Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 4

BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR


“Work Adjustment Theory”
Dosen Pengampu Dra. Zikra, M.Pd., Kons.

Oleh
Amanda aulia putri
21006002

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Dawis dan Lofquist menuliskan bahwa kepuasan adalah

karakteristik teori indikator kunci dalam penyusunan kerja,kepuasan,dapat


berhubungan dengan pergantian dan absensi dalam duia
kerja

Theory Work Adjustment merupakan kesesuaian


manusia - lingkungan (person environment fit) atau
Konsep-Konsep Dasar Teori
work Adjustment Theory

yang memfokuskan pada work related outcomes


seperti kepuasan,kinerja,dan masa kerja.

Kekuatan dalam teori ini adalah dapat secara jelas


mengemukakan langkahlangkah yang telah
dikembangkan untuk mengukur berbagai variabel
yang dikaitkan

Kekuatan dan Kelemahan


Kelemahan dalam teori ini adalah ketidakmampuan
untuk menjelaskan dengan akurat antar individu
yang mengalami incongruence atau yang bisa
disebut dengan individu yang memiliki
kecenderungan untuk mengganti dunia kerja

Penerapan dalam Pelayanan Konseling Dalam tahap ini guru bimbingan konseling
menjelaskan tentang pengertian bimbingan
disekolah dan Luar Sekolah dalam bentuk konseling klasikal,bimbingan kelompok serta
program menjelaskan tujuan ,manfaat dan harapan

A. Konsep-Konsep Dasar Teori


The Theory of Work Adjustment (TWA) menyatakan bahwa kepuasan kerja
didefinisikan sebagai hubungan antara penguat (reinforcers) dalam Iingkungan kerja
dan kebutuhan (needs) seseorang. Semakin dekat hubungan antara reinforcers dan
needs maka semakin tinggi kepuasan kerja. Dawis (2000) menguraikan bahwa TWA
berasal dari The Work Adjustment Project, yang merupakan proyek jangka panjang
untuk mencari ukuran work related needs yang dilakukan oleh Rene V. Dawis,
L1yoid Lofquist, George England, David Weiss, dimulai tahun 1957 sampai 1997.
TWA menguraikan hubungan antara individual dengan lingkungan kerjanya dan dari
studinya, mereka menetapkan:
1. Needs sebagai aspek-aspek pekerjaan yang dianggap penting oleh para pekerja.
2. Aspek-aspek pekerjaan tersebut dianggap penting karena diwujudkan dalam
kepuasan kerja para pekerja. Aspek-aspek pekerjaan yang dianggap penting
dipandang sebagai penguat (reinforcers) perilaku kerja. Karenanya, mereka
mendefinisikan needs sebagai "preferences for reinforcers."
Theory Work Adjustment merupakan kesesuaian manusia - lingkungan
(person environment fit) atau yang memfokuskan pada work related outcomes
seperti kepuasan, kinerja, dan masa kerja. Untuk tetap berada dalam lingkungan,
individual harus mencapai suatu derajat correspondence tertentu. Suatu level
correspondence yang tinggi antara abilities dan job requirements dikombinasikan
dengan needs dan rewards dari lingkungan berasosiasi dengan kepuasan kerja
(Bengen, 2002).

B. Karakteristik Teori
Dalam Perkembangannya Rene Dawis dan Lofquistserta beberapa rekan
kerjanya sudah memperkenalkan teori penyesuaian kerja kurang lebih dari 30 tahun
yang lalu, teori ini didasari dari hasil penelitian “Trait and Type” di Universitas
Minnesota dan merevisi beberapa bagian. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa
setiap individu ingin mencapai prestasi dalam bekerja dan dalam pencapaiannya
seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya setiap orang memiliki
lingkungan yang berbeda, tetapi seseorang tersebut hanya terfokus pada salah satu
lingkungan dalam kehidupannya. Maka dalam berinteraksi dengan lingkungan
seseorang tidak langsung berhasil begitu saja, tetapi memerlukan suatu proses yang
dinamis dan waktu yang relatif lama.
Kemudian dalam berinteraksi dengan lingkungan tersebut seseorang dapat
memilih serta mengaktualisasikan diri dengan salah satu pekerjaan, dengan itu
seseorang telah mengikuti proses penyesuaian kerja. Dan apabila kebetuhan individu
berubah. Maka ia tidak puas dalam satu pekerjaan tertentu, lagi dengan artinya
tuntutan pekerjaan juga berubah, maka individu tersebut dalam waktu tertentu harus
menyesuaikan diri lagi dengan tuntutan tersebut. Dengan kata lain teori penyesuaian
kerja membutuhkan waktu yang lama atau selama masa jabatan. Hal ini berhubungan
dengan masa jabatan, konsep kerja, dan penampilan dalam bekerja.
Dawis dan Lofquist menuliskan bahwa kepuasan adalah indikator kunci dalam
penyesuaian kerja. Kepuasan dan pemuasan kerja dapat berhubungandengan
pergantian, absensi, keterlambatan dalam bekerja, kesetian dalam bekerja, kesetian
pada pekerjaan, menjaga moral kerja dan produksi. Dalam dunia kerja ada dua hal
yang tidak bisa dipisahkan yaitu karyawan dan perusahaan.
Seseorang yang dapat menyesuaikan dirinya dengan pekerjaannya yaitu
apabila terdapat adanya penyesuaian kerja. Untuk itu merupakan keharusan bagi
perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja yang dapat membuat karyawan
puas bekerja diperusahaan.

C. Kekuatan dan Kelemahan


Kekuatan dalam teori ini adalah dapat secara jelas mengemukakan langkah-
langkah yang telah dikembangkan untuk mengukur berbagai variabel yang dikaitkan
dengan teori, termasuk langkah-langkah mengukur kebutuhan, nilai-nilai dan
kepuasan, keterampilan dan kemampuan, kepuasan perusahaan, dan indeks-indeks
korespondensi (Darwis, 2008).
Kelemahan dalam teori ini adalah ketidakmampuan untuk menjelaskan dengan
akurat antara individu yang mengalami incongruence atau yang bisa disebut dengan
individu yang memiliki kecenderungan untuk mengganti pekerjaan. Dalam teori ini
juga mengabaikan faktor minat, keinginan, perasaan dan daya adaptasi individu
pada lingkungan kerja yang baru.
D. Penerapan dalam Pelayanan Konseling disekolah dan Luar Sekolah dalam Bentuk
Program
Dalam tahap ini guru bimbingan konseling menjelaskan tentang pengertian
bimbingan,konseling karir, bimbingan kelompok serta menjelaskan tujuan, manfaat dan
harapan yang ingin dicapai setelah melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok ini.
Selain menjelaskan hal yang tersebut diatas, guru bimbingankon seling juga menjelaskan
tentang asas-asas yang digunakan dalam bimbingan kelompok, hal ini sangat penting
dijelaskan agar siswa merasanyaman dan percaya sehingga siswa mengungkapkan semua
masalah yang dihadapinya tanpa rasa ragu. Setelah menjelaskan, guru bimbingan
konseling memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perkenalan, setiap
anggota kelompok memperkenalkan dirinya masing- masing, setelah memperkenalkan
diri guru bimbingan konseling menjelaskan tujuan diadakannya perkenalanya itu agar
kebersamaan antara kelompok terbangun dan saling terbuka.
Selanjutnya guru bimbingan konseling mulai mengutarakan tentang tujuan
dilaksanakannya bimbingan kelompok ini dan setiap anggota mulai mengungkapka
tujuan mereka masing-masing. Namun diperoleh satu kesamaan permasalahan yang
dihadapi siswa yaitu permasalahan rendahnya minat siswa melanjutkan studi.
Setelah melakukan tahap pembentukan maka tahap selanjutnya yaitu tahap
peralihan dimana pemimpin kelompok menjelaskan kepada anggota kelompok
bahwasanya kegiatan yang berteman rendahnya minat melanjutkan studi ini dapat
berja;an dengan lancar dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada tahap peralihan ini
pemimpin kelompok atau guru BK lebih memfokuskan pada permasalahan siswa yaitu
rendahnya minat siswa melanjutkan studi. Sebagaimana yang dikatakan oleh guru BK: “
anak-anak apakah kalian semua sudah siap dalam mengikuti kegiatan ini? Ibu berharap
kalian dapat mengikuti kegiatan ini sampai akhir dan ibu berharap disaat ibu bertanya
dan memberikan kesempatan kalian untuk berbicara atau beragumen ibu harap kalian
dapat berbicara dengan sejujur- jujurnya tanpa adanya rasa malu, karena harapan kita
semua dengan adanya kegiatan ini masalah yang dihadapi tentang rendahnya minat
belajar bisa teratasi”. Berdasarkan pemaparan pemimpin kelompok diatas, sudah jelas
bahwa anggota kelompok sudah siap dalam mengikuti kegiatan ini sampai akhir dan siap
dalam melanjutkan ke tahap selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
Bengen, D G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut serta Prinsip
Pengelolaannya Cetakan Kedua. Bogor: Pusat Kajian Sumber.

Darwis D, dkk, 2008. Gangguan Keseimbangan Air, Elektrolit, dan Asam Basa, Edisi

II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI :


Goetsch, L. Davis. 2000. Quality Management for Production, Processing, and
Services. Columbus: Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai