Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 7

PSIKOLOGI KONSELING

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan (Readines) Konselor Dan Klien Dalam


Konseling

O L E H :
DINA AMELIA
20006012

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan (Readines) Konselor Dan Klien Dalam
Konseling

Kesiapan dalam konseling merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi oleh konselor
dan klien sebelum hubungan konseling antara konselor dan klien dimulai. dalam hubungan
konseling yang perlu dipersiapkan adalah konselor, klien, rapport (hubungan harmonis konselor-
klien), serta masalah klien dan kriterianya. Untuk itu dalam mempersiapkan hal tersebut
diperlukan cara-cara seperti berikut ini:

1. Faktor yang mempengaruhi klien


Dalam hal kesiapan klien untuk melakukan konseling akan tergantung dari hal-hal
berikut:
a. Motivasi klien untuk memperoleh bantuan dari konselor mengenai permasalahannya
b. Berbagai pengetahuan klien mengenai konseling
c. Kecakapan intelektual dari klien sendiri
d. Tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri
e. Harapan-harapan klien terhadap konselor
f. Sistem pertahanan (Defense Mechanism) dari klien sendiri

Namun terdapat beberapa hambatan dalam mencapai kegiatan konseling yang paling
sering dijumpai, diantaranya adalah:
a. Penolakan secara kultural terhadap hal-hal diatas, sebagaimana kekuatan kultural dalam
mempengaruhi cara pandang atau persepsi seseorang yang hal ini akan mempengaruhi
berbagai kesiapan klien dalam menghadapi konseling.
b. Situasi fisik dalam konseling, seperti kondisi klien, kondisi lingkungan dari ruangan
konseling, dan hal-hal bersifat fisik lainnya.
c. Pengalaman pertama dalam konseling yang tidak menyenangkan, hal ini akan
mempengaruhi persepsi klien terhadap konseling.
d. Kurangnya pengertian terhadap konseling
e. Kurang dapat melakukan pendekatan terhadap klien
f. Di dalam sebuah lembaga, kurang terdapat iklim penerimaan terhadap konseling.

Menurut Zadrian Ardi (2011) kesiapan klien dalam memulai sebuah proses konseling
merupakan hal penting yang akan berpengaruh terhadap kesuksesan konseling itu sendiri. Hal ini
dapat ditempuh dengan melalui berbagai metoda-metoda yang diantaranya adalah:
a) Melalui pembicaraan dengan berbagai pihak/lembaga mengenai topik-topik masalah dan
pelayanan konseling yang diberikan
b) Menciptakan iklim kelembagaan yang merangsang untuk meminta bantuan
c) Menghubungi sumber-sumber yang referral atau sesuai, misalnya berasal dari organisasi
seperti sekolah, maupun berasal dari guru dan sebagainya.
d) Memberikan informasi kepada klien tertentu tentang dirinya dan prospeknya.
e) Melalui proses pendidikan itu sendiri
f) Teknik-teknik survey terhadap masalah-masalah klien
g) Orientasi pra-konseling, hal ini dapat berupa teknik penstrukturan maupun hal-hal yang
bersifat fisik.

Kesiapan klien juga dapat terganggu apabila klien tersebut merupakan klien yang bersifat
“kiriman” karena sesuatu hal, hal ini sering terjadi dalam sebuah lembaga seperti sekolah
maupun sebuah perusahaan. Bagi klien yang tidak datang atas kemauan sendiri, pengalaman
menunjukkan bahwa akan sangatlah menguntungkan jika penyuluh segera membahas tanggapan
klien tentang keberadaan klien saat itu dihadapan konselor. Dalam hal ini menurut Munro, dkk
(1983: 37-38) konselor dapat:
1. Menanyakan kepada klien, bahwa siapa yang menyuruh klien tersebut datang kepada
konselor. Yang hal ini bermanfaat untuk informasi awal bagi konselor.
2. Memberikan alasan mengapa klien diminta datang menghadap konselor, misalnya dengan
bertanya kepada klien, “Pak Joni mengganggap kamu (klien) agak kurang bergairah di
dalam kelas dan hasil belajarmu menurun,”
3. Mengemukakan kepada klien tentang hal-hal yang dapat diberikan oleh seorang konselor
kepada klien selama proses konseling
4. Mengajak klien untuk mengemukakan perasaan yang dialaminya dalam suasana saat itu.
Apakah dia marah? Takut? Bingung? Tidak menentu? Atau bagaimananya.
5. Menekankan bahwa klien bebas memilih untuk tetap berada di tempat itu (bersama
konselor) atau pergi. Seringkal, jika klien menyadari bahwa dia boleh saja secara bebas
membatalkan pertemuannya dengan konselor, justru dapat merupakan langkah pertama
dalam membina sikap percaya klien terhadap konselor yang selanjutnya akan menjadi
pendorong baginya untuk datang secara sukarela kepada konselor.
6. Menyarankan bahwa jika klien tersebut menolak konselor sebagai seseorang yang dapat
membantu klien tersebut, ada sumber-sumber (orang-orang) lain dapat dimintai
bantuannya untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tunjukkan nama mereka jika
klien memang berminat.

2. Metode Menyiapkan Klien


Metode dalam mempersiapkan klien :

 Talking
Membicarakan/mendiskusikan pentingnya pelaksanaan proses konseling berkaitan
dengan permasalahan yang dialami klien,
 Institutional climate conducive to seeking help
Memotivasi klien untuk mencari/menghubungi lembaga/agen yang dapat memberikan
bantuan secara khusus berkaitan dengan permasalahan yang dialami,
 Instructional referral soucrces
Melakukan alih tangan (referral) kasus ketika permasalahan yang dihadapi
membutuhkan bantuan ahli secara spesifik,
 Information about themselves
Memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan klien, Memotivasi klien
untuk mengikuti proses “pendidikan” secara khusus dan intensif berkaitan dengan
permasalahannya.

3. Membangun Rapport
Rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan keharmonisan,
kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport  dimulai dengan persetujuan,
kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan rasa persamaan,
timbullah kesukaan terhadap satu sama lain. Jika anda menekunkan pada perbedaan, maka anda
akan sulit mencapai rapport. Sebaliknya jika anda menekankan pada pandangan persamaan dan
rasa bebagi maka sikap resisten dan berlawanan akan hilang. Jika sikap dan persamaan ini
tumbuh maka terjadilah rapport.
Didalam konseling, seorang konselor harus mampu menciptakan rapport. Beberapa cara
untuk membangun rapport adalah:
a. Pribadi konselor harus empati, merasakan apa yang dirasakan klliennya. Dia juga harus
terbuka, menerima tanpa syarat, dan mempunyai rasa hormat dan menghargai.
b. Konselor harus mamu membaca perilaku nonverbal klien. Terutama yang berhubungan
dengan bahasa lisannya.
c. Adanya rasa kebersamaan , intim, akrab, dan minat membantu tanpa pamrih. Artinya ada
keikhlasan, kerelaan, dan kejujuran pada diri konselor.

Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan
mengenal tujuan bersama .tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara
konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan
masalahnya.melalui teknik ini akan tercipta hubungan yang akrab antara konselor dan kliennya
yang ditandai dengan saling memperdayai.implementasi teknik rapport dalam konseling adalah:
a. Pemberian salam yang menyenangkan
b. Menetapkan topic pembicaraan yang sesuai.
c. Susunan ruang konseling yang menyenangkan
d. Sikap yang ditandai dengan:
1) Kehangatan emosi
2) Realisasi tujuan bersama
3) Menjamin kerahasiaan klien
4) Kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.
Kepustakaan

Ifdil. Readiness And Diagnosis In Counseling And Psikoterapy.


Http://Konselingindonesia.Com/Index.Php?
Option=Com_Content&Task=View&Id=82&Itemid=91, Diakses Pada 4 November 2015

Munro E.A. 1983. Penyuluhan (Suatu Pendekatan Berdasarkan Keterampilan) (Alih Bahasa
Oleh Erman Amti). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prayitno. 2012. Dasar Dinamika Hubungan Konseling. Padang: FIP UNP.

Zadrian Ardi. 2011. Cara Menyiapkan Klien Dalam Konseling. Http://Za-Doc.Blogspot.Com/.


Diakses Pada 4 November 2015.

Anda mungkin juga menyukai