Dosen Pengampu
OLEH
21006002
2022
konsep
dasar trait
and factor
penerapan
dalam pendkatan dan
pelayanan perkembangan
konseling di karir trait and
sekolah dan luar factor
sekolah
trait
and
factor
kekuatan dan asusmsi trait
kelemahan and factor
teori trait salam
and factor konseling
karakteristik
teori trait
and factor
A. Konsep Dasar Trait and Factor
Dalam pendekatan trait and factor, individu tersebut telah mengerti pola dari
perilaku seperti ketertarikan, tingkah laku, pencapaian, dan karakteristik kepribadian,
yang dikenal melalui maksud yang objektif, seperti biasanya tes psikologi ataupun
inventori, dan profil yang mewakili potensi dari si individu tadi. Pendekatan trait dan
faktor ini beranggapan kesamaan pekerjaan, hal inilah merupakan terdiri dari faktor
yang dibutuhkan dalam kesuksesan performa kerja yang bisa diprofilkan berdasarkan
kepada banyak trait yang dibutuhkan individu tadi.
1. Konseli mendapatkan data yang akurat dan valid tentang dirinya, yang diperoleh
melalui berbagai tes psikologi dan non tes psikologi yang dikerjakan oleh
konselor secara ilmiah.
2. Konseli mendapatkan berbagai informasi dunia kerja dan berbagai persyaratan
yang mesti dimiliki untuk memasuki dunia kerja tersebut.
3. Konseli mendapatkan berbagai tawaran terhadap pilihan pekerjaan, kepuasan karir
dan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapinya.
4. Konseli akan lebih puas apabila mendapatkan karir sesuai dengan analisis sifat
dan faktor. Kemungkinan tingkat keberhasilan dan kesuksesan dalam menggeluti
karir akan lebih tinggi.
Dalam pandangan Ginzberg. Teori ini lahir merupakan usaha bersama para
ahli yang terdiri dari seorang ekonom , seorang psikiater, seorang sosiolog, dan
seorang psikolog, diantara mereka adalah Ginzberg, Ginburg, Axelrad, dan Herma
(1951), mereka inilah yang memberi pandangan bahwa pemilihan karir adalah suatu
proses yang terbuka sepanjang waktu. Ginzberg (dalam Hadiarni, Irman 2009: 122)
menyatakan bahwa pilihan jabatan tidak hanya terjadi sekali saja, melainkan
mengalami proses perkembangan yang meliputi jangka waktu antara 6-15 tahun.
Adapun yang menjadi dasar pandangan Ginzberg (dalam Manrihu, 1992: 88-89)
tentang pilihan okupasional adalah sebagai berikut:
1. Pilihan okupasional adalah suatu proses perkembangan yang secara khas
berlangsung sepanjang periode umur 10 sampai 15 tahun.
2. Proses itu sebagian besar tidak dapat diubah.
3. Pilihan okupasional berakhir dalam suatu kompromi antara minatminat,
kapasitas-kapasitas, nilai nilai, dan kesempatan-kesempatan.
4. Ada tiga periode pilihan okupasional fantasi, tentatif, dan realistik.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan okupasional seseorang adalah nilai-
nilai individu, faktorfaktor emosional, taraf dan jenis pendidikan, serta dampak
realitas melalui tekanan-tekanan lingkungan.
F. Penerapan Program Layanan BK di Sekolah dan Luar Sekolah
Penerapam utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karir untuk berbagai
individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi
dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-
individu kepada tujuan. Dengan demikian, dapat direkomendasikan tujuan-tujuan
untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karir di sekolah menengah sebagai berikut:
1. Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus
dari tujuan-tujuan karier.
2. Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna
mengimplementasikan tujuan-tujuan karir.
3. Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat
memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah
lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih
lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang
mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus (Daku,
2009).
Terdapat empat kegiatan bimbingan karir, yaitu sebagai berikut:
1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak
dikembangkan
2. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang
hendak dikembangkan
3. Pemantapan pengembangan diri untuk pengambilan keputusan pemilihan karir
sesuai dengan potensi yang dimilikinya
4. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kepentingan hidup, orientasi dan informasi terhadap pendidikan
yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.
Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan karir itu sebagai berikut:
1. Bersama pendidik dan personal sekolah lainnya, konselor berpartisipasi secara
aktif dalam kegiatan bimbingan karir dan konseling yang bersifat rutin, insidental,
dan keteladanan.
2. Program bimbingan karir dan konseling yang direncanakan dalam bentuk satuan
layanan (SATLAN) dan satuan pendukung (SATKUNG) dilaksanakan sesuai
dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang
terkait.
3. Pelaksanaan kegiatan bimbingan karir dan konseling:
a. Di dalam jam pembelajaran:
1. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan siswa untuk
menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran,
penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain
yang dapat dilakukan di dalam kelas.
2. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per
minggu dan dilaksanakan secara terjadwal.
3. Kegiatan tidak tatap muka dengan siswa untuk menyelenggarakan layanan
konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah,
pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
b. Diluar jam pembelajaran:
1. Kegiatan tatap muka dengan siswa untuk menyelenggarakan layanan
orientasi, karir perseorangan, bimbingan kelompok, karir kelompok, dan
mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas;
2. Satu kali kegiatan layanan/pendukung karir di luar kelas/di luar
3. jam pembelajaran ekuivalen dengan dua jam pembelajaran tatap muka
dalam kelas.
4. Kegiatan bimbingan karir dan konseling di luar jam pembelajaran
sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan karir,
diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah.
c. Volume kegiatan mingguan konselor disusun dengan memerhatikan hal
berikut.
1. Siswa yang diasuh seorang konselor berjumlah ±150 orang.
2. Jumlah jam pembelajaran wajib: sesuai peraturan yang berlaku.
3. Satu kali kegiatan layanan atau pendukung bimbingan karir dan konseling
ekuivalen dengan 2 jam pembelajaran.
4. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan bimbingan karir dan
konseling di dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh
konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah.
d. Program bimbingan karir dan konseling pada masing-masing satuan
sekolah/madrasah dikelola dengan memerhatikan keseimbangan dan
kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan
menyingkronkan program bimbingan karir dan konseling dengan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler, serta
mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah dan
madrasah. Kegiatan bimbingan karir dan konseling dicatat dalam laporan
pelaksanaan program (LAPELPROG). (Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani
dalam Salahudin, 2016, hal. 123-125).
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, R., & Hidayat, D. R. (2022). ANALISIS TERHADAP TRAIT AND FACTOR
THEORY DAN IMPLIKASINYA DALAM LAYANAN BIMBINGAN KARIR. Jurnal
Mahasiswa BK An-Nur: Berbeda, Bermakna, Mulia, 8(1), 121-127.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Pers
Abubakar, S. R. (2011). Pelaksanaan bimbingan karir bagi siswa SMA sebagai persiapan awal
memasuki dunia kerja. Selami, 1(34), 22135
Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT.Grasindo.