Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Model Model Konseling Reizki Maharani M,Pd

MAKALAH
TEORI TRAIT AND FACTOR

Oleh :

AMELIA LESTARI (12240221799)


MEYLANI FITRIA (12240225144)
SALSABILA AYU RAMADHANI (12240225280)

3A
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUSKA RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah Bahasa.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen kami Reizki Maharani
M,Pd yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian teori trait and factor ....................................................... 3
B. Konsep dasar teori trait and factor ................................................... 4
C. Dinamika kepribadian manusia ....................................................... 7
D. Peran konselor dalam terori trait and factor..................................... 8
E. Tujuan konseling trait and factor ..................................................... 11
F. Kekurangan dan kelebihan konseling trai and factor....................... 13
G. Teknik konseling trait and factor ..................................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20
A. Kesimpulan ..................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepribadian pada diri manusia ditentukan oleh faktor dalam diri maupun
lingkungannya. Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen.
Pada tiap individu ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada
seseorang yang merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan
lingkungan tiap orang tidak sama. Oleh sebab itu, kepribadian adalah suatu
sistem saling bergantungan dengan trait atau faktor seperti; kecakapan, minat,
sikap, temperamen, dan lain-lain.
Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa
ahli perkembangan karir seperti frank parson, E. G. Williamson, D. G. Patterson,
J.G. Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok “Minnesota” (Munandir,
1996).
Istilah “Trait” itu sendiri merujuk pada karakteristik yang dapat diukur
melalui tes. “factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk
penampilan kerja yang sukses. Jadi istilah ”trait and factor” merujuk pada
penilaian karakteristik individu dan pekerjaan (Sharft, 1992 : 17).
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam
kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses
penanganan pada kasus konseling menggunakan metode rasional. Teori atau
pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan
kesulitan-kesulitan klien dalam suatu proses konseling. Konseling dengan
pendekatan Trait and Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut
konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif
membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesultannya,
sehingga konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered” dan ada
juga yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”. Akan tetapi beberapa ahli
mengatakan bahwasannya pendekatan konseling ini, sangat berpengaruh atau

1
bersifat “directive”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori tarit and factor?
2. Bagaimana peran konselor dalam teori trait and factor?
3. Apa saja Teknik Teknik konseling trait and factor?
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori trait and factor?

C. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian dari trait and factor
2. Mampu mengetahui dan memahami peran konselor dalam teori trait and
factor
3. Mampu mengaplikasikan Teknik Teknik konseling trait and factor
4. Mampu memahami kekurangan dan kelebihan teori trait and factor

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Trait And Factor


Secara bahasa trait dapat diartikan dengan sifat, karakteristik seorang
individu. Sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimilki
oleh sebuah pekerjaan atau suatu jabatan. Teori Trait and Factor memberikan
asumsi bahwa kecocokan antara trait dengan factor akan melahirkan kesuksesan
dalam suatu karir yang dilalui oleh seseorang dan begitu sebaliknya kegagalan
dalam mencocokkan Trait dengan factor akan menimbulkan kegagalan dalam
sebuah pekerjaan.(Hadiarni Irman, 89-90: 2009), Teori Trait and Factor adalah
pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan
dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing
psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu. Konseling
trait-facot berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan alat tes
psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri
atau dimensi/aspek kepribadian tertentu yang diketahui mempunyai relevansi
terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan dan
mengikuti suatu program studi Williamson (WS. Winkel, 1997: 338).
Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor
yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat. sikap
dan temperamen. Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi hingga
dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor. Banyak usaha untuk membuat
kategori orang- orang atas dasar macam-macam sifat. Studi ilmiah yang telah
dilakukan adalah: pertama menilai ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis,
kedua mendefinisikan atau menggambarkan seseorang, ketiga, membantu orang
untuk memahami diri dan lingkungannya, dan keempat, memprediksi
keberhasilan yang mungkin dicapai dimasa datang. Hal yang mendasar bagi
konseling trait dan factor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk
menggunakan pemahaman diri dan mengetahui kecakapan dirinya sebagai dasar
bagi pengembangan potensinya. Pencapaian penemuan diri menghasilkan

3
kepuasan intrinsik dan memperkuat usaha untuk mewujudkan diri.
Williamson mencatat bahwa “landasan konsep konseling modern" adalah
terletak dalam asumsi individualitas yang unik dari setiap anak dan identifikasi
keunikan tersebut dengan menggunakan pengukuran obyektif sebagai lawan
teknik perkiraan subyektif. Para ahli psikologi telah lama mencoba
mengembangkan instrumen yang dapat menilai individu secara obyektif untuk
digunakan dalam konseling baik dalam pendidikan maupun vokasional. Dengan
mengidentifikasikan diri dan faktor individu konselor dapat membantunya dalam
memilih program studi, mata kuliah, perguruan tinggi dan lain sebagainya secara
rasional dan dengan perkiraan keberhasilan.

B. Konsep Dasar

Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang
dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba
hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu dianggap sebagai suatu
dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau
skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Teori Trait dan
Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat
dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil
testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling Trait dan Factor berpegang pada pandangan yang sama dan
menggunakan tes-tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis
seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui
mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam
jabatan dan mengikuti suatu program studi. Dan juga istilah konseling trait dan
factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan
pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam
memecahkan baraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut
pilihan program studi/bidang pekerjaan.

Eysenck tokoh lain dari Aliran Trait-factor menyebut pula sifat sebagai

4
konsep pokoknya. Ia memberikan batasan yang pada dasarnya sama, tetapi
dengan perumusan yang agak lain. Ia menyebut sifat sebagai prinsip pengatur
yang dapat disimpulkan dari pengamatan perilaku. Secara lebih sederhana ia
menyebut sifat sebagai kelompok prilaku yang berkorelasi. Metode yang
digunakan untuk penelitianya sama denganCattell ialah analisis faktor. Mengenai
tipe-tipenya ia banyak mengambil dari tipelogi yang sudah ada. Jadi sifat-sifat
seseorang dikaitkanya kepada tipe-tipe. Eyseck jga memakai istilah sikap seperti
Cattell, tetapi dihubungkannya dengan minat, opini (pendapat dan ideologi).
Menurut pendapatnya, minat adalah sikap yang menunjukkan nilai positif
terhadap sesuatu. Sedangkan sentimen sesuai dengan arti yang diberikan Mc
Dougall mencangkup daerah afektif (perasaan) maupun conative (kemauan).

Williamson berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari sistem sifat atau


faktor yang saling tergantung, seperti kemampuan, minat, sikap dan
temperamen. Perkembangan individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
maju kalau faktor- faktor tersebut diperkuat dan menjadi matang. Studi ilmiah
telah dilakukan untuk mengetahui berbagai sifat individu dan membantunya
mengenal dirinya sendiri serta meramalkan keberhasilanya dalam berbagai
kegiatan atau jabatan. Williamson pun memiliki konsep pokok bahwa terdapat
sifat (trait) yang unik pada tiap individu dan yang harus diselidiki secara objektif
dengan pengukuran yang objektif pula. Sama juga dengan tokoh-tokoh yang
lainnya, ia menekankan pentingnya lingkungan, terutama masyarakat. Tujuan
penyuluhan tidak dapat terbatas kepada bantuan kepada individu untuk mengenal
dirinya sendiri dan mengatur dirinya sendiri saja. Dengan demikian, ia mungkin
menjadi orang yang berpusat pada diri sendiri dan hanya mementingkan diri
sendiri dan tak mungkin pula ia menjadi orang yang baik dalam arti yang
sebenarnya.

Sifat ini merupakan konsep pokok dalam aliran yang dipengaruhi oleh
Allport, karena Allport yang mulai menekankan pentingnya konsep diri. Untuk
aliran ini, sifat dapat disebut struktur mental yang ditemukan melalui
pengamatan perilaku dan merupakan keteraturan dan ketetapan dari perilaku
tertentu. Ada beberapa jenis dan pengelompokan sifat, yaitu:

5
a. Sifat umum (comon traits) ialah sifat yang terdapat pada semua manusia.
b. Sifat khas (unique traits) yang terdapat pada orang-orang tertentu, yang
dapat
lagi dibagi menjadi:
1. Sifat unik relatif, perbedaanya terjadi karena pengaturan sifat yang
berbeda.

2. Sifat unik intrinsik, sifat yang betul-betul berbeda dengan orang


lain, yang menyebabkan keunikan seorang individu.

c. Sifat permukaan (surfacetraits) yang bisa tampak pada seseorang dan bisa
diamati orang lain merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan
lingkungan dan merupakan sekelompok peristiwa perilaku yang beralan
bersama.
d. Sifat asal (source trait) merupakan pengaruh struktural sebenarnya yang
mendasari kepribadian, berasal dari pembawaan dan konsistusi
seseorang, sifat asal yang berinteraksi dengan lingkungan ada yang
tampak sebagai sifat permukaan, tetapi ada juga yang tetap intrinsik
sifatnya.
Adapun tujuan dari konseling trait dan factor adalah untuk mengajak
siswa (konseling) untuk berfikir mengenai dirinya serta mampu
mengembangkan cara-cara yangdilakukan agar dapat keluar dari masalah
yang dihadapinya. Selain itu, dimaksudkan agar siswa mengalami:
1. Self-Clarification / Klarifikasi diri

2. Self-Understanding / Pemahaman diri

3. Self-Acceptance / Penerimaan diri

4. Self-Direction / Pengarahan diri

5. Sel-Actualization / Aktualisasi diri

6
C. Dinamika Kepribadian Manusia
Dalam psikologi kepribadian, teori trait mengatakan bahwa kepribadian
dapat diukur melalui serangkaian ciri khas atau sifat yang dapat diidentifikasi.
Tipe personalitas big five merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam
ilmu psikologi untuk melihat personalitas manusia melalui trait (karakter/ciri)
yang tersusun dalam 5 buah dominan personalitas yang telah dibentuk dengan
menggunakan analisis factor. Trait sendiri mengacu pada tingkatan kedua dari 4
hierarki struktur kepribadian yang dikemukakan oleh Eysnack. Trait diartikan
sebagai kumpulan kecenderungan kegiatan koleksi respon yang saling berkaitan
dan mempunyai persamaan tertentu, yang mana hal tersebut adalah disposisi
kepribadian yang penting dan permanen.
Big Five Trait adalah 5 personalitas yang mana peneliti atau psikolog klinis
(clinical psychologist) percaya bahwa big fave dapat memberikan gambaran
penuh dari personalitas seorang ( Cervon, Daniel; Pervin, 2013). Goldbeg (1992)
mengulang kembali penelitian sebelumnya dan terkesan dengan konsisten hasil
yang ditujukan oleh tipe personalitas big five telah ditemukan diantara beragam
budaya, dan menggunakan banyak bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa tipe
personalitas memiliki kecenderungan untuk mempertahankan personalitas yang
sama dan dapat memberikan gambaran penuh dari personalitas seseorang. Lima
buah dominan personalitas dalam big five yaitu extravesion, agreeableness,
consicientiounsness, neuroticism, dan openness. Trait-trait dalam dimensi big
five personality (McCrae & Costa, Jr, 2006) terurai sebagai berikut:

a. Extraversion
Individu yang extraversion cenderung energy, antusias, dominan, ramah,
komunikatif, penuh kasih saying, ceria, senang berbicara, senang berkumpul
dan menyenangkan. Sebaliknya mereka yang memiliki skor exstraversion
yang rendah biasanya cenderung pemalu, tidak percaya diri, pasif dan tidak
mempunyai cukup kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat.
b. Agreeableness
Agreeableness berkaitan dengan kedermawanan dan altruistic. Dimensi
agreeableness membedakan antara orang-orang yang berhati lembut dengan

7
mereka yang kejam. Orang-orang yang tinggi pada dimensi agreeableness
cenderung ramah, kooperatif, mudah percaya, dan hangat. Individu yang
rendah pada dimensi ini adalah individu yang cenderung dingin, suka
berselisih dan kasar, penuh dengan curiga, pelit, tidak ramah, mudah kesal,
dan penuh dengan kritik terhadap orang lain.
c. Conscientiousness
Conscientiousness mendeskripsikan orang-orang yang teratur, terkontrol,
terorganisir, ambisius, terfokus pada pencapaiannya, dan memiliki disiplin
diri. Individu yang tinggi dalam dimensi ini umumnya berhati-hati, dapat
diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Sebaliknya mereka yang rendah
hati pada dimensi conscientiousness cenderung ceroboh, berantakan, dan
tidak dapat diandalkan.
d. Neuroticis
Individu yang tinggi dalam dimensi neuroticism cenderung gugup,
sensitive, tegang, dan mudah cemas. Individu yang neuroticism juga
cenderung penuh kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sangat
sadar akan dirinya sendiri, emosional, dan rentan terhadap gangguan yang
berhubungan dengan stress. Sedangkan individu yang dengan neuritical
rendah cenderung tenang dan santai.
e. Openness
Secara general individu yang opennes adalah imajinatif, menyenangkan,
kreatif, dan artistic. Orang-orang yang tinggi keterbukaannya biasanya
kreatif, imajinatif, penuh rasa penasaran, terbuka dan lebih memiliki variasi.
Sebaliknya, mereka yang rendah keterbukaannya terhadap pengalaman
biasanya konvensional, rendah hati, konservatif dan tidak terlalu penasaran
terhadap sesuatu.

D. Peran Dan Fungsi Konselor


Peranan konselor menurut aliran trait dan factor adalah memberi tahu
konseli tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor melalui
hasil testing pula ia mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli,

8
sehingga dapat meramalkan jabatan apa atau jurusan apa yang cocok bagi
konseli. Konselor membantu konseli menentukan tujuan yang akan
dicapainya disesuaikan dengan hasil testing. Juga dengan memberitahukan
sifat serta bakat konseli, maka konseli bisa mengelola hidupnya sendiri
sehingga dapat hidup lebih berbahagia. Jadi peranan konselor disini adalah
memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu pedekatan
ini disebut kognitif rasional.

Proses konseling dibagi dalam 5 tahap / langkah, yaitu :


1. Analisis terdiri dari pengumpulan informasi dan data mengenai siswa atau
konseli. Baik konseli maupun konselor harus mempunyai informasi yang
dapat dipercaya, valid, dan relevan untuk mendiagnosa pembawaan, minat,
motif, kesehatan jasmani dan lain sebagainya. Alat analisis yang dapat
dikumpulkan adalah :
a. Catatan komulatif
b. Wawancara
c. Format distribusi waktu
d. Otobiografi
e. Catatan anekdot
f. Test psikologi
Study kasus dapat merupakan alat analisis maupun metode untuk
memadukan semua data dan terdiri dari catatan komprehensif yang
mencakup keadaan keluarga, perkembangan kesehatan, pendidikan
maupun pekerjaan serta minat, dan kreasi dan kebiasaan-kebiasaan. Selain
mengumpulkan data obyektif, konselor memperhatikan pula cita-cita dan
sikap konseli.
2. Sintesis merupakan langkah untuk merangkum dan mengatur data dari
hasil analisis, sedemikian rupa sehingga menunjukan bakat siswa,
kelemahan serta kekuatannya. Penyesuaian diri maupun ketaksanggupan
menyesuaikan diri.

9
3. Diagnosis merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya
dapat menemukan ketetapan dan pola yang menuju kepada permasalahan,
sebab-sebabnya serta sifat-sifat siswa yang berarti dan relevan yang
berpengaruh kepada proses penyesuaian diri. Diagnosis meliputi 3
langkah, yaitu:
a. Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif dapat menggunakan
kategori Bordin dan Pepinsky. Kategori diagnosis Bordin dependence
(ketergantungan) lack of information (kurangnya informasi) self
conflict (konflik diri) choice anxiety (kecemasan dalam membuat
pilihan) Kategori diagnosis Pepinsky lack of assurance (kurang
dukungan) lack of information (kurang informasi) lack of skill
(kurang keterampilan) dependence (ketergantungan) self conflict
(konlflik diri)
b. Menentukan sebab-sebab, mencakup pencaharian hubungan antara
massa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan
sebab-sebab gejala.
c. Prognosis merupakan upaya untuk memprediksi kemungkinan yang
akan terjadi berdasarkan data yang ada. Prognosis, misal diagnosisnya
kurang cerdas, prognosisnya menjadi kurang cerdas untuk pengerjaan
sekolah yang sulit, sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar
menjadi dokter. Dengan demikian konselor bertanggung jawab dan
membantu konseli untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung
jawab untuk dirinya sendiri, yang berarti ia mampu dan mengerti
secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima.
4. Konseling merupakan hubungan membantu bagi konseli untuk
menemukan sumber diri sendiri maupun sumber lembaga dan masyarakat
membantu konseli mencapai penyesuaian optimal, sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini mencakup 5 jenis konseling :
a. Belajar terpimpin menuju pengertian diri.

10
b. Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan
individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan
penyesuaian hidupnya.
c. Bantuan pribadi dari konselor supaya konseli mengerti dan terampil
dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan
efektif.
e. Suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau
penyaluran.
5. Tindak lanjut atau follow up mencakup bantuan kepada siswa dalam
menghadapi masalah baru dengan mengingatkannya kepada masalah
sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang
digunakan konselor harus disesuaikan dengan individualitas siswa,
mengingat bahwa tiap individu unik sifatnya, sehingga tidak ada teknik
yang baku yang berlaku untuk semua.

E. Tujuan Konseling Trait And Factor


Menurut Williamson, tujuan konseling adalah membantu individu
mencapai tingkat ekselen (excellent) dalam segala aspek kehidupannya,
dengan cara membantu atau member kemudahan (to facilitate) proses
perkembangan individu klientersebut. Dalam sumber lain dikemukakan
bahwa tujuan konseling trait and factor adalah mengajar klien keterampilan-
keterampilan membuat keputusan yang efektif, dengan membantu menilai
karakteristik-karakteristiknya secara efektif dan mengkaitkan penilaian diri
itu dengan kriteria psikologis dan sosial yang berarti.

Berkaitan dengan tujuan konseling ini, Williamson mencoba


mengkaitkannya dengan tujuan pendidikan. Dikatakannya, tujuan konseling
pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan, karena konseling itu sama
dengan pendidikan (counseling as education). Dalam hal ini Williamson
mengatakan bahwa tujuan konseling dan pendidikan adalah sama, yaitu

11
perkembangan optimum daripada individu sebagai pribadi yang utuh dan
bukan semata-mata ditujukan pada terlatihnya kemampuan intelektual.
Konseling trait and factor bertujuan :

a) Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai


aspek kehidupan manusia;
b) Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan
mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan
kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-
tujuan hidup dan karir;
c) Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan,
dan keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi
kepribadian; dan
d) Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian
diridengan mengggunakan metode ilmiah.
Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan Trait and Factor
dapat disebutkan yaitu: Self-clarification (kejelasan diri), Self-understanding
(pemahaman diri), Self-accelptance (penerimaan diri) Self-direction
(pengarahan diri) Self-actualization (perwujudan diri). Melalui tujuan ini,
maka manfaat yang bisa didapatkan adalah :

a. pertama, Membantu individu mencapai perkembangan


kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia.( Klarifikasi diri)
b. Kedua, Membantu individu dalam memperoleh kemajuan
memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai
kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan
kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir. (Pemahaman diri)
c. Ketiga, Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan,
tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan
dan integrasi kepribadian. (Penerimaan diri)
d. Keempat, Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam
penilaian diri dengan mengggunakan metode ilmiah.( Pengarahan

12
diri)
e. Kelima, Membantu individu dalam perwujudan diri untuk
menunjukkan bahwa dirinya ada, dan memberi manfaat untuk
sesama sehingga keberadaannya diakui secara sosial. (Aktualisasi
diri).

F. Kelebihan Dan Kekurangan Konseling Trait And Factor

Winkel (2004), dalam bukunya Bimbingan dan Konseling dalam


Institusi pendidikan, mengemukakan mengenai keuntungan dan kelemahan
teori Trait and Factors. Keuntungannya antara lain:

1. Penekanan pada penggunaan data tes objektif membawa kepada upaya


perbaikan dalam pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan
dalam pengumpulan datalingkungan.

Sedangkan kelemahan pendekatan Trait and Factors menyangkut


pilihan bidang studi dan/pekerjaan. Kelemahan tersebut antara lain sebagai
berikut :

1) Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan,


dambaan aneka nilai budaya,nilai-nilai kehidupan,dan cita-cita
hidup, terhadap perkembangan jabatan anak dan remaja serta pilihan
program/bidang studi dan bidang pekerjaan.

2) Diandalkan bahwa pilihan jabatan dan pilihan program studi terjadi


sekali saja da ini pun bersifat keputusan terakhir atau definitif,
dengan berfikir secara rasional.

3) Kurang diperhatiakn peranan keluarga dekat, yang ikut


mempengaruhi rangakaian pilihan anak dengan cara
mengungkapkan harapan,dambaan dan memberikan pertimbangan
untung-rugi sambil menunjuk tradisi keluarga, tuntutan mengingat
ekonomi keluarga, serta keterbatasan yang konkret dalam
kemampuan finansial dan sebagainya.

13
4) Kurang diperhitungkan perubahan-perubahan dalam kehidupan
masyarakat, yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan
yang tersedia bagi seseorang.

5) Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk


mencapai sukses di suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat
berubah selama bertahun-tahun yangakan datang.

6) Pola ciri-ciri kepribadian tertentu belum pasti sangat membatasi


jumlah kesempatan yang terbuka bagi seseorang, karena orang dari
berbagai pola ciri kepribadian dapat mencapai sukses di bidang
pekerjaan yang sama.

7) Penekanan yang diberian pada diagnose mengandung makna


sebagai suatu perhatian terhadap masalah dan sumbernya
mengarahkan kepada upaya pengkreasian teknik- teknik untuk
mengarasinya.

8) Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan


pandangan lain yanglebih menekaankan afektif atau emosional.

G. Teknik Konseling Trait And Factor

Teknik – teknik konseling yang dikemukakan Wiliamson ada 4 macam


yaitu sebagaiberikut:

1. Establishing rapport (menciptakan hubungan baru)

Untuk cepat menciptakan hubungan baru yang baik, konselor perlu


menciptakan suasana hangat, bersifat ramah dan akrab dan
menghilangkan kemungkinan situasi yang bersifat mengancam. Ada
beberapa hal yang terpenting, dan terkait dengan keperluan penciptaan
rapport tersebut: Reputasi konselor, khususnya reputasi dan kompetensi
(competency repulation), konselor harus memiliki nama baik dimata
siswa. Penghargaan dan perhatian konselor kepada individu
Kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia (confidentiality)

14
termasuk kerahasiaan hasil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu.
Untuk memenuhi maksud di atas, maka dalam prosesnya konselor
dapat melakukan tindakan- tindakan yang membuat siswa merasa aman
dan dihargai sejak penyambutan. Oleh karena itu, konselor perlu:
menyebut nama siswa begitu ia muncul, menjabat tangan,
menghindarkan kesan segan, menolak atau tidak sabar dan muka
cemberut, mempesilahkan duduk, dan mengawali pembicaraan dengan
topik- topik netral.

2. Cultivatingself-understanding (mempertajam pemahaman diri).


3. Konselor perlu berusaha agar klien atau siswa lebih mampu memahami
dirinya yang mencakup segala kelebihan maupun kekurangannya, dan
dibantu untuk menggunakan kekuatan dan mengatasi kekurangannya.
Untuk itu, dapat dimengerti kalau misalnya konselor dituntut untuk
menginterprestasikan data klien, termasuk data hasil testing.

4. Advising or planning a program of action (membari nasehat atau


membantumerencanakan program tindakan)

Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang menjadi
pilihan klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya: kemudian
mengemukakan alternasialternasi untuk dibahas segi-segi positif dan
negatifnya, manfaat dan kerugiannya. Oleh karena itu, klien perlu didorong
untuk menyampaikan ide- idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan
konselor memberikan saran-saran pengambilan keputusan dan
pelaksanaannya Ada tiga cara dalam memberikan nasehat, yaitu:

1) Direct advice (nasehat langsung), secar jelas dan terbuka konselor


mengemukakan pendapatnya. Cara ini dilakukan bila klien memang
tidak mengetahui langsung apa yang harus diperbuat atau diinginkan.

2) Persuasive, dilakukan bila klien telah mampu menunjukkan alasan yang


logis atas pilihan-pilihannya, tetapi belum mampu menentukan pilihan.

15
3) Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat
mengajukan pilihannya termasuk pertimbangan baik buruknya.Konselor
memberikn nasehat dengan menjelaskan implikasiimplikasi putusan
klien.

Ada beberapa teknik umum yang digunakan dalam pendekatan ini :


1. Atending
Atending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk
menghadirkan klien dalam proses konseling. Penciptaan dan
pengembangan Atending dimulai dari upaya konselor
menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar, dan mampu
mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang
dirasakan oleh klien

2. Mengundang Pembicaraan Terbuka


Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar
mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan pewawancara.
Pertanyaan terbuka memberi peluang klien untuk mengemukakan
ide perasaan dan arahnya dalam wawancara. Responnya terhadap
pertanyaan terbuka ialah untuk menunjukkan kesadarannya bahwa
dia diminta untuk menceritakan sejarahnya atau lebih menjabarkan
apa yang telah dikatakan.

3. Refeksi perasaan

Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk


merespons keadaan perasaan klien terhadap situasi yang sedang
dihadapi. Tindakan tersebut akan mendorong dan merangsang klien
untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
masalah yang sedang dihadapinya. Jadi, esensi keterampilan ini
adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar dapat
mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang
dialami

16
4. Meringkas
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan
perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara
konseling. Meringkas :upaya merekapituasi, memadatkan, dan
mengkristalisasi esensi apa yang telah dikatakan klien. Dengan
menggunakan ringkasan secarea periodik, konselor dapat memeriksa
kecermatannya dalam mendengarkan. Ringkasan juga membantu
untuk mengakiri wawancara dengan suatu cartatan yang wajar, dan
dapat menjadi panduan wawancara. Panduan umum meringkas:
a. Adakan refleksi atau atending terhadap berbagai
variasi tema dan nada emosional pada saat klien
berbicara

b. Gabungkan perasaan dan ide kunci ke dalam


pernyataan-pernyataan yangpengertian dasarnya luas

c. Jangan tambahkan ide-ide baru dalam ringkasan


Pertimbangkan kalau sekiranya dapat membantu kalau
menyatakan ringkasan atau mengajak klien untuk membuat ringkasa
Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespons
keadaan perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. Tindakan
tersebut akan mendorong dan merangsang klien untuk mengemukakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang
dihadapinya. Jadi, esensi keterampilan ini adalah untuk mendorong dan
merangsang klien agar dapat mengekspresikan bagaimana perasaan tentang
situasi yang sedang dialami

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa


kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan
sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur
masing-masing dimensi kepribadian itu. Konseling trait-facot berpegang
pada pandangan yang sama dan menggunakan alat tes psikologis untuk
menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri atau
dimensi/aspek kepribadian tertentu yang diketahui mempunyai relevansi
terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan
dan mengikuti suatu program studi Williamson (WS. Winkel, 1997: 338).
Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau
faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan,
minat. sikap dan temperamen. Perkembangan kemajuan individu mulai
dari masa bayi hingga dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor.
Banyak usaha untuk membuat kategori orang- orang atas dasar macam-
macam sifat. Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah : pertama menilai
ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis, kedua mendefinisikan atau
menggambarkan seseorang, ketiga, membantu orang untuk memahami diri
dan lingkungannya, dan keempat, memprediksi keberhasilan yang
mungkin dicapai dimasa datang.

B. Saran

Hendaknya setelah kita mempelajari makalah ini kita dapat


menghindari sifat angkuh dalam kehidupan sehari- hari karena dapat

18
merugikan diri sendiri dan orang lain. Dampak dari sifat angkuh sangat
tidak baik bagi orang tersebut.
1. Manfaat bagi konselor :
Konselor diharapkan mampu membantu konseli secara optimal, selain
itu bisa dijadikan menjadi sebuah pengalaman yang baru bagi tentang
bagaimana cara mengatasi sebuah permasalahan/kasus pada umumnya
dan khususnya mengenai kasus yang di selesaikan melalui pendekatan
trait and factor kepada konseli di masa yang datang.
2. Manfaat bagi konseli :
Bermanfaat bagi konseli dalam menghadapi masalah yang ia sedang
alami, agar ia dapat mengendalikan dirinya, kemudian mendapatkan
gambaran untuk bisa mengambil keputusan yang lebih baik dalam
menyelesaikan masalahnya di kemudian hari.
3. Manfaat bagi orang tua :
Dengan ini diharapkan orang tua dapat mengerti dan memahami
anaknya yang sedang mengalami masalah dan lebih peka terhadap
kondisi yang di alami oleh anak dan menjadi figur yang lebih perduli
terhadap masalah yang dihadapi anak.
4. Manfaat bagi pembaca umum :
Dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari permasalahan ini agar
keluarga maupun orang terdekat mereka tidak mengalami nasib yang
sama.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hadiarni dan Irman. 2009. Konseling karir. Batusangkar: STAIN Batusangkar


Press.
Mohammad Thayeb Manrihu. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling
Karir. Jakarta: BumiAksara.
Taufik. 2012. Model-Model Konseling. Padang: UNP Press

20

Anda mungkin juga menyukai