AHLI
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana teori perkembangan menurut Arnold Gesell?
2. Bagaimana teori perkembangan menurut R. Havighurst?
3. Bagaimana teori perkembangan menurut Jean Peaget?
4. Bagaimana teori perkembangan menurut Psikososial?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Teori perkembangan menurut Arnold Gesell.
2. Teori perkembangan menurut R. Havighurst.
3. Teori perkembangan menurut Jean Peaget.
4. Teori perkembangan menurut Psikososial.
BAB II
TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MENURUT PARA AHLI
1[1]Taslim S.T, Perkembangan Psikomotorik pada Bayi dan Anak, Seminar dan Pelatihan Sehari :
Pencatatan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita, Bag. Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Jakarta: 8 Februari
2003.
2[2]Ibid.
sekeliling atau lingkungan di mana tempat seseorang anak-anak itu membesar yang akan
memberi dan meninggalkan sama ada positif atau negatif bergantung kepada ibu bapak yang
memberikan ciri mereka.3[3]
Havighurst menyatakan bahwa tugas-tugas dalam perkembangan anak-anak hanya
perlu dipelajari sekali saja seperti berjalan, berlari, perbedaan nama benda dan sebagainya.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa setiap perkembangan yang dialami oleh anak-anak perlulah
dengan suka rela anak-anak itu sendiri, bukan dengan paksaan yang diberikan oleh ibu bapak
kerana dengan paksaan akan membuatkan kanak-kanak itu tidak berupaya untuk mandiri
sendiri dan akan memberi kesan yang dalam terhadap perkembangan mereka.4[4]
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mata fungsi
organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Penekanan arti
perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh
organ-organ fisik, perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya.
Sementara itu pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik. Yang
artinya, orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah
mencapai tingkat kematangan.
Selanjutnya, pembahasan mengenai perkembangan pada bagian ini akan penyusun
fokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung
dengan kegiatan belajar siswa. Proses perkambangan tersebut meliputi:
1. Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan
berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
2. Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual
atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.
3. Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses perkambangan
mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi
dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagi kelompok.5[5]
6[6]Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, pada Pendidikan Ilmu Kesehatan
Anak, (Denpasar: FK UNUD, 2007), hlm. 241.
8[8]Markum AH, Tumbuh Kembang Anak, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1991), hlm. 31.
9[9]Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid
1. Jakarta: Erlangga.
10[10]Ibid.
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan,
dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti
mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang
bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa
kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral. Konflik utama pada tahap ini adalah
proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi
terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan
atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau
menggigit kuku.
2. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah
pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya.
Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana
orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan
untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-
anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini
menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan
kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-
anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu
seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat
mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar,
Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana
individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat
atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang
di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase Phalic
Pada tahap phallic, fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga
menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki
mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks
Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan
ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini,
takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
4. Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan
ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting
dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud
menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru
seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan
ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi
sebagai suatu periode terpisah.
5. Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat
seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada
kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika
tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan
peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang
kehidupan.11[11]
12[12]Ibid.
Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan.
Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa
tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia
tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan
dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik,
orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik, orang itu akan
tampil dengan perasaan tidak selaras.
Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis
yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini
berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan
kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan
potensi kegagalan.
1. Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
- Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
- Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia
satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
- Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam
dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat
mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam
mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia
tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
2. Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
- Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun.
- Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal
kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
- Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting
sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya
bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan
mengendalikan dan kemandirian.
- Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas
pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
- Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang
tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
3. Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
- Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
- Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia
melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena
menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.
- Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-
ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila
anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
- Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa
berhasil.13[13]
13[13]Ibid.
https://www.scribd.com/document/358253831/Teori-Perkembangan-Anak-Menurut-Para-
Ahli
https://www.scribd.com/document/354727246/teori-perkembangan-sigmund-freud-pdf
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Teori pertumbuhan dan perkembangan dapat dibagi ke dalam beberapa bagian tergantung
kepada para ahli yang mengutarakannya.
2. Menurut Gesel, perkembangan merupakan suatu proses kematangan atau fisiologi. Selagi
kematangan fisiologi tidak dicapai, apa saja yang dilakukan seperti berjalan tidak akan bisa
tercapai.
3. Robert Havighurst menyatakan bahwa perkembangan seseorang anak-anak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Ini merupakan satu elemen penting yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan pada anak-anak. Beliau memfokuskan kepada keadaaan sekeliling atau
lingkungan.
4. Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori yang paling
terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya
kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana
mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu.
5. Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan
psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik
dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang
dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson
adalah perkembangan persamaan ego.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
teori-teori pertumbuhan dan perkembangan menurut para ahli.
DAFTAR PUSTAKA
Taslim S.T, Perkembangan Psikomotorik pada Bayi dan Anak, Seminar dan Pelatihan
Sehari : Pencatatan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita, Bag. Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM. Jakarta: 8 Februari 2003.
“Man the un-known” (manusia adalah makhluk yang misteri) demikian di
ungkapkan oleh Alexis Carel ketika menggambarkan ketidaktuntasan pencarian
hakikat manusia oleh para ahli. Banyak ikhtiar akademis yang dilakukan oleh para
ahli saat ingin memapar siapa sesungguhnya dirinya. Ilmu-ilmu seperti filsafat,
ekonomi, sosiologi, antropologi juga psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu
yang membahas tentang manusia dengan perspektif masing-masing.
Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan ikhtiar itu.
Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya
sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan
pengembang teori Freud. Kelebihan yang dapat kita temukan dari Erikson adalah
bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup manusia, tidak seperti Freud yang hanya
sampai pada masa remaja. Termasuk disini adalah bahwa Erikson memasukkan
faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan tahapan manusia, tidak
hanya sekedar faktor libidinal sexual.
A. Tentang Erik Erikson (1902-1994)
Erik Erikson lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni 1902 adalah ahli
analisa jiwa dari Amerika, yang membuat kontribusi-kontribusi utama dalam
pekerjaannya di bidang psikologi pada pengembangan anak dan pada krisis
identitas. Ayahnya (Danish) telah meninggal dunia sebelum ia lahir. Hingga akhirnya
saat remaja, ibunya (yang seorang Yahudi) menikah lagi dengan psikiater yang
bernama Dr. Theodor Homberger.
Erikson kecil bukanlah siswa pandai, karena ia adalah seorang yang tidak
menyenangii atmosfer sekolah yang formal. Ia oleh orang tua dan teman-temannya
dikenal sebagai seorang pengembara hingga ia pun tidak sempat menyelesaikan
program diploma. Tetapi perjalanan Erikson ke beberapa negara dan
perjumpaannya dengan beberapa penggiat ilmu menjadikannya seorang ilmuwan
sekaligus seniman yang diperhitungkan. Pertama ia berjumpa dengan ahli analisa
jiwa dari Austria yaitu Anna Freud. Dengan dorongannya, ia mulai mempelajari ilmu
tersebut di Vienna Psychoanalytic Institute, kemudian ia mengkhususkan diri dalam
psikoanalisa anak. Terakhir pada tahun 1960 ia dianugerahi gelar profesor dari
Universitas Harvard.
Setelah menghabiskan waktu dalam perjalanan panjangnya di Eropa Pada
tahun 1933 ia kemudian berpindah ke USA dan kemudian ditawari untuk mengajar di
Harvad Medical School. Selain itu ia memiliki pratek mandiri tentang psiko analisis
anak. Terakhir, ia menjadi pengajar pada Universitas California di Berkeley, Yale,
San Francisco Psychoanalytic Institute, Austen Riggs Center, dan Center for
Advanced Studies of Behavioral Sciences.
Selama periode ini Erikson menjadi tertarik akan pengaruh masyarakat dan
kultur terhadap perkembangan anak. Ia belajar dari kelompok anak-anak Amerika
asli untuk membantu merumuskan teori-teorinya. Berdasarkan studinya ini,
membuka peluang baginya untuk menghubungkan pertumbuhan kepribadian yang
berkenaan dengan orangtua dan nilai kemasyarakatan.
Keinginannya untuk meneliti perkembangan hidup manusia berdasarkan pada
pengalamannya ketika di sekolah. Saat itu anak-anak lain menyebutnya Nordic
karena ia tinggi, pirang, dan bermata biru. Di sekolah grammar ia ditolak karena
berlatar belakang Yahudi.
Buku pertamanya adalah Childhood dan Society (1950), yang menjadi salah
satu buku klasik di dalam bidang ini. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya dengan
anak-anak muda, Erikson mengembangkan konsep krisis perasaan dan identitas
sebagai suatu konflik yang tak bisa diacuhkan pada masa remaja. Buku-buku
karyanya antara lain yaitu: Young Man Luther (1958), Insight and Responsibility
(1964), Identity (1968), Gandhi's Truth (1969): yang menang pada Pulitzer Prize and
a National Book Award dan Vital Involvement in Old Age (1986).
B. Tahap Perkembangan Hidup Manusia
Apakah perkembangan psikososial itu?
Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori
perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu
teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya
bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen
penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan
ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi
sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan
orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan
perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa
teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang
bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui
oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas.
Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas pada tingkat
sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan kemampuan
dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik, orang itu akan
merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik, orang itu akan tampil
dengan perasaan tidak selaras.
Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami
konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat,
konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan
untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi
meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan.
Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama
masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari
pengendalian diri.
Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah
bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup
berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi
tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan
kemandirian.
Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni
atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri,
sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu
terhadap diri sendiri.
Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam
memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan
prakarsa.
Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah,
perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak
menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan
dibuat merasa sangat cemas.
Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun
peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya. Anak
yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru,
atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang
dewasa –pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan
remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran
khusus.
Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan
positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.
Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara
memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak
dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan
muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak
dalam interaksi dengan orang.
Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka
berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta
komunitas.
Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak
terlibat di dunia ini.
Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya
percuma dan mengalami banyak penyesalan.
Freud Erikson
Perenan/fungsi id dan ketidaksadaran Peran/fungsi ego lebih ditonjolkan,
sangat penting yang berhubungan dengan tingkah
laku yang nyata.
Daftar Pustaka :
Jhon W. Santrock.1995. Life-Span Development, 13th Edition University of Texas at
Dallas, 1995
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Gunung Mulia, Jakarta,
1990
arlito W Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta,
2002
http://www.haveford.edu/psych/ddavis/p1099/erikson.stages.htm/.
Menurut Freud, para bayi terlahir dengan kemampuan untuk merasakan kenikmatan apabila terjadi
kontak kulit, dan para bayi itu memiliki semacam ketegangan di permukaan kulit mereka yang perlu
diredakan melalui kontak kulit secara langsung dengan orang lain. Freud menyerupakan kenikmatan
ini dengan rangsangan seksual tetapi ia memberi catatan bahwa hal ini berbeda secara kualitatif dari
tipe rangsangan seksual yang dialami oleh orang dewasa karena kejadian yang dialami bayi ini lebih
bersifat umum dan belum terdiferensiasi. Freud menyebut kemampuan untuk mengalami
kenikmatan ini dan kebutuhan untuk meredakannya dengan nama seksualitas bayi, yang berbeda
dari seksualitas orang dewasa.
Pandangan mengenai seksualitas bayi dan anak-anak ini memicu protes luas orang-orang menentang
Freud pada masa-masa akhir era Victorian dan awal abad ke-20. Tetapi Freud dan para pengikutnya,
yang mendasarkan pendirian mereka pada pengalaman-pengalaman klinis, bersikukuh pada teori
tersebut. Mereka tetap berpegang pada pandangan bahwa komponen-komponen psikologis-
eksperiensial saling terkait dengan disertai pergantian zona-zona erogen secara biologis melalui
urutan (sekuen) tertentu. Dengan demikian tahapan-tahapan perkembangan ini disebut sebagai
tahapan-tahapan psikoseksual (Psychosexual stages). Teori Freud, memandang bahwa tahapan-
tahapan ini bersifat urniversal, berlaku pada semua anak-anak dimana saja.
Menurut Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagian bentuk perilaku yang terjadi
di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik atau kematangan sedangkan isi tahapan-
tahapan tersebut berbeda-beda bergantung pada kultur tempat terjadinya perkembangan. Sekali
lagi ini memperlihatkan contoh mengenai pentingnya interaksi antara kekuatan keturunan dan
kekuatan lingkungan bagi proses perkembangan.Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan
manusia terdapat dua hal pokok yaitu: (1) bahwa tahun-tahun awal kehidupan memegang peranan
penting bagi pembentukan kepribadian; dan (2) bahwa perkembangan manusia meliputi tahap-
tahap psikoseksual:
a)
Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun ) Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut
adalah makan. Dua macam aktivitas oral ini, yaitu menelan makanan dan mengigit,
merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena
tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk
mendapatkan makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari perasaan yang tidak
menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa ini. Frued berpendapat
bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem adalah keinginan kembali ke dalam
rahim
b)
Tahap anal ( usia 1-3 tahun ) Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di
ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot
lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman
pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar.
Pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap
pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus. Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang
jumlahnya konon sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.
c)
Tahap phalik ( usia 3-5 tahun) Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi
pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai
berfungsinya organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak
yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus.
Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah satu
temuan besarnya. Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual,
setiap jenis tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi tentang
biseksualitas ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin yang secara
agak konklusif menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan terdapat pada masing-
masing jenis. Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus dan kompleks kastrasi
merupakan peristiwa-peristiwa pokok selama masa phalik dan meninggalkan serangkaian
bekas dalam kepribadian
d)
e)
a)
Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun ) Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam aktivitas oral ini,
yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral
ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk mendapatkan makanan, pada saat dibu