motorik kasar adalah gerakan si anak saat naik-turun tangga ataupun memanjat.

b) Perkembangan emosional dan sosial.

Emosional dalam hal ini menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan

si anak, baik itu perasaan, sedih, senang, kesal, gembira, dll. Sedangkan perkembangan

sosial dalam hal ini adalah interaksi si anak dengan lingkungan, terutama orang-orang

yang ada di sekitar si anak.

c) Perkembangan kognitif/intelektual.

Perkembangan kognitif di sini contohnya adalah perkembangan kemampuan si anak

untuk menggunakan bahasa.

Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri, namun sering kali guru dan orang tua

mengajarkan anak sesuai dengan pemikiran orang dewasa. Akibatnya, apa yang diajarkan kepada

anak sulit untuk diterima. Gejala ini dapat dilihat dari banyaknya hal yang disukai oleh anak,

namun menjadi larangan oleh orang tua, sebaliknya hal yang disukai orang tua banyak yang

tidak disukai anak. Oleh sebab itu, orang tua sangat perlu untuk memahami hakikat dari

perkembangan anak.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka pembelajaran yang paling tepat bagi anak

usia dini adalah pembelajaran yang menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi.

Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga anak merasa pembelajaran tersebut

menyenangkan, gembira dan demokratis, sehingga menarik perhatian anak untuk terlibat dalam

pembelajaran.
3. Melatih Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini dalam Pembelajaran

Anak perlu dilatih kecerdasan majemuk yang di miliki, agar anak dapat belajar dengan

efektif dan mampu menghargai dirinya sendiri. Amstrong (2003: 243-249) mengungkapkan

bahwa untuk melatih kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh anak, maka perlu memperhatikan

beberapa petunjuk berikut: gunakan bahasa yang sederhana, hubungkan semua kecerdasan

dengan dunia anak, tekankan bahwa anak mempunyai semua jenis kecerdasan, tunjukkan tokoh

panutan dalam hidup anak, kunjungi tempat-tempat di mana berbagai kecerdasan dihargai,

gunakan cara-cara kreatif.

Pembelajaran bagi anak usia dini adalah dengan bermain, maka untuk melatih kecerdasan

majemuk pada anak usia dini kita harus kreatif dalam membuat permainan yang mengandung

nilai pendidikan. Namun sayangnya, saat ini kegiatan bermain kurang mendapatkan perhatian

para pendidik anak usia dini. Anak usia dini sudah banyak mendapatkan tugas-tugas dari para

guru mereka di sekolah, sehingga bentuk pembelajaran anak usia dini banyak yang terstruktur

dan formal, sehingga kesempatan untuk anak belajar sambil bermain menjadi sangat kurang.

Padahal, bermain merupakan sarana yang paling efektif untuk dapat melatih kecerdasan pada

anak usia dini. Menurut Bredekamp and Copple (1997):

The physical development of 3-through 5-years-olds should be considered


throughout the learning environment and across the curriculum. Plans should
provide for physical activity throughout the young child’s day. In any part of the
curriculum, requiring too much sitting is at odds with young children’s characteristic
mode of learning through activity through moving, exploring, and acting on objects.

pada hakikatnya semua anak-anak suka bermain, kegiatan bermain anak ini perlu untuk

mendapatkan perhatian lebih oleh orang tua maupun orang-orang yang terlibat dalam pendidikan

anak usia dini. Abdullah (2007 : 26-27) mengungkapkan tiga langkah penting yang menjadi

pertimbangan utama untuk melatih kecerdasan majemuk anak, yaitu:


a. Melihat kemampuan anak dalam berinovasi.

b. Metode ilmiah yang digunakan harus dapat diterapkan kepada siapa saja.

c. Penerapan metode yang dipilih secara bertahap, sabar dan tidak tergesa-gesa.

Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak. Hampir semua bidang akan

berkembang dengan bermain, oleh sebab itulah kita perlu untuk menciptakan permainan edukatif

untuk melatih kecerdasan anak, agar anak dapat bermain sambil belajar dan itu berlangsung

tanpa disadarinya dan tanpa adanya tekanan dari orang tua. Bermain menurut Slamet Suyanto

(2003: 135-137) banyak perkembangan anak yang terjadi karena bermain, antara lain:

a. Bermain mengembangkan kemampuan motorik.


b. Bermain mengembangkan kemampuan kognitif.
c. Bermain mengembangkan kemampuan afektif.
d. Bermain mengembangkan kemampuan bahasa.
e. Bermain mengembangkan kemampuan sosial.

Dalam kegiatan bermain sebenarnya anak menemukan pembelajaran yang hakiki. Oleh

karena itu, anak tidak boleh dipaksa untuk belajar, bermain adalah belajar bagi anak. Anak usia

dini tidak mengartikan belajar seperti halnya orang dewasa. Anak usia dini tidak selalu belajar

dengan kondisi teratur dan berjangka waktu tertentu, mereka lebih senang belajar dalam keadaan

bebas, belajar tanpa menyadari sedang belajar, belajar dalam suasana bermain.

Misni (2006) mengungkapkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

anak dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,

memberi kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak secara spontan dan tanpa beban.

Dunia anak pada dasarnya adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini

anak melakukan sebagian besar kegiatannya dengan bermain. Kebutuhan atau dorongan internal

terutama tumbuhnya sel saraf di otak memungkinkan anak untuk melakukan berbagai aktivitas

bermain tanpa mengenal lelah.


Biasanya anak bermain sambil “bergumam”, yaitu mengungkapkan ide dalam pikirannya

dengan kata-kata. Proses ini dikenal dengan istilah thinking aloud, suatu proses berfikir yang

dikenal dengan istilah internal speech di mana anak bertanya pada dirinya, dibuktikan dengan

melakukan percobaan kepada objek, dan diambil kesimpulan secara sendiri untuk menjawab

pertanyaannya sendiri. Begitu pentingnya bermain bagi perkembangan anak, maka perlu untuk

diperhatikan perkembangan anak dalam bermain itu sendiri.

di masa pandemi seperti saat ini, orang tua pun perlu lebih memahami tentang materi
PAUD agar bisa mendampingi proses belajar di rumah. Apa saja materi PAUD yang
umumnya dipelajari anak prasekolah?

1. Mengenal huruf dan suara


Sebagai bagian dari kurikulum prasekolah, anak-anak akan mulai belajar mengenali
dan memberi nama semua 26 huruf besar dan beberapa huruf kecil. Jangan terlalu
memaksa anak, sebab pada dasarnya huruf kecil memang lebih sulit dipelajari pada
usia ini.

Sebagai langkah awal, Bunda bisa memperkenalkan huruf lewat nama anak. Selain itu,
anak usia prasekolah juga akan mempelajari hubungan antara huruf dan bunyi, serta
mengetahui beberapa bunyi yang dihasilkan huruf.

Di rumah, Bunda bisa memperkenalkan huruf melalui mainan seperti magnet alfabet
yang bisa ditempel di kulkas. Biarkan anak mengenal huruf dengan perlahan dan
dengan cara menyenangkan, misalnya sambil bernyanyi lagu 'ABC'.

Kecintaan pada bahasa, membaca, dan buku dimulai dari rumah, jadi doronglah
kebiasaan ini dengan membaca buku bersama Si Kecil secara teratur.

"Salah satu hal paling menakjubkan yang dapat dilakukan orang tua adalah
membacakan untuk anak-anak mereka setiap hari," imbuh Meade.

2. Warna, bentuk dan bagian tubuh


Salah satu materi PAUD lain yang akan dipelajari anak usia prasekolah yakni tentang
nama warna, bentuk dasar, dan bagian tubuh.
Saat belajar di rumah, Bunda bisa mulai mengenalkan warna sejak dini melalui
pertanyaan kecil. Misalnya dengan mengajak anak bermain sambil menyebutkan
warna-warna mainannya.

Sementara itu, untuk mempelajari bentuk, Bunda juga bisa memanfaatkan benda-benda
yang ada di rumah. Manfaatkan lingkungan sekitar anak agar ia semakin tertarik.

Ya, anak prasekolah umumnya akan lebih senang diajak belajar sambil bermain.
Termasuk untuk mengenal tentang bagian tubuh, Bunda dapat mengajaknya
mempelajari tubuhnya sendiri. 

3. Angka dan berhitung


Sebagian besar dari materi PAUD terkait angka yakni mempelajari seperti apa angka 0
sampai 9, serta menamainya dengan benar. Sementara itu, menghitung adalah
keterampilan terpisah yang dimulai dengan menghafal urutan angka. 

Untuk proses belajar di rumah, cobalah untuk menyebutkan angka yang ada di sekitar
dan meminta anak mengikutinya. Misalnya angka yang ada di buku, iklan televisi atau
mungkin mainannya.

Bunda juga bisa menghitung objek sehari-hari yang ada di rumah bersama-sama,
seperti tangga ke lantai atas, krayon dalam kotak, dan balok di lantai.

4. Menggunakan gunting, menggambar dan mewarnai


Sebelum masuk TK, akan lebih baik jika anak sudah bisa memotong dengan gunting.
Ini merupakan proses perkembangan koordinasi tangan dan mata.

Sementara itu, untuk melatih keterampilan motorik halus, anak bisa dilatih untuk mulai
menggambar dan mewarnai yang lebih dari sekadar coretan. Anak juga bisa mulai
dilatih belajar menggunakan pensil, kuas, dan lem.

Jika perlu, sediakan krayon dan spidol berukuran besar, sekaligus banyak kesempatan
untuk menggambar. Dengan belajar menggenggam, anak akan melatih otot-otot di
jarinya.

5. Bersosialisasi
Mengembangkan keterampilan sosial penting diterapkan sebelum anak masuk fase TK.
Tak sekadar bermain, anak juga perlu dilatih bersosialisasi.

Beberapa materi PAUD terkait sosialisasi misalnya melatih anak berbagi, bekerja sama,
mengantre, berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, mengikuti arahan sederhana, dan
menyampaikan keinginannya.
"Nantinya saat TK, anak akan mulai mandiri di sekolah, sehingga ia harus bisa
menyampaikan keinginan dan meminta bantuan," ujar Meade.

Bunda bisa melatih interaksi sosial dan memperkenalkan tanggung jawab di rumah,
yaitu dengan melatih anak konsisten dengan aturan yang ada. Misalnya, perkenalkan
anak dengan aturan merapikan tempat tidur atau menyimpan mainan. 

Biarkan Si Kecil berlatih bertanggung jawab untuk bersih-bersih dan merapikan sendiri
benda miliknya. Jangan lupa, ajarkan juga tentang sopan santun dan bagaimana cara
berbicara dengan orang yang lebih tua.

Baca Juga :Jadwal Belajar di TVRI


Hari Ini: Kelas 3 SD Diajarkan
tentang Awan Gelap
Demikian ulasan tentang materi PAUD yang bisa dipelajari juga di rumah. Ingat ya
Bunda, dalam melatih anak usia dini tidak perlu terlalu tinggi membuat target atau
memaksa anak. 

Referensi:
Abdullah Muhammad Abdul Muthy. (2007). Quantum Parenting: Cara cerdas mengoptimalkan
daya inovasi dan kreativitas anak anda. Surakarta: Quala Smart Media.
Adi W. Gunawan. (2006). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bredekamp, Sue and Copple, Carol. (1997). Developmentally Appropriate Practice in Early
Childhood Programs. Washington, D.C: A 1996-97 NAEYC Comprehensive Membership
Benefit. National Association for the Education of Young Children
Gopnik,Alison, dkk. (2006). Keajaiban Otak Anak: Rahasia cara balita mempelajari benda,
bahasa, dan manusia. Bandung: Mizan Media Utama.
Isjoni. (2006). Model Pembelajaran yang Efektif bagi Pendidikan Anak Usia Dini.
www.isjoni.net/web/content/view/44/4/-44k-Tembolok-Laman sejenis: 17 Oktober 2007
Joan Freeman & Utami Munandar. (1994). Cerdas dan Cemerlang. Kiat Menemukan Bakat
Anak Usia 0-5 tahun. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Khamid Wijaya, dr. Audrey Luize, dkk. (February 2004) Mencetak Anak Cedas?...Gampang!.
www.balitacerdas.com: 20 Mei 2007
Misni Irawati. Menggali Kecerdasan Jamak Melalui Bermain. (January 2006)
www.freelists.org/archives/ppi/01-2006/msg00651.html-20k-Tembolok-Laman Sejenis: 15
Agustus 2007
Moll, Luis C. (1993). Vygotsky & Educational Instructional Implications and Aplications of
Sociohistorical Psychology. Australia: CambridgeUniversity Press.
Slamet Suyanto. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Taufan Surana. Meningkatkan kecerdasan anak balita dengan cepat dan pasti.
www.balitacerdas.com: Kamis, 18 Desember 2003

PAUD (Pendidikan anak usia dini) adalah pendidikan prasekolah yaitu endidikan
di mana anak belum memasuki pendidikan formal. PAUD diterapkan pada anak
usia hingga 6 tahun, dimana rentang usia dini merupakan saat ynag tepat dalam
mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak
secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan
masa depannya. Sebaliknya, pengembangan potensi yang asal-asalan akan
berakibat  potensi anak yang sebenarnya.

Pendidikan anak dini usia berkaitan dengan asas pendidikan partisipatif, di mana
pendidikan diselenggarakan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah sebagai
satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang sitemik, terbuka dan multi makna.
Paradigma baru pendidikan anak dini usia lebih merupakan sutau proses
pembudayaan dan pemberdayaan berdasarkan prinsip memberi ketauladanan,
dorongan dan tentunya dilakukan dengan prinsip otonomi, tranparansi dan
akuntabilitas publik.

RTBS OFFER

Wanita 55 Tahun dengan Wajah Bayi:Dia Lakukan Ini sebelum Tidur!


INI METODENYA!

Pendidikan Anak Usia Dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak
dihubungkan pembentukan karakter manusia seutuhnya. PAUD sangat esensial bagi
kelangsungan bangsa, penting dan perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah.
PAUD sebagai strategi pembangunan sumber daya manusia harus dipandang
sebagai titik sentral mengingat pembentukan karakter bangsa dan kehandalan
sumber daya manusia ditentukan bagaimana penanaman sejak anak usia dini,
pentingnya pendidikan pada masa ini sehingga sering disebut dengan masa usia
emas (the golden ages).

Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam system
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya laboratorium.
Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio
dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan
audio visual,juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampian
informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Sudjana (1987) Pembelajaran adalah penyiapan suatu kondisi agar terjadinya


Belajar. Mariana (2005) Pembelajaran adalah upaya logis yang didasarkan pada
kebutuhan-kebutuhan belajar anak. Pembelajaran sangat tergantung kepada
pemahaman guru tentang hakikat anak sebagai peserta atau sasaran belajar.

Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja, akan tetapi juga system
pembelajaran. System pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca
buku, belajar dikelas atau disekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi
antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta
didik.

Hartati (2005), pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak,
orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas
perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan factor yang
mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini
disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak akan
memperoleh pengalaman yang bermaka, sehingga proses belajar dapat berlangsung
dengan lancer.
Menurut Vigotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi social merupakan hal
yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi
pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Greeberg (1994)
melukiskan bahwapembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui bekerja,
bermain dan hidup bersama dengan lingkungannya.

KONTEN PROMOSI

Anda Bisa Menjadi Lebih Tinggi bahkan pada Usia 40! Tanpa
Operasi
Mabrem

Ternyata Mata Kabur hingga Katarak Bisa Anda Hilangkan dengan


Ini
Eye Treatment Products

Wanita 55 Tahun dengan Wajah Bayi: Dia Lakukan Ini sebelum


Tidur
Cellarin

Bagi Sobat yang mencari aplikasi bermanfaat, kami sarankan untuk mencoba
mengakses situs technicaltalk.net untuk download aplikasi sepuasnya secara gratis
di sana.

Hakikat dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran.


Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dan
kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan
belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran
tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk
mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan
perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah ‘peruhahan”
yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.

Baca Juga :  Cara Mengajar Anak TK Agar Tidak Bosan

Proses pembelajaran yang akan dilakukan harus memenuhi prinsip-prinsip


pembelajaran sebagai berikut :

1. Berangkat dari yang dimiliki anak. Setiap anak membawa segala


pengetahuan yang telah dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman
barunya. Jika suatu pengalaman belajar tidak memberikan kesempatan
kepada anak untuk menciptakan pengetahuan baru, maka pembelajaran itu
akan membosankan. Pengalaman belajar hendaknya mengandung
sebahagian unsur yang sudah dikenal oleh anak dan sebahagian lainnya
merupakan pengalaman yang baru.

2. Belajar harus menantang pemahaman anak. Untuk memastikan terjadinya


pengembangan pada anak, aktivitas pembelajaran yang dirancang harus
menantang anak untuk mengembangkan pemahaman sesuai dengan apa
yang dialaminya. Bila anak mampu menyelesaikan tantangan pertama, maka
anak diberikan tantangan berikutnya yang lebih sulit dari pertama. Jika anak
tidak dirangsang dengan tantangan berikutnya, maka selain anak bosan akan
tetapi pemahaman anak tidak akan berkembang dengan optimal.

3. Belajar dilakukan sambil bermain. Belajar melalui bermain dapat memberi


kesempatan bagi anak  untuk bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Bermain juga dapat
membantu anak mengenal diri sendiri, dengan siapa ia hidup, dan
dilingkungan mana ia hidup. Bermain merupakan sarana belajar, muncul dari
dalam diri anak, bebas dan terbebas dari aturan yang mengikat, aktivitas nyata
atau sesungguhnya, berfokus pada proses daripada hasil, harus didominasi
oleh pemain, serta melibatkan peran aktif dari pemain.

4. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran. Alam merupakan sarana


yang tak terbatas bagi anak untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam
membangun pengetahuannya. Robin Dranath Tagore menggunakan model
pembelajarannya hampir 90 % kegiatannya dilakukan dengan berinteraksi
dengan alam. Anak diajarkan dapat membangun ikatan emosional di antara
teman-temannya, menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan serta
mempengaruhi memori dan ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang
dipelajari.

5. Belajar dilakukan melalui sensorinya. Anak memperoleh pengetahuan


melalui sensori atau inderawinya yaitu: peraba, pencium, pendengar, penglihat
dan perasa. Setiap sensori anak akan merespon stimulan atau rangsangan
yang diterima. Oleh karenanya pembelajaran hendaknya memberikan
stimulasi yang dapat merangsang setiap sendori yang dimiliki anak.

6. Belajar membekali keterampilan hidup. Belajar harus dapat membekali anak


untuk memiliki keterampilan hidup (life skill) sesuai dengan kemampuan anak,
dengan demikian anak diajarkan untuk memiliki kemandirian dan rasa
tanggungjawab terhadap dirinya. Misalnya mampu memakai sepatu, menyisir
rambut, makan dan minum sendiri, dan sebagainya.

7. Belajar sambil melakukan. Student Avtive learning adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang diilhami oleh John Dewey (learning by doing) dan
diteruskan oleh Killpatrik dengan pengajaran proyek. Pembelajaran proyek
sangat memberikan kesempatan pada anak untuk aktif, may bekerja dan
secara produktif menemukan berbagai pengetahuan baru.
Strategi Pembelajaran PAUD
Dalam teori belajar konstruktivisme, bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Dalam prakteknya teori ini antara lain terwujud dalam “tahap-tahap
perkembangan” dikemukanan oleh Jean Piaget  dengan belajar bermakna “dan
“belajar penemuan secara bebas” oleh Jerome Bruner.
Conny (2002) menyatakan bahwa belajar adalah membangun (to construct)
pengetahuan itu sendiri, setelah difahami, dicernakan dan merupakan perbuatan dari
dalam diri seseorang (from within).

Jean Piaget Piaget penganut faham kongnitifistik, menyatakan bahwa proses belajar
sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni (1) asimilasi, adalah proses penyatuan
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak, (2) akomodasi,
adalah penyusunan struktur kofnitif ke dalam situasi yang baru, dan (3) equalibrasi,
adalah penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi.  Tanpa proses ini
perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur
(disorganized).

Menurut Piaget proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan


kognitif yang dilalui anak, yang dalam hal ini dibagi menjadi empat tahapan, yaitu (a)
tahap sensori-motor (ketika anak berumur 0-2 tahun), (b) tahap pra-operasional (2
sampai 7 tahun), (c) tahap operasional kongkrit (7-11 tahun), dan (d) tahap
operasional formal (11-18 tahun).

Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses
pembelajaran anak usia dini. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan
dengan pembelajaran, yakni :

1. strategi pengorganisasian pembelajaran,


2. strategi penyampaian pembelajaran, dan
3. strategi pengelolaan pembelajaran.

Penyampaian pengajaran menekankan pada media apa yang dipakai untuk


menyampaikan pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa, dan dalam
struktur belajar mengajar yang bagaimana. Strategi pengelolaan menekankan pada
penjadwalan penggunaan setiap komponen strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian pengajaran, termasuk pula pembuatan catatan tentang kemajuan
belajar siswa.

Baca Juga :  Fungsi Jaringan Dasar


Strategi pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya menantang dan
menyenangkan, melibatkan unsur bermain, bergerak, bernyanyi, dan belajar.
Beberapa strategi yang sering digunakan untuk pembelajaran anak usia dini antara
lain :

1. Cyrcle Time, pada strategi pembelajaran ini kegiatan anak-anak duduk


melingkar dan guru berada di tengah lingkaran. Berbagai kegiatan, seperti
membaca puisi, bermain peran, bernyanyi, mengaji, atau bercerita, dan
sebagainya.

2. Sistem Kalender, pembelajaran dihubungkan dengan kalender dan waktu.


Guru menandai tanggal-tanggal pada kalender yang terkait dengan berbagai
kegiatan, seperti Hari Kemerdekaan, Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional,
Hari Pahlawan dan Hari Besar Nasional dan Hari Besar Agama seperti Hari
Raya Aidil Fitri, Bulan Ramadhan, Hari Natal, Hari Nyepi, Waisyak, dan
sebagainya. Selanjutnya guru harus mendesain kegiatan belajar dengan
menggunakan tema-tema  sesuai dengan hari tersebut, misalnya Hari Kartini,
anak-anak memakai pakaian kebaya, dll.

3. Small Project, metode ini melatih anak bertanggungjawab untuk


mengerjakan proyeknya. Proyek merupakan kegiatan investigasi dan
penemuan dari suatu topik yang memiliki nilai penting bagi anak (Katz, 2004).
Investigasi ini biasanya dikerjakan dalam kelompok kecil 3-4 orang atau
secara individual. Setiap kelompok diberi proyek kecil, misalnya menemukan
berbagai jenis daun yang khas di daerahnya dan mengecapnya dengan
berbagai warna di sehelai kertas manila.

Jadi proyek merupakan kegiatan investigasi dan penemuan, bukan semata-


mata untuk menemukan satu jawaban yang benar dari suatu persoalan.
Metode ini melatih anak bekerjasama, bertanggungjawab, dan
mengembangkan kemampuan sosial. Metode ini memiliki 3 fase. Pada fase
Pendahuluan, guru menyampaikan topik dan persoalan.
Topik dan persoalan hendaknya menarik dan familier bagi anak. Anak-anak
diajak untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang terkait dengan persoalan
tersebut. Sebagai contoh pada saat makan kentang goreng, guru mengajukan
persoalan bagaimana cara menanam kentang. Anak-anak mencoba menjawab
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Fase kedua ialah fase Penemuan. Guru menyediakan kentang dan anak-anak
secara berkelompok mencoba menanam kentang dengan berbagai cara.
Anak-anak memberi air dan mengamati pertumbuhan kentangnya.

4. Kelompok Besar (Big Team), metode ini menggunakan kelompok besar,


yaitu satu kelas penuh untuk membuat sesuatu. Misalnya untuk mendirikan
tenda yang besar di dalam kelas, semua anak memegang peran, guru
bertugas memberi aba-aba. Anak biasanya amat puas setelah sesuatu
berhasil dikerjakan bersama-sama.

5. Kunjungan, anak sangat senang melihat langsung berbagai kenyataan yang


ada di masyarakat melalui kunjungan. Kegiatan kunjungan memberi gambaran
bagi anak akan dunia kerja, dunia orang dewasa sehingga mendorong anak
untuk mengembangkan cita-cita. Banyak orang menjadi pilot karena diajak
orangtuanya melihat pameran dirgantara, mengunjungi museum pesawat
terbang, atau karena diajak naik pesawat terbang.

Berbagai kegiatan kunjungan seperti ke Museum Perjuangan, Museum


Dirgantara, Perpustakaan, Kepolisian, Dinas Pemadam kebakaran memberi
inspirasi anak untuk mengembangkan cita-citanya (learning to be), misalnya
untuk menjadi Polisi, TNI, Pemadam Kebakaran, Pilot, dan sebagainya.
Kunjungan merupakan hal yang menyenangkan bagi anak. Museum
dirgantara merupakan salah satu tempat yang disukai anak. Anak dapat naik
pesawat, menggambar pesawat, dan mendengarkan cerita tentang pilot. Siapa
tahu akan banyak anak yang bercita-cita jadi pilot.

6. Permainan, permainan yang menarik dan tidak banyak aturan pada


umumnya disukai anak-anak. Guru dapat menggunakan permainan untuk
membelajarkan anak. Caranya, guru mengajarkan permainan tersebut kepada
anak. Setelah anak mampu memainkannya, guru menambahkan muatan
edukatif pada permainan tersebut, sehingga secara tidak langsung anak
belajar. Berbagai jenis permainan, seperti Gobag so dor (go back to door),
Suda-manda, Petak-umpet, dan bermain peran amat potensial untuk
membelajarkan anak. Membelajarkan anak menggunakan esensi bermain
dikenal dengan bermain sambil belajar.

7. Bercerita, bercerita merupakan salah satu metode untuk mendidik anak.


Berbagai nilai-nilai moral, pengetahuan, dan sejarah dapat disampaikan
dengan baik melalui cerita. Cerita ilmiah maupun fiksi yang disukai anak-anak
dapat digunakan untuk menyampaikan pengetahuan. Cerita dengan tokoh
yang baik, kharismatik, dan heroik menjadi alat untuk mengembangkan sikap
yang baik kepada anak-anak.

Sebaliknya tokoh yang jelek, jahat, dan kejam mendidik anak untuk tidak
berperilaku seperti itu karena pada umumnya tokoh jahat di akhir cerita akan
kalah dan sengsara. Cerita tentang Kepahlawanan, heroisme, dan pemikiran
yang cerdas dari para Pahlawan dapat mendidik anak agar kelak memiliki jiwa
kepahlawanan. Jadi cerita amat potensial untuk mendidik anak, dan oleh
karenanya guru anak usia dini sebaiknya pandai bercerita.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh para guru  ketika mengembangkan program 
secara umum, diantaranya:

1. Sebelum memulai pengembangan program pembelajaran hendaklah guru


sudah meyakinkan diri bahwa dia sudah memahami perkembangan dan
karakteristik anak secara memadai

2. Sebelum memulai pengembangan program pembelajaran hendaklah guru


sudah meyakinkan diri bahwa dia sudah memahami ruang lingkup program ,
baik dari dimensi isi bahan kajian maupun dari dimensi pengembangan
kemampuan anak.
3. Jika rambu-rambu 1 dan atau 2, tidak terpenuhi hendaklah dalam
pengembangan program pembelajaran  anda melakukannya secara kelompok
(teamwork). Bahkan jika diperlukan dan memungkinkan tim anda mengundang
ahli khusus atau konsultan, sehingga anda dan tim dapat bekerja lebih optimal.

4. Bentuk dan wujud program  yang dapat dihasilkan oleh anda dan atau tim,
dapat berupa program satu tahun, semester, catur wulan, bulan, minggu atau
hari atau juga insidental. Jadi dapat disesuaikan dengan kebutuhan lembaga
dan kepentingan program lain secara keseluruhan

5. Sebaiknya diinventarisir seluruh yang dapat memberikan kontribusi


(sumbangan) terhadap pengembangan pembelajaran  di tempat anda,
sehingga program  mendapatkan dukungan semua fihak (total environment).

6. Kemaslah isi program yang memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan,


keluwesan, kesinambungan, kebermaknaan dan fungsionalitas. Sehingga
program yang dihasilkan lebih adaptif terhadap berbagai prubahan kondisi
lingkungan belajar, apalagi beberapa karakteristik anak usia dini menunjukkan
sifat yang amat situasional.

Baca Juga :  Bilangan Kuantum

Pada kegiatan pendidikan anak usia dini, ada materi khusus yang harus diberikan
kepada anak usia dini. Materi program kegiatan pendidikan anak usia dini dibagi
menjadi dua kelompok
Materi Usia Lahir Sampai 3 Tahun
Berikut ini beberapa materi usia lahir hingga tiga tahun

1. Pengenalan diri sendiri


Permainan yang kreatif memungkikan perkembangan konsep diri. Bermain
mendukung anak untuk tumbuh juga mandiri dan pempunyai kontrol atas
lingkungannya. Melalui bermain anak bisa menemukan hal baru, bereksplorasi,
meniru dan juga mempraktikan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkad dalam
membangun ketrampilan monolong dirinya sendiri, keterampilan ini akan membuat
anak merasa kompeten.

2. Pengenalan perasaan
Pengenalan perasaan ini termasuk peerkembangan emosi. Melalui bermain anak
bisa belajar menerima, berekspresi dan juga mengatasi masalah dengan cara yang
positif. Bermain juga dapat memberikan kesempatan pada anak untk mengenal diri
mereka dan untuk mengembanngkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.
3. Pengenalan tentang orang lain
Pengenalan entang orang lain I ini juga termasuk dalam perkmbangan sosial.
Bermain akan memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak saat berbagi
dengan anak yang lainnya. Bermain merupakan sarana yang paling utama bagi
pengembangan kemampuan bersosialisasi dan juga memperluas empati terhadap
orang lain juga mengurangi sikap egosentrisme. Bermain juga dapat menumbuhkan
dan meningkatkan rasa sosialisasi anak. Melalui bermain anak bisa belajar perilaku
prososial seperti mengunggu giliran, saling membantu, kerjasama, dan juga berbagi.

4. Pengenalan berbagai gerak


Pengenalan berbagai gerak ini bertujuan untuk membantu mamaksimalkan
berkembangan fisik. Bermain juga bisa memacu perkembangan perseptual motorik
pada beberapa area, yaitu

1. Kordinasi mata-tangan tau mata-kaki, seperti saat menulis, menggambar,


mencarijejak secara visual, menangkap, melempat, dan menendang
2. Kemampuan motork kasar, misalnya gerak tubuh ketika berjalan, berbaris,
melompat, meloncat, berlari, berguling-guling, berlari, marayap dan merangkak
3. Kemampuan bukan motorik kasar, misalnya seprti menekuk, bergiliran,
berdiri, duduk, jongkok, bergoyang, maragakan tubuh dan dalinnya.

Itulah tadi beberapa dari pengenalan berbagai gerak .

5. Mengembangkan komunikasi
Mengemabangkan komunikasi juga bisa dilakukan dengan membantu anak dalam
meningkatkan kemampuan berbagasanya. Bermain juga merupakan alat yang paling
kuat untuk membelajarkann kemampuan berbagasa anak. Melalui komunikasi inilah
anak bisa memperluas kosa kata dan mengembangkan daya pennerimaan juga
pengekresian kemampuan berbagasa mereka melalui interaksi dengan anak lain dan
orang dewasa pada situasi bermain spontan.
Materi anak usia 3 hingga 6 tahun
Berikut ini beberapa materi anak usia 3 sampai 6 tahun

1. Keaksaraan
Mencakup peningkattan kosa kata dan juga bahasa, kesadara fonologi, percakapan,
wawasan pengetahuan, mamahami buku-buku dan yang lainnya.

2. Konsep matematika
Konsep ini mencakup pengenalan angka-angka, geometri dan kesadaran ruang,
pola-pola dan hubungan, pengukuran, penggoganisasian, pengumpulan data dan
juga mempresentasikannya.

3. Pengetahuan alam
Lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan bumi dan juga lingkungan.

4. Pengetahuan sosial
Mencakup hidup orang banyak, berinteraksi dengan yang lai, bekrja, menbentuk, dan
dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup
manusia dan juga hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lainnya, dan
juga hubungan dengan orang banyak.

demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Materi Pelajaran Anak


Paud : Pengertian, Hakikat, Prinsip, Strategi, Materi Usia 3 Hingga 6 Tahun,
semoga aritkel ini bermanfaat bagi anda semua.

KONTEN PROMOSI
Ternyata Mata Kabur hingga Katarak Bisa Anda Hilangkan dengan Ini
Eye Treatment Products

Metode Rahasia untuk Pembesaran Dada: +2 Ukuran dalam 2 Minggu


Upbust

Wanita 55 Tahun dengan Wajah Bayi: Dia Lakukan Ini sebelum Tidur
Cellarin

Rasa Sakit di Sendi akan Hilang untuk Selamanya! Baca di Sini


Arthrazex

Gadis Ini Hasilkan 12 Miliar Rupiah dalam 28 Hari dengan Cara Ini
Money Amulet

Anda Bisa Menjadi Lebih Tinggi bahkan pada Usia 40! Tanpa Operasi
Mabrem
Sebarkan ini:

 Facebook
 Twit
 WhatsApp
Posting terkait:

Pengertian APBN

Persamaan Linear

Teori Produksi

Posting pada SDDitag bacaan surat pendek untuk anak tk, belajar paud di


rumah, belajar paud islam, buku pelajaran paud, buku pendidikan islam anak usia
dini, cara belajar anak usia dini di rumah, cara belajar anak usia dini melalui
bermain, cara belajar anak usia dini menurut para ahli, cara belajar anak usia dini
pdf, cara mengajar agama anak tk, cara mengajar anak paud agar tidak
bosan, cara mengajar anak paud di rumah, cara mengajar anak paud
membaca, cara mengajar anak paud menulis, cara mengajar anak tk agar tidak
bosan, cara mengajar anak tk islam, cara mengajar anak tk membaca, cara
mengajar paud untuk pemula, contoh pelajaran paud, doa harian anak tk, doa
harian metode qiroati, hafalan hadits pendek untuk anak tk, jurnal pembelajaran
agama islam, jurnal statistik pendidikan agama islam, jurusan pendidikan islam
anak usia dini, kegiatan awal pembelajaran paud, kegiatan bermain yang
memunculkan keaksaraan, kumpulan materi anak tk, kumpulan materi
paud, kurikulum pai tk, kurikulum tk islam download, lagu plesetan anak
paud, landasan kurikulum ra, makalah pendidikan agama bagi anak, materi kajian
islam untuk anak sd, materi paud 2019, materi paud usia 2-3 tahun, materi
pelajaran anak paud download, materi pelajaran paud islami, materi pelajaran tk b
belajar, materi pembelajaran paud pdf, materi pembelajaran paud usia 5-6
tahun, materi pembelajaran tk islam terpadu, materi yang diajarkan di
paud, muatan materi k13 paud, pai di paud, pelajaran agama kristen untuk anak
tk, pelajaran untuk anak anak, pelajaran untuk anak tk dan paud, pembelajaran
anak paud usia 3-4 tahun, pembelajaran pai di tk, pentingkah paud bagi
anak, soal agama islam untuk tk, surat al kautsar, video cara mengajar anak tk

Pos-pos Terbaru

  Pengertian APBN
  Persamaan Linear
  Teori Produksi
  APBD dan APBN
  Mekanisme Penyusunan APBN
  Sifat Koloid
  Ciri Amfibi
  Reproduksi Angiospermae
  Pengertian Movie Maker
  Mekanisme Penyusunan APBD
  Gerak Parabola
  Pengertian Diskusi
  Gelombang Cahaya
  Kata Mejemuk
  Contoh Fungsi

Sering Dilihat

 Teks Deskripsi
 Kinemaster Pro
 GB WhatsApp

Created By : DuniaPendidikan.Co.ID | 2018


 HOME

 SD

 SMP

 SMK

 SMA

 S1

 S2

 UMUM

 Tutup Menu
undefined
KONTEN PROMOSI

Anda Bisa Menjadi Lebih Tinggi bahkan pada Usia 40! Tanpa Operasi

Rasa Sakit di Sendi akan Hilang untuk Selamanya! Baca di S

Anda mungkin juga menyukai