Dosen : Dr.Alizamar,M.pd,Kons
Oleh :
NIM : 18006328
2019
Konsep Dasar Asesmen Psikologi BK Non Tes
Hood & Johnson menjelaskan ada beberapa fungsi asesmen, diantaranya adalah untuk:
1. Menstimulasi klien maupun konselor mengenai berbagai isu permasalahan
2. Menjelaskan masalah yang senyatanya
3. Memberi alternatif solusi untuk masalah
4. Menyediakan metode untuk memperbandingkan alternatif sehingga dapat diambil keputusan
5. Memungkinkan evaluasi efektivitas konseling.
Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam asesmen (assesment need
areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu:
1. Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
status dari suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it) dengan apa yang diinginkan
(what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling; serta tujuan yang sudah
dituliskan/ ditetapkan atau outcome yang diharapkan dalam konseling.
2. Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi yang
dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–bagian program yang
efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien; untuk mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama. Di sinilah muncul fungsi evaluator dalam
asesmen, yang memberikan informasi-informasi nyata yang potensial. Hal inilah yang kemudian
membuat asesmen menjadi efektif, yang dapat membuat klien mampu membedakan latihan yang
dilakukan pada saat konseling dan penerapannya di kehidupan nyata dimana klien harus
membuat suatu keputusan, atau memilih alternatifaltenatif yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalahnya.
3. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan
program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang menjadikan program-program
tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
4. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan program,
yaitu yang berkenaan dengan:
(a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata,
(b) tujuan yang akan dicapai dalam program,
(c) program-progam yang berhasil,
(d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang
lain.
5. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study of
Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna
bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai dasar untuk memberikan
sertifikasi kepada klien. Dalam hal ini evaluator berfungsi pemberi informasi mengenai hasil
evaluasi yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan dan konseling
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konselee mengenali dan menerima permasalahan
yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah
2. Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konseli maupun konselor dalam mengetahui
masalah yang dihadapi konseli secara mendetil
3. Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan
oleh konseli
4. Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan dengan
memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif tersebut
5. Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi beban
masalah konseli atau belum Selain itu, asesmen digunakan pula untuk menentukan variabel
pengontrol dalam permasalahan yang dihadapi konseli, untuk memilih/mengembangkan
intervensi terhadap area yang bermasalah, atau dengan kata lain menjadi dasar untuk mendesain
dan mengelola terapi, untuk membantu mengevaluasi intervensi, serta untuk menyediakan
informasi yang relevan untuk pertanyaan-pertanyaan yang muncul untuk setiap fase konseling.
Pada asesmen berbasis individu, asesmen dipakai untuk mengumpulkan informasi asli
atau autentik mengenai konseli sehingga diperoleh informasi menyeluruh tentang diri konseli
secara utuh, dan untuk memberikan penilaian yang objektif. Selain itu, secara terperinci asesmen
berbasis individu bertujuan untuk:
1. Mengembangkan cara konseli merespon (verbal dan/atau non verbal) pertanyaanpertanyaan
yang disampaikan oleh guru BK.
2. Melatih konseli untuk berpikir dalam upaya pemecahan masalah 3.
Membentuk kemandirian konselee dalam berbagai masalah atau membentuk individu menjadi
mandiri.
4. Melatih konseli mengemukakan apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan. melalui proses
konseling.
5. Membentuk individu yang terbuka dalam berbagai hal, termasuk membuka diri dalam
konseling
6. Membina kerjasama yang baik dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
7. Membelajarkan konseli untuk menilai terhadap cara melaksanakan keputusannya secara
konsekuen.
C. Penggunaan Asesmen Psikologi BK non tes bagi guru,konselor ,wali kelas,orang tua dan
siswa
2. JENIS-JENIS WAWANCARA
Jenis-jenis wawancara dapat dikelompokkan menurut responden dan menurut prosedur.
a. Wawancara menurut responden
Dapat dibedakan menjadi wawancara langsung dan wawancara tidak langsung. Wawancara
langsung dilakukan dengan berhadapan langsung dengan mahasiswa yang ingin diketahui data-
datanya.
b. Wawancara menurut prosedur
Dapat dibedakan menjadi wawancara terstruktur, tidak terstruktur dan kombinasi keduanya.
Wawancara terstruktur : ketika melakukan wawancara, pewawancara telah menyusun pedoman
wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan secara terinci.
Wawancara tidak terstruktur : ketika melakukan wawancara, pewawancara menggunakan
pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pertanyaan saja, dan mengembangkan sendiri
pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan data atau informasi yang diinginkan.
kombinasi : pewawancara dapat menggunakan sekaligus kedua jenis wawancara dengan tujuan
untuk mendapatkan data atau informasi yang maksimal dari individu.
Tujuan observasi atau pengamatan adalah mendapatkan data dari obyek pengamatan yang sesuai
dengan tujuan dilakukannya observasi.
Observasi atau pengamatan dalam bimbingan dan konseling perlu memperhatikan beberapa hal
diantaranya :
- Observasi yang bertujuan untuk melakukan analisis individual harus fokus pada satu orang.
-Observasi hendaknya dilakukan secara intens atau sering dengan terlebih dahulu menetapkan
kriteria spesifik terhadap tujuan observasi. Misalnya ingin mengobservasi sikap seorang
mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan.
- Pengamatan hendaknya dilakukan pada beberapa periode waktu. Meskipun tidak ada ketentuan
khusus namun semakin sering dan semakin lama pengamatan dilakukan, maka hasil pengamatan
akan lebih baik dan dapat dipercaya.
- Pengamatan hendaknya dilakukan dalam situasi-situasi yang berbeda dan natural. Karena pada
situasi natural akan tampak tingkah laku yang natural pula. Sedangkan pengamatan yang
dilakukan pada situasi berbeda akan diketahui bahwa beberapa tingkah laku tidak akan muncul
karena terhambat oleh situasi atau lingkungan tertentu.
- Saat pengamatan dilakukan pengamat hendaknya tidak mengabaikan berbagai kondisi interaksi
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku.
-Data yang diperoleh melalui hasil observasi hendaknya diintegrasikan bersama dengan data
yang diperoleh melalui instrumen lain agar dapat dianalisa secara komprehensif.
-Kondisi pengamatan harus dalam keadaan baik, seperti kondisi pengamat dan situasi
pengamatan agar hasil pengamatan tidak bias.
2. JENIS-JENIS OBSERVASI
Terdapat beberapa jenis observasi berdasarkan pengelompokkannya yaitu:
Berdasarkan keterlibatan pengamat: observasi partisipasi, observasi non partisipasi dan observasi
quasi partisipasi.
Berdasarkan perencanaan: observasi sistematis/terstruktur,observasi non sistematis/tidak
terstruktur
Berdasarkan situasi: observasi bebas, observasi yang dimanipulasi, observasi yang merupakan
perpaduan antara keduanya.
Penjelasan:
- Observasi partisipasi
Pada observasi ini , observer turut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi kehidupan
individu yang sedang diamati. Misalkan turut berpartisipasi pada saat berolah raga, pada saat
kerja kelompok, sehingga dapat mengamati setiap gejala yang menjadi obyek pengamatan.
-. Observasi sistematis/terstruktur
Pada observasi ini telah ditetapkan kerangka pengamatan secara sistematis, seperti: tujuan
pengamatan, individu yang akan diamati, tempat dan waktu pengamatan, frekuensi pengamatan
yang akan dilakukan, metode pencatat pengamatan yang akan digunakan,menentukan siapa yang
akan menjadi pengamat, gejala, tingkah laku apa yang akan diamati telah ditetapkan kategorinya,
sehingga pengamat tinggal melakukan pengecekan .
-. Observasi bebas
Observasi dilakukan pada situasi bebas yang diikuti oleh individu yang sedang diamati. Misalnya
mengamati aktivitas individu dalam berbagai situasi di dalam kampus.
Daftar Pustaka :
Hood, A.B., & Johnson, R.W., 1993. Assessment in Counseling: a Guide to the Use
Psychological Assessment Procedures. American Counseling Assocition
Ratna Widiastuti. 2010. “Asessmen Intrumen Untuk Melakukan Asesmen dalam Bimbingan dan
Konseling
Fauzan, L (Editor). 2001. Program Analisis Tes Bakat Diferensial (DAT). Malang: LPIU
DUELike Universitas Negeri Malang Program Studi Bimbingan dan Konseling.Konseling”.
(online), (http://blog.unila.ac.id, diakses 29 Agustus 2019).