Anda di halaman 1dari 19

3

PENDAHULUAN

Skripsi merupakan sebuah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh


mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya
(KBBI, 2008). Salah satu tujuan penulisan skripsi adalah agar mahasiswa
mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang
keilmuannya. Dengan menyusun skripsi mahasiswa akan mempelajari cara
menuangkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan ilmiah, sehingga dengan
tulisan ilmiah dari seorang mahasiswa, orang lain bisa mengetahui dampak
dari ilmu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa selama kuliah
(http://indonesiayouthsays.com). Hal ini menunjukkan bahwa skripsi
merupakan media bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan kemampuan yang sudah diperoleh selama perkuliahan, sehingga hasilnya
dapat dipahami dan bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca skripsi
tersebut.
Memasuki masa skripsi, mahasiswa akan mulai menggunakan
kemampuan berpikirnya (kognitif) untuk melakukan penelitian secara
mandiri, seperti kemampuan berpikir kreatif dalam menentukan topik
penelitian, kemampuan merumuskan masalah, mengumpulkan, mengolah dan
menganalisis data, sampai kemampuan mahasiswa untuk menarik suatu
kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukannya, kemudian
menyampaikan hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan ilmiah juga dalam
bentuk penyampaian lisan (Puspitasari, 2008).
Ketika menyusun skripsi mahasiswa mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah diperolehnya selama perkuliahan, sehingga
menghasilkan pembahasan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan di bidangnya masing-masing. Mahasiswa yang mampu menulis
skripsi artinya mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam
memahami, menganalisis, menggambarkan dan menjelaskan masalah yang
berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. Hal ini menunjukkan
bahwa skripsi atau tugas akhir menjadi cerminan hasil pembelajaran
4

mahasiswa selama menerima ilmu di perkuliahan dan hasil kemampuan


berpikir mahasiswa, sehingga menjadi penting bagi mahasiswa untuk
menyusun dan menyelesaikan skripsi (Puspitasari, 2008).
Untuk menyusun skripsi, mahasiswa harus memiliki keyakinan diri
bahwa ia bisa menyelesaikan skripsinya, karena pada dasarnya setiap
mahasiswa pasti memiliki kemampuan dalam dirinya untuk menyelesaikan
skripsinya. Keyakinan akan kemampuan diri untuk menguasai atau
menyelesaikan suatu tugas disebut juga dengan self-efficacy. Menurut
Bandura (1977) self-efficacy adalah keyakinan seorang individu mengenai
kemampuannya dalam mengorganisasi dan menyelesaikan suatu tugas yang
diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Self-efficacy yakni keyakinan
bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif.
Menurut Bandura (dalam Baron & Byrne, 2000), self-efficacy adalah
penilaian seseorang akan kemampuannya atau menampilkan kompetensi,
meraih tujuan, atau mengatasi suatu hambatan.
Semakin tinggi pencapaian orang tersebut, semakin meningkat pula
self-efficacy individu. Self-efficacy dapat diperoleh melalui social modeling,
yaitu proses individu dalam mengamati pengalaman pencapaian orang lain
sebagai model yang dianggap memiliki kompetensi setara. Semakin tinggi
pencapaian tugas yang dikerjakan orang tersebut, semakin meningkat pula
self-efficacy individu. Orang tua merupakan salah satu role model yang
utama, dalam proses social modeling, individu tidak hanya mengimitasi sikap
dan perilaku role model melalui observasi saja, namun juga dapat melalui
instruksi verbal (Denler.H, Wolters.C, Benzon.M, 2013). Selain social
modeling, social persuasion juga mempengaruhi academic self-efficacy
individu. Semakin tinggi status maupun otoritas orang yang memberikan
persuasi pada individu, maka semakin besar pengaruhnya terhadap academic
self-efficacy individu (Bandura, 1997, dalam Feist & Feist, 2006, h. 416-418).
Dalam penelitian ini orang yang menjadi model dan juga memberikan social
persuasion pada individu adalah orang tua individu, sebab orang tua secara
konsisten diasosiasikan dengan pencapaian akademik anaknya
5

(Bogenschneider, 1997; Hara & Burke, 1998; Hill& Craft, 2003; Marcon,
1999; McWayne, Hampton, Fantuzzo, Cohen, & Sekino, 2004;Miedel&
Reynolds, 1999; Stevenson & Baker, 1987. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh David R, Topor (2007) menyebutkan bahwa keterlibatan
orang tua menunjukkan hubungan positif yang signifikan terhadap performa
akademis siswa. Ini berarti bahwa orang tua memiliki peran penting dalam
pencapaian maupun performa akademis individu sehingga orang tua menjadi
figur yang dapat menjadi social model maupun memberikan social
persuasion yang dapat mempengaruhi self-efficacy individu.
Orangtua adalah pendidik yang pertama untuk anaknya (Berger, 1995).
Oleh karena itu dapatlah dipahami jika orangtua merupakan faktor yang
utama dalam pendidikan, terutama sewaktu anak belum masuk sekolah.
Tetapi karena kompleksnya masalah pendidikan, yang di antaranya ialah
harus dilaksanakan di sekolah dan adanya faktor-faktor lain yang ikut
berperan, maka orangtua menghadapi situasi yang kadang-kadang sulit bagi
mereka untuk berperan dalam pendidikan.
Orang tua sarjana adalah gelar akademik yang diberikan kepada lulusan
program pendidikan sarjana (S-1). Untuk mendapatkan gelar sarjana. Secara
normatif dibutuhkan waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun, tapi ada
juga yang menyelesaikannya dalam 3,5 (tiga setengah) tahun ataupun lebih
dari 6 (enam) tahun. Sedangkan orang tua non sarjana adalah gelar akademik
yang hanya diperoleh pada tingkat sekolah tidak sampai pada tingkat
Perguruan Tinggi (S-1).
Penelitian skripsi Dewi (2005) menyatakan bahwa terdapat perbedaan
motivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang strata dua ditinjau dari tingkat
pendidikan orang tua pada mahasiswa universitas Kristen Satya Wacana.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi melanjutkan pendidikan
ketingkat strata dua pada mahasiswa yang pendidikan orang tuanya non
sarjana, sarjana strata satu, dan sarjana strata dua. Penelitian ini bermaksud
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan Self-Efficacy mahasiswa untuk
menyelesaikan skripsi berdasarkan tingkat pendidikan orang tua (sarjana atau
6

tidak sarjana). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Topor (2007),
Topor melakukan penelitian mengenai mekanisme keterlibatan orang tua
dalam sekolah yang akan meningkatkan performa akademis anak.

TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara Self-
Efficacy untuk menyelesaikan skripsi berdasarakan tingkat pendidikan orang
tua sarjana atau non sarjana.

TINJAUAN PUSTAKA
Self-Efficacy
Self-efficacy sebagai keyakinan manusia pada kemampuan mereka
untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan
kejadian-kejadian di lingkungannya Bandura (dalam Feist & Feist, 2006).
Menurut Bandura (dalam Indarti & Rostiani, 2008) mendefinisikan efikasi
diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
Dari sebagian besar penelitian yang meneliti mengenai efikasi diri
akademik, beberapa memfokuskan diri pada pengidentifikasian 4 faktor
efikasi diri dalam seting akademik (Zimmerman, 2000). Beberapa penelitian
empiris telah menguji 4 sumber informasi tersebut dalam perkembang-an
efikasi diri akademik. Empat Sumber tersebut meliputi performance
accomplishment, vicarious experience, verbal persuasion dan emotional
arousal. Menurut Bandura (1997) terdapat tiga komponen dari self-efficacy
pada diri manusia, yaitu : Tingkatan (Level), yaitu Adanya perbedaan self-
efficacy yang dihayati oleh masing-masing individu mungkin dikarenakan
perbedaan tuntutan yang dihadapi. Tuntutan tugas merepresentasi-kan
bermacam-macam tingkat kesulitan atau kesukaran untuk mencapai
performansi optimal. Jika halangan untuk mencapai tuntutan itu sedikit, maka
aktivitas lebih mudah untuk dilakukan, sehingga kemudian individu akan
7

memiliki self-efficacy yang tinggi. Keadaan umum (Generality), yaitu


Individu mungkin akan menilai diri merasa yakin melalui bermacam-macam
aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi tertentu. Keadaan umum bervariasi
dalam jumlah dari dimensi yang berbeda-beda, diantaranya tingkat kesamaan
aktivitas, perasaan dimana kemampuan ditunjukkan (tingkah laku, kognitif,
afektif), ciri kualitatif situasi, dan karakteristik individu menuju kepada siapa
perilaku itu ditujukan. Pengukuran berhubungan dengan daerah aktivitas dan
konteks situasi yang menampakkan pola tingkat generality yang paling
mendasar berkisar tentang apa yang individu susun pada kehidupan mereka.
Kekuatan (Strength), yaitu pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-
efficacy yang diyakini seseorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan
keyakinannya pula. Individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap
kemampuan mereka akan teguh dalam berusaha untuk mengenyampingkan
kesulitan yang dihadapi.
Alafgani (2013) menjelaskan mengenai domain/area mahasiswa
menyusun skripsi. Domain tersebut nantinya akan digunakan peneliti untuk
mengukur Self Efficacy mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Menurut
Alafgani (2013) terdapat tiga domain/area menyusun skripsi, yaitu : Proses
Bimbingan, Pengetahuan Dasar Skripsi, Lingkungan Sosial Akademis.

Skripsi
Skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh
mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya
(KBBI, 2008). Skripsi merupakan karya tulis ilmiah akhir seorang mahasiswa
dalam menyelesaikan program pendidikan S1 sebagai bukti kemampuan
akademik yang dimiliki mahasiswa dalam melakukan penelitian yang sesuai
dengan bidang studinya.
Skripsi adalah karya tulis ilmiah dengan sistematika tertentu sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana yang disusun oleh
mahasiswa yang telah mencapai persyaratan, berdasarkan pada data yang
diperoleh, dianalisis dan diinterpretasikan dengan metode yang benar untuk
8

menjawab suatu permasalahan di bawah bimbingan dosen dalam bidang


ilmunya (http://www.dianhusada.ac.id/filepenja-mu/Skripsi.pdf).

Self Efficacy Dalam Menyelesaikan Skripsi


Self Efficacy untuk menyelesaikan skripsi dapat diartikan sebagai
keyakinan individu untuk dapat menyelesaikan suatu karya ilmiah akademik
sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1-nya dengan melakukan
strategi–strategi yang diperlukan untuk mencari, menganalisa dan
menginterpretasikan sumber serta bahan yang didapat, sehingga individu
dapat menyelesaikan studinya.

Orang Tua Sarjana Dan Non Sarjana


Pendidikan orangtua bertujuan untuk memberi bekal kepada
orangtua/keluarga yang mempunyai anak sedang belajar di sekolah dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang timbul yang berkaitan dengan
pendidikan anak. Sebagai contoh, untuk membantu orangtua dalam menjalin
komunikasi pendidikan yang baik antara orangtua dan anak.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Tingkat Pendidikan Orang
Tua adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah
ditempuh, melalui pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang
paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA
sampai Perguruan Tinggi Strata 1. Tingkat pendidikan dibagi menjadi dua;
sarjana dan non sarjana.
a. Sarjana adalah gelar akademik yang diberikan kepada lulusan program
pendidikan sarjana (S-1). Untuk mendapatkan gelar sarjana. Secara
normatif dibutuhkan waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun, tapi
ada juga yang menyelesaikannya dalam 3,5 (tiga setengah) tahun ataupun
lebih dari 6 (enam) tahun.
b. Tingkat pendidikan non sarjana adalah gelar akademik yang hanya
diperoleh pada tingkat sekolah tidak sampai pada tingkat Perguruan
Tinggi (S-1).
9

Perbedaan Self Efficacy Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi


Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Sarjana dan Non Sarjana
Orang tua dengan pendidikan sarjana akan memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang lebih baik mengenai proses pendidikan perguruan tinggi
dibandingkan mereka yang non sarjana. Tingkat pendidikan orang tua tidak
sarjana akan cenderung sempit wawasannya terhadap pendidikan, sehingga
dalam memberi pengarahan kepada anak akan berbeda, karena orang tua
tersebut belum pernah mengalami jenjang pendidikan perguruan tinggi
sehingga anak tersebut tidak mempunyai keyakinan diri dalam menyelesaikan
tugas studinya, Dewi (2005).
Orang tua dengan tingkat pendidikan sarjana akan membagi
pengalaman yang sudah pernah dilakukan dalam menyusun skripsi, dengan
cara memberikan pengarahan kepada anaknya bagaimana cara dan strategi
dalam menyusun skripsi, seperti misalnya memberi pengarahan, membimbing
dan memberikan dorongan secara verbal untuk meningkatkan pembelajaran
(pengalaman belajar yang berhasil) dan dapat menjadi model bagi anaknya
sehingga memberikan peningkatan self-efficacy dalam menyusun skripsi.
Dari pengarahan yang sudah diberikan, anak tersebut mendapatkan
sumber informasi dan pengamatan secara tidak langsung dari orang tua dalam
menyusun skripsi yang sudah dilakukan oleh orang tuanya. Sehingga
meningkatkan motivasi anak dan akan mencoba untuk melakukan apa yang
sudah pernah orang tuanya lakukan, jadi dapat membangkitkan ekspektasi
dari pengamat bahwa mereka juga mampu dalam menyusun skripsi. Dengan
sumber pengalaman keberhasilan tersebut, orang tua dengan tingkat
pendidikan sarjana akan menjadi contoh dan panutan yang baik bagi anaknya.
Selain itu, apa yang dilakukan orang tua akan menjadi contoh atau dengan
kata lain orang tua adalah seorang “model” bagi anaknya. Dalam sistem
modeling anak diarahkan pada pembelajaran pengajaran secara langsung
dimana anak dapat melihat, mendengar dan meniru sehingga anak secara
tidak sadar sudah melakukan proses modeling. Penemuan sebelumnya juga
mencatat bahwa model merupakan sumber informasi yang penting dalam
10

membentuk keyakinan diri di beberapa area, termasuk keyakinan diri


ketrampilan akademik, keyakinan diri pekerjaan, keyakinan diri sosial,
keyakinan diri matematika dan sains, serta keyakinan diri performansi atletik
(Schunk & Pajares, 2002).
Bandura (1997) menjelaskan vicarious experience (modeling) sebagai
pengalaman melihat orang lain menampilkan kegiatan yang sulit namun tanpa
konsekuensi yang merugikan, sehingga dapat membangkitkan ekspektasi dari
pengamat bahwa mereka juga akan mampu melakukan tugas tersebut, dengan
catatan apabila pengamat tekun dalam usaha mereka. Pengamat akan
mempersuasi diri mereka dengan pernyataan bahwa jika orang lain mampu
melakukannya, maka mereka seharusnya juga mampu untuk meraih kemajuan
dalam performansi mereka. Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan
bahwa modeling merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan
pembelajaran (pengalaman belajar yang berhasil) dan meningkatkan
keyakinan diri akademik (Schunk, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Topor (2007) menyebutkan bahwa
keterlibatan orang tua menunjukkan hubungan positif yang signifikan
terhadap performa akademis siswa. Ini berarti bahwa orang tua memiliki
peran penting dalam pencapaian maupun performa akademis individu
sehingga orang tua menjadi figur yang dapat menjadi social model maupun
memberikan social persuasion yang dapat mempengaruhi self efficacy
individu.
Orang tua dengan tingkat pendidikan sarjana juga lebih dapat
menghargai usaha dan keberhasilan anaknya dalam melalui tahapan-tahapan
pendidikan kesarjanaan. Menurut Dewi (2005) dalam penelitiannya, tingkat
pendidikan orang tua akan menentukan cara orang tua dalam membimbing
dan mengarahkan anaknya dalam hal pendidikan. Orang tua akan memberi
pengarahan, membimbing serta memberi dorongan secara verbal dalam usaha
meraih kesuksesan dalam menyelesaikan skripsi. Verbal persuasion
merupakan sarana untuk memperkuat keyakinan anak mengenai kemampuan
mereka untuk meraih kesuksesan akademik. Bandura (dalam Turner & Lapan,
11

2002) juga meneliti peran orang tua dalam mendorong anak secara verbal
dalam meraih tujuan akademik mereka. Siswa yang memiliki orang tua yang
memberi dorongan secara verbal dalam usaha meraih kesuksesan akademik
secara umum menunjukkan performansi yang baik di sekolah. Individu
melaporkan, mereka termotivasi oleh kata-kata yang meningkatkan keyakinan
bahwa mereka mampu untuk menunjukkan keberhasilan dalam berbagai
setting dan bidang meliputi kompetisi atletik, supervisi dan training pada
mahasiswa konseling, efikasi diri pekerjaan, efikasi diri akademik dan efikasi
diri matematika dan sains (Speight & Rosenthal, 1995).
Sedangkan dengan latar belakang tingkat pendidikan orang tua yang
non sarjana, orang tua tidak bisa menjadi model bagi anaknya, karena tidak
ada pengalaman dalam melakukan tugas-tugas akademik perguruan tinggi.
Bandura (1997) dalam sistem modeling ada 3 faktor, yaitu: (1) usia dan
keahlian, (2) kesamaan antara model dan pengamat, dan (3) kesulitan tugas
yang harus diselesaikan. Orang tua yang non sarjana tidak mempunyai
keahlian, kesamaan antara anak/ model dan tidak pernah mengalami tingkat
kesulitan, dalam hal ini pengalaman menyusun skripsi. Dalam memberikan
dukungan verbal kepada anak juga berbeda, karena orang tua yang menguasai
berbagai macam pengalaman akan lebih mengembangkan efikasi anak-
anaknya dibanding dengan mereka yang menguasai sedikit pengalaman
(Bandura, 1997). Anak yang dipersuasi oleh orang lain mengenai kemampuan
mereka untuk menuntaskan tugas pendidikan lebih mungkin untuk melakukan
usaha yang lebih besar selama waktu tertentu daripada individu yang tidak
menerima persuasi (Bandura, 1997).
Orang tua dengan tingkat pendidikan non sarjana tidak mengetahui
pentingnya untuk menumbuhkan self-efficacy anak, karena orang tua tidak
bisa memberikan pengarahan, bimbingan dan memberikan dorongan hanya
menekankan pada sebuah nilai atau hasil akhir dari sebuah tugas akademik
yang diemban oleh anak. Sehingga tingkat self-efficacy dalam menyusun
skripsi anak rendah.
12

Berdasarkan pemahaman tersebut maka dapat disimpulkan bahwa anak


yang memiliki orang tua berlatar belakang tingkat pendidikan sarjana tentu
akan meningkatkan self-efficacy dalam menyusun skripsi dibandingkan orang
tua berlatar belakang pendidikan non sarjana. Pernyataan tersebut didukung
oleh Bandura (1997, dalam Feist & Feist, 2006, h. 416-418), mengemukakan
bahwa status maupun otoritas orang yang memberikan persuasi pada
individu, maka semakin besar pengaruhnya terhadap self-efficacy individu,
sehingga memiliki self-efficacy yang lebih tinggi.

HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada perbedaan
antara Self-Efficacy untuk menyelesaikan skripsi berdasarakan tingkat
pendidikan orang tua sarjana atau non sarjana”.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah mahasiswa UKSW
fakultas Psikologi semua angkatan yang sedang menyusun skripsi berjumlah
275. Jumlah populasi diperoleh dari laporan pihak biro akademik
kemahasiswaan Fakultas Psikologi UKSW. Dengan mengacu Hadi (1992)
menyatakan bahwa sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya
kurang dari jumlah populasi. Sampel juga harus mempunyai paling sedikit
satu sifat yang sama, baik sifat kodrat maupun sifat pengkhususan. Sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa UKSW fakultas Psikologi yang sedang
menyusun skripsi dan memiliki orangtua (Ayah dan Ibu ) dengan tingkat
pendidikan sarjana dan non sarjana. Mahasiswa yang sedang menyelesaikan
skripsi memiliki orangtua ( Ayah dan Ibu ) sarjana sebanyak 50 mahasiswa,
sedangklan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi memiliki orangtua (
Ayah dan Ibu ) non sarjana sebanyak 50 mahasiswa. Jadi total partisipan
berjumlah 100 mahasiswa.
Untuk memperoleh data dari penelitian ini, peneliti menggunakan 1
skala yaitu skala self-efficacy. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
13

self-efficacy adalah alat ukur yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan
petunjuk langkah-langkah yang disusun oleh Bandura (1997) yang
menyatakan bahwa self-efficacy merupakan sistem kemampuan yang tidak
bersifat global tetapi merupakan suatu keyakinan diri secara khusus yang
dihubungkan dengan wilayah fungsi khusus (domain). Sebelum peneliti
menentukan domain yang dikemukakan oleh Alafgani (2013), peneliti
melakukan survey mengenai area apa saja yang mahasiswa lalui dalam proses
menyusun skripsi. Peneliti menyebarkan lembar survey kepada 80 orang
responden yang memiliki karakteristik yang sama dalam penelitian ini.
Setelah melakukan survey, peneliti melakukan penentuan domain dari hasil
survey 80 responden mahasiswa fakultas Psikologi UKSW yang akan
digunakan sebagai domain dalam proses menyusun skripsi. Domain tersebut
diantaranya adalah pengetahuan dasar skripsi, proses bimbingan dan
lingkungan social akademis. Ketiga domain tersebut nantinya akan diukur
berdasarkan ketiga komponen self-efficacy yaitu, leve (tingkatan), strength
(kekuatan/keyakinan), generality (keadaan umum).
Alat ukur self-efficacy menggunakan teknik penilaian dengan interval
angka 10 sampai 100. Skala interval ini terdiri dari tiga pilihan jawaban
terdiri dari 10-30 adalah tidak dapat dilakukan sama sekali, 40-60 adalah
lumayan dapat dilakukan, 80-100 adalah sangat bisa dilakukan. Skala ini
berjumlah 45 item dan merupakan item bersifat favorable. Semakin tinggi
skor yang dipilih menunjukkan semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki
subyek dalam proses menyusun skripsi, sebaliknya semakin rendah skor
maka semakin rendah self-efficacy yang dimiliki subyek.

HASIL PENELITIAN
Dalam pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan teknik korelasi product moment yang diproses dengan
menggunakan bantuan program komputer SPSS Versi 16 dan dilakukan satu
kali putaran. Data disebut valid apabila memiliki rit ≥ 0,3 (Azwar, 2008). Dari
hasil pengujian validitas angket Self-Efficacy Menyusun Skripsi dinyatakan
14

valid dan tidak ada yang gugur. Sehingga total ietm berjumlah 45 item. Hasil
validitas alat ukur menunjukkan hasil nilai item to total correlation yang lebih
besar dari 0,3 dan memiliki pergerakan nilai item to total correlation dari
nilai 0,43 sampai dengan 0,740, dan diperoleh nilai sig yang lebih kecil dari
0,05 yang memiliki reliabilitas sebesar α = 0,753.
Penelitian ini juga menggunakan uji normalitas yang bertujuan untuk
mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada masing-
masing variable. Data dari variable penelitian diuji normalitasnya
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Variabel self-efficacy untuk
mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi berdasarkan tingkat
pendidikan orang tua sarjana ternyata dapat memenuhi distribusi normal
dengan nilai sig 0,780 > 0,05 dengan demikian variabel self-efficacy untuk
mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi berdasarkan tingkat
pendidikan orang tua sarjana memiliki distribusi data yang normal, sedangkan
variabel self-efficacy untuk mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi
berdasarkan tingkat pendidikan orang tua non sarjana ternyata dapat
memenuhi distribusi normal dengan nilai sig 0,578 > 0,05 dengan demikian
self-efficacy untuk mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi
berdasarkan tingkat pendidikan orang tua non sarjana memiliki distribusi data
yang normal juga.
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara Self-Efficacy untuk
menyelesaikan skripsi mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW berdasarakan
tingkat pendidikan orang tua sarjana atau non sarjana, maka digunakan uji
Independen t Test menggunakan SPSS 16 maka diperoleh hasil berikut :
Tabel 1
Uji Indipendent T Tes
Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Pendidikan Orang Tua Equal variances
,095 ,759 2,487 98 ,015 154,82 62,248 31,290 278,350
Sarjana dan Non Sarjana assumed
Equal variances
2,487 97,027 ,015 154,82 62,248 31,275 278,365
not assumed
15

Hasil analisis data tersebut diperoleh nilai thitung sebesar 2,487 dengan
signifikansi sebesar 0,015, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
(0,015 < 0,05), yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara self-
efficacy untuk menyelesaikan skripsi antara mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi berdasarkan tingkat pendidikan orang tua non sarjana dan
sarjana pada mahasiswa psikologi UKSW.

PEMBAHASAN
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara self-efficacy untuk menyelesaikan skripsi antara mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi berdasarkan tingkat pendidikan orang tua non
sarjana dan sarjana pada mahasiswa psikologi UKSW dengan nilai thitung
sebesar 2,487 dengan signifikansi sebesar 0,015, karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05), sehingga Ha diterima hal ini berarti
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara self-efficacy untuk
menyelesaikan skripsi antara mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
berdasarkan tingkat pendidikan orang tua non sarjana dan sarjana pada
mahasiswa psikologi UKSW. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata
mahasiswa yang memiliki orang tua sarjana lebih memiliki self-efficacy yang
tinggi, dibandingkan mahasiswa yang memiliki orang tua tidak sarjana.
Perbedaan dua mean pada self-efficacy untuk menyelesaikan skripsi
antara mahasiswa yang sedang menyusun skripsi berdasarkan tingkat
pendidikan orang tua non sarjana dan sarjana pada mahasiswa psikologi
UKSW dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
16

Tabel 2
Perbedaan Self-Efficacy Untuk Menyelesaikan Skripsi Antara Mahasiswa
Yang Sedang Menyusun Skripsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang
Tua Non Sarjana Dan Sarjana

Kelompok N Mean
Self-Efficacy Untuk Menyelesaikan
Skripsi Mahasiswa Yang Sedang
Menyusun Skripsi Berdasarkan Tingkat 50 3290,18
Pendidikan Orang Tua Non Sarjana

Self-Efficacy Untuk Menyelesaikan


Skripsi Mahasiswa Yang Sedang
Menyusun Skripsi Berdasarkan Tingkat 50 3445,00
Pendidikan Orang Tua Sarjana

Hasil statistik menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden dari


Self-Efficacy Untuk Menyelesaikan Skripsi Mahasiswa Yang Sedang
Menyusun Skripsi Yang Memiliki Orangtua Dengan Tingkat Pendidikan
Sarjana lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa Self-Efficacy mahasiswa
untuk menyelesaikan skripsi yang memiliki orang tua sarjana lebih tinggi dari
mahasiswa yang memiliki orang tua non sarjana.
Berdasarkan hasil perhitungan dari variabel self-efficacy didapatkan
hasil yang menunjukkan jika rata-rata self-efficacy mahasiswa yang memiliki
orang tua sarjana memiliki skor self-efficacy untuk menyelesaikan skripsi
yang berada pada kategori tinggi 3445,00. Sedangkan perhitungan self-
efficacy persubyek menunjukkan hasil kategori tinggi dengan prosentase
sebesar 72 %. Disamping itu terdapat 20 % responden yang memiliki skor
self-efficacy untuk menyelesaikan skripsi sangat tinggi. Dan memiliki skor
sedang sebesar 8 %. Dari hasil tersebut didapatkan dari perhitungan masing-
masing item pernyataan dari tiga komponen self-efficacy. Berikut ini table
yang menunjukkan nilai rata-rata self-efficacy mahasiswa yang memiliki
orantua sarjana:
17

Tabel 3
Norma Kategoris Self-Efficacy Untuk Menyelesaikan Skripsi
Berdasarkan Orang Tua Berpendidikan Sarjana
Interval Kategori Mean F Presentase
450 ≤ x ≤ 1260 Sangat Rendah 0 0,00%
1260 ≤ x < 2070 Rendah 0 0,00%
2070 ≤ x < 2880 Sedang 4 8,00%
2880 ≤ x < 3690 Tinggi 3445,00 36 72,00%
3690 ≤ x < 4500 Sangat Tinggi 10 20,00%
Jumlah 50 100,00%
SD = 295,243 Min = 2580 Max = 3990

Hasil perhitungan dari variabel self-efficacy didapatkan hasil yang


menunjukkan jika rata-rata self-efficacy mahasiswa yang memiliki orang tua
non sarjana memiliki skor self-efficacy untuk menyelesaikan skripsi yang
berada pada kategori tinggi 3290,18. untuk menyelesaikan skripsi yang
berada pada kategori tinggi dengan prosentase sebesar 84 %. Disamping itu
terdapat 8 % responden yang memiliki skor self-efficacy untuk menyelesaikan
skripsi sangat tinggi. Dan memiliki skor sedang sebesar 8 %. Dari hasil
tersebut didapatkan dari perhitungan masing-masing item pernyataan dari tiga
komponen self-efficacy. Berikut ini table yang menunjukkan nilai rata-rata
self-efficacy mahasiswa yang memiliki orantua non sarjana:

Tabel 4
Norma Kategori Self-Efficacy Untuk Menyelesaikan Skripsi Berdasar
Orang Tua Berpendidikan Non Sarjana
Interval Kategori Mean F Presentase
450 ≤ x ≤ 1260 Sangat Rendah 0 0,00%
1260 ≤ x < 2070 Rendah 0 0,00%
2070 ≤ x < 2880 Sedang 4 8,00%
2880 ≤ x < 3690 Tinggi 3290,18 42 84,00%
3690 ≤ x < 4500 Sangat Tinggi 4 8,00%
Jumlah 50 100,00%
SD = 326,457 Min = 2426 Max = 4320
18

Kesemua hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa yang


memiliki orang tua sarjana lebih memiliki keyakinan diri jika skripsi yang
saat ini sedang disusun dapat dikerjakan. Selain hal tersebut mahasiswa yang
memiliki orang tua sarjana lebih memiliki pengetahuan terhadap topik,
memahami teori beserta referensi yang akan digunakan dan lebih mengetahui
metodologi penelitian. Hal ini terjadi karena Self-Efficacy dapat diperoleh
melalui social modeling, yaitu proses individu dalam mengamati pengalaman
pencapaian orang lain sebagai model yang dianggap memiliki kompetensi
setara.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewi (2005) menyatakan
bahwa terdapat perbedaan motivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang strata
dua ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua pada mahasiswa universitas
Kristen Satya Wacana. Terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi
melanjutkan pendidikan ketingkat strata dua pada mahasiswa yang
pendidikan orang tuanya non sarjana, sarjana strata satu, dan sarjana strata
dua. Pernyataan tersebut didukung oleh (Bandura, 1997, dalam Feist & Feist,
2006, h. 416-418) mengemukakan bahwa status maupun otoritas orang yang
memberikan persuasi pada individu, maka semakin besar pengaruhnya
terhadap self-efficacy individu, sehingga memiliki self-efficacy yang lebih
tinggi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa bahwa terdapat perbedaan yang signifikan Self-Efficacy
menyusun skripsi antara mahasiswa yang orangtuanya sarjana dan yang tidak
sarjana pada mahasiswa UKSW psikologi yang sedang menyusun skripsi
dengan nilai thitung sebesar 2,487 dengan signifikansi sebesar 0,015, karena
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05).
19

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, dan masih banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Orangtua
Dukungan orang tua ternyata dapat meningkatkan self-efficacy mahasiswa
dalam menyusun skripsi, oleh sebab itu bagi orang tua baik yang memiliki
gelar sarjana dan non sarjana lebih memperhatikan anaknya denganan
meluangkan waktu, untuk lebih mendukung anaknya yang sedang
menyusun sripsi. Dengan memberikan dukungan berupa perhatian,
nasehat, saran dan petunjuk sehingga dukungan orang tua mampu
memberikan efek positif dalam penyelesaian skripsi khusnya dalam self
efficacy anak.
2. Bagi Fakultas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak fakultas psikologi
UKSW Salatiga terutama dalam hal tingkat keyakinan (Self-Efficacy)
menyususn skripsi. Fakultas dapat memberikan pelatihan melalui seminar
bagi mahasiswa yang akan mengambil skripsi tentang langkah-langkah
dalam menyusun skripsi dengan baik. Dengan harapan mahasiswa dapat
mendapatkan gambaran dalam menyusun skripsi yang akan disusun,
sehingga dapat meningkatkan self-efficacy mahasiswa fakulltas Psikologi
UKSW dalam menyelesaikan skripsi.
3. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat
Self-Efficacy antara mahasiswa yang sedang menyusun skripsi berdasarkan
tingkat pendidikan orang tua sarjana dan non sarjana. Oleh karena itu bagi
para mahasiswa yang tidak memiliki orang tua sarjana harus tetap
mengembangkan Self-Efficacy dari sumber lain bukan hanya dari
orangtuanya dan tetap konsisten dalam keyakinan dirinya sehingga meiliki
motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
20

4. Bagi Peneliti
Penelitian ini masih banyak keterbatasan dan kekurangan, karena hanya
mengambil subyek dari satu fakultas. Dengan demikian penelitian ini bisa
mengambil subyek dari beberapa fakultas lainnya atau bisa mengambil
subyek dari seluruh fakultas UKSW yang belum diteliti. Maka peneliti
merekomendasikan kepada peneliti yang mendatang agar ruang linkup
penelitian lebih luas dan faktor lain yang dapat mempengaruhi Self-
Efficacy mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi selain faktor
tingkat pendidikan orang tua (sarjana dan tidak sarjana). Peneliti
merekomendasikan faktor Vicarious experience (modeling), performance
accomplishment, teman sebaya, verbal persuasion yang dapat
mempengaruhi Self-Efficacy mahasiswa yang sedang menyelesaikan
skripsi sehingga hasil yang dicapai lebih cermat. Peneliti lain selanjutnya
perlu menambah jumlah sampel mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
dari keseluruhan fakultas yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga (UKSW).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Yogyakarta: Rineka Cipta

Ayele Gota ABSEHA (2012). Perth, Western Australia: Effects of Parenting


Styles, Academic Self_Efficacy, and Achievment Motivation. on the
Academic Achievment of University Students in Ethiopia

A. P. Alafgani, (2013). Analisis Faktor-faktor Kesulitan Mahasiswa Jurusan


Pendidikan Teknik Arsitektur Fptk Upi Dalam Penyelesaian Skripsi.
Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia

Azwar, S. (1998). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

______. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

______. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar Offset.
21

Bandura, A, 1991, Self-Efficacy Mechanism in Psychological and Health-


Promoting Behavior, Prentice Hall, New Jersey.

______. (1997). Self-Efficacy (The Exercise Of Control).New York: W. H.


Freeman and Company.

______. (1999). Self-efficacy : toward a unifying theory of behavior change.


Psychological Review. No 84 : 191-215

______, Barbaranelli, C., Caprara, G. V., & Pastorelli, C. (2001). Self‐efficacy


beliefs as shapers of children's aspirations and career trajectories. Child
Dev, 72(1), 187‐206.

______, (1997). Social Foundation Of Thought and Action : A Social


Cognitive theory. New Jersey : Practice-Hall

Berger, E. H. (1995). Parents as Partners in Education. Englewood Cliffs,


New Jersey: Prentice Hall, Inc

Dewi, (2008). Perbedaan motivasi melanjutkan studi ke tingkat strata-2 antara


mahasiswa yang orang tuanya non sarjana, sarjana strata-1 dan sarjana
strata-2. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana.

Ghozali, I. (2001). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

______, (2005). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadi, S. ( 1991). Statistika 1. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas


Psikologi Universitas Gadjah Mada

(KBBI, 2008). Arti Kata Skrips : http://kbbi.web.id/skripsi

Muller. (1995). Parental Ties to the School and Community on Mathematics


Achievement. ln Transforming Schools, Ed. Peter W. Cookson, Jr. dan
Barbara Schneider. USA: Terbitan Sendiri.

Puspitasari, (2008). Menyusun Skripsi.

Schunk, D. H. (1991). Self-efficacy and academic motivation. Educational


Psychologist, 26, 207-231.

Topor, D., Ph.D. (2007). Counselling Theory and Practice. Boston: Allyn and
Bacon

Anda mungkin juga menyukai