MAKALAH
TEORI TRAIT AND FACTOR
Oleh :
3A
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUSKA RIAU
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah Bahasa.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen kami Reizki Maharani
M,Pd yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian pada diri manusia ditentukan oleh faktor dalam diri maupun
lingkungannya. Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen.
Pada tiap individu ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada
seseorang yang merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan
lingkungan tiap orang tidak sama. Oleh sebab itu, kepribadian adalah suatu
sistem saling bergantungan dengan trait atau faktor seperti; kecakapan, minat,
sikap, temperamen, dan lain-lain.
Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa
ahli perkembangan karir seperti frank parson, E. G. Williamson, D. G. Patterson,
J.G. Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok “Minnesota” (Munandir,
1996).
Istilah “Trait” itu sendiri merujuk pada karakteristik yang dapat diukur
melalui tes. “factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk
penampilan kerja yang sukses. Jadi istilah ”trait and factor” merujuk pada
penilaian karakteristik individu dan pekerjaan (Sharft, 1992 : 17).
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam
kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses
penanganan pada kasus konseling menggunakan metode rasional. Teori atau
pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan
kesulitan-kesulitan klien dalam suatu proses konseling. Konseling dengan
pendekatan Trait and Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut
konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif
membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesultannya,
sehingga konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered” dan ada
juga yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”. Akan tetapi beberapa ahli
mengatakan bahwasannya pendekatan konseling ini, sangat berpengaruh atau
1
bersifat “directive”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori tarit and factor?
2. Bagaimana peran konselor dalam teori trait and factor?
3. Apa saja Teknik Teknik konseling trait and factor?
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori trait and factor?
C. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian dari trait and factor
2. Mampu mengetahui dan memahami peran konselor dalam teori trait and
factor
3. Mampu mengaplikasikan Teknik Teknik konseling trait and factor
4. Mampu memahami kekurangan dan kelebihan teori trait and factor
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kepuasan intrinsik dan memperkuat usaha untuk mewujudkan diri.
Williamson mencatat bahwa “landasan konsep konseling modern" adalah
terletak dalam asumsi individualitas yang unik dari setiap anak dan identifikasi
keunikan tersebut dengan menggunakan pengukuran obyektif sebagai lawan
teknik perkiraan subyektif. Para ahli psikologi telah lama mencoba
mengembangkan instrumen yang dapat menilai individu secara obyektif untuk
digunakan dalam konseling baik dalam pendidikan maupun vokasional. Dengan
mengidentifikasikan diri dan faktor individu konselor dapat membantunya dalam
memilih program studi, mata kuliah, perguruan tinggi dan lain sebagainya secara
rasional dan dengan perkiraan keberhasilan.
B. Konsep Dasar
Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang
dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba
hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu dianggap sebagai suatu
dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau
skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Teori Trait dan
Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat
dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil
testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling Trait dan Factor berpegang pada pandangan yang sama dan
menggunakan tes-tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis
seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui
mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam
jabatan dan mengikuti suatu program studi. Dan juga istilah konseling trait dan
factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan
pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam
memecahkan baraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut
pilihan program studi/bidang pekerjaan.
Eysenck tokoh lain dari Aliran Trait-factor menyebut pula sifat sebagai
4
konsep pokoknya. Ia memberikan batasan yang pada dasarnya sama, tetapi
dengan perumusan yang agak lain. Ia menyebut sifat sebagai prinsip pengatur
yang dapat disimpulkan dari pengamatan perilaku. Secara lebih sederhana ia
menyebut sifat sebagai kelompok prilaku yang berkorelasi. Metode yang
digunakan untuk penelitianya sama denganCattell ialah analisis faktor. Mengenai
tipe-tipenya ia banyak mengambil dari tipelogi yang sudah ada. Jadi sifat-sifat
seseorang dikaitkanya kepada tipe-tipe. Eyseck jga memakai istilah sikap seperti
Cattell, tetapi dihubungkannya dengan minat, opini (pendapat dan ideologi).
Menurut pendapatnya, minat adalah sikap yang menunjukkan nilai positif
terhadap sesuatu. Sedangkan sentimen sesuai dengan arti yang diberikan Mc
Dougall mencangkup daerah afektif (perasaan) maupun conative (kemauan).
Sifat ini merupakan konsep pokok dalam aliran yang dipengaruhi oleh
Allport, karena Allport yang mulai menekankan pentingnya konsep diri. Untuk
aliran ini, sifat dapat disebut struktur mental yang ditemukan melalui
pengamatan perilaku dan merupakan keteraturan dan ketetapan dari perilaku
tertentu. Ada beberapa jenis dan pengelompokan sifat, yaitu:
5
a. Sifat umum (comon traits) ialah sifat yang terdapat pada semua manusia.
b. Sifat khas (unique traits) yang terdapat pada orang-orang tertentu, yang
dapat
lagi dibagi menjadi:
1. Sifat unik relatif, perbedaanya terjadi karena pengaturan sifat yang
berbeda.
c. Sifat permukaan (surfacetraits) yang bisa tampak pada seseorang dan bisa
diamati orang lain merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan
lingkungan dan merupakan sekelompok peristiwa perilaku yang beralan
bersama.
d. Sifat asal (source trait) merupakan pengaruh struktural sebenarnya yang
mendasari kepribadian, berasal dari pembawaan dan konsistusi
seseorang, sifat asal yang berinteraksi dengan lingkungan ada yang
tampak sebagai sifat permukaan, tetapi ada juga yang tetap intrinsik
sifatnya.
Adapun tujuan dari konseling trait dan factor adalah untuk mengajak
siswa (konseling) untuk berfikir mengenai dirinya serta mampu
mengembangkan cara-cara yangdilakukan agar dapat keluar dari masalah
yang dihadapinya. Selain itu, dimaksudkan agar siswa mengalami:
1. Self-Clarification / Klarifikasi diri
6
C. Dinamika Kepribadian Manusia
Dalam psikologi kepribadian, teori trait mengatakan bahwa kepribadian
dapat diukur melalui serangkaian ciri khas atau sifat yang dapat diidentifikasi.
Tipe personalitas big five merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam
ilmu psikologi untuk melihat personalitas manusia melalui trait (karakter/ciri)
yang tersusun dalam 5 buah dominan personalitas yang telah dibentuk dengan
menggunakan analisis factor. Trait sendiri mengacu pada tingkatan kedua dari 4
hierarki struktur kepribadian yang dikemukakan oleh Eysnack. Trait diartikan
sebagai kumpulan kecenderungan kegiatan koleksi respon yang saling berkaitan
dan mempunyai persamaan tertentu, yang mana hal tersebut adalah disposisi
kepribadian yang penting dan permanen.
Big Five Trait adalah 5 personalitas yang mana peneliti atau psikolog klinis
(clinical psychologist) percaya bahwa big fave dapat memberikan gambaran
penuh dari personalitas seorang ( Cervon, Daniel; Pervin, 2013). Goldbeg (1992)
mengulang kembali penelitian sebelumnya dan terkesan dengan konsisten hasil
yang ditujukan oleh tipe personalitas big five telah ditemukan diantara beragam
budaya, dan menggunakan banyak bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa tipe
personalitas memiliki kecenderungan untuk mempertahankan personalitas yang
sama dan dapat memberikan gambaran penuh dari personalitas seseorang. Lima
buah dominan personalitas dalam big five yaitu extravesion, agreeableness,
consicientiounsness, neuroticism, dan openness. Trait-trait dalam dimensi big
five personality (McCrae & Costa, Jr, 2006) terurai sebagai berikut:
a. Extraversion
Individu yang extraversion cenderung energy, antusias, dominan, ramah,
komunikatif, penuh kasih saying, ceria, senang berbicara, senang berkumpul
dan menyenangkan. Sebaliknya mereka yang memiliki skor exstraversion
yang rendah biasanya cenderung pemalu, tidak percaya diri, pasif dan tidak
mempunyai cukup kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat.
b. Agreeableness
Agreeableness berkaitan dengan kedermawanan dan altruistic. Dimensi
agreeableness membedakan antara orang-orang yang berhati lembut dengan
7
mereka yang kejam. Orang-orang yang tinggi pada dimensi agreeableness
cenderung ramah, kooperatif, mudah percaya, dan hangat. Individu yang
rendah pada dimensi ini adalah individu yang cenderung dingin, suka
berselisih dan kasar, penuh dengan curiga, pelit, tidak ramah, mudah kesal,
dan penuh dengan kritik terhadap orang lain.
c. Conscientiousness
Conscientiousness mendeskripsikan orang-orang yang teratur, terkontrol,
terorganisir, ambisius, terfokus pada pencapaiannya, dan memiliki disiplin
diri. Individu yang tinggi dalam dimensi ini umumnya berhati-hati, dapat
diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Sebaliknya mereka yang rendah
hati pada dimensi conscientiousness cenderung ceroboh, berantakan, dan
tidak dapat diandalkan.
d. Neuroticis
Individu yang tinggi dalam dimensi neuroticism cenderung gugup,
sensitive, tegang, dan mudah cemas. Individu yang neuroticism juga
cenderung penuh kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sangat
sadar akan dirinya sendiri, emosional, dan rentan terhadap gangguan yang
berhubungan dengan stress. Sedangkan individu yang dengan neuritical
rendah cenderung tenang dan santai.
e. Openness
Secara general individu yang opennes adalah imajinatif, menyenangkan,
kreatif, dan artistic. Orang-orang yang tinggi keterbukaannya biasanya
kreatif, imajinatif, penuh rasa penasaran, terbuka dan lebih memiliki variasi.
Sebaliknya, mereka yang rendah keterbukaannya terhadap pengalaman
biasanya konvensional, rendah hati, konservatif dan tidak terlalu penasaran
terhadap sesuatu.
8
sehingga dapat meramalkan jabatan apa atau jurusan apa yang cocok bagi
konseli. Konselor membantu konseli menentukan tujuan yang akan
dicapainya disesuaikan dengan hasil testing. Juga dengan memberitahukan
sifat serta bakat konseli, maka konseli bisa mengelola hidupnya sendiri
sehingga dapat hidup lebih berbahagia. Jadi peranan konselor disini adalah
memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu pedekatan
ini disebut kognitif rasional.
9
3. Diagnosis merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya
dapat menemukan ketetapan dan pola yang menuju kepada permasalahan,
sebab-sebabnya serta sifat-sifat siswa yang berarti dan relevan yang
berpengaruh kepada proses penyesuaian diri. Diagnosis meliputi 3
langkah, yaitu:
a. Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif dapat menggunakan
kategori Bordin dan Pepinsky. Kategori diagnosis Bordin dependence
(ketergantungan) lack of information (kurangnya informasi) self
conflict (konflik diri) choice anxiety (kecemasan dalam membuat
pilihan) Kategori diagnosis Pepinsky lack of assurance (kurang
dukungan) lack of information (kurang informasi) lack of skill
(kurang keterampilan) dependence (ketergantungan) self conflict
(konlflik diri)
b. Menentukan sebab-sebab, mencakup pencaharian hubungan antara
massa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan
sebab-sebab gejala.
c. Prognosis merupakan upaya untuk memprediksi kemungkinan yang
akan terjadi berdasarkan data yang ada. Prognosis, misal diagnosisnya
kurang cerdas, prognosisnya menjadi kurang cerdas untuk pengerjaan
sekolah yang sulit, sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar
menjadi dokter. Dengan demikian konselor bertanggung jawab dan
membantu konseli untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung
jawab untuk dirinya sendiri, yang berarti ia mampu dan mengerti
secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima.
4. Konseling merupakan hubungan membantu bagi konseli untuk
menemukan sumber diri sendiri maupun sumber lembaga dan masyarakat
membantu konseli mencapai penyesuaian optimal, sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini mencakup 5 jenis konseling :
a. Belajar terpimpin menuju pengertian diri.
10
b. Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan
individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan
penyesuaian hidupnya.
c. Bantuan pribadi dari konselor supaya konseli mengerti dan terampil
dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan
efektif.
e. Suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau
penyaluran.
5. Tindak lanjut atau follow up mencakup bantuan kepada siswa dalam
menghadapi masalah baru dengan mengingatkannya kepada masalah
sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang
digunakan konselor harus disesuaikan dengan individualitas siswa,
mengingat bahwa tiap individu unik sifatnya, sehingga tidak ada teknik
yang baku yang berlaku untuk semua.
11
perkembangan optimum daripada individu sebagai pribadi yang utuh dan
bukan semata-mata ditujukan pada terlatihnya kemampuan intelektual.
Konseling trait and factor bertujuan :
12
diri)
e. Kelima, Membantu individu dalam perwujudan diri untuk
menunjukkan bahwa dirinya ada, dan memberi manfaat untuk
sesama sehingga keberadaannya diakui secara sosial. (Aktualisasi
diri).
13
4) Kurang diperhitungkan perubahan-perubahan dalam kehidupan
masyarakat, yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan
yang tersedia bagi seseorang.
14
termasuk kerahasiaan hasil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu.
Untuk memenuhi maksud di atas, maka dalam prosesnya konselor
dapat melakukan tindakan- tindakan yang membuat siswa merasa aman
dan dihargai sejak penyambutan. Oleh karena itu, konselor perlu:
menyebut nama siswa begitu ia muncul, menjabat tangan,
menghindarkan kesan segan, menolak atau tidak sabar dan muka
cemberut, mempesilahkan duduk, dan mengawali pembicaraan dengan
topik- topik netral.
Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang menjadi
pilihan klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya: kemudian
mengemukakan alternasialternasi untuk dibahas segi-segi positif dan
negatifnya, manfaat dan kerugiannya. Oleh karena itu, klien perlu didorong
untuk menyampaikan ide- idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan
konselor memberikan saran-saran pengambilan keputusan dan
pelaksanaannya Ada tiga cara dalam memberikan nasehat, yaitu:
15
3) Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat
mengajukan pilihannya termasuk pertimbangan baik buruknya.Konselor
memberikn nasehat dengan menjelaskan implikasiimplikasi putusan
klien.
3. Refeksi perasaan
16
4. Meringkas
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan
perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara
konseling. Meringkas :upaya merekapituasi, memadatkan, dan
mengkristalisasi esensi apa yang telah dikatakan klien. Dengan
menggunakan ringkasan secarea periodik, konselor dapat memeriksa
kecermatannya dalam mendengarkan. Ringkasan juga membantu
untuk mengakiri wawancara dengan suatu cartatan yang wajar, dan
dapat menjadi panduan wawancara. Panduan umum meringkas:
a. Adakan refleksi atau atending terhadap berbagai
variasi tema dan nada emosional pada saat klien
berbicara
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
18
merugikan diri sendiri dan orang lain. Dampak dari sifat angkuh sangat
tidak baik bagi orang tersebut.
1. Manfaat bagi konselor :
Konselor diharapkan mampu membantu konseli secara optimal, selain
itu bisa dijadikan menjadi sebuah pengalaman yang baru bagi tentang
bagaimana cara mengatasi sebuah permasalahan/kasus pada umumnya
dan khususnya mengenai kasus yang di selesaikan melalui pendekatan
trait and factor kepada konseli di masa yang datang.
2. Manfaat bagi konseli :
Bermanfaat bagi konseli dalam menghadapi masalah yang ia sedang
alami, agar ia dapat mengendalikan dirinya, kemudian mendapatkan
gambaran untuk bisa mengambil keputusan yang lebih baik dalam
menyelesaikan masalahnya di kemudian hari.
3. Manfaat bagi orang tua :
Dengan ini diharapkan orang tua dapat mengerti dan memahami
anaknya yang sedang mengalami masalah dan lebih peka terhadap
kondisi yang di alami oleh anak dan menjadi figur yang lebih perduli
terhadap masalah yang dihadapi anak.
4. Manfaat bagi pembaca umum :
Dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari permasalahan ini agar
keluarga maupun orang terdekat mereka tidak mengalami nasib yang
sama.
19
DAFTAR PUSTAKA
20