Anda di halaman 1dari 16

SELF- EFFICACY DAN SELF- REGULATION SEBAGAI UNSUR PENTING

DALAM PENDIDIKAN KARAKTER


(Aplikasi Pembelajaran Mata Kuliah Akhlak Tasawuf)

Vivik Shofiah dan Raudatussalamah


UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Email: vivikdanu@gmail.com

Abstract:

This study investigates the character education through the study of Sufism Morals to
increase self-efficacy and self-regulation of students UIN Sultan Syarif Kasim Riau. The
measurement of self-efficacy and self-regulation were using the Self-efficacy scale consist
of 10 item and self-regulation scale consist of 25 item. The total number of resondent of
this research were 800 student. The data was analyzed using multivariate analysis
technique. The result show that the learning Morals Sufism can increase self-
efficacy and self-regulation of student of UIN Suska Riau.
Keywords: Character Education, Self-efficacy, Self-Regulation 

Pendahuluan penanaman nilai-nilai karakter kepada


Secara umum, pendidikan karakter warga sekolah yang meliputi komponen
sebagai upaya yang dengan sadar pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
dirancang untuk membantu individu tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
mengembangkan pengetahuan, tersebut, baik kepada Tuhan Yang Maha
keterampilan, dan kepribadiannya. Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,
Sedangkan karakter, diartikan oleh maupun kebangsaan sehingga menjadi
Sudrajat (2010) sebagai nilai-nilai perilaku manusia insan kamil”.
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Sekolah adalah lembaga sosial kedua
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama setelah keluarga yang mempunyai peranan
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang penting dalam membentuk karakter dan
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, watak anak (Ajisuksmo, 2010). Pada bab II
perkataan, dan perbuatan berdasarkan pasal 3 UU RI no 20 tahun 2003 tentang
norma-norma agama, hukum, tata krama, Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
budaya, dan adat istiadat. Selanjutnya, bahwa “pendidikan nasional berfungsi
Sudrajat (2010) menyatakan bahwa mengembangkan kemampuan dan
‘pendidikan karakter adalah sistem membentuk watak serta peradaban bangsa

214 
Vivik Shofiah Dan Raudatussalamah : Self- Efficacy Dan Self- Regulation 

yang bermartabat dalam rangka mendatang yang penting. Self-efficacy


mencerdaskan kehidupan bangsa, adalah suatu keyakinan seseorang atas
bertujuan untuk berkembangnya potensi kemampuannya untuk melaksanakan tugas
peserta didik agar menjadi manusia yang khusus atau bagian dari berbagai
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang komponen tugas (Bandura, 1997). Setiap
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, individu mempunyai self-efficacy yang
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga berbeda-beda pada situasi yang berbeda,
negara yang demokratis serta bertanggung tergantung kepada: 1) kemampuan yang
jawab’. Dari apa yang termaktub dalam dituntut oleh situasi yang berbeda itu; 2)
undang-undang tersebut dimaknai bahwa kehadiran orang lain, khususnya saingan
proses pendidikan yang dilaksanakan dalam situasi itu; 3) keadaan fisiologis dan
lembaga pendidikan tidak dapat diartikan emosional meliputi kelelahan, kecemasan,
hanya sebagai proses pengalihan apatis, dan murung.
pengetahuan dan keterampilan dari Dalam pendidikan karakter, Lickona
pendidik ke peserta didik. Lebih daripada (1992) menekankan pentingnya tiga
itu, pendidikan yang dilaksanakan harus komponen karakter yang baik (component
dapat membentuk watak atau karakter yang of good character), yaitu moral knowing
lebih baik dari peserta didik, dan dengan atau pengetahuan tentang moral, moral
menjadi lebih baik berarti pula bahwa ia feeling atau perasaan tentang moral, dan
akan menjadi lebih bermartabat. moral action atau perbuatan moral. Hal ini
Karakter bukan sekedar hasil dari diperlukan agar peserta didik mampu
sebuah tindakan melainkan secara simultan memahami, merasakan, dan mengerjakan
merupakan hasil dan proses (Santrock, sekaligus nilai-nilai kebajikan. Santrock
2008). Karakter erat kaitannya dengan (2008) karakter bisa juga diajarkan teladan
personality (kepribadian) seseorang, di moral, yaitu individu-individu yang telah
mana seseorang bisa disebut orang yang menjalani kehidupan moral yang bisa
berkarakter (a person of character) jika dijadikan teladan. Selain itu, individu
tingkah lakunya sesuai dengan kaidah tersebut mencerminkan komitmen dan
moral. Sesuai dengan konsep Bandura keunggulan moral.
(dalam Alwisol, 2004), self-efficacy Menurut teori perkembangan moral
merupakan variabel pribadi yang penting Kohlberg, pada remaja awal, mereka
yang akan menjadi penentu tingkah laku cenderung menalar pada tingkat

215 
Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 

konvensional. Pada level ini, moralitas menerapkan, mengembangkan, dan/atau


terinternalisasi sepenuhnya dan tidak menciptakan ilmu agama islam, teknologi,
didasarkan pada standar-standar eksternal. seni, dan/atau ilmu lain yang terkait.
Siswa menalar pelajaran moral, MPK adalah kelompok bahan kajian
mengeksplorasi pilihan-pilihan, serta dan pelajaran untuk mengembangkan
kemudian memutuskan moral yang terbaik manusia Indonesia yang beriman dan
untuk dirinya (Berk, 2009). Kohlberg bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berargumentasi bahwa penalaran moral dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian
seorang anak bisa dipercaya melalui mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa
berbagai diskusi dengan orang lain yang tanggung jawab kemasyarakatan dan
penalarannya sudah berada di tahap kebangsaan. MPK terdiri dari mata kuliah
berikutnya yang lebih tinggi. Teman Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan,
sebaya mempunyai hubungan yang akan Aqidah, Akhlak Tasawuf, Fiqh, Studi al-
meningkatkan penalaran moral seseorang Qur’an, Studi Hadits, Sejarah Islam Asia
anak yang lebih maju karena anak-anak Tenggara. Dalam penelitian ini, efektivitas
diberi kesempatan pengambilan peran matakuliah MPK yang diuji adalah Akhlak
(Santrock, 2008). Tasawuf.
Penelitian ini mengambil sampel di Melalui pembelajaran Akhlak
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Tasawuf maka mahasiswa diharapkan
Kasim (UIN Suska) Riau karena mampu memahami dan menghayati tentang
Universitas ini telah mewajibkan seluruh akhlak terpuji dan tercela sehingga dapat
fakultas untuk memberikan pendidikan menimbulkan sikap hidup yang lebih baik.
karakter kepada mahasiswa melalui Hal tersebut akan semakin meningkatkan
pemberian Mata kuliah Pengembangan keyakinan dirinya bahwa dia mampu
Kepribadian (MPK) guna menyiapkan melakukan sesuatu (self-efficacy) dan
lulusannya selain pandai juga harus baik mampu untuk mengontrol perilaku sendiri
dan sesuai dengan salah satu tujuan (self-regulation). Secara teoretis, MPK
pendidikan UIN Suska Riau yaitu salah satunya matakuliah akhlak tasawuf
menyiapkan peserta didik yang berakhlak diperkirakan dapat mempengaruhi self-
mulia, menjadi anggota masyarakat yang efficacy dan self-regulation mahasiswa.
memiliki kemampuan dan keunggulan Dengan demikian akan diperkirakan
akademik dan/atau profesional yang dapat terdapat perbedaan self-efficacy dan self-

216 
Vivik Shofiah Dan Raudatussalamah : Self- Efficacy Dan Self- Regulation 

regulation antara mahasiswa yang telah Iriani Indri Hapsari dengan judul penelitian
mengikuti mata kuliah Akhlak Tasawuf “Pendidikan karakter pada Anak
dengan mahasiswa yang belum Berkebutuhan Khusus dengan pendekatan
mengikutinya. floortime”. Penelitian yang dilakukan oleh
Sri Tiarti dengan judul “Pembentukan
Kerangka Pikir, Asumsi, dan Hipotesis
karakter melalui komunikasi guru dan
Penghayatan akan nilai-nilai siswa“. Penelitian yang dilakukan oleh
kehidupan menjadi dasar dari Dina Fadhila dengan judul ”Hubungan
pembentukan kepribadian dan karakter pendidikan karakter dengan sikap siswa
manusia. Padahal karakter mempunyai terhadap kompetensi kepribadian guru“.
peranan penting dalam menentukan Dari ketiga penelitian tentang pendidikan
martabat manusia. Oleh karena itu, sudah karakter tersebut, yang menjadi subjek
selayaknya bahwa pendidikan karakter penelitiannya adalah anak dan remaja
merupakan isu sentral bagi proses (siswa) pada jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan yang dilaksanakan, baik secara menengah. Sedangkan pada penelitian yang
formal di sekolah diseluruh jenjang kami lakukan, pendidikan karakter pada
maupun informal di keluarga maupun di mahasiswa dengan mengambil variabel
masyarakat. Pendidikan karakter harus dependennya self efficacy dan self
diyakini sebagai suatu proses yang regulation.
berkesinambungan melalui penyadaran dan Hipotesis dalam penelitian ini adalah
pembiasaan. Dengan belajar matakuliah terdapat perbedaan self efficacy dan self
Akhlak Tasawuf mahasiswa diharapkan regulation antara mahasiswa yang belum
mampu menghayati tentang akhlak terpuji dan telah mengikuti pembelajaran
dan tercela sehingga dapat menimbulkan matakuliah Akhlak Tasawuf.
keyakinan dirinya bahwa dia mampu
Pendidikan Karakter
melaksanakan sesuatu dengan lebih baik
1. Pengertian Pendidikan Karakter
(self efficacy) dan mampu mengontrol
perilaku menjadi lebih baik (self Sudrajat (2010) menyatakan
regulation). bahwa ‘pendidikan karakter adalah
Penelitian tentang pendidikan sistem penanaman nilai-nilai karakter
karakter sudah mulai banyak dilakukan, di kepada warga sekolah yang meliputi
antaranya penelitian yang dilakukan oleh komponen pengetahuan, kesadaran

217 
Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 

atau kemauan, dan tindakan untuk menyertainya, yang pada gilirannya


melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik menghambat para siswa untuk dapat
kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri mengambil keputusan yang memiliki
sendiri, sesama, lingkungan, maupun landasan moral kuat. Pendidikan
kebangsaan sehingga menjadi manusia karakter akan memperluas wawasan
insan kamil”. para pelajar tentang nilai-nilai moral
Selanjutnya menurut Ramli dan etis yang membuat mereka
(dalam Husen, dkk: 2010) semakin mampu mengambil keputusan
mengemukakan bahwa pendidikan yang secara moral dapat dipertanggung
karakter memiliki esensi dan makna jawabkan (Koesoema, 2011).
yang sama dengan pendidikan moral Jadi, pendidikan karakter adalah
dan pendidikan akhlak. Tujuannya suatu sistem penanaman nilai-nilai
adalah membentuk pribadi anak, perilaku (karakter) pada seseorang
supaya menjadi manusia yang baik, yang meliputi pengetahuan, kesadaran
warga masyarakat dan warga Negara dan kemauan, tindakan untuk
yang baik. Adapun criteria manusia melaksanakan nilai-nilai baik terhadap
yang baik, warga masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
Negara yang baik secara umum adalah sesama, lingkungan maupun
nilai-nilai sosial tertentu yang banyak kebangsaan sehingga menjadi insan
dipengaruhi oleh budaya masyarakat kamil.
dan bangsanya. Oleh karena itu,
hakikat dari pendidikan karakter 2. Kunci Sukses Pendidikan Karakter
dalam konteks pendidikan di
William Kilpatrick (dalam Muslich,
Indonesia adalah pendidikan nilai,
2011) menyebutkan salah satu
yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
penyebab ketidakmampuan seseorang
bersumber dari budaya bangsa
berlaku baik meskipun ia telah
Indonesia sendiri dalam rangka
memiliki pengetahuan tentang
membina kepribadian generasi muda.
kebaikan itu (moral knowing) adalah
Tanpa pendidikan karakter, kita
karena ia tidak terlatih untuk
membiarkan campr aduknya
melakukan kebaikan (moral doing).
kejernihan pemahaman akan nilai-nilai
Berangkat dari pemikiran ini maka
moral dan sifat ambigu yang

218 
Vivik Shofiah Dan Raudatussalamah : Self- Efficacy Dan Self- Regulation 

kesuksesan pendidikan karakter sangat 3. Pembelajaran Akhlak Tasawuf


Sebagai Pendidikan Karakter
bergantung pada ada tidaknya
knowing, loving, dan doing atau acting Mata kuliah Akhlak Tasawuf
dalam penyelenggaraan pendidikan adalah salah satu mata kuliah karakter
karakter. yang diberikan kepada seluruh
Moral knowing sebagai aspek mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim
pertama memiliki enam unsur, yakni: Riau. Kajian mata kuliah ini
kesadaran moral (moral awareness), membahas dan mengkaji dimensi
yaitu kesediaan seseorang untuk perilaku manusia dari aspek norma
menerima secara cerdas sesuatu yang baik dan buruk untuk diorientasikan
seharusnya dilakukan, pengetahuaan dalam kehidupan sehari-hari, baik
tentang nilai-nilai moral (knowing dalam konteks individual maupun
moral values), yaitu mencakup sosial yang dilandasi oleh proses
pemahaman mengenai macam-macam spritualitas (tazkiah al-nafs). Tasawuf
nilai moral seperti menghormati hak adalah ajaran untuk mengenal dan
hidup, kebebasan, tanggung jawab, mendekatkan diri kepada Allah Swt.
kejujuran, keadilan, tenggang rasa, sehingga memperoleh kesadaran
kesopanan dan kedisiplinan. ketuhanan (God Consciousness). Oleh
Moral loving atau moral feeling karena itu, tasawuf erat sekali
merupakan penguatan aspek emosi hubungannya dengan akhlak. Akhlak
seseorang untuk menjadi manusia yang baik timbul dari kebersihan hati,
berkarakter. Sedangkan penghargaan kesucian ruh, kestabilan pribadi,
diri adalah penilaian serta kemurnian sifat dan watak, karena
penghargaan terhadap diri sendiri. kekuatan hati telah dialiri oleh arus
Setelah moral knowing dan loving kekuatan Ilahiyah. Akhlak terpuji
terwujud, maka perilaku moral (moral dapat mengarahkan pada sesuatu yang
acting) sebagai outcome akan dengan sempurna atau mengarahkan pada
mudah muncul baik berupa pembentukan kepribadian yang utuh.
kompetensi, will, maupun habits. Materi yang diberikan pada mata
Perilaku moral adalah hasil nyata dari kuliah Akhlak Tasawuf di antaranya
penerapan pengetahuan dan perasaan klasifikasi Akhlak, yaitu al-Akhlaq al-
moral (Husen, 2010). Mahmudah dan al-Khlaq al-

219 
Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 

Mazmumah, baik dan buruk dalam (dalam Suseno, 2009) menyatakan


terminologi akhlak, kebebasan dan self-efficacy adalah bagaimana
hati nurani sebagai tanggung jawab individu merasa mampu untuk
pembentukan akhlak, akhlak dan melakukan sesuatu. Selanjutnya,
problem kebahagiaan. Diharapkan menurut Luthans (2006) self-efficacy
dengan pembelajaran Akhlak mengacu pada keyakinan individu
Tasawuf, mahasiswa memiliki mengenai kemampuan untuk
kesadaran moral (moral awareness), memobilisasi motivasi, sumber daya
yaitu kesediaan mahasiswa untuk kognitif, dan tindakan yang diperlukan
menerima secara cerdas sesuatu yang agar mencapai keberhasilan dalam
seharusnya dilakukan, memiliki melaksanakan tugas yang diberikan.
pengetahuan tentang nilai-nilai moral Bandura (1997) mengungkapkan
(knowing moral values), yaitu bahwa self-efficacy adalah penilaian
mencakup pemahaman mengenai keyakinan diri tentang seberapa baik
macam-macam nilai moral, seperti individu dapat melakukan tindakan
menghormati hak hidup, kebebasan, yang diperlukan yang berhubungan
tanggung jawab, kejujuran, keadilan, dengan situasi yang prospektif. Self-
tenggang rasa, kesopanan dan efficacy ini berhubungan dengan
kedisiplinan. Mahasiswa keyakinan bahwa diri memiliki
memilikiMoral loving atau moral kemampuan melakukan tindakan yang
feeling yang merupakan penguatan diharapkan. Bandura juga mengatakan
aspek emosi seseorang untuk menjadi bahwa self-efficacy berkaitan dengan
manusia berkarakter. keyakinan individu dapat atau tidak
dapat melakukan sesuatu bukan pada
Self - Efficacy
hal apa yang akan ia lakukan. Self-
1. Pengertian Self- Efficacy
efficacy yang tinggi akan menggiring
Baron dan Byrne (2005)
individu untuk mengatasi tantangan
mendefinisikan self-efficacy sebagai
dan hambatan dalam mencapai tujuan.
evaluasi diri seseorang terhadap
Jadi, self-efficacy adalah persepsi
kemampuan atau kompetensi untuk
diri sendiri mengenai seberapa bagus
menampilkan tugas, mencapai tujuan
diri dapat berfungsi dalam situasi
dan mengatasi rintangan. Myers
tertentu yang berhubungan dengan

220 
Vivik Shofiah Dan Raudatussalamah : Self- Efficacy Dan Self- Regulation 

keyakinan bahwa diri memiliki a. Pengalaman Keberhasilan


kemampuan melakukan tindakan yang (mastery experiences)
diharapkan dan memuaskan untuk Keberhasilan yang sering
mencapai hasil tertentu. didapatkan akan meningkatkan
1. Dimensi self efficacy efikasi diri yang dimiliki
Menurut Bandura (1997), dimensi- seseorang, sedangkan kegagalan
dimensi self efficacy antara lain: akan menurunkan efikasi
a. Magnitude atau tingkat kesulitan dirinya. Apabila keberhasilan
tugas. yang didapat seseorang lebih
b. Generality atau luas bidang banyak karena faktor-faktor di
perilaku luar dirinya, biasanya tidak akan
c. Strenght atau kemantapan membawa pengaruh terhadap
keyakinan. peningkatan efikasi diri. Akan
tetapi, jika keberhasilan tersebut
Selanjutnya Bandura (1997) juga
didapatkan dengan melalui
mengemukakan komponen-
hambatan yang besar dan
komponen dari self efficacy, yaitu:
merupakan hasil perjuangannya
a. Efikasi ekspektasi, adalah sendiri, maka hal itu akan
keyakinan diri sendiri bahwa ia membawa pengaruh pada
akan berhasil melakukan peningkatan efikasi diri nya.
tindakan.
b. Pengalaman Orang Lain
b. Ekspektasi hasil, adalah
(vicarious experiences)
perkiraan diri bahwa tingkah
Pengalaman keberhasilan orang
laku yang dilakukan diri itu akan
lain yang memiliki kemiripan
mencapai hasil tertentu.
dengan individu dalam
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
mengerjakan suatu tugas
self-efficacy
biasanya akan meningkatkan
Menurut Bandura (Alwisol, 2004: efikasi diri seseorang dalam
361-363) ada beberapa faktor yang mengerjakan tugas yang sama.
mempengaruhi self-efficacy yaitu: Efikasi diri tersebut didapat
melalui social models yang

221 
Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 

biasanya terjadi pada diri diwarnai oleh ketegangan dan


seseorang yang kurang tidak merasakan adanya keluhan
pengetahuan tentang atau gangguan somatic lainnya.
kemampuan dirinya sehingga Efikasi diri biasanya ditandai
mendorong seseorang untuk oleh rendahnya tingkat stres dan
melakukan modeling. Namun, kecemasan, sebaliknya efikasi
efikasi diri yang didapat tidak diri yang rendah ditandai oleh
akan terlalu berpengaruh bila tingkat stres dan kecemasan
model yang diamati tidak yang tinggi pula.
memiliki kemiripan atau
berbeda dengan model.
Self Regulation
c. Persuasi Sosial (Social
1. Pengertian Self Regulation
Persuation)
Menurut Bandura (1997) self
Informasi tentang kemampuan
regulation adalah bagaimana manusia
yang disampaikan secara verbal
mampu mengatur dirinya sendiri,
oleh seseorang yang
mempengaruhi tingkah lakunya dengan
berpengaruh biasanya
cara mengatur lingkungan, menciptakan
digunakan untuk meyakinkan
dukungan kognitif, serta mengadakan
seseorang bahwa ia cukup
konsekuensi bagi tingkah lakunya
mampu melakukan suatu tugas.
sendiri. Self regulation merupakan
d. Keadaan fisiologis dan kemampuan untuk mengontrol perilaku
emosional (physiological and sendiri dan salah satu dari sekian
emotional states) penggerak utama kepribadian manusia.
Kecemasan dan stres yang Untuk mencapai suatu tujuan yang
terjadi dalam diri seseorang optimal, seseorang harus mampu untuk
ketika melakukan tugas sering mengontrol perilakunya sendiri,
diartikan sebagai suatu mengarahkan perilaku tersebut agar
kegagalan. Pada umumnya dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
seseorang cenderung akan Menurut Brown (1998), self-
mengharapkan keberhasilan regulation adalah kemampuan untuk
dalam kondisi yang tidak merencanakan, mengembangkan,

222 
Vivik Shofiah Dan Raudatussalamah : Self- Efficacy Dan Self- Regulation 

mengimplementasikan. Ablard & berperan dalam bentuk kekuatan


Lipszult (dalam Dachrud, 2005) motivasional menjadi perilaku dan
menyimpulkan beberapa penelitian performance.
bahwa self regulation merupakan Dari beberapa pengertian di atas
strategi yang mempunyai pengaruh dapat disimpulkan bahwa self
bagi performansi seseorang untuk regulation adalah kemampuan
mencapai suatu prestasi atau seseorang untuk mengatur diri,
mengalami peningkatan diri. Self mempengaruhi tingkah laku dengan
regulation adalah suatu usaha individu cara mengatur lingkungan,
dalam melaksanakan aktivitas- menciptakan dukungan kognitif, dan
aktivitasnya yang melibatkan proses membuat konsekuensi atas tingkah
kognitif, perilaku, dan metakognisi laku, agar semuanya dapat bergerak
yang mencakup perencanaan, sinergis menuju tujuan yang ingin
pengaturan dan pemantauan serta dicapai.
afeksi yang dimilikinya.

Menurut Zimmerman (dalam


2. Komponen Self Regulation
Dachrud, 2005) self regulation juga
mengacu pada tingkatan bagaimana Bandura (1997) menyatakan

seseorang dapat menggunakan dirinya komponen-komponen self regulation

untuk mengatur strategi dalam terdiri dari:

bertingkah laku serta mengatur a. Pengamatan diri, kita melihat diri

lingkungannya. Dengan demikian, self dan perilaku kita sendiri, serta terus

regulation memerlukan pengaturan, mengawasinya.

pengelolaan, pengendalian atas b. Penilaian, membandingkan apa

segenap sumber daya, kemampuan dan yang kita lihat pada diri dan

usaha oleh individu yang bersangkutan perilaku kita dengan standar

untuk mencapai tujuan atau prestasi ukuran.

tertentu agar terjadi peningkatan. c. Respons diri, terjadi setelah

Selanjutnya vande Walle et.al. (dalam membandingkan diri dengan

Dachrud, 2005) mendefinisikan self standar ukuran tertentu, dan

regulation sebagai proses kognitif yang memberikan imbalan respon diri


pada diri sendiri.

223 
Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 

Kanfer, Miller dan Brown (1991) mengenai seberapa bagus diri dapat
menjelaskan teori self-regulation berfungsi dalam situasi tertentu
melalui tujuh proses sebagai berikut: yang berhubungan dengan
a. menerima informasi yang relevan keyakinan bahwa diri memiliki
b. mengevaluasi informasi dan kemampuan melakukan tindakan
membandingkan dengan norma yang diharapkan dan memuaskan
c. memicu perbedaan untuk mencapai hasil tertentu,
d. mencari pilihan dengan indikator:
e. memformulasikan perencanaan 1. tujuan
f. menerapkan perencanaan 2. usaha
g. mengukur efektivitas perencanaan 3. tetap menjaga keseimbangan
4. memperbaiki diri dari
Metode Penelitian
kemunduran

1. Desain Penelitian b. Self regulation adalah kemampuan


Desain penelitian yang digunakan seseorang untuk mengatur diri,
dalam penelitian ini adalah penelitian mempengaruhi tingkah laku dengan
komparatif, kelompok yang dibandingkan cara mengatur lingkungan,
adalah kelompok mahasiswa yang sudah menciptakan dukungan kognitif,
mengikuti matakuliah Akhlak Tasawuf dan dan membuat konsekuensi atas
mahasiswa yang belum mengikutinya. tingkah laku, agar semuanya dapat
bergerak sinergis menuju tujuan

2. Variabel Penelitian yang ingin dicapai, dengan


Variabel dependen yang dianalisis indikator:
dalam penelitian ini adalah self efficacy 1. Menerima informasi yang
dan self regulation. Variabel relevan
independennya adalah matakuliah Akhlak 2. Mengevaluasi informasi dan
Tasawuf. membandingkan dengan norma
3. Memicu perbedaan
3. Definisi Operasional Variabel 4. Mencari pilihan
Penelitian
a. Self efficacy dalam penelitian ini 5. Memformulasikan perencanaan

adalah persepsi diri sendiri 6. Menerapkan perencanaan

224 
Vivik Shofiah Dan Raudatussalamah : Self- Efficacy Dan Self- Regulation 

7. Mengukur efektivitas 63 item dengan model semantic


perencanaan differential.

c. Matakuliah Akhlak Tasawuf adalah Kedua skala diuji cobakan kepada

matakuliah pengembangan 200 mahasiswa dan diperoleh hasil sebagai

kepribadian yang diberikan kepada berikut: untuk skala self-efficacy ke

mahasiswa UIN Sultan Syarif sepuluh itemnya berdaya beda tinggi di

Kasim Riau dengan kompetensi atas 0,25 dan reliabilitasnya sebesar 0,695.

yang diharap pada mahasiswa Sedang skala self-regulation dari 63 item

setelah mempelajari matakuliah ini hanya 25 item yang mempunyai daya beda

agar mahasiswa memahami dan di atas 0,25, reliabilitasnya sebesar 0,652

menghayati tentang akhlak terpuji


dan tercela sehingga dapat 6. Teknik analisis data

menimbulkan sikap hidup yang Teknik analisis data yang digunakan

lebih baik. adalah teknik analisis multi variat.

Hasil dan Pembahasan


4. Populasi dan Sampel Penelitian
Sebelum melakukan analisa data
Populasi dalam penelitian ini adalah
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji
seluruh mahasiswa UIN Sultan Syarif
asumsi yang dilakukan adalah uji
Kasim Riau yang telah mengikuti mata
normalitas dan homogenitas.
kuliah Akhlak Tasawuf dan yang belum
1. Hasil uji normalitas sebaran dilihat dari
mengikuti mata kuliah Akhlak Tasawuf
rasio skewness untuk variabel self-
pada tahun akademik 2012/2013.
efficacy sebesar 2,73 dan kurtosisnya
Sedangkan yang menjadi sampel penelitian
sebesar 0,046. Sedangkan rasio
adalah 800 mahasiswa.
skewness untuk variabel motivasi
belajar sebesar 2,64 dan kurtosisnya
5. Alat Ukur penelitian, uji validitas
sebesar -1,15. Dari hasil tersebut dapat
dan reliabilitas
dikatakan kedua variabel berdistribusi
Alat ukur penelitian yang digunakan
normal.
adalah skala self-efficacy berjumlah 10
2. Hasil uji homogenitas menunjukkan
item dan skala self-regulation berjumlah
bahwa ke dua variabel homogen. Pada
uji homogenitas variabel Self-Efficacy

225 
Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 

diperoleh harga F sebesar 2,381 dengan pembelajaran mata kuliah Akhlak


signifikansi 0,123. Sedangkan hasil uji Tasawuf.
homogenitas Self-Regulation diperoleh 4. Analisis Tambahan
harga F sebesar 0,015 dengan Berdasarkan kategorisasi data
signifikansi sebesar 0,903. memberikan gambaran bahwa Self-
3. Hasil analisa data. Berdasarkan hasil efficacy mahasiswa UIN Suska Riau
analisa data diperoleh angka sebagian besar pada kategori tinggi
probabilitas sebesar p=0,048 (<0.05) (58,2%) dan sangat tinggi (40,48%),
sehingga dapat disimpulkan bahwa sedangkan pada kategori rendah dan
terdapat perbedaan self-efficacy dan sangat rendah tidak ada namun masih
self-regulation pada mahasiswa ada mahasiswa yang memiliki self-
sebelum dengan sesudah mengikuti efficacy pada kategori sedang walaupun
pembelajaran mata kuliah Akhlak hanya sebesar 1,5%. Sedangkan Self-
Tasawuf. Dengan demikian, hipotesis regulation mahasiswa UIN Suska riau
dalam penelitian ini terbukti. sebagian besar pada kategori tinggi
Selanjutnya berdasarkan tabel tests of (62,15%) dan sangat tinggi (36,95%),
between subjects effects menunjukkan sedangkan pada kategori rendah dan
bahwa hubungan antara pembelajaran sangat rendah tidak ada namun masih
Akhlak Tasawuf dengan self-efficacy ada mahasiswa yang memiliki self-
memiliki signifikansi sebesar 0.033 regulation pada kategori sedang
(<0.05), hal ini berarti bahwa terdapat walaupun hanya sebesar 0,9%.
perbedaan self-efficacy pada
mahasiswa setelah mengikuti
Pembahasan
pembelajaran Akhlak Tasawuf. Selain
Berdasarkan hasil uji multivariat
itu menunjukkan bahwa hubungan
dengan tingkat alpha 0,05 diperoleh hasil
antara pembelajaran Akhlak Tasawuf
bahwa hipotesis yang mengatakan bahwa
dengan self-regulation dengan taraf
ada perbedaan self-efficacy dan self-
signifikansi sebesar 0.049 (p<0.005),
regulation yang signifikan pada mahasiswa
hal ini berarti bahwa terdapat
sebelum dan setelah mengikuti
perbedaan self-regulation pada
pembelajaran mata kuliah Akhlak Tasawuf
mahasiswa setelah mengikuti
terbukti. Ini berarti pendidikan karakter di

226 
Vivik Shofiah Dan Raudatussalamah : Self- Efficacy Dan Self- Regulation 

UIN Suska Riau melalui pembelajaran maupun sosial yang dilandasi oleh proses
mata kuliah Akhlak Tasawuf pada spritualitas (tazkiah al-nafs). Tasawuf
mahasiswa dapat meningkatkan self- adalah ajaran untuk mengenal dan
efficacy dan self-regulation pada mendekatkan diri kepada Allah Swt.
mahasiswa. sehingga memperoleh kesadaran ketuhanan
Pendidikan karakter membantu siswa (God Consciousness). Oleh karena itu,
untuk mengetahui yang baik, menyenangi tasawuf erat sekali hubungannya dengan
yang baik, dan berbuat baik (Ryan, 1993). akhlak. Akhlak yang baik timbul dari
Pendidikan karakter adalah pendekatan kebersihan hati, kesucian ruh, kestabilan
langsung pada pendidikan moral, yakni pribadi, kemurnian sifat dan watak, karena
mengajari mahasiswa dengan pengetahuan kekuatan hati telah dialiri oleh arus
moral dasar untuk mencegah mereka kekuatan Ilahiyah. Akhlak terpuji dapat
melakukan tindakan tidak bermoral dan mengarahkan pada sesuatu yang sempurna
membahayakan orang lain dan dirinya atau mengarahkan pada pembentukan
sendiri. Pendidikan karakter diperlukan kepribadian yang utuh. Materi yang
agar anak didik mampu memahami, diberikan pada mata kuliah Akhlak
merasakan dan melakukan nilai-nilai Tasawuf di antaranya klasifikasi Akhlak
kebajikan (Lickona, 1992). Dalam yaitu al-Akhlaq al-Mahmudah dan al-
penelitian ini, yang menjadi subjek adalah Khlaq al-Mazmumah, baik dan buruk
mahasiswa yang menurut teori dalam terminologi akhlak, kebebasan dan
perkembangan moral Kohlberg, moralitas hati nurani sebagai tanggungjawab
terinternalisasi sepenuhnya dan tidak pembentukan akhlak, akhlak dan problem
didasarkan pada standar-standar eksternal. kebahagiaan.
Mahasiswa menalar pelajaran moral, Mahasiswa belajar Akhlak Tasawuf
mengeksplorasi pilihan-pilihan, serta akan memiliki kesadaran moral (moral
kemudian memutuskan moral yang terbaik awareness), yaitu kesediaan mahasiswa
untuk dirinya (Berk, 2009). untuk menerima secara cerdas sesuatu yang
Mata kuliah Akhlak Tasawuf seharusnya dilakukan, memiliki
membahas dan mengkaji dimensi perilaku pengetahuan tentang nilai-nilai moral
manusia dari aspek norma baik dan buruk (knowing moral values), yaitu mencakup
untuk diorientasikan dalam kehidupan pemahaman mengenai macam-macam nilai
sehari-hari, baik dalam kontek individual moral seperti menghormati hak hidup,

227 
Kutubkhanah : Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014 

kebebasan, tanggung jawab, kejujuran, dihipotesiskan mempengaruhi pilihan


keadilan, tenggang rasa, kesopanan dan kegiatan, pengeluaran usaha, ketekunan,
kedisiplinan. Mahasiswa memiliki Moral dan prestasi. Menurut Bandura efikasi diri
loving atau moral feeling yang merupakan adalah keyakinan seorang individu
penguatan aspek emosi seseorang untuk mengenai kemampuannya dalam
menjadi manusia berkarakter. Mahasiswa mengorganisasi dan menyelesaikan suatu
memiliki keyakinan diri tentang seberapa tugas yang diperlukan untuk mencapai
baik melakukan tindakan yang diperlukan hasil tertentu. Efikasi diri yakni keyakinan
berhubungan dengan situasi yang bahwa seseorang bisa menguasai situasi
prospektif (Self-efficacy), serta mahasiwa dan mendapatkan hasil positif. Bandura
mampu mengontrol perilaku sendiri (Self- (dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa
regulation).   efikasi diri berpengaruh besar terhadap
Bandura (2001) mencatat bahwa perilaku. Mahasiswa yang efikasi dirinya
orang-orang berusaha untuk melakukan rendah mungkin tidak mau berusaha belajar
kontrol atas aspek-aspek penting dari untuk menhadapi ujian karena tidak
kehidupan mereka. Gagasan interaksi percaya bahwa belajar akan bisa
timbal balik menggambarkan bagaimana membantunya mengerjakan soal.
orang dapat mempengaruhi perilaku dan Sedangkan orang yang memiliki efikasi diri
lingkungan mereka dengan pikiran dan yang tinggi akan memiliki keyakinan
keyakinan mereka. Proses penting yang mengenai kemampuannya dalam
digunakan orang untuk melakukan kontrol mengorganisasi dan menyelesaikan suatu
adalah kepercayaan diri mereka dan self- tugas yang diperlukan untuk mencapai
regulation. hasil tertentu dalam berbagai bentuk dan
Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat kesulitan.
bahwa self-efficacy mahasiswa sebagian Self-regulation pada mahasiswa
besar tinggi (58,2 %) dan sangat tinggi tergolong tinggi (62,15%) dan sangat tinggi
(40,48%). Itu berarti bahwa mahasiwa (36,95%), hal ini berarti bahwa mahasiswa
memiliki keyakinan akan tujuan hidup mampu mengelola secara efektif
dengan berusaha tetap menjaga pengalaman belajarnya sendiri di dalam
keseimbangan pada situasi tertentu. berbagai cara sehingga mencapai hasil
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bandura belajar yang optimal. Mahasiswa mampu
(1997); Schunk (2001) bahwa Self-efficacy mengatur diri sendiri, menciptakan

228 
Vivik Shofiah Dan Raudatussalamah : Self- Efficacy Dan Self- Regulation 

dukungan kognitif dan membuat Bandura, Albert. (1997). Self Efficacy. New
York: W.H. Freeman and
konsekuensi atas tingkah laku agar
Company.
semuanya bergerak secara sinergis menuju Berk, L.E. (2009). Child Development.
tujuan yang ingin dicapai. Eds.8. Boston: Pearson
Buku Panduan dan Informasi Akademik
2011-2012. UIN Suska Riau.
Kesimpulan
Hall, C & Lindzey, G., & campbell, J.B.
Berdasarkan hasil penelitian dapat (1997). Theories of Personalities.
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan New York: John Wiley & Sons, Inc.
self-efficacy dan self-regulation pada Lickona, T. (1992). Educating for
Character: How our schools can
mahasiswa UIN Suska Riau sebelum dan teach respect and responsibility.
setelah mengikuti pembelajaran Akhlak New York: Bantam.

Tasawuf. Self-efficacy dan self-regulation Masnur Muslich. (2011). Pendidikan


Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
pada mahasiswa UIN Suska Riau tergolong
Musdalifah Dachrud. (2005). Efektivitas
tinggi dan sangat tinggi. pelatihan pesantren kilat terhadap
kemampuan regulasi ditinjau dari
kecerdasan emosi dan kematangan
sosial pada remaja. Tesis (Tidak
dipublikasikan). Yogyakarta: UGM.
Daftar Kepustakaan
Pasana Chularut and Teresa K. DeBacker.
(2004). The influence of concept
A. Doni Koesoema. (2011). Pendidikan mapping on achievement, self-
Karakter. Jakarta: PT Grasindo. regulation, and self-efficacy in
students of English as a second
Ajisuksmo Clara. (2010). Pendidikan language. Contemporary Educational
karakter. Makalah disajikan dalam Psychology. 29 (2004) 248–263.
konferensi nasional dan workshop
APPI “Peran Pendidikan dalam Ryan, K. (1998). Mining the Values in the
Pembangunan Karakter Bangsa”, Curriculum. In Ryan & Cooper (8th
diselenggarakan oleh Program studi Edition), Kaleidoscope: Readings in
Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Education. Boston: Houghton Miffin
Universitas Negeri Malang, Malang Company Ryan, K
16-17 Oktober 2010. Santrock, J.W. (2008). Educational
Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Psychology (3th ed). Boston:
Malang: UMM Press. Mc.Graw Hill.
Baron, R.A. & Byrne, D. (2005). Psikologi Sudrajat, A. 2010. Tentang Pendidikan
sosial (Edisi ke 10). Jakarta: Karakter.  http://
Erlangga. akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/
08/20/pendidikan-karakter-di-smp/ 
 

229 

Anda mungkin juga menyukai