Anda di halaman 1dari 21

Nama kelompok : Rini Ismiyah

Nurul Imaniyah
Sisilia Eka Wardani
Septy Ayunda Putri
Prodi/smt : PAI C/5
Matkul : Penelitian Pengembangan
Dosen Pengampu : Siti Nur Indah Rofiqoh, SE., MM
Judul Skripsi : Studi Komparasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam antara
Siswa Tahfiz dengan Siswa Non-Tahfiz Jurusan Keagamaan di MA
Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah
Nama Mahasiswa : Aidatul Fitri

1. Rangkuman Abstrak
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia.
Pendidikan merupakan proses perjalanan yang tidak akan terhenti sepanjan kehidupan
manusia. Oleh karena itu, dengan adanya proses perjalanan yang panjang dalam pendidikan
diharapkan dapat menentukan atau menuntun kehidupan seseorang di masa depannya. Di
Indonesia, pendidikan diatur dalam Undang-undang No.22 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut bertujuan agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya, seperti; memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1 Keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan di dasarkan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa.

Berdasarkan judul yang peneliti angkat yaitu “Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa
Tahfiz dan Siswa non Tahfiz Jurusan Keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah”,
maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Diperbanyak oleh PR Indonesia
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menggambarkan dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini yang diamati adalah perbandingan dua variabel yaitu hasil belajar
Pendidikan Agama Islam antara siswa yang berlatar belakang tahfiz dengan siswa yang
berlatar belakang non tahfiz jurusan keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah.
Berdasarkan tema yang peneliti bahas, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian
komparatif, penelitian ini dilakukan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah.

2. Rangkuman Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia.
Pendidikan merupakan proses perjalanan yang tidak akan terhenti sepanjan kehidupan
manusia. Oleh karena itu, dengan adanya proses perjalanan yang panjang dalam
pendidikan diharapkan dapat menentukan atau menuntun kehidupan seseorang di masa
depannya. Di Indonesia, pendidikan diatur dalam Undang-undang No.22 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut bertujuan agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya, seperti;
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara2 Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan di dasarkan pada proses
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Tujuan dari pendidikan nasional tersebut
adalah mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta
bertanggungjawab.

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan pokok dalam pendidikan. Dalam


aktivitas belajar mengajar tidak bisa dijauhkan dari kegiatan yang dinamakan proses
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi

2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Diperbanyak oleh PR Indonesia
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.3
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang sangat penting bagi setiap siswa
dengan harapan sebagai fondasi untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Pendidikan
Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan
peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4
Bentuk dari proses pembelajaran berupa hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil
belajar siswa dapat diketahui melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh
siswa. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar
dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka. Hasil belajar siswa merupakan prestasi
yang dicapai setelah siswa menyelesaikan sejumlah materi pelajaran.5
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal berasal dari diri siswa sedangkan faktor eksternal berasal dari
luar diri siswa/lingkungan. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat, perhatian,
motivasi belajar, ketekunan, sikap, kondisi fisik, dan sebagainya. Sedangkan faktor
eksternal meliputi: faktor ekonomi, factor kurangnya perhatian, keluarga yang kurang
harmonis, dan lain sebagainya.
Semua itu bisa berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Faktor dari dalam diri
siswa (faktor internal) mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan yang
diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran siswa
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan hasil belajar mengajar yang telah
dilaksanakan. Begitupun faktor yang datang dari luar siswa (faktor eksternal) juga
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan belajar mengajar. Siswa mempunyai
latar belakang yang berbeda. Ada siswa yang hanya menuntut ilmu secara formal, ada
yang hanya non formal, ada yang menuntut ilmu pendidikan formal dengan menghafal
Al-Qur‟an. Siswa yang menghafal Al-Qur‟an biasa disebut dengan hafiz. Tahfiz
merupakan panggilan khusus bagi seorang hafiz. Siswa tahfiz merupakan siswa yang
menjalani proses pembelajaran seperti biasa dan juga mempunyai kegiatan lain yaitu
menghafal Al-Qur‟an. Siswa calon penghafal Al-Qur‟an dibina untuk

3
Suardi, Belajar & Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), Ed.1 Cet.ke-1 hlm. 47
4
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012),
hlm. 11.
5
Sinar, Metode Active Learning, (Sleman: Deepublish, 2018), Cet.ke-1, hlm. 20.
menyempurnakan hafalannya tanpa mengurangi hak untuk mendapatkan pendidikan
formal. Siswa non tahfiz merupakan siswa yang menjalani proses pembelajaran
seperti biasa, tanpa ada kewajiban untuk menghafal Al-Qur‟an. Perbedaan yang
signifikan terdapat pada hafalan Al-Qur‟annya. Di mana sama-sama disibukkan pada
padatnya kegiatan belajar mengajar untuk memenuhi tuntutan akademiknya. Pada saat
ini sudah banyak sekolah yang memunculkan program-program baru salah satunya
adalah program tahfiz. Program tahfiz ditujukan khusus untuk para penghafal Al-
Qur‟an. Membantu siswa yang mempunyai keinginan untuk menghafal Al-Qur‟an dan
tetap mengikuti pendidikan formal. Salah satu sekolah yang menerapkan program
tahfiz adalah di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah sejak tahun 2019 lalu. MA
Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah berusaha memberikan fasilitas untuk para siswa yang
mempunyai keinginan untuk menghafal Al-Qur‟an. Sekarang ini MA Ma‟arif NU
Assa‟adah Bungah sudah menjalankan program tahfiz yang pada setiap kelasnya
sudah ada siswa yang menghafal Al-Qur‟an. Siswa terbagi dalam 3 jurusan yaitu IPA,
IPS, dan Keagamaan. Pada jurusan keagamaan sendiri terdiri dari 107 siswa yang
terbagi dalam 3 kelas yaitu kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Dalam jurusan keagaaman
ini terbagi menjadi dua macam siswa yaitu siswa tahfiz dan siswa non tahfiz.
Kemudian siswa tahfiz sendiri dibagi menjadi 2 yaitu: (1) Tahfiz penuh, yang
berjumlah 70 siswa. Tahfiz penuh artinya siswa yang menghafal Al Qur‟an 30 juz. (2)
Tahfiz terbatas yang berjumlah 37 siswa. Siswa tahfiz terbatas artinya siswa yang
hanya menghafal surah-surah penting saja, seperti surah Yasin, Surah Waqiah, dan
lain-lain. Program ini bukan termasuk kegiatan ekstrakulikuler. Tetapi untuk tahun
depan, program tahfiz akan lebih ditonjolkan. Adanya latar belakang siswa yang
berbeda menimbulkan perbedaan juga pada hasil belajar keduanya. Pada umumnya
masyarakat beranggapan bahwa kebanyakan siswa tahfiz jarang sekali memperoleh
hasil belajar atau prestasi yang lebih baik dari siswa non tahfiz. Karena kesibukan
siswa tahfiz untuk fokus pada hafalan Al-Qur‟an, sehingga waktu untuk belajar akan
berkurang. Faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa tahfiz. Sehinga
muncul perbedaan dari hasil belajar yang diperoleh siswa yang telah dilakukan selama
proses pembelajaran. Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Komparasi Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam Antara Siswa Tahifz dengan Siswa Non Tahfiz Jurusan
Keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa tahfiz jurusan keagamaan
di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah?
2. Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa non tahfiz jurusan
keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah?
3. Bagaimana perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa tahfiz dengan
siswa non tahfiz jurusan keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa tahfiz jurusan
keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah.
2. Untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa non tahfiz jurusan
keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah.
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa tahfiz
dengan siswa non tahfiz jurusan keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah
Bungah.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk memenuhi satu syarat dalam menyelesaikan studi program S1 Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Qomaruddin
Gresik dan dijadikan sebagai referensi dalam memberikan pembelajaran.
2. Bagi Lembaga
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pendidikan serta
memperbaiki proses belajar mengajar di sekolah. Agar terjadi keseimbangan antara
siswa yang berlatar belakang tahfiz dengan siswa yang berlatar belakang non
tahfiz.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan bagi peneliti selanjutnya.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu
masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara
empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang artinya di bawah dan thesa yang artinya
kebenaran.6
Berdasarkan teori di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

6
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.31.
1. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam antara siswa tahfiz dengan siswa non tahfiz jurusan keagamaan di MA
Ma‟arif NU Asa‟adah Bungah.
2. Hipotesis Nihil (Ho): Tidak terdapat perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam antara siswa tahfiz dengan siswa non tahfiz jurusan keagamaan di MA
Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempermudah penyusunan penelitian skripsi ini dan agar lebih terarah serta
berjalan dengan baik, maka perlu dibuat suatu batasan-batasan dalam berbagai hal.
Adapun ruang lingkup penelitian yang akan dibahas dalam penyusunan penelitian
skripsi ini yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah.
2. Penelitian ini dibatasi pada siswa jurusan keagamaan dan guru di MA Ma‟arif
NU Assa‟adah Bungah.
3. Penelitian ini hanya dibatasi pada hasil belajar pendidikan Agama Islam siswa
tahfiz dengan siswa non tahfiz jurusan keagamaan di MA Ma‟arif NU
Assa‟adah Bungah.
G. Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas Penelitian ini menggambarkan persamaan dan perbedaan penelitian yang
dilakukan peneliti sekarang dengan penelitian sebelumnya.
H. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul yang peneliti angkat, diperlukan pembatasan
masalah agar peneliti lebih terfokus, terarah, dan tidak melebar luas ke pembahasan
yang lain, serta lebih efektif dan efisien. Pembahasan pada penelitian ini yaitu:
1. Hasil belajar yang dikaji yaitu dari hasil nilai rapor siswa.
2. Hasil belajar peserta didik yang menjadi subyek penelitian yaitu siswa tahfiz
dan siswa non tahfiz jurusan keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah
Bungah.
I. Definisi Operasional
Untuk mengetahui makna atau definisi dalam istilah-istilah yang ada dalam penelitian
ini maka perlu dipaparkan definisi istilah-istilah sebagai berikut:
1. Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai setelah siswa menyelesaikan
sejumlah mata pelajaran.7

7
Sinar, loc. cit.
2. Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan yang seluruh komponen atau
aspeknya didasarkan pada ajaran Islam.8
3. Siswa tahfiz adalah siswa yang mempunyai kewajiban menghafal AlQur‟an.
4. Siswa non tahfiz adalah siswa yang tidak mempunyai kewajiban menghafal Al-
Qur‟an.
J. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis membuat sistematika pembahasan sebagai
berikut:
BAB I: Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, ruang lingkup
penelitian, orisinalitas penelitian, batasan masalah, definisi operasional, dan
sistematika pembahasan.
BAB II: Kajian Pustaka. Pada bab ini membahas mengenai landasan teori yang
meliputi mendukung penelitian ini. Teori-teori yang akan dibahas dalam kajian teori
ini adalah Pendidikan Agama Islam, hasil belajar, komparasi hasil belajar siswa tahfiz
dengan siswa non tahfiz.
BAB III: Metode Penelitian. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai lokasi
penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel,
data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
BAB IV: Paparan Data dan Hasil Penelitian. Pada bab ini membahas tentang
gambaran umum MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah meliputi: sejarah berdirinya,
profil, visi, misi dan tujuan, struktur organisasi, keadaan tenaga pendidik dan
karyawan, keadaan siswa, sarana dan prasarana. Pembahasan berikutnya adalah
analisis data dan hasil penelitian.
BAB V: Penutup. Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan
saran-saran untuk semua pihak yang terlibatdata, teknik analisis data, dan tahap-tahap
penelitian.

3. Rangkuman Kajian Pustaka


A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
8
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), cet.ke-1, hlm. 36
Kata “pendidikan” sudah sering terdengar ditelinga kita. Pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.9 Mengutip dari Sugihartono dkk, pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku
manusia, baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia
tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan.
Hasan Langgulung mengemukakan pendidikan adalah suatu proses yang
mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah
laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik. Pada dasarnya
pendidikan merupakan usaha mendewasakan dan memandirikan manusia melalui
kegiatan yang terencana dan disadari melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang
melibatkan siswa dan guru.10 Dari beberapa pengertian di atas, maka pendidikan
adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan direncakanan untuk mengubah tingkah
laku seorang individu atau kelompok dengan melalui proses pembelajaran.
Islam menurut bahasa berasal dari kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti
ketundukan, pengunduran, perdamaian, tunduk pada kehendak Allah. Tujuan ajaran
Islam adalah untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan,
sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa. Misi dari ajaran
Islam yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara mengajak manusia
untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan. Dari makna, tujuan dan misi Islam, mereka
saling berhubungan satu sama lain.
Pendidikan agama Islam adalah Pendidikan yang seluruh komponen atas
aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, pendidik, peserta didik,
kurikulum, bahan ajar dan semua yang mencakup komponen pendidikan didasarkan
pada ajaran agama Islam.
Menurut Zakaiyah Daradjat sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid dan Dian
Andayani, Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara
menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.11 Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah

9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015),
cet.ke-9, edisi.4 hlm. 326
10
Muhammad Irham & Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), cet.ke-2, hlm. 19.
11
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi
Kurikulum, (Bandung: Remaaja Rosdakarya: 2006), hlm. 130.
usaha yang dilakukan secara sadar dan direncakanan untuk mengubah tingkah laku
seorang individu atau kelompok dengan melalui proses pembelajaran yang sesuai
dengan ajaran agama Islam.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.12 Tujuan pendidikan Islam mengandung di
dalamnya suatu nilai-nilai tertentu sesuai dengan pandangan Islam sendiri yang harus
direalisasikan melaui proses yang terarah dan konsisten dengan meggunakan
berbagai sarana fisik dan nonfisik yang sama dengan nilai-nilainya. Pendidikan
agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya
dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.13
3. Dasar Pendidikan Agama Islam
Setiap aktivitas yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu maka harus
mempunyai landasan atau dasar yang kuat. Dasar adalah pokok atau pangkal suatu
pendapat (ajaran, aturan). 14
Dasar-dasar pendidikan Islam terbagi menjadi dua
kategori, yaitu:
a. Dasar Preskriptif (Ideal)
Dasar preskriptif pendidikan agama Islam mencakup dasar religius, dasar yuridis,
dan dasar filosofis.
1. Dasar religius adalah landasan yang paling mendasar karena merupakan
landasan yang diciptakan oleh Allah wujudnya berupa AlQur‟an dan al-
Sunnah. Enam dasar religius yang dikemukakan oleh Sa‟id Isma‟il Ali
yaitu:
 Al Qur’an
 Al Sunnah
 Aqwal al-Sahabat (Pendapat para Sahabat)
 Maslih al-Ijtima’iyyah (Kemaslahatan Publik)
 Al-Tsaqafah (Peradaban Islam)
12
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Diperbanyak oleh PR Indonesia
13
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan Pasal 2 ayat 2
14
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015),
cet.ke-9, edisi.4, hlm.296
 Al-Fikr al-Islami (pemikiran Islam)
2. Dasar yuridis adalah landasan hukum yang berlaku di suatu negara di suatu
negara terkait pendidikan. Adapun dasar yuridis yang berkenaan dengan
pendidikan di Indonesia tercantum dalam UU SISDIKNAS No.20 Tahun
2003.15
3. Dasar filosofis adalah landasan filsafat pendidikan yang merupakan hasil
pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya.
b. Dasar Deskriptif (Operasional)
Dasar deskriptif mencakup dasar historis, dasar psikologis, dasar sosiologis,
dasar ekonomis, dan dasar IPTEK.
4. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Ajaran pokok Islam meliputi: masalah aqidah (keimanan), syari‟ah (keislaman), dan
akhlak (ihsan). Ketiga pokok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan
pembahasan dasar hukum Islam, yaitu Al-Qur‟an dan hadis serta ditambah dasar
hukum Islam yaitu tarikh Islam sehingga menjadi: ilmu tauhid, ilmu fiqih, Al-
Qur‟an, al-Hadis, akhlak, tarikh Islam.
Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional, agama Islam diarahkan untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Mata pelajaran agama dan akhlak mulia
bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan
Agama. Adapun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terdiri dari:
a. Al-Qur‟an dan Hadits
b. Aqidah dan Akhlak
c. Fiqih
d. Sejarah Kebudayaan Islam
e. Bahasa Arab

B. Hasil Belajar
1. Belajar
a. Pengertian Belajar

15
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Diperbanyak oleh PR Indonesia
Belajar merupakan aktivitas yang utama dalam proses pendidikan. Proses belajar
akan terlaksana jika siswa diberi kesempatan untuk mengikuti proses
pembelajaran. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila siswa
terlibat dalam belajar. Belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses untuk
memperoleh kompetensi.Kompetensi yang dimaksud mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
b. Teori-teori Belajar
Teori belajar menjelaskan tentang proses belajar yang terjadi pada seorang
individu. Pemahaman tentang teori belajar akan membantu guru untuk
menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik, efektif, efisien, dan
produktif. Teori belajar dalam aplikasinya sering digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk membantu siswa mencapai tujuantujuan pembelajaran.
Secara garis besar, teori belajar terbagi menjadi 3 kelompok yaitu teori
behaviorisme, kognitivisme, dan humanism.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari proses pembelajaran. Hasil belajar
adalah perubahan perilaku atau kompetensi (sikap, pengetahuan, keterampilan)
yang diperoleh siswa setelah melalui aktivitas belajar. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya
Menurut Benjamin Bloom hasil belajar mencakup kemampuan afektif,
kognitif, dan psikomotor. Masing-masing kemampuan tersebut mempunyai
tingkatan yang dinamakan taksonomi. Enam tingkatan taksonomi Bloom adalah
sebagai berikut:
1. Pengetahuan: peserta didik dapat mengingat informasi konkret ataupun nyata.
2. Pemahaman: peserta didik memahami dan menggunakan (menerjemahkan,
menginterpretasi, dan mengekstrapolasi) informasi yang dikomunikasikan.
3. Aplikasi: peserta didik dapat menerapkan konsep yang sesuai pada suatu
problem atau situasi baru.
4. Analisis: peserta didik dapat menguraikan informasi atau bahan menjadi
beberapa bagian dan mendefinisikan hubungan antarbagian.
5. intesis: peserta didik dapat menghasilkan produk, menggabung beberapa
bagian dari pengalaman atau bahan/informasi baru untuk menghasilkan
sesuatu yang baru.
6. Evaluasi: peserta didik memberikan penilaian tentang ide atau informasi
baru.
b. Cirri-ciri Hasil Belajar
Ciri-ciri perubahan tingkah laku yang disebut belajar adalah:
1. Perubahan terjadi secara sadar dan disadari. Setiap individu yang belajar
akan merasakan secara sadar atau menyadari adanya perubahan yang
terjadi pada dirinya.
2. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional. Perubahan yang terjadi pada
diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis.
3. Perubahan bersifat positif dan aktif. Perubahan yang terjadi dalam belajar
itu akan selalu bertambah lebih baik dari sebelumnya. Semakin banyak
belajar maka semakin menghasilkan berbagai perubahan yang lebih baik.
Perubahan bukan tejadi begitu saja melainkan hasil dari usaha individu
tersebut.
4. Perubahan bukan bersifat sementara. Perubahan yang terjadi pada
individu setelah melakukan pembelajaran akan bersifat permanen, bukan
temporer.
5. Perubahan memiliki tujuan dan terarah. Perubahan yang terjadi dalam
pembelajaran membentuk tujuan yang terarah.
6. Perubahan mencakup seluruh tingkah laku. Perubahan pada seluruh
tingkah lakunya akan menjadi kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan
lain sebagainya.
c. Tipe-tipe Belajar
Menurut Horward Kingsley hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (1)
keterampilan dan kebiasaan (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-
cita. Sedangkan Gagne membagi hasil belajar menjadi lima kategori, yaitu: (1)
informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, (5)
keterampilan motoris.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam proses belajar menurut Muhibbin
Syah, antara lain: (1) faktor internal, (2) faktor eksternal, dan (3) faktor
pendekatan belajar.
4. Rangkuman Metode Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah yang terletak di Jl.
Raya Bungah Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik Jawa Timur 91152. MA Ma‟arif
NU Assa‟adah Bungah merupakan Lembaga Pendidikan swasta yang berada dalam
naungan Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin Gresik
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan judul yang peneliti angkat yaitu “Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa
Tahfiz dan Siswa non Tahfiz Jurusan Keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah
Bungah”, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menggambarkan dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini yang diamati adalah perbandingan dua variabel yaitu hasil
belajar Pendidikan Agama Islam antara siswa yang berlatar belakang tahfiz dengan
siswa yang berlatar belakang non tahfiz jurusan keagamaan di MA Ma‟arif NU
Assa‟adah Bungah. Berdasarkan tema yang peneliti bahas, maka penelitian ini
menggunakan jenis penelitian komparatif, penelitian ini dilakukan di MA Ma‟arif NU
Assa‟adah Bungah.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada 2, yaitu:
1. Variabel bebas (X) atau variable independen adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Pada
penelitian ini terdapat 2 variabel (X) atau variable independent yaitu:
a. Variabel X1: Siswa yang berlatar belakang tahfiz.
b. Variabel X2: Siswa yang berlatar belakang non tahfiz
2. Variabel terikat (Y) atau variable dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini, variabel
terikat (Y) atau variabel dependen adalah hasil belajar Pendidikan Agama Islam.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa jurusan keagamaan mulai dari
kelas X, XI sampai XII di MA Ma‟arif NU Assa‟adah tahun ajaran 2019-2020,
yang berjumlah 107 siswa.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling yang
digunakan untuk pengambilan data tahfiz menggunakan teknik proportionate
stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel secara proporsi dilakukan
dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan
seimbang dengan banyak subyek dalam masingmasing strata atau wilayah
Sedangkan untuk pengambilan data non tahfiz menggunakan teknik probability
sampling. Teknik probability sampling merupakan metode sampling yang setiap
anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
Kemudian dilakukan teknik simple random sampling, yaitu pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak sederhana, dilakukan dengan cara
mengundi (lottery technique).
3. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Suharsimi
Arikunto, untuk menentukan sampel yang diambil dari populasi yaitu: bila subyek
populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya lebih dari 100, dapat
diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih. Dalam penelitian ini, peneliti
akan mengambil 32 siswa jurusan keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah
Bungah menjadi sampel penelitian.
E. Data dan Sumber Data
1. Data
Data adalah kumpulan fakta atau angka atau segala sesuatu yang dapat dipercaya
kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.
Data kualitatif adalah data yang berupa pendapat (pernyataan) atau judgement
sehingga tidak berupa angka tetapi berupa kalimat. Adapun data kualitatif yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah gambaran umum MA Ma‟arif NU
Assa‟adah Bungah. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berupa angka.66
Adapun data kuantitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Jumlah siswa jurusan keagamaan MA Ma‟arif NU Assa‟dah Bungah yang
berlatar belakang tahfiz.
b. Jumlah siswa jurusan keagamaan MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah yang
berlatar belakang non tahfiz.
c. Hasil belajar siswa jurusan keagamaan MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah.
2. Sumber Data
Sumber data adalah sumber di mana data penelitian bisa didapatkan. Sumber data
dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang hanya bisa peneliti dapatkan dari
sumber pertama atau asli.67 Dalam penelitian ini yang termasuk sumber data
primer adalah hasil belajar peserta didik yang terpilih sebagai sampel.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang didapatkan bukan dari sumber
pertama tetapi peneliti mendapatkannya dari sumber kedua atau melalui
perantara orang lain. Dalam penelitian ini yang termasuk sumber data sekunder
adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, tata usaha,
dan lain-lain termasuk juga data-data pendukung yang diperoleh dari sekolah.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket/kuesioner
dan wawancara/interview:
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu
wawancara (interview), angket (kuesioner), observasi, dan dokumentasi. Metode-
motode tersebut dalam penggunaannya saling melengkapi antara satu dengan yang lain.
H. Teknik Analisis Data
Proses analisis data merupakan salah satu usaha untuk menemukan jawaban dari
rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan. Analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data deskriptif dan
analisis statistik komparatif. Analisis data deskriptif adalah bentuk analisis data
penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sampel.Analisis
kompratif adalah bentuk analisis data penelitian untuk menguji ada tidaknya perbedaan
atau perbandingan variabel dari dua kelompok data atau lebih.
5. Rumusan Paparan dan Hasil Penelitian
A. Paparan Data
1. Sejarah Berdirinya Madrasah
MA Ma‟arif NU Assa‟adah merupakan lembaga pendidikan menengah Umum
yang berciri khas agama Islam yang dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren
Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik. Dalam hal ini MA Ma‟arif NU Assa‟adah
sama dengan sekolah menengah atas yang dibina Oleh kementerian agama.
MA Ma‟arif NU Assa‟adah secara geografis terletak di desa BungahYang
berada di antara desa Indrodelik di sebelah utara, desa Sukorejo diSebelah timur,
desa Sembayat di sebelah selatan dan desa Sukowati diSebelah barat. Desa Bungah
merupakan salah satu desa yang berada diWilayah Kecamatan Bungah yang berada
di perbatasan antara Kecamatan Sidayu, Kecamatan Dukun dan Kecamatan
Manyar.MA Ma‟arif NU Assa‟adah berjarak 400 m dari pusat pemerintahan
desaBungah, 600 m dari pusat pemerintahan kecamatan Bungah dan 13 km dariPusat
pemerintahan Kabupaten Gresik.MA Ma‟arif NU Assa‟adah didirikan pada tanggal
22 November 1972 Pada masa kepemimpinan K.H. Moh. Sholeh Musthofa dan yang
diangkatMenjadi kepala madrasah adalah putra beliau, Ustadz Hamim Sholeh.
Ketika madrasah ini dibuka, keadaan jumlah siswa masih relatif sedikit,
Sebanyak 30 siswa yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas I dan II. Dasar
pertimbangan membuka dua kelas sekaligus pada awal berdirinya itu Karena para
siswa yang kelas II berasal dari kelas persiapan SLTA yang Ketika itu sama dengan
kelas IV Muallimin, sedangkan yang kelas I dari Lulusan kelas III tsanawiyah tahun
ajaran 1971-1972. Jumlah siswa kelas I Sebanyak 20 orang dan kelas II sebanyak 10
orang.Pada tahun ajaran 1973-1974 untuk pertama kalinya MA Ma‟arif NU
Assa‟adah mengikuti ujian persamaan Negara MAAIN (Madrasah AliyahAgama
Islam Negeri) rayon Denanyar Jombang dengan jumlah siswa 7 Orang dan
Alhamdulillah lulus 100 persen. Tujuh alumni pertama siswa MA Ma‟arif NU
Assa‟adah tersebut adalah: Drs. A. Muchtar Efendi (sekarang Dinas di Sekretariat
DPR-MPR Jakarta), H. M. Syadzili, SH. (Indrodelik),Drs. Ikhwan (Masangan), Drs.
Abdur Rahman (Sarirejo Tikung Lamongan) Dan Moh. Hasan (Gumeng Bungah).
Pada tahun ajaran 1976-1977 mulai dibuka kelas untuk putri dengan Jumlah
siswi sebanyak 7 orang.
Menurut cerita tutur dari ustadz Muhsan Abduh Yang ketika itu sudah aktif
sebagai wakil kepala Madrasah menyatakan Tujuh siswi tersebut pada akhir tahun
ajaran 1978 tinggal seorang siswi yangMasih bertahan sampai lulus kelas III yaitu
saudari Maimunah (Mojopuro) Sehingga pada tahun ajaran 1978/1979 terpaksa ia
digabung dengan siswa Yang setingkat.
Perkembangan jumlah siswa-siswi pada tahun ajaran 1978/1979 mulai
Menunjukkan grafik yang stabil bahkan cenderung selalu naik dari tahun ke Tahun,
baik putra maupun putri.
Untuk mengimbangi jumlah siswa yang Setiap tahun bertambah, maka YPP
Qomaruddin Gresik pada tahun 1975 Mendirikan gedung permanen untuk Madrasah
Aliyah yaitu gedung Madarasah sebelah barat rumah mas Abdul Qodir, kemudian
pada tahun 1984 Madarasah Aliyah pindah ke Komplek Utara yaitu gedung
Madrasah Yang terletak di Jl. Raya Bungah No. 01 Bungah Gresik.
Berdasarkan kurikulum departemen agama Ditambah dengan beberapa bidang
studi takhossush sebagai ciri Kepesantrenannya.

Kurikulum. Misalnya Nahwu, Shorof, Balaghoh, Keterampilan Membaca Kitab


Kuning, Keterampilan Keagamaan dan penambahan materi-materi bidang studi
Kurikulum dari kitab-kitab yang dipelajari di pondok pesantren.
Sejalan dengan perubahan kurikulum departemen agama maka MA Ma‟arif NU
Assa‟adah Bungah pada tahun ajaran 1983-1984 membuka Jurusan IPA (Ilmu
Pengetahuan Agama) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Sesuai dengan kurikulum
1976 kemudian terjadi pembaharuan kurikulum Baru 1984 terjadi istilah jurusan;
jurusan IPA menjadi program pilihan ilmu Biologi dan IPS menjadi program pilihan
ilmu sosial.
Selanjutnya pada tahun ajaran 1986-1987 dibuka satu jurusan agama khusus
untuk putri, sedangkan untuk putra baru dibuka pada tahun 1988-1989. Dalam
rangka merespon tajdid yang pada waktu itu sedang ramai dibicarakan, maka sejak
tahun ajaran 1989/1990 mata pelajaran takhsos diniyahditambah dengan mata
pelajaran: Asbabul Wurud untuk kelas II dan Asbabun Nuzul untukkelas III
Dengan terbitnya undang-undang 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, maka MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah merespon Dengan menerapkan
kerikulum berbasis kompetensi (KBK). Saat itu, MA Ma‟arif NU Assa‟adah
membuka program IPA, IPS dan Keagamaan.
Standar pendidikan Maka mulai pelajaran 2007/2008 madrasah Aliyah
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kemudian pada tahun pelajaran
2014/2015, MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah menerapkan kurikulum 2013 (K-13)
sesuai Dengan aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Profil Madrasah
Data pokok madrasah memberikan gambaran umum tentang status Kelembagaan
madrasah. Data pokok MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah Tahun pelajaran 2019/2020
sebagai berikut:
1) Madrasah: MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah
2) Statistik Madrasah: 131235250003
3) Nomor Pokok sekolah Nasional: 20580225
4) Alamat: Jl. Raya Bungah No. 01 Bungah Gresik
5) Desa: Bungah
6) Kecamatan: Bungah
7) Kabupaten: Gresik
8) Provinsi: Jawa Timur
9) Kode Pos: 61152
10) No. Telpon: (031) 3949501
11) Status Madrasah: Swasta
6. Rangkuman Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dan penelitian tentang “Studi
Komparasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam antara Siswa Tahfiz dengan Siswa
Non-Tahfiz Jurusan Keagamaan di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah” dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam
siswa yang berlatar belakang tahfiz jurusan keagamaan di MA Ma‟arif NU
Assa‟adah Bungah sebesar 86,94 atau bisa dibulatkan menjadi 87 dimana semua
siswa yang berlatar belakang tahfiz berada di atas ratarata. Dimana standar
deviasinya adalah 4,683 dan standar error meannya adalah 1,1171.
2. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam
siswa yang berlatar belakang non tahfiz jurusan keagamaan di MAMa‟arif NU
Assa‟adah Bungah sebesar 87,94 atau bisa dibulatkan menjadi 88 dimana semua
siswa yang berlatar belakang non tahfiz berada di atas rata-rata. Dimana standar
deviasinya adalah 3,511 dan standar error meannya adalah 0,878.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan data dan pengujian analisis,
maka peneliti berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam siswa yang berlatar belakang tahfiz dengan siswa yang berlatar belakang non
tahfiz jurusan keagamaan di MA Ma‟arif NUAssa‟adah Bungah. Hal ini
dibuktikan dengan hasil analisis menggunakan Uji T-Test (Independent Sample
Test) bahwa hasil nilai signifikasi 2-tailed (Sig.2-tailed) sebesar 0,500 dan 0,500
lebih besar dari probabilitas 0,05 (p= 0,500 dan p=0,500 > 0,05). Hasil ini
diperkuat juga dengan perbedaan mean dari kedua sampel, yaitu X1= 86,94 dan
X2= 87,94 yang tidak terdapat selisih yang signifikan tetapi bisa dikatakan siswa
yang berlatar belakang non tahfiz lebih unggul daripada siswa yang berlatar
belakang tahfiz. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya
perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam antara siswa yang berlatar
belakang tahfiz dengan siswa yang berlatar belakang non tahfiz jurusan keagamaan
di MA Ma‟arif NU Assa‟adah Bungah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mempunyai beberapa saran sebagai
berikut:
1. Kepada pendidik peneliti berharap agar tidak bosan dalam memberikan motivasi
dan selalu berusaha mendidik peserta didik agar menjadi pribadi yang berakhlakul
karimah. Serta peneliti berharap lebih meningkatkan program tahfiz demi mencetak
generasi muda yang cinta terhadap AlQur‟an.
2. Kepada orang tua diharapkan agar lebih memperhatikan dan memberikan
bimbingan serta memberi dukungan kepada anaknya agar dapat mencapai cita-cita
yang diharapkan
3. Kepada peserta didik yang berlatar belakang tahfiz peneliti berharap lebih
bersemangat dalam menghafal Al-Qur‟an dan meningkatkan prestasinya,
memanfaatkan waktu yang dimiliki dengan sebaik mungkin. Dan kepada peserta
didik yang berlatar belakang non tahfiz peneliti berharap memanfaatkan waktu
untuk terus belajar.
4. Bagi para peneliti selanjutnya, penulis mengharapkan agar bisa meneruskan
penelitian ini dengan tidak hanya memperhatikan dari aspek kognitif saja, tapi bisa
memperhatikan aspek yang lain.
7. DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Iqbal. Wawancara Guru Tahfiz. Dilaksanakan 1 September 2020.
Arifin, H.M. (2006). Ilmu Pendidikan Islam-Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT. Bumi Aksara.cet.ke-2.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka
Cipta.
Ashari, Hari. (2017). “Studi Komparasi Hasil Belajar PAI antara Siswa yang Mengikuti
Madrasah Diniyah dengan yang tidak Mengikuti Madrasah Diniyah”. Semarang: UIN
Walisongo. Skripsi.
Baqi, Muhammad Abdul. (275 H). Sunan Ibnu Majah. Kairo: Darul Hadis. jilid.1.
Departemen Agama RI. (2007) Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Fajar Mulia.
Departemen Pendidikan Nasional. (2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia e-9. Ed.ke-4.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hasan, Iqbal. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, Ali. Wawancara Kepala Sekolah MA Ma’arif NU Assa’dah Bungah. Dilaksanakan
28 Agustus 2020.
Irham, Muhammad & Novan Ardy Wiyani. (2014). Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. cet.ke-2.
Kalsum, Umi. Wawancara Guru PAI. Dilaksanakan 28 Agustus 2020.
Kurniawan, Asep. (2018). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Cet. Ke-1
Koentjaraningrat. (1994). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia
Utama
Majid, Abdul dan Dian Andayani, (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum. Bandung: RemajaRosdakarya.
Majid, Abdul. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mardani, Jamaluddin. (2008). “Perbedaan Prestasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
(PAI) antara Siswa Lulusan SDIT dengan Siswa bukan Lulusan SDIT”. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah. Skripsi.
Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Nata, Abuddin. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group. cet.1
Nurmaida, Hanadudu. (2018). “Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Kelas VII MI dan
SD pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”. Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Skripsi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 2 ayat 2.
Rosidin. (2019). Ilmu Pendidikan Islam Berbasis Maqashid Syariah dengan Pendekatan
Tafsir Tarbawi, Depok: PT Raja Grafindo Persada. cet.ke-1.
Rusmin, Muhammad. (2017). “Konsep dan Tujuan Pendidikan Islam”, Konsep dan Tujuan
Pendidikan, Vol.6, No.1, Makassar: UIN Alauddin, 2017. Jurnal.
Rusyd, Raisya Maula Ibnu. (2019). Panduan Praktis & Lengkap Tahsin Tajwid Tahfiz untuk
Pemula. Yogyakarta: Laksana. cet.ke-1.
Sa‟dulloh. (2011). 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.
Sani, Ridwan Abdullah. (2019). Startegi Belajar Mengajar. Depok: PT Rajagrafindo Jaya.
cet.ke-2.
Shihab, M. Quraish Shihab. (2006). Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. Cet. Ke-6.
Shihab, M. Quraish Shihab. (2006). Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. Cet. Ke-5.
Sinar. (2018). Metode Active Learning. Sleman: Deepublish. Cet.1.
Siregar, Syofyan. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual &SPSS. Jakarta: Kencana. Cet. Ke-4.
Suardi, (2015). Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish. Ed.1 Cet.1.
Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya. cet.ke-20.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Cet. Ke-4
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Cet. Ke-14
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R&D
dan Penelitian Pendidikan). Bandung: Alfabeta Ed. Ke-3. Cet. Ke-1.
Syakur, Muhtadi. (2013). Psikologi Pendidikan dan Belajar. Gresik: STAI-Q Press. cet.ke-1.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Yasin, Sulkan & Sunarto Hapsoyo. (2008) Kamus Bahasa Indonesia Praktis Populer dan
Kosa Kata Baru. Surabaya: Mekar.

Anda mungkin juga menyukai