Anda di halaman 1dari 2

Montessori Interaksionis

Montessori adalah metode pendidikan yang dikhususkan untuk anak-anak. Sesuai Pembelajaran dalam kurikulum ini menekankan interaksi antara guru dengan

dengan namanya Montessori, metode ini pertama kali dikembangkan oleh dokter peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan lingkungan
sekaligus pendidik asal Italia bernama Dr. Maria Montessori pada tahun 1900. masyarakat, serta dengan sumber belajar lainnya. Dalam hal ini, siswa diajarkan

Ciri dari metode montessori yaitu membebaskan anak untuk memilih apa yang terkait dengan bagaimana menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh lingkungan

ingin mereka pelajari sesuai dengan tujuan dari metode montessori itu sendiri, yaitu masyarakat sekitar, sehingga mampu menciptakan kehidpan masyarakat yang
agar anak-anak mampu meraih potensinya dalam kehidupan. Metode montessori lebih

juga meyakini bahwa setiap anak memiliki kelebihan serta bakatnya masing- baik. Komponen dalam kurikulum interaksionisme:

masing. Selain itu, metode ini lebih menekankan pada kebebasan untuk a. Tujuan dan Isi Kurikulum, tujuan program pendidikan setiap tahun berubah

mengeksplorasi dan menanamkan kemandirian dengan batas-batas tertentu. b. Metode, metode yang digunakan yaitu dengan cara pendidik berusaha

Model Montessori menjabarkan


membentuk karakter anak didik yang bisa menemukan minat dan kebutuhannya,

tiga konsep sebagai kunci pembelajarannya, yaitu:


serta membuat anak didik agar bisa bekerja bersama dengan teman temannya,
a. Anak belajar jika melakukan aktivitas secara langsung
MODEL PENDIDIKAN DINI baik

ANAK BERBAKAT (MODEL


b. Anak bebas memilih apa yang dibutuhkannya untuk mengembangkan
MONTESSORI, BEHAVIORIST
teman dalam satu kelas maupun tetangga kelas dalam lingkungan sekolah.

kompetensinya.
DAN INTERAKSIONIS) c. Evaluasi, dalam kegiatan evaluasi keterlibatan anak didik diutamakan pada

c . Guru tidak boleh mendiktekan tujuan belajar kepada anak agar anak dapat
proses memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan digunakan. Evaluasi
memilih kegiatan dengan bebas sehingga tercipta suasana belajar yang
bukan sekedar menilai apa yang telah dikuasai oleh anak didik. tetapi juga menilai
menyenangkan pengaruh kegiatan dekolah terhadap masyarakat
Behaviorist

Teori belajar behaviorisme berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.

Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu melalui pembiasaan yang dilakukan sehari hari oleh anak. Misalnya saja: berdo'a
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, memina maaf

setiap melakukan kesalahan, dan lain sebagainya. Pada penerapannya atau proses belajar mengajar, teori belajar behavioristik sangat

tergantung dari beberapa aspek, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik murid, materi pelajaran, media pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran.
Pandangan yang mendasar tentang

hakikat teori belajar behavioristik adalah sebagai berikut:

a. Mementingkan pengaruh lingkungan

b. Mementingkan bagian-bagian

c. Mengutamakan reaksi

d. Hasil belajar terbentuk secara mekanis

e. Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu

f. Mementingkan pembentukan kebiasaan

g. Memecahkan masalah dilakukan dengan cara "trial and error"


Daftar Pustaka

Anita, Y. (2010). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada.

Dewi, dkk. (2021). Telaah Kurikulum dan Perencanaan PAUD. Jakarta: Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini.

Jazuli, M. (2019). Model-Model Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini. Jurnal


Pemikiran dan Ilmu Keislaman, 2(1), 125-138.

Anda mungkin juga menyukai