Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERILAKU INDIVIDU MENURUT TEORI BEHAVIORISTIK


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan,
Dosen pengampu: Dra.Hj.Setiawati,M.Pd.

Oleh:
Kelompok II
Dhila Ihsanul Hasanah 1901162
Eviyanti Dewi 1902843
Farhan Rifky Baehaqy 1903746
Farisa Abbiyah 1903697
Firda Kurnia Rahmah S 1909001

JURUSAN PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN BIMBINGAN


FIP UPI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada nabi Muhammad saw. Salah satu nikmatnya yang tidak ternilai
harganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini pun dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan, baik dari segi isi penulisan maupun kata-kata yang digunakan.
Oleh karena, itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
makalah ini lebih lanjut akan penulis terima dengan senang hati.
Terima kasih

Bandung, 23 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................
BAB II PERILAKU INDIVIDU MENURUT PANDANGAN TEORI
BEHAVIORISTIK..............................................................................................3
A. Konsep Dasar Teori Behavioristik..................................................................3
B. Karakteristik Teori Behavioristik....................................................................4
C. Perilaku Individu Menurut Pandangan Teori Behavioristik. ..........................5
D. Faktor-Faktot yang Mempengaruhi...............................................................12
BAB III ANALISIS PERILAKU.................................................................................13
A. Contoh Kasus................................................................................................13
B. Analisis Kasus...............................................................................................15
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................16
A. Simpulan........................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17
LAPORAN PRESENTASI...........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. 
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan.  Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif  membuat atau
pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang
bermanfaat bagi pribadinya.  Pembelajaran merupakan suatu sistim yang
membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan. 
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari
satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat
diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya
memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya.  Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di
luar kelas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori Behavioristik?
2. Apa karakteristik teori Behavioristik?
3. Apa saja bentuk-bentuk perilaku individu dalam teori
Behavioristik?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi teori Behavioristik?

1
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan konsep dasar teori Behavioristik
2. Mendeskripsikan karakteristik teori Behavioristik
3. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku individu dalam teori
Behavioristik
4. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi teori
Behavioristik

2
BAB II
PERILAKU INDIVIDU DALAM PANDANGAN TEORI BEHAVIORISTIK

A. Konsep Dasar Teori Behavioristik


1. Menurut Ivan Pavlov
Pavlov mengemukakan sebuah teori belajar yang yang
menggunakan media berupa neutral stimulus (rangsangan) agar
mendapat respon yang sama seperti pada saat unresponse conditioning
(respon yang didapat tanpa menggunakan media apapun atau terjadi
secara alami)
Dalam penelitiannya, Pavlov mencoba memberikan stimulus atau
rangsangan pada sebuah pembelajaran baru dan mengamati responnya.
Ia melakukan eksperimen terhadap anjing dengan memberikan dua
stimulus yang bebeda dan mengamati respon yang terjadi. Stimulus
pertama yang diberikan adalah daging. Walaupun tanpa latihan atau
dikondisikan sebelumnya, anjing pasti akan mengeluarkan air liur jika
dihadapkan dengan daging. Respon tersebut dinamakan sebagai respon
yang tidak dikondisikan (unresponse conditioning). Stimulus yang kedua
berupa bel. Dalam hal ini bel tidak dapat serta merta memberikan respon
yang disebut juga dengan stimulus netral (neutral stimulus) 
Dengan melihat eksperimen tersebut dapat kita wujudkan dalam
proses pembelajaran dangan memberikan stimulus yang dilakukan
secara berulang untuk hal – hal yang baru agar mendapatkan respons
yang sama seperti hal – hal yang telah diketahui sebelumnya. Teori
belajar ini disebut dengan “Teori Belajar Kondisioning Klasik (clasical
conditioning) yang berarti perilaku manusia telah diarahkan oleh sebuah
rangsangan.

2. Menurut Edward Lee Throndike


Throndike menyatakan bahwa perilaku belajar manusia ditentukan
oleh stimulus yang ada di limgkungan sehingga menimbulkan respons
secara refleks. Stimulus yang terjadi setelah sebuah perilaku terjadi akan

3
mempengaruhi perilaku selanjutnya. Dia juga telah mengembangkan
hukum law effect yang menyatakan bahwa jika sebuah tindakan yang
memuaskan dalam lingkungan, maka kemungkinan tindakan itu akan
diulang kembali akan semakin meningkat, begitupun sebaliknya. Dengan
kata lain, konsekuen – konsekuen dari perilaku seseorang akan
memainkan peran penting bagi terjadinya perilaku – perilaku yang akan
datang.

3. Menurut Burrus Frederic Skinner


Teori Skinner tak jauh berbeda dengan yang di kemukakan oleh
Throndike bahwa ada hubungam antara perilaku dan konsekuen –
konsekuen yang mengikutinya. Misalnya, jika perilaku seseorang
menghasilkan konsekuen yang menyenangkan, maka ia akan melakukan
perilaku tersebut lebih sering lagi. Menggunakan  konsekuen yang
menyenangkan atau tidak untuk mengubah perilaku sering disebut
operant conditioning.

B. Karakteristik Teori Behavioristik


Adapun karakteristik teori Behavioristik adalah sebagai berikut.
1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)
2. Mementingkan bagian – bagian (elentaristis)
3. Mementingkan peranan reaksi (respon)
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan
7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan
gagal” atau trial and error.

4
C. Bentuk – Bentuk Perilaku Individu dalam Pandangan Teori
Behavioristik

1. Reward
Reward menurut bahasa, berasal dari bahasa Inggris reward
yang berarti penghargaan atau hadiah. Reward merupakan sauatu
bentuk teori reward positif yang bersumber dari aliran behavioristik,
yang dikemukakan oleh waston, Ivan Pavlov dan kawan-kawan
dengan teori S-R nya. Reward atau penghargaan merupakan respon
terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
kembalinya tingkah laku tersebut.
Peranan reward, dalam proses pengajaran cukup penting
terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan
mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai
pertimbangan logis, diantaranya reward dapat menimbulkan motivasi
belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam
kehidupan siswa. Dengan cara pemberian penghargaan dan penilaian
yang bersifat positif inilah anak dapat mengembangkan self-
actualization dan self-consept yang positif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian reward (hadiah)
merupakan salah satu bentuk sarana pendidikan dalam proses
pembelajaran yang dilakukan pendidik untuk peserta sebagai
penguatan dalam proses pembelajaran setelah anak melakukan
kegiatan yang benar. Dengan memberikan reinsforcement dalam
bentuk reward peserta didik akan merasa dihargai sehingga peserta
didik akan merasakan kepuasan yang akan mendorongnya untuk
kembali melakukan hal yang sama, tetapi dalam memberikannya juga
harus memenuhi syarat-syarat nya. Contohnya seorang guru
memberikan penghargaan atau pujian kepada peserta didik setelah
menjawab pertanyaan dengan baik, sehingga peserta didik lebih
semangat lagi dalam mengerjakan tugas tersebut.

5
a) Tujuan reward
Menurut Marno dan Idris dalam bukunya strategi dan metode
pengajaran ada beberapa tujuan pemberian reward sebagai
reinforcement penguatan diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar
mengajar.
2) Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi
belajar siswa.
3) Mengarahkan pengembangan berfikir siswa kearah berfikir
divergen (kreatif)
4) Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang
kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku
yang produktif.
Jadi dari beberapa tujuan reward tersebut dapat
disimpulkan bahwa reward diberikan kepada anak agar menjadi
motivasi, karena pemberian hadiah kepada anak akan berdampak
besar manfaatnya sebagai pendorong dalam belajar.
b) Macam – Macam Reward
Macam- macam Reward Penghargaan (hadiah) sebagai
salah satu metode pembelajaran mempunyai beberapa bentuk yakni
materi dan non materi. Penguatan (Reinforcement), yaitu segala
bentuk respon apakah bersifat verbal maupun non verbal yang
merupakan modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan
balik bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu tindak
dorongan atau koreksi.
Keterampilan dasar penerapan reward terdiri atas beberapa
komponen yaitu:
1) Reward Verbal
Reward verbal yaitu reward yang disampaikan dengan cara
tertulis tau lisan. Pengahargaan verbal mengacu pada tindakan

6
spontan berupa pujian atas pencapaian peserta didik. Bentuk
reward secara verbal yaitu:
 Pujian
Pujian adalah sesuatu ucapan yang membuat orang yang
mendengarnya merasa tersanjung sehingga dapat memberikan
motivasi kepada orang yang dipujinya. Pemberian pujian sebagai
salah satu bentuk penguatan (reinforcement) dalam proses belajar
mengajar merupakan hal yang sangat diperlukan sehingga dengan
penguatan tersebut diharapkan siswa akan terus berbuat yang lebih
baik. Peserta didik senantiasa akan meningkatkan prestasi belajar
mereka. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus, bagus
sekali, tepat, ya, mengagumkan, setuju, cerdas dan sebagainya.
 Sugesti
Pemberian sugesti positif dalam proses belajar mengajar
merupakan seni untuk membangkitkan gairah belajar, penuh harap,
menimbulkan minat, perhatian dan lain sebagainya. Misalnya,
“Nah, lain kali akan lebih baik lagi”, “Kiranya kau sekarang telah
lebih rajin belajar” dan sebagainya. Disamping kata-kata, pujian
dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda. Misalnya
dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu
anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya.
 Kalimat
Dalam reinforcemen kalimat adalah satuan bahasa berupa
kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan
makna yang lengkap. Hadiah atau penghargaan yang diberikan
pendidik harus berupa barang atau benda tetapi dapat juga berupa
kalimat yang bermakna sehingga menimbulkan motivasi terhadap
peserta didik. Misalnya, “Wah pekerjaanmu baik sekali”, “Saya
puas dengan jawabanmu”, “Nilaimu semakin lama semakin baik”,
dan “contoh yang kamu berikan tepat sekali”.

7
2) Reward Non Verbal
Reward non verval yaitu penguatan yang diungkapkan
melalui bahasa isyarat. Ada beberapa bentuk penguatan yaitu,
pertama , penguatan berupa gerak tubuh atau mimik yang
memberikan kesan baik kepada peserta didik yaitu melalui
anggukan kepala tanda setuju, gelengan kepala tanda tidak setuju,
mengernyitkan dahi, mengangkat pundak, dan lain sebagainya.
Kedua, penguatan dengan cara mendekati, yaitu peserta didik yang
didekati pendidik akan menimbulkan kesan diperhatikan.
Misalnya, pendidik dapat mendekati peserta didik yang sedang
mengerjakan tugas, cara ini dapat menimbulkan kesan dukungan
terhadap aktivitas yang sedang dikerjakan oleh peserta didik.
Ketiga, penguatan dengan sentuhan yaitu dapat dilakukan dengan
cara berjabat tangan, menepuk bahu.
Jenis-jenis penguatan non verbal yang lain yaitu sebagai
berikut:
 Penghormatan, reward yang berbentuk penghormatan ada dua
macam. Pertama, reward berbentuk penobatan, yaitu anak
mendapat penghormatan diumumkan dihadapan temanteman
sekelas, teman-teman sekolah atau mungkin juga dihadapan
orang tua siswa. Misalnya, pada acara perpisahan atau
pembagian raport kemudian ditampilkan dan diumumkan
murid-murid yang telah berhasil menjadi bintang-bintang kelas.
Kedua, reward yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk
melakukan sesuatu. Misalnya, siswa yang berhasil
menyelesaikan soal yang sulit dan pendidik menyuruh
mengerjakan di papan tulis untuk dicontoh teman-temanya.
 Hadiah, hadiah ialah suatu penghargaan yang berbentuk
barang. Penghargaan yang berbentuk barang disebut
penghargaan materil. Hadiah yang berbentuk barang dapat
berupa keperluan sekolah peserta didik, seperti pensil,
penggaris, buku pelajaran, dan sebainya. Misalnya, peserta

8
didik yang mampu menjawab pertanyaan yang benar pendidik
akan memberikan hadiah yang berupa pensil.
 Tanda Penghargaan, tanda penghargaan adalah sesuatu
penghargaan yang tidak dapat dinilai dari segi harga dan
kegunaan barang tersebut. Tanda penghargaan dilihat dan
dinilai dari segi kesan dan nilai kenangannya.
Macam-macam reward tersebut dalam penerapannya
seorang guru dapat memilih bentuk reward yang cocok dengan
siswa dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi
dan kondisi siswa atau situasi dan kondisi keuangan bila hal
tersebut menyangkut masalah keuangan.
c) Syarat-syarat Reward
Menurut Suharsimi Arikunto ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh pendidik sebelum memberikan penghargaan
kepada anak, yaitu:
 Penghargaan hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan sifat
dari aspek yang menunjukkan keistimewaan prestasi.
 Penghargaan harus diberikan langsung sesudah perilaku yang
dikendaki dilaksanakan.
 Penghargaan harus diberikan sesuai dengan kondisi orang yang
menerimanya.
 Penghargaan yang harus diterima anak hendaknya diberikan.
 Penghargaan harus benar-benar berhubungan dengan prestasi
yang dicapai anak.
 Penghargaan harus diganti (bervariasi).
 Penghargaan hendaknya mudah dicapai
 Penghargaan social harus segera diberikan.
 Jangan memberikan penghargaan sebelum siswa berbuat.
 Pada waktu memberikan penghargaan hendaknya disertai
penjelasan rinci tentang alasan dan sebab mengapa yang
bersangkutan menerima penghargaan tersebut.

9
2. Punishment
Hukuman (punishment) dalam pandangan teori behavioristik
adalah konsekuensi yang tidak menyenangkan yang digunakan untuk
melemahkan perilaku. Hukuman merupakan konsekuensi yang diberikan
guru dalam rangka memperlemah perilaku negatif peserta didik dengan
harapan bahwa perilaku tersebut tidak terulang kembali. Hukuman yang
diberikan biasanya berupa stimulus yang tidak menyenangkan.
Sebagaimana dengan tindakan penguatan, keefektifan tindakan hukuman
tidak dapat diasumsikan tetapi harus diperlihatkan.
Jadi dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
hukuman adalah pemberian penderitaan atau stimulus oleh pendidik
sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan yang dilakukan anak
peserta didik. Hukuman juga dapat dikatakan sebagai penguat yang
negatif, tetapi jika hukuman diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi
motivasi yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Karena pada dasarnya
sebuah hukuman akan menjadikan efek berupa perilaku, dalam hal ini
apabila efek yang bersifat tidak menyenangkan kepada siswa maka efek
ini disebut sebagai Punishment atau hukuman.
a) Tujuan Punishment
Tujuan pemberian punishment menurut Emile Durkheim didalam
dunia pendidikan adalah sebagai pencegahan. Pada teori ini hukuman
merupakan suatu cara untuk mencegah berbagai pelanggaran terhadap
peraturan. Pendidik menghukum peserta didik selain agar tidak
mengulangi kesalahannya juga untuk mencegah agar anak lain tidak
menirunya.
b) Syarat-Syarat Punisment
Dalam dunia pendidikan ada beberapa syarat dalam
memberikan hukuman, yaitu:
1. Hukuman harus sesuai dengan kesalahan anak didik, yaitu
dalam memberikan hukuman guru harus menyesuaikan dengan
kesalahan yag sudah dilakukan peserta didik tidak boleh
berlebihan.

10
2. Hukuman harus adil, yaitu hukuman yang diberikan guru harus
adil tidak memihak antara satu siswa dengan siswa yang lain.
3. Hukuman harus diberikan agar anak didik mengerti benar apa
sebabnya ia dihukum dan apa maksud hukuman, maksudnya
dalam memberikan hukuman guru harus menjelaskan apa
kesalahan yang sudah dilakukan peserta didik sehingga peserta
didik tidak akan mengulangi kesalahannya.
4. Hukuman yang diberikan harus dalam keadaan tenang,
maksudnya dalam memberikan hukuman guru harus dalam
keadaan tenang agra tidak menakuti siswa yang berakibat pada
kestabilan mental siswa.
5. Hukuman harus disertai dengan penjelasan, sebab bertujuan
untuk memperbaiki akhlak, maksudnya dalam memberikan
hukuman guru harus menjelaskan apa kesalahan yang sudah
dilakukan peserta didik sehingga peserta didik tidak akan
mengulangi kesalahannya.
6. Hukuman harus diakhiri dengan pemberian ampunan,
maksudnya apabila guru sudah memberikan hukuman dan
siswa sudah menjalankan hukumannya maka guru berhak
memberikan ampunan kepada siswa agar tidak mendemdam
dan diungkit-ungkit dimasa mendatang.
7. Hukuman diberikan jika terpaksa atau sebagai alat pendidikan
terakhir, yaitu hukuman diberikan sebagai jalan terakhir yang
dapat dilakukan guru yang sebelumnya guru sudah
memberikan peringatan.
8. Yang berhak memberikan hukuman hanyalah orang yang cinta
pada anak saja, yaitu dalam memberikan hukuman guru
melakukannya berdasarkan cinta sehingga anak merasa
diperhatikan jika hukuman dilakukan karena marah maka
hukuman akan bersifat balas dendam.

11
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Teori Behavioristik

Faktor yang dianggap penting oleh aliran behavioristic adalah factor


penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon tersebut akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative
reinforcement) respon pun akan tetap tetap dikuatkan. Misalnya ketika Guru
memberi tugas kepada siswa-siswanya, ketika tugas itu ditambahkan maka Ia akan
semakin giat belajar. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan
positif (positive reinforcement) dalam belajar.Bila tugas-tugasnya dikurangi ini
justru meningkatkan aktivitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan
pengutan negatif (negative reinforcement) dalam belajar.Jadi penguatan
merupakan salah satu bentuk stimulus yang penting untuk diberikan
(ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya
respon.[ CITATION Sla09 \l 1033 ]
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaplikasian teori behaviorisme :
1.  Tujuan pembelajaran, untuk apa pembelajaran dilakukan, apa saja target
yang ingin dicapai melalui pembelajaran.
2. Sifat materi pelajaran, sifatnya dapat berupa eksak, social, keterampilan,
dan lain-lain.
3. Karakteristik siswa, karakter yang dimiliki oleh masing-masing siswa
yang pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya.
4. Media, penggunaan media dalam pembelajaran yang beragam, seperti
modul, presentasi, latihan, an lain-lain
5. Fasilitas pembelajaran yang tersedia, fasilitas yang tersedia guna
melaksanakan pembelajaran juga sangat berpengaruh, kurangnya fasilitas
dalam pembelajaran dapat menghambat proses pembelajaran.

12
BAB III
ANALISIS PERILAKU

A. Contoh Kasus
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami yaitu sebagai berikut :
a. Pengamatan Farhan
Terjadi pada 7 september 2019 di jl.Taman sari Cidongkol
Subang. Ada satu orang pemuda sedang memperhatikan gadget
nya sebelum itu dia sangat bahagia dan ketika membuka gadget
dan raut wajah nya berubah menjadi sedih.
b. Pengamatan Dhila
Terjadi pada 11September 2019 pukul 16.30 WIB di Masjid
Daruttauhid Bapak berusia sekita 40 tahun sedang duduk.
Awalnya, dilihat dari kejauhan dia normal seperti biasa tidak
terlihat ada keanehan karena terlihat dari penampilannya yang
rapi, bersepatu, dan bersih serta membawa tas seperti orang
yang sedang berpergian. Setelah dilihat dari dekat dan saya
amati, Bapak tersebut menggunakan perhiasan seperti gelang
dan cincin yang berukuran besar, ia juga membawa barang
seperti pisau tapi setengah terbungkus dan terlihat tidak tajam
dan tidak berujung.
Setelah saya amati lebih lama, Bapak tersebut berbicara dan
tertawa sendiri. Padahal dilihat dari penampilannya Bapak
tersebut seperti tidaka memiliki gangguan kejiwaan.
c. Pengamatan Farisa
Terjadi pada 9 September 2019 di jl. Sadagori KPAD
GegerKalong. Ada dua orang pemuda yang sedang berbincang
dan bercanda bersama,tetapi didalam perbincangan tersebut
didominasi oleh laki lali berjaket jeans yang terus menerus
menceritakan dirinya dan membanggakan dirinya sendiri yang
ditanggapi biasa saja oleh lawan bicaranya.

13
d. Pengamatan Firda
Pada saat saya sedang melakukan observasi tepatnya di SMKN
11 Bandung, tanggal 9 september 2019 foto ini diambil, ketika
saya amati siswi yang berdiri didepan teman temannya, karena
ia adalah siswi baru di sekolah tersebut saya merasa tingkah
lakunya seperti orang yang sudah kenal lama dengan teman
temannya, ia tidak malu meskipun di olok-olok oleh teman
temannya, saya pikir ia adalah orang yang tidak peduli dengan
apa yang orang katakan padanya.

Setelah berdiskusi, dari hasil pengamatan penulis tidak ada yang


sesuai dengan Teori Behavioristik. Sehingga, penulis mengambil contoh
perilaku dari sumber yang lain. Adapun contoh kasusnya yaitu sebagai
berikut.

Windy, seorang mahasiswi di universitas negeri yang terkenal. Windy


memperoleh nilai yang rendah di tingkat 1. Dia memperoleh 2 nilai C dan
2 nilai D. Dia sangat menyadari bahwa dia akan sulit untuk mendapat nilai
yang baik untuk ke dua mata kuliahnya tersebut. Kenyataannya ini
membuat Windy merasa sangat stress, hingga kadang dia merasa ingin
bunuh diri, karena merasa takut gagal. Dalam pergaulan dengan teman-
temannya Windy juga selalu merasa minder. Ketika kuliah di kelas besar,
dia selalu memilih duduk di barisan yang paling belakang dan dia jarang
bergaul dengan teman-teman seangkatannya. Dia selalu merasa dirinya
kuno, karena menurutnya dia selalu berpakaian yang tidak fashionable .
Akibatnya Windy selalu menyendiri dan lebih senang berada di
perpustakaan daripada bergaul dengan teman-temannya. Windy lebih
nyaman ketika masih duduk di bangku SMA, dimana kelasnya lebih kecil
dan hubungan di antara siswa di rasakannya lebih akrab. Windy memiliki
seorang kakak yang berusia 2 tahun lebih tua darinya, dan mempunyai
prestasi akademis yang cukup “cemerlang”di fakultas yang sama.
Walaupun orangtuanya tidak pernah membandingkan kemampuan ke dua

14
anaknya, tetapi Windy merasa bahwa kakaknya mempunyai kelebihan di
segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.

B. Analisis dari Sudut Pandang Teori Behavioristik Mengapa


Perilaku Itu Muncul
Menurut teori behavioristik mengatakan bahwa kasus yang terjadi
pada “windy” muncul karena terjadi kesalahan dalam belajar, bukan
hasil dari konflik intrapsikis/unconsciousness conflict. Ada 2 tahapan
belajar yang berlangsung dalam diri “windy”, yang menyebabkan
terjadinya kasus tersebut yaitu,
Dalam pengalaman windy, beberapa stimulus netral tidak
berbahaya, dihubungan dengan stimulus yang menyakitkan (aversive)
akan menimbulkan perasaan tidak nyaman (melalui respondent
conditioning). Hal ini meskipun orang tuanya tidak pernah
membandingkan antara windy dengan kakaknya, namun respon windy
terhadap kakaknya mempunyai kelebihan disegala bidang dibanding
dengan dirinya sendiri.
Windy yang menghindar dari stimulus yang sudah terkondisi
seperti duduk di belakang dan jarang bergaul, dan sejak penghindaran
ini menghasilkan  pembebasan/terlepas dari rasa cemas, maka respon
menghindar ini akan menjadi kebiasaan (melalui operant
conditioning). Dari sudut pandang kognitif, terjadi karena adanya
kesalahan dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan.
Berdasarkan dari teori kognitif, masalah yang terjadi pada windy yang
mengalami ketidaknyamanan dalam pergaulan adalah terjadinya
kesalahan persepsi atau kesalahan interpretasi terhadap stimulus
internal ataupun eksternal. Dia juga akan melihat suatu hal yang tidak
benar-benar mengancam sebagai sesuatu yang mengancam.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih
menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Teori behaviristik terdiri dari dari 4
landasan: koneksionisme, pengkondisian, penguatan, dan Operant
conditioning. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran,
sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.
Dengan demikian, maka tujuan dari teori behavioristik ini sebenarnya
adalah untuk menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk
tingkah laku baru yang dipengaruhi oleh lingkungan.

B. Saran 
Kita sebagai calon guru seharusnya mampu mendidik para peserta
didik kita dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga
proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pelajarilah
teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan
kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin, Afid. (2013). Teori Belajar Behavioristik; Konsep dan Aplikasi.


[Online] Dikases dari
https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2014/04/
30/teori-belajar-behavioristik-konsep-dan-aplikasi/amp/
Hady, Ahmad. (2013). Teori Belajar Behavioristik. [Online] Diakses dari
https://nudistaku.blogspot.com/2013/11/makalah-teori-belajar-
behavioristik_9.html
Lestari, April. (2015). Analisis Kasus Mengenai Teori Behaviorisme. [Online]
Diakses dari
https://www.academia.edu/28667596/Makalah_Teori_Belajar_Behavioris
tik
Silpia, Intan. (2014). Teori Belajar Behavioristik. [Online} Diakses dari
https://Aprilia-dlestari.blogspot.com/2015/03/analisis-kasus-mengenai-
teori.html
Umi, Masruroh. (2007). Pengaruh Reward dan Punishment. [Online] Diakses dari
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8580/5/BAB%20II.pdf
Unmu, Diyan. (2016). Teori Behaviorisme. [Online] Diakses dari
http://dreaming-of-impian.blogspot.com/2013/11/teori-behaviorisme.html

17
LAPORAN PRESENTASI

Nama Kelompok : Kelompok 2 ( Kelas PPB – A )


Tempat : Gedung FIP B lantai 7, ruang kelas 3
Hari, tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : Pukul 10.30 – 12.00 WIB
Dosen pengajar : 1. Bapak Prof. Dr. Cece Rakhmat, M.Pd.
2. Ibu Dra. Setiawati, M.Pd.
Materi : Perilaku Individu Dalam Pandangan Teori Behavioristik
Moderator : Fairuz
Pemateri : 1. Dhila Ihsanul Hasanah 1901162
2. Eviyanti Dewi 1902843
3. Farhan Rifky B 1903746
4. Farisa Abbiyah 1903697
5. Firda Kurnia Rahmah S 1909001

Pertanyaan :
1. Kelompok 1 : Ihsan Fadilah Candra
Pertanyaan: Bagaimana jika respon murid terhadap teori behavioristik ini
bersifat negatif dan membosankan dan cara menanggulanginya?
Jawaban: jika respon individu tersebut negative, maka teori behavioristic
tidak cocok bagi dirinya. Maka cara lainnya ialah, individu tersebut
menerapkan cara bellajar lain yang cocok bagi dirinya, seperti menerapkan
teori kognitif dan teori lainnya.

2. Kelompok 3 : Tasya Rizky Y dijawab oleh Farhan Rifky


Pertanyaan: antara reward dan punishment, manakah yang cocok untuk
diterapkan menurut tingkatannya?
Jawaban: sebaiknya punishment dilakukan sedini mungkin tapi dengan
caranya masing-masing. Untuk usia 0-3 tahun perbanyak reward, 3-7
tahun punishment tapi lebih diarahkan kepada sesuatu mana yang salah
dan mana yang benar, 7-11 tahun punishment tidak dengan kekerasan, 11

18
tahun -dan seterusnya punishment yang lebih menekankan pada pencarian
jati diri.

3. Kelompok 4 : Salsabila Oktaviani dijawab oleh Dhila Ihsanul H


Pertanyaan: apakah setiap punishment dapat memotivasi murid untuk
menjadi lebih baik?
Jawaban: iya, contohnya kita menerapkan Self Punishmet seperti
membuat daftar keinginan yang harus dicapai dengan syarat jika tidak
tercapai kita mendapatkan konsekuensinya misalnya dalam mata kuliah
psikologi umum harus mendapatkan nilai A, ternyata hasilnya tidak
mendapatkan nilai A maka konsekuensinya kita harus menambah jam
belajar satu atau dua jam lagi. Dalam hal ini, punishment dapat
memotivasi kita untuk belajar lebih giat lagi.

4. Kelompok 5 : Firra Citra A.R dijawab oleh Eviyanti Dewi


Pertanyaan: Apakah pada setiap individu dapat diterapkan teori
behavioristik? Bagaimana jika tidak bisa?
Jawaban: tidak. Karena setiap individu itu memiliki kepribadian yang
berbeda-beda, tidak semua orang dapat diterapkan teori behavioristic, bagi
orang yang behabior teori ini sangat membantu agar melakukan
pembiasaan. Sedangkan, bagi orang yang non behavior, teori ini tidak
relevan dengan kepribadiannya dan tidak ada efek bagi dirinya.

5. Kelompok 6 : Indah Nur Ilahi


Pertanyaan: Apakah kekerasan termasuk dalam punishment?
Jawaban: iya. Tapi dalam pendidikan, guru tidak diperbolehkan atau
dilarang menggunakan kekerasan fisik.

6. Kelompok 7 : Adiamila Lingga


Pertanyaan: Apa kelebihan teori behavioristik dalam pembelajaran?
(firda)

19
Jawaban: Membiasakan individu menjadi tertib, taat, dan disiplin, karena
pada teori behavioristic terdapat punishment dan reward yang membuat
individu lebih konsentrasi dan memotivasi akan berpikir lebih dalam
tentang respon yang tepat untuk disampaikan.
7. Kelompok 8 : Annisa Faiz Azka dijawab oleh Farisa Abbiyah
Pertanyaan: Apa efek punishment buat orang yang tidak memiliki
penyesalan terhadap apa yang ia lakukan?
Jawaban: tidak ada efeknya, karena orang tersebut tidak cocok dengan
metode pendekatan behavioristic. Jadi, orang tersebut cocoknya dengan
metode yang lainnya seperti humanistic dan psikoanalisis.

8. Kelompok 9 : Wanda Dwi Putri


Pertanyaan: Mengapa objek penelitiannya adalah hewan (anjing, tikus
dan kucing) bukan ke hewan lain dan bagaimana implikasinya ke
manusia?
Jawaban: jadi, manusia termasuk kingdom animalia, artinya manusia
adalah hewan namun memiliki pikiran dan akal. Sehingga, bisa saja objek
penelitian atau percobaan dilakukan pada hewan dan berhasil diterapkan
pada manusia.

9. Kelompok 10 : Mega Suciyanti D


Pertanyaan: Bagaimana cara mengatasi seseorang jika reward dan
punishment tidak memengaruhi ?
Jawaban: jika seseorang sudah tidak bisa diterapkan reward dan
punishment, maka teori behavioristic tidak berlaku bagi individu itu
sendiri.

10. Kelompok 11 : Yushini H


Pertanyaan: Apakah teori ini tidak mementingkan mental/perasaan
seseorang?
Jawaban: iya, karena teori behavioristik tujuannya untuk terbiasa, jadi
ketika seseorang melakukan sesuatu yang dilakukan secara langsung

20
tanpa mementingkan mental. Sehingga , teori ini tidak ada kaitannya
dengan mental. Kalau mental itu termasuk kedalam teori psikoanalisis.

21

Anda mungkin juga menyukai