Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 3

Trait and factor

Bimbingan dan konseling karir

Dosen Pengampu

Dra. Zikra, M.Pd., Kons.

OLEH

Amanda aulia putri

21006002

Departemen bimbingan dan konseling

Fakultas ilmu pendidikan

Universitas negeri padang

2022
konsep
dasar trait
and factor

penerapan
dalam pendkatan dan
pelayanan perkembangan
konseling di karir trait and
sekolah dan luar factor
sekolah

trait
and
factor
kekuatan dan asusmsi trait
kelemahan and factor
teori trait salam
and factor konseling

karakteristik
teori trait
and factor
A. Konsep Dasar Trait and Factor

Secara bahasa trait dapat diartikan dengan sifat, karakteristik seorang


individu. Sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimilki oleh
sebuah pekerjaan atau suatu jabatan. Teori Trait and factor memberikan asumsi
bahwa kecocokan antara trait dengan factor akan melahirkan kesuksesan dalam suatu
karir yang dilalui oleh seseorang dan begitu sebaliknya kegagalan dalam
mencocokkan Trait dengan factor akan menimbulkan kegagalan dalam sebuah
pekerjaan.(Hadiarni Irman, 89-90: 2009), Teori Trait-Factor adalah pandangan yang
mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan
mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang
mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.

Konseling trait-factor berpegang pada pandangan yang sama dan


menggunakan alat tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang
mengenai ciri-ciri atau dimensi/aspek kepribadian tertentu yang diketahui mempunyai
relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan
dan mengikuti suatu program studi Williamson (WS. Winkel, 1997: 338).

B. Pendekatan Perkembangan Karir Trait dan Factor

Dalam pendekatan trait and factor, individu tersebut telah mengerti pola dari
perilaku seperti ketertarikan, tingkah laku, pencapaian, dan karakteristik kepribadian,
yang dikenal melalui maksud yang objektif, seperti biasanya tes psikologi ataupun
inventori, dan profil yang mewakili potensi dari si individu tadi. Pendekatan trait dan
faktor ini beranggapan kesamaan pekerjaan, hal inilah merupakan terdiri dari faktor
yang dibutuhkan dalam kesuksesan performa kerja yang bisa diprofilkan berdasarkan
kepada banyak trait yang dibutuhkan individu tadi.

Perkembangan karir sebenarnya tidak hanya mengenai pemilihan okupasi


tetapi juga mengenai proses seperti pemilihan secara tertuju dan terintegrasi dalam
bentuk pilihan yang tertata, yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan
mengertinya antara perilaku dalam pekerjaan. Menurut Krumboltz (1994), dia
berpendapat diantara adanya teori trait dan faktor bahwasanya “hal itu tidak
membantu kita memahami pemerolehan emosional dan skill yang dibutuhkan dalam
pencarian kerja, hal ini pula tidak menginformasikan kita tentang adanya pekerjaan
dan phobia kerja, juga tidak menjelaskan bagaimana menangani keluarga yang
memiliki dual pekerjaan, bagaimana perencanaan pensiun dan hal lainnya da ini
berkaitan dengan konseling karir. Oleh karena itu trait dan faktor teori, merupakan
gambaran dari perkembangan karir dan pembuatan pemilihan dalam pekerjaan saja
yang sesuai dengan aptitudes dan skill yang dimiliki individu.

Chartrand (1991) menyimpulkan bahwa pertama, orang akan digambarkan


mampu dalam membuat pilihan yang rasional. Ini tidak berarti bahwa proses perilaku
bisa dihilangkan. Kedua, orang akan bekerja dalam lingkungan yng berbeda dalam
kereliabelan, bermakna dan cara yang konsisten, ini bukan berarti bahwa satu tipe
orang bekerja dalam satu pekerjaan. Ketiga, semakin besar kongruen antara
karakteristik pribadi dan persyaratan pekerjaan, maka semakin tingginya
kecendrungan kesuksesan.

C. Asumsi Trait- Factor dalam Konseling

Menurut Miller mengemukakan bahwa asumsi-asumsi yang mendasari


pendekatan trait and factor meliputi: a. Perkembangan vokasional sebagian besar
merupakan merupakan suatu proses kognitif, keputusan-keputusan dicapai melalui
penalaran. b. Pilihan okupasioanal merupakan suatu peristiwa tunggal berdasarkan
parson, pilihan diberikan penekanan yang terbesar dan perkembangan diberikan
penekanan yang sangat kecil. c. Bagi setiap orang terdapat suatu tujuan “benar”
dalam pilihan fokasi. d. Satu tipe orang untuk setiap pekerjaan. e. Terdapat satu
pilihan okuasioanal yang tersedia bagi setiap individu.Menurut Frederickson asumsi
yang mendasari teori trait-factor adalah : a. Setiap individu memiliki pola sifat unik
yang dapat diukur secara akurat. b. Setiap okupasi atau pekerjaan memiliki syarat-
syarat sifat yang unik yang dan diukur, pengukuran dilakukan untuk mengetahui
bagaimana pekerjaan itu dapat dilakukan dengan berhasil dalam berbagai setting. c.
Sifat-sifat individu dapat dicocokkan dengan sifat persyaratan pekerjaan atau
macthing. d. Makin cocok antara sifat individu dengan sifat persyaratan kerja, maka
akan

Dari pendapat-pendapat di atas ada beberapa asumsi yang mendasari lahirnya


teori ini, yaitu: a. Seorang individu memiliki berbagai perbedaan dan keragaman yang
amat mendasar bila dibandingkan dengan individu lainya baik bakat, minat, sikap,
kemampuan akademik, keterampilan dan kondisi fisik. b. Berbagai pekerjaan
memiliki perbedaan yang mendasar antara suatu pekerjaan atau jabatan tertentu
dengan jabatan lainnya. c. Bahwa seorang individu memiliki sebuah pilihan yang
tunggal terhadap suatu karir atau jabatan tertentu yang akan dilalaui selama hidup dan
sepanjang hayatnya. d. Bahwa pekerjaan dan jabatan yang dilalui oleh serorang
individu dalam hidup dan kehidupannya merupakan panggilan asasi yang lahir dari
hati nurani dan jiwa paling dalam.

D. Karakteristik Teori Trait and Factor

Teori trait and factor ini memiliki karakteristik tersendiri yang akan


membedakan dengan teori-teori lainnya. Teori ini menitik beratkan pandangan bahwa
sifat diri, syarat pekerjaan, dan pertimbangan segi-segi seperti kognitif, nonkognitif
itu akan mempengaruhi pilihan karir seseorang. Menurut teori trait and factor ini
diperlukan pengukuran-pengukuran psikologis untuk menentukan pilihan karir
seseorang, dimana hal itu tidak ditemukan dalam teori-teori lainnya. Karakteristik
utama dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan unik
atau traits yang dapat diukur secara objektif dan berkorelasi dengan tuntutan berbagai
jenis pekerjaan.

E. Kekuatan dan Kelemahan Teori Trait and Factor


Salah satu teori yang efisien digunakan dalam bimbingan karir adalah teori
trait-factor yang dikembangkan oleh Frank Parson atau dalam bahasa Indonesia
disebut sebagai teori faktor-sifat. Dalam teori ini Parsons menjelaskan konsep “sifat”
yang menginterpretasikan kualitas yang dapat diukur dari seorang individu seperti
kemampuan, kecerdasan, dan perhatian. Sedangkan konsep "faktor" didefinisikan
sebagai efisiensi yang diperlukan untuk memiliki karir yang sukses.
Setiap teori pasti memiliki kekuatan dan kelemahannya, kekuatan teori trait and
factor antara lain:

1. Konseli mendapatkan data yang akurat dan valid tentang dirinya, yang diperoleh
melalui berbagai tes psikologi dan non tes psikologi yang dikerjakan oleh
konselor secara ilmiah.
2. Konseli mendapatkan berbagai informasi dunia kerja dan berbagai persyaratan
yang mesti dimiliki untuk memasuki dunia kerja tersebut.
3. Konseli mendapatkan berbagai tawaran terhadap pilihan pekerjaan, kepuasan karir
dan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapinya.
4. Konseli akan lebih puas apabila mendapatkan karir sesuai dengan analisis sifat
dan faktor. Kemungkinan tingkat keberhasilan dan kesuksesan dalam menggeluti
karir akan lebih tinggi.

Sedangkan kelemahan teori ini antara lain:


1. Konseli lebih bersifat pasif dan yang lebih aktif itu adalah guru konselor.
2. Konseli akan frustasi apbila pilihan karir tidak dapat ia temukan, karena klien
terbatas pada pilihan karir yang telah ditetapkan oleh konselor berdasarkan
analisa sifat dan faktor.
3. Dalam konseling yang lebih tahu tentang diri konseli itu sendiri, tugas dari
konselor adalah menemukan diri klien dan melahirkan kemandirian yang
sesungguhnya, sementara dalam konseling trait and faktor ini sebaliknya.

Dalam pandangan Ginzberg. Teori ini lahir merupakan usaha bersama para
ahli yang terdiri dari seorang ekonom , seorang psikiater, seorang sosiolog, dan
seorang psikolog, diantara mereka adalah Ginzberg, Ginburg, Axelrad, dan Herma
(1951), mereka inilah yang memberi pandangan bahwa pemilihan karir adalah suatu
proses yang terbuka sepanjang waktu. Ginzberg (dalam Hadiarni, Irman 2009: 122)
menyatakan bahwa pilihan jabatan tidak hanya terjadi sekali saja, melainkan
mengalami proses perkembangan yang meliputi jangka waktu antara 6-15 tahun.
Adapun yang menjadi dasar pandangan Ginzberg (dalam Manrihu, 1992: 88-89)
tentang pilihan okupasional adalah sebagai berikut:
1. Pilihan okupasional adalah suatu proses perkembangan yang secara khas
berlangsung sepanjang periode umur 10 sampai 15 tahun.
2. Proses itu sebagian besar tidak dapat diubah.
3. Pilihan okupasional berakhir dalam suatu kompromi antara minatminat,
kapasitas-kapasitas, nilai nilai, dan kesempatan-kesempatan.
4. Ada tiga periode pilihan okupasional fantasi, tentatif, dan realistik.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan okupasional seseorang adalah nilai-
nilai individu, faktorfaktor emosional, taraf dan jenis pendidikan, serta dampak
realitas melalui tekanan-tekanan lingkungan.
F. Penerapan Program Layanan BK di Sekolah dan Luar Sekolah
Penerapam utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karir untuk berbagai
individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi
dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-
individu kepada tujuan. Dengan demikian, dapat direkomendasikan tujuan-tujuan
untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karir di sekolah menengah sebagai berikut:
1. Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus
dari tujuan-tujuan karier.
2. Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna
mengimplementasikan tujuan-tujuan karir.
3. Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat
memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah
lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih
lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang
mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus (Daku,
2009).
Terdapat empat kegiatan bimbingan karir, yaitu sebagai berikut:
1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak
dikembangkan
2. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang
hendak dikembangkan
3. Pemantapan pengembangan diri untuk pengambilan keputusan pemilihan karir
sesuai dengan potensi yang dimilikinya
4. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kepentingan hidup, orientasi dan informasi terhadap pendidikan
yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.
Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan karir itu sebagai berikut:
1. Bersama pendidik dan personal sekolah lainnya, konselor berpartisipasi secara
aktif dalam kegiatan bimbingan karir dan konseling yang bersifat rutin, insidental,
dan keteladanan.
2. Program bimbingan karir dan konseling yang direncanakan dalam bentuk satuan
layanan (SATLAN) dan satuan pendukung (SATKUNG) dilaksanakan sesuai
dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang
terkait.
3. Pelaksanaan kegiatan bimbingan karir dan konseling:
a. Di dalam jam pembelajaran:
1. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan siswa untuk
menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran,
penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain
yang dapat dilakukan di dalam kelas.
2. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per
minggu dan dilaksanakan secara terjadwal.
3. Kegiatan tidak tatap muka dengan siswa untuk menyelenggarakan layanan
konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah,
pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
b. Diluar jam pembelajaran:
1. Kegiatan tatap muka dengan siswa untuk menyelenggarakan layanan
orientasi, karir perseorangan, bimbingan kelompok, karir kelompok, dan
mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas;
2. Satu kali kegiatan layanan/pendukung karir di luar kelas/di luar
3. jam pembelajaran ekuivalen dengan dua jam pembelajaran tatap muka
dalam kelas.
4. Kegiatan bimbingan karir dan konseling di luar jam pembelajaran
sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan karir,
diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah.
c. Volume kegiatan mingguan konselor disusun dengan memerhatikan hal
berikut.
1. Siswa yang diasuh seorang konselor berjumlah ±150 orang.
2. Jumlah jam pembelajaran wajib: sesuai peraturan yang berlaku.
3. Satu kali kegiatan layanan atau pendukung bimbingan karir dan konseling
ekuivalen dengan 2 jam pembelajaran.
4. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan bimbingan karir dan
konseling di dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh
konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah.
d. Program bimbingan karir dan konseling pada masing-masing satuan
sekolah/madrasah dikelola dengan memerhatikan keseimbangan dan
kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan
menyingkronkan program bimbingan karir dan konseling dengan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler, serta
mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah dan
madrasah. Kegiatan bimbingan karir dan konseling dicatat dalam laporan
pelaksanaan program (LAPELPROG). (Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani
dalam Salahudin, 2016, hal. 123-125).
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, R., & Hidayat, D. R. (2022). ANALISIS TERHADAP TRAIT AND FACTOR
THEORY DAN IMPLIKASINYA DALAM LAYANAN BIMBINGAN KARIR. Jurnal
Mahasiswa BK An-Nur: Berbeda, Bermakna, Mulia, 8(1), 121-127.

Manhiru, 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Bumi Aksara.

Hadiarni, 2009. Konseling Karier. Stain Batusangkar Press.

Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Pers

Abubakar, S. R. (2011). Pelaksanaan bimbingan karir bagi siswa SMA sebagai persiapan awal
memasuki dunia kerja. Selami, 1(34), 22135

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT.Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai