Oleh:
Kelompok II
Dhila Ihsanul Hasanah 1901162
Eviyanti Dewi 1902843
Farhan Rifky Baehaqy 1903746
Farisa Abbiyah 1903697
Firda Kurnia Rahmah S 1909001
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada nabi Muhammad saw. Salah satu nikmatnya yang tidak ternilai
harganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini pun dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan, baik dari segi isi penulisan maupun kata-kata yang digunakan.
Oleh karena, itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
makalah ini lebih lanjut akan penulis terima dengan senang hati.
Terima kasih
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................
BAB II PERILAKU INDIVIDU MENURUT PANDANGAN TEORI
BEHAVIORISTIK..............................................................................................3
A. Konsep Dasar Teori Behavioristik..................................................................3
B. Karakteristik Teori Behavioristik....................................................................4
C. Perilaku Individu Menurut Pandangan Teori Behavioristik. ..........................5
D. Faktor-Faktot yang Mempengaruhi...............................................................12
BAB III ANALISIS PERILAKU.................................................................................13
A. Contoh Kasus................................................................................................13
B. Analisis Kasus...............................................................................................15
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................16
A. Simpulan........................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17
LAPORAN PRESENTASI...........................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau
pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang
bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang
membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari
satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat
diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya
memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di
luar kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori Behavioristik?
2. Apa karakteristik teori Behavioristik?
3. Apa saja bentuk-bentuk perilaku individu dalam teori
Behavioristik?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi teori Behavioristik?
1
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan konsep dasar teori Behavioristik
2. Mendeskripsikan karakteristik teori Behavioristik
3. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku individu dalam teori
Behavioristik
4. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi teori
Behavioristik
2
BAB II
PERILAKU INDIVIDU DALAM PANDANGAN TEORI BEHAVIORISTIK
3
mempengaruhi perilaku selanjutnya. Dia juga telah mengembangkan
hukum law effect yang menyatakan bahwa jika sebuah tindakan yang
memuaskan dalam lingkungan, maka kemungkinan tindakan itu akan
diulang kembali akan semakin meningkat, begitupun sebaliknya. Dengan
kata lain, konsekuen – konsekuen dari perilaku seseorang akan
memainkan peran penting bagi terjadinya perilaku – perilaku yang akan
datang.
4
C. Bentuk – Bentuk Perilaku Individu dalam Pandangan Teori
Behavioristik
1. Reward
Reward menurut bahasa, berasal dari bahasa Inggris reward
yang berarti penghargaan atau hadiah. Reward merupakan sauatu
bentuk teori reward positif yang bersumber dari aliran behavioristik,
yang dikemukakan oleh waston, Ivan Pavlov dan kawan-kawan
dengan teori S-R nya. Reward atau penghargaan merupakan respon
terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
kembalinya tingkah laku tersebut.
Peranan reward, dalam proses pengajaran cukup penting
terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan
mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai
pertimbangan logis, diantaranya reward dapat menimbulkan motivasi
belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam
kehidupan siswa. Dengan cara pemberian penghargaan dan penilaian
yang bersifat positif inilah anak dapat mengembangkan self-
actualization dan self-consept yang positif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian reward (hadiah)
merupakan salah satu bentuk sarana pendidikan dalam proses
pembelajaran yang dilakukan pendidik untuk peserta sebagai
penguatan dalam proses pembelajaran setelah anak melakukan
kegiatan yang benar. Dengan memberikan reinsforcement dalam
bentuk reward peserta didik akan merasa dihargai sehingga peserta
didik akan merasakan kepuasan yang akan mendorongnya untuk
kembali melakukan hal yang sama, tetapi dalam memberikannya juga
harus memenuhi syarat-syarat nya. Contohnya seorang guru
memberikan penghargaan atau pujian kepada peserta didik setelah
menjawab pertanyaan dengan baik, sehingga peserta didik lebih
semangat lagi dalam mengerjakan tugas tersebut.
5
a) Tujuan reward
Menurut Marno dan Idris dalam bukunya strategi dan metode
pengajaran ada beberapa tujuan pemberian reward sebagai
reinforcement penguatan diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar
mengajar.
2) Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi
belajar siswa.
3) Mengarahkan pengembangan berfikir siswa kearah berfikir
divergen (kreatif)
4) Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang
kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku
yang produktif.
Jadi dari beberapa tujuan reward tersebut dapat
disimpulkan bahwa reward diberikan kepada anak agar menjadi
motivasi, karena pemberian hadiah kepada anak akan berdampak
besar manfaatnya sebagai pendorong dalam belajar.
b) Macam – Macam Reward
Macam- macam Reward Penghargaan (hadiah) sebagai
salah satu metode pembelajaran mempunyai beberapa bentuk yakni
materi dan non materi. Penguatan (Reinforcement), yaitu segala
bentuk respon apakah bersifat verbal maupun non verbal yang
merupakan modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan
balik bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu tindak
dorongan atau koreksi.
Keterampilan dasar penerapan reward terdiri atas beberapa
komponen yaitu:
1) Reward Verbal
Reward verbal yaitu reward yang disampaikan dengan cara
tertulis tau lisan. Pengahargaan verbal mengacu pada tindakan
6
spontan berupa pujian atas pencapaian peserta didik. Bentuk
reward secara verbal yaitu:
Pujian
Pujian adalah sesuatu ucapan yang membuat orang yang
mendengarnya merasa tersanjung sehingga dapat memberikan
motivasi kepada orang yang dipujinya. Pemberian pujian sebagai
salah satu bentuk penguatan (reinforcement) dalam proses belajar
mengajar merupakan hal yang sangat diperlukan sehingga dengan
penguatan tersebut diharapkan siswa akan terus berbuat yang lebih
baik. Peserta didik senantiasa akan meningkatkan prestasi belajar
mereka. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus, bagus
sekali, tepat, ya, mengagumkan, setuju, cerdas dan sebagainya.
Sugesti
Pemberian sugesti positif dalam proses belajar mengajar
merupakan seni untuk membangkitkan gairah belajar, penuh harap,
menimbulkan minat, perhatian dan lain sebagainya. Misalnya,
“Nah, lain kali akan lebih baik lagi”, “Kiranya kau sekarang telah
lebih rajin belajar” dan sebagainya. Disamping kata-kata, pujian
dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda. Misalnya
dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu
anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya.
Kalimat
Dalam reinforcemen kalimat adalah satuan bahasa berupa
kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan
makna yang lengkap. Hadiah atau penghargaan yang diberikan
pendidik harus berupa barang atau benda tetapi dapat juga berupa
kalimat yang bermakna sehingga menimbulkan motivasi terhadap
peserta didik. Misalnya, “Wah pekerjaanmu baik sekali”, “Saya
puas dengan jawabanmu”, “Nilaimu semakin lama semakin baik”,
dan “contoh yang kamu berikan tepat sekali”.
7
2) Reward Non Verbal
Reward non verval yaitu penguatan yang diungkapkan
melalui bahasa isyarat. Ada beberapa bentuk penguatan yaitu,
pertama , penguatan berupa gerak tubuh atau mimik yang
memberikan kesan baik kepada peserta didik yaitu melalui
anggukan kepala tanda setuju, gelengan kepala tanda tidak setuju,
mengernyitkan dahi, mengangkat pundak, dan lain sebagainya.
Kedua, penguatan dengan cara mendekati, yaitu peserta didik yang
didekati pendidik akan menimbulkan kesan diperhatikan.
Misalnya, pendidik dapat mendekati peserta didik yang sedang
mengerjakan tugas, cara ini dapat menimbulkan kesan dukungan
terhadap aktivitas yang sedang dikerjakan oleh peserta didik.
Ketiga, penguatan dengan sentuhan yaitu dapat dilakukan dengan
cara berjabat tangan, menepuk bahu.
Jenis-jenis penguatan non verbal yang lain yaitu sebagai
berikut:
Penghormatan, reward yang berbentuk penghormatan ada dua
macam. Pertama, reward berbentuk penobatan, yaitu anak
mendapat penghormatan diumumkan dihadapan temanteman
sekelas, teman-teman sekolah atau mungkin juga dihadapan
orang tua siswa. Misalnya, pada acara perpisahan atau
pembagian raport kemudian ditampilkan dan diumumkan
murid-murid yang telah berhasil menjadi bintang-bintang kelas.
Kedua, reward yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk
melakukan sesuatu. Misalnya, siswa yang berhasil
menyelesaikan soal yang sulit dan pendidik menyuruh
mengerjakan di papan tulis untuk dicontoh teman-temanya.
Hadiah, hadiah ialah suatu penghargaan yang berbentuk
barang. Penghargaan yang berbentuk barang disebut
penghargaan materil. Hadiah yang berbentuk barang dapat
berupa keperluan sekolah peserta didik, seperti pensil,
penggaris, buku pelajaran, dan sebainya. Misalnya, peserta
8
didik yang mampu menjawab pertanyaan yang benar pendidik
akan memberikan hadiah yang berupa pensil.
Tanda Penghargaan, tanda penghargaan adalah sesuatu
penghargaan yang tidak dapat dinilai dari segi harga dan
kegunaan barang tersebut. Tanda penghargaan dilihat dan
dinilai dari segi kesan dan nilai kenangannya.
Macam-macam reward tersebut dalam penerapannya
seorang guru dapat memilih bentuk reward yang cocok dengan
siswa dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi
dan kondisi siswa atau situasi dan kondisi keuangan bila hal
tersebut menyangkut masalah keuangan.
c) Syarat-syarat Reward
Menurut Suharsimi Arikunto ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh pendidik sebelum memberikan penghargaan
kepada anak, yaitu:
Penghargaan hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan sifat
dari aspek yang menunjukkan keistimewaan prestasi.
Penghargaan harus diberikan langsung sesudah perilaku yang
dikendaki dilaksanakan.
Penghargaan harus diberikan sesuai dengan kondisi orang yang
menerimanya.
Penghargaan yang harus diterima anak hendaknya diberikan.
Penghargaan harus benar-benar berhubungan dengan prestasi
yang dicapai anak.
Penghargaan harus diganti (bervariasi).
Penghargaan hendaknya mudah dicapai
Penghargaan social harus segera diberikan.
Jangan memberikan penghargaan sebelum siswa berbuat.
Pada waktu memberikan penghargaan hendaknya disertai
penjelasan rinci tentang alasan dan sebab mengapa yang
bersangkutan menerima penghargaan tersebut.
9
2. Punishment
Hukuman (punishment) dalam pandangan teori behavioristik
adalah konsekuensi yang tidak menyenangkan yang digunakan untuk
melemahkan perilaku. Hukuman merupakan konsekuensi yang diberikan
guru dalam rangka memperlemah perilaku negatif peserta didik dengan
harapan bahwa perilaku tersebut tidak terulang kembali. Hukuman yang
diberikan biasanya berupa stimulus yang tidak menyenangkan.
Sebagaimana dengan tindakan penguatan, keefektifan tindakan hukuman
tidak dapat diasumsikan tetapi harus diperlihatkan.
Jadi dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
hukuman adalah pemberian penderitaan atau stimulus oleh pendidik
sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan yang dilakukan anak
peserta didik. Hukuman juga dapat dikatakan sebagai penguat yang
negatif, tetapi jika hukuman diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi
motivasi yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Karena pada dasarnya
sebuah hukuman akan menjadikan efek berupa perilaku, dalam hal ini
apabila efek yang bersifat tidak menyenangkan kepada siswa maka efek
ini disebut sebagai Punishment atau hukuman.
a) Tujuan Punishment
Tujuan pemberian punishment menurut Emile Durkheim didalam
dunia pendidikan adalah sebagai pencegahan. Pada teori ini hukuman
merupakan suatu cara untuk mencegah berbagai pelanggaran terhadap
peraturan. Pendidik menghukum peserta didik selain agar tidak
mengulangi kesalahannya juga untuk mencegah agar anak lain tidak
menirunya.
b) Syarat-Syarat Punisment
Dalam dunia pendidikan ada beberapa syarat dalam
memberikan hukuman, yaitu:
1. Hukuman harus sesuai dengan kesalahan anak didik, yaitu
dalam memberikan hukuman guru harus menyesuaikan dengan
kesalahan yag sudah dilakukan peserta didik tidak boleh
berlebihan.
10
2. Hukuman harus adil, yaitu hukuman yang diberikan guru harus
adil tidak memihak antara satu siswa dengan siswa yang lain.
3. Hukuman harus diberikan agar anak didik mengerti benar apa
sebabnya ia dihukum dan apa maksud hukuman, maksudnya
dalam memberikan hukuman guru harus menjelaskan apa
kesalahan yang sudah dilakukan peserta didik sehingga peserta
didik tidak akan mengulangi kesalahannya.
4. Hukuman yang diberikan harus dalam keadaan tenang,
maksudnya dalam memberikan hukuman guru harus dalam
keadaan tenang agra tidak menakuti siswa yang berakibat pada
kestabilan mental siswa.
5. Hukuman harus disertai dengan penjelasan, sebab bertujuan
untuk memperbaiki akhlak, maksudnya dalam memberikan
hukuman guru harus menjelaskan apa kesalahan yang sudah
dilakukan peserta didik sehingga peserta didik tidak akan
mengulangi kesalahannya.
6. Hukuman harus diakhiri dengan pemberian ampunan,
maksudnya apabila guru sudah memberikan hukuman dan
siswa sudah menjalankan hukumannya maka guru berhak
memberikan ampunan kepada siswa agar tidak mendemdam
dan diungkit-ungkit dimasa mendatang.
7. Hukuman diberikan jika terpaksa atau sebagai alat pendidikan
terakhir, yaitu hukuman diberikan sebagai jalan terakhir yang
dapat dilakukan guru yang sebelumnya guru sudah
memberikan peringatan.
8. Yang berhak memberikan hukuman hanyalah orang yang cinta
pada anak saja, yaitu dalam memberikan hukuman guru
melakukannya berdasarkan cinta sehingga anak merasa
diperhatikan jika hukuman dilakukan karena marah maka
hukuman akan bersifat balas dendam.
11
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Teori Behavioristik
12
BAB III
ANALISIS PERILAKU
A. Contoh Kasus
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami yaitu sebagai berikut :
a. Pengamatan Farhan
Terjadi pada 7 september 2019 di jl.Taman sari Cidongkol
Subang. Ada satu orang pemuda sedang memperhatikan gadget
nya sebelum itu dia sangat bahagia dan ketika membuka gadget
dan raut wajah nya berubah menjadi sedih.
b. Pengamatan Dhila
Terjadi pada 11September 2019 pukul 16.30 WIB di Masjid
Daruttauhid Bapak berusia sekita 40 tahun sedang duduk.
Awalnya, dilihat dari kejauhan dia normal seperti biasa tidak
terlihat ada keanehan karena terlihat dari penampilannya yang
rapi, bersepatu, dan bersih serta membawa tas seperti orang
yang sedang berpergian. Setelah dilihat dari dekat dan saya
amati, Bapak tersebut menggunakan perhiasan seperti gelang
dan cincin yang berukuran besar, ia juga membawa barang
seperti pisau tapi setengah terbungkus dan terlihat tidak tajam
dan tidak berujung.
Setelah saya amati lebih lama, Bapak tersebut berbicara dan
tertawa sendiri. Padahal dilihat dari penampilannya Bapak
tersebut seperti tidaka memiliki gangguan kejiwaan.
c. Pengamatan Farisa
Terjadi pada 9 September 2019 di jl. Sadagori KPAD
GegerKalong. Ada dua orang pemuda yang sedang berbincang
dan bercanda bersama,tetapi didalam perbincangan tersebut
didominasi oleh laki lali berjaket jeans yang terus menerus
menceritakan dirinya dan membanggakan dirinya sendiri yang
ditanggapi biasa saja oleh lawan bicaranya.
13
d. Pengamatan Firda
Pada saat saya sedang melakukan observasi tepatnya di SMKN
11 Bandung, tanggal 9 september 2019 foto ini diambil, ketika
saya amati siswi yang berdiri didepan teman temannya, karena
ia adalah siswi baru di sekolah tersebut saya merasa tingkah
lakunya seperti orang yang sudah kenal lama dengan teman
temannya, ia tidak malu meskipun di olok-olok oleh teman
temannya, saya pikir ia adalah orang yang tidak peduli dengan
apa yang orang katakan padanya.
14
anaknya, tetapi Windy merasa bahwa kakaknya mempunyai kelebihan di
segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih
menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Teori behaviristik terdiri dari dari 4
landasan: koneksionisme, pengkondisian, penguatan, dan Operant
conditioning. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran,
sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.
Dengan demikian, maka tujuan dari teori behavioristik ini sebenarnya
adalah untuk menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk
tingkah laku baru yang dipengaruhi oleh lingkungan.
B. Saran
Kita sebagai calon guru seharusnya mampu mendidik para peserta
didik kita dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga
proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pelajarilah
teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan
kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAPORAN PRESENTASI
Pertanyaan :
1. Kelompok 1 : Ihsan Fadilah Candra
Pertanyaan: Bagaimana jika respon murid terhadap teori behavioristik ini
bersifat negatif dan membosankan dan cara menanggulanginya?
Jawaban: jika respon individu tersebut negative, maka teori behavioristic
tidak cocok bagi dirinya. Maka cara lainnya ialah, individu tersebut
menerapkan cara bellajar lain yang cocok bagi dirinya, seperti menerapkan
teori kognitif dan teori lainnya.
18
tahun -dan seterusnya punishment yang lebih menekankan pada pencarian
jati diri.
19
Jawaban: Membiasakan individu menjadi tertib, taat, dan disiplin, karena
pada teori behavioristic terdapat punishment dan reward yang membuat
individu lebih konsentrasi dan memotivasi akan berpikir lebih dalam
tentang respon yang tepat untuk disampaikan.
7. Kelompok 8 : Annisa Faiz Azka dijawab oleh Farisa Abbiyah
Pertanyaan: Apa efek punishment buat orang yang tidak memiliki
penyesalan terhadap apa yang ia lakukan?
Jawaban: tidak ada efeknya, karena orang tersebut tidak cocok dengan
metode pendekatan behavioristic. Jadi, orang tersebut cocoknya dengan
metode yang lainnya seperti humanistic dan psikoanalisis.
20
tanpa mementingkan mental. Sehingga , teori ini tidak ada kaitannya
dengan mental. Kalau mental itu termasuk kedalam teori psikoanalisis.
21