Teknologi informasi memiliki peran penting dalam perkembangan bimbingan dan konseling di
sekolah. Begitu pula dalam konteks evaluasi dan supervisinya. Dengan adanya teknologi
informasi, pelaksanaan evaluasi dan supervisi akan semakin efektif dengan didukung oleh sarana
dan prasarana yang memadai. Berikut dibawah ini beberapa pengertian evaluasi dan supervisi
menurut beberapa ahli
Kegiatan menilai atau evaluasi merupakan kegiatan yang tidak bisa kita hiraukan begitu saja
dalam kehidupan sehari-hari. Suharsimi Arikunto (2011) menjelaskan istilah penilaian tidak
asing lagi bagi siapa pun, baik bagi mereka yang bekerja di kalangan pendidikan maupun bukan.
Istilah tersebut seringkali dipertukarkan dengan kata lain yang lebih populer yaitu evaluasi.
Disadari atau tidak, apapun bentuk kegiatan yang kita lakukan selalu ada penilaian/evaluasi, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Supervisi bimbingan dan konseling merupakan suatu relasi antara supervisor dan konselor
(supervisee) dimana supervisor (konselor senior) memberi dukungan dan bantuan untuk
meningkatkan mutu kinerja professional supervisee. Tertumpu pada satu prinsip yang mengakui
setiap manusia itu mempunyai potensi untuk berkembang.
Supervisi bimbingan dan konseling memiliki arah dan tujuan yaitu mengontrol kegiatan-kegiatan
dari para personil bimbingan yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab m,ereka
masing-masing, adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang diteumi para personil
bimbingan, memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang ditemui,
serta memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancer kea rah pencapaiantujuan
sebagaimana yang telah ditetapkan
Dalam pelaksanaan supervisi, ada beberapa aspek yang dijadikan objek dalam supervisi yaitu
aspek ketenagaan, aspek organisasi, aspek kegiatan, aspek sarana dan prasarana, dan aspek
laporan.
Supervisor sebagai konselor senior yang bertugas untuk memberikan arahan dan dorongan
motivasi kepada konselor agar senantiasa mampu mengevaluasi diri dan mengembangkan mutu
kinerja konselor, terus memantau mutu kinerja konselor dalam waktu yang ditentukan. Dalam
memantau mutu kinerja konselor, supervisor bukan berarti sebagai “pengintip” atau dapat
dikatakan pengawas yang bermaksud mengintimidasi. Namun, supervisor disini bertugas sebagai
pengawas yang senantiasa memantau mutu kinerja konselor dalam pelaksanaan tugasnya.
Untuk memantau kinerja konselor, dengan penggunaan aplikasi tekonologi informasi terhadap
evaluasi dan supervisi bimbingan dan konseling, supervisor sekarang lebih efektif dan efisien
dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang supervisor yang senantiasa mengawasi konselor.
Dengan adanya pemanfaatan aplikasi teknologi informasi, pelaksanaan evaluasi dan supervisi
dalam bimbingan dan konseling pun sekarang sudah efektif dan efisien untuk dijalankan. Tinggal
bagaimana kita untuk memanfaatkan aplikasi teknologi informasi tersebut menjadi sebuah alat
yang memudahkan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mengembangkan kemampuan beserta
keterampilan kita dalam penggunaan serta pemanfaatan aplikasi teknologi informasi agar
pelaksanaan evaluasi dan supervisi berjalan dengan lancer,efektif, dan efisien.
2. Teknik-Teknik Supervisi
Ada bermacam- macam teknik supervisi dalam upaya pembinaan kemampuan konselor, yang meliputi
pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin, profesional, perpustakaan profesional, laboraturium
kurikulum, penilaian konselor, demostrasi bimbingan, darmawisata, lokakarya, kunjungan atar kelas,
bacaan profesional, survei masyarakat sekolah. Sedangkan, teknikteknik supervisi tersebut
bisadikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan tenik supervisi
kelompok. Kegiatan supervisi dapat dilakukan melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran
untuk mengubah proses belajar mengajar menjadi kegiatan yang efektif dan efisien. Dalam
pelaksanaannya, tentu saja menggunakan teknikteknik supervisi yang merupakan bagian pokok dalam
pelaksanaan supervisi pendidikan, maka dari itu teknik dalam melaksanakan supervisi pendidikan
diantaranya adalah “teknik perseorangan dan teknik kelompok”. Teknik individu, yang meliputi :
kunjungan kelas, observasi kelas dan percakapan pribadi dan Teknik kelompok. yang meliputi: orientasi
bagi guru-guru baru rapat guru, studi kelompok antar guru, tukar menukar pengalaman, lokakarya,
diskusi, seminar. Piet A. Sahertian dan Ida Alaida Sahertian (1990) mengemukakan tiga cara pendekatan
supervisi pengajaran yaitu supervisi yang bersifat directive, collaborative dan non-directive yaitu
inspeksi dan supervisi yang bercorak demokratis. Bertolak dari pendapat diatas maka model supervisi
bimbingan konseling meliputi Inspeksi ( supervisi yang bersifat directive), non-directive dan collaborative
(supervisi yang bersifat demokratis).
3. Kriteria Supervisi Bimbingan Konseling Keputusan MENPAN nomor 118 tahun 1996, menetapkan
persyaratan umum dan khusus untuk di angkat dalam jabatan pengawas sekolah. Syaratsyarat tersebut
berlaku bagi pengawas BK. a. Syarat umum: Pegawai negeri sipil yang memenuhi angka kriteria yang
ditentukan, berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru sekurangkurangnya selama enam tahun
berturut-turut, telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan dibidang pengawasan sekolah dan
memperoleh surat tanda tamat pendidikan, setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-
kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir dan sia setinggi-tingginya lima tahun sebelum
mencapai batas usia pensiun jabatan pengawas sekolah. b. Syarat khusus: Pendidikan serendah-
rendahnya sarjana atau yang sederajat. berkedudukan serendah-rendahnya guru dewasa, memiliki
spesialisasi atau jurusan program bimbingan dan konseling atau bimbingan dan penyuluhan, dan kepala
sekolah sebagai Supervisor Pendidikan. Dalam bidang supervisi kepala sekolah mempunyai tugas dan
bertanggung jawab memajukan pengajaran melalui peningkatan profesi guru secara terus menerus.
Adapun tugas kepala sekolah tersebut, sebagai berikut: Membantu guru memahami tujuan pendidikan
dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut, membantu guru melihat secara lebih jelas
dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, membentuk moral kelompok yang kuat dan
mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, dan meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu
dari strategi, keahlian dan alat pembelajaran. Betapa Pentingnya tujuan pendidikan, Ahmad dkk,
menambahkan bahwa Pendidikan pada usia remaja menjadi momen yang penting dalam menentukan
karakter seseorang setelah dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Diniaty, Amirah. 2012. Evaluasi Bimbingan Konseling. Riau: Zanafa Publishing
Khoiriyah, Nurlailatul. 2012. Supervisi Bimbingan dan Konseling.[online]
tersedia:http://konselingnur.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html
(11April 2013)
Pratiwi, Aprillia, dkk. (2011). “Aplikasi TI dalam Evaluasi dan Supervisi BK”. Makalah pada
Mata Kuliah Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan UPI, Bandung.
Ahmad, S., Kristiawan, M., Tobari, T., & Suhono, S. (2017). Desain Pembelajaran SMA Plus Negeri 2
Banyuasin III Berbasis Karakter Di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Iqra': Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan,
2(2), 403-432.
Cahyono, Heri, Suhono Suhono, dan Aisyah Khumairo. “Pendidikan Karakter Bagi Pelaku Pedofilia
(Sebuah Strategi Dalam Mengatasi Amoral).” JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
Pendidikan) 3, no. 1 (2017).