Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Trait and factor

Dosen : Neng Triyaningsih Suryaman M.Pd

Anggota Kelompok 9 :

Febri melia sari 201801500601

Indah nur mayang sari 201801500614

Andre fidhy pratiwi 201801500599

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2019/2020
KATA PENGANTAR

 Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada Ibu Neng
Triyaningsih Suryaman M.Pd Yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Model
Model Konseling. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih juga kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang trait and factor ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat.

Jakarta, 20 Maret 2020

Penyusun
A. Latar Belakang Masalah
Kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya.
Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan
lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Pada tiap individu ada sifat-sifat
yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada seseorang yang merupakan sifat yang unik.
Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan tiap orang tidak sama. Oleh sebab itu,
kepribadian adalah suatu sistem saling bergantungan dengan trait atau faktor seperti;
kecakapan, minat, sikap, temperamen, dan lain-lain.
Menurut Gibson & Mitchell (2011:45) teori awal yang muncul bagi konseling dan
pengembangan karir disebut faktor-sifat/watak (trait-factor). Hal yang mendasar bagi
konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan
pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan
potensinya.
Adapun ciri khas dari pandangan ini adalah asumsi bahwa orang memliki pola
kemampuan dan minat yang dapat diketahui melalui testing; dapat juga diselidiki kualitas apa
yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan. Seseorang dapat menemukan jabatan yang
cocok baginya dengan cara mengkorelasikan kemampuan, potensi, dan wujud minat yang
dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang
jabatan tertentu.
Perry & Vanzandt (2005:5) The structural school focuses on matching individuals to
occupations that mesh with their interests and aptitudes. Struktural sekolah berfokus pada
pencocokan individu untuk pekerjaan yang cocok dengan minat dan bakat mereka. Oleh
karenanya, pandangan ini terutama menyoroti bagaimana seseorang akan mencocokan pilihan
karir (vocational choice) yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan bakat dan
minatnya.
Lebih lanjut Winkel (1997:574) pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai
relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri peserta
didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal data itu
tidak hanya dibatasi pada data hasil testing psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi
yang dibutuhkan dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang
lingkungan hidup (data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Disamping itu, pemikiran tentang pencocokan antara data psikologis dan data sosial
dalam membuat pilihan jabatan dapat membantu klien dan konselor, asal mencocokkan itu
tidak diartikan sebagai usaha untuk menemukan satu-satunya jabatan yang pasti cocok,
melainkan sebagai usaha untuk menemukan berbagai alternatif pilihan yang kemudian
dipertimbangkan pro dan kontranya.
Pandangan Trait  and Factor sebenarnya tidak pernah membela penggunaan testing
secara berlebihan dalam konseling, dan bahwa Williamson sebagai pelopor pengembangan
teori Trait  and Factor juga sudah memandang data lain, sebagai data yang penting dalam
konseling karir di luar data hasil testing. Sebagai data yang penting dalam konseling karir,
misalnya pengalaman kerja dan latar belakang sosial budaya. Dengan demikian,
pandangan Trait  and Factor diperluas sehingga dapat menghasilkan suatu pendekatan praktis
dalam konseling karir.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 
1.      Bagaimana Sejarah trait and factor ? 
2.      apa pandangan manusia terhadap trait and factor ?
3.      Bagaimana konsep dasar trait and factor ? 
4.      Bagaimanana tujuan konseling tentang trait and factor ? 
5.      Bagaiman peran dan fungsi koneling tentang trait and factor ? 
6.      Apa teknik teknik konseling tentang trait and factor

C. Tujuan Penulisan 

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 


1.      Untuk mengetahui sejarah trait and factor
2.      Untuk mengetahui pandangan manusia terhadap trait and factor
3.      Untuk mengetahui konsep dasar trait and factor
4.      Untuk mengetahui tujuan konseling tentang trait and factor
5.      Untuk mengetahui peran dan fungsi konseling tentang trait and factor
6.      Untuk mengetahui teknik teknik konseling tentang trait and factor
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah trait and factor

B. Pandangan Tentang Manusia Terhadap


Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan
lainnya, seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Perkembangan individu mulai
dari masa bayi sampai dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor. Telah banyak
dilakukan usaha untuk menyusun kategori individu atas dasar dimensi sifat dan faktor.
Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah : (a) mengukur dan menilai ciri ciri-ciri
seseorang dengan tes psikologis, (b) mendefinisikan atau menggambarkan keadaan
individu, (c) membantu individu untuk memahami diri dan lingkungannya, (d)
memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai pada masa mendatang.

Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan


dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Manusia mempunyai potensi
untuk berbuat baik atau buruk.  Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat
baik serta menolak kejahatan. Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada
hubungannya dengan orang lain.
C. Konsep dasar

Menurut Gibson & Mitchell (2011:454) Pendekatan faktor-sifat/watak bagi pengambilan


keputusan karir adalah yang tertua, dan mungkin yang paling bertahan lama dari sekian
pendekatan teoritis yang tersedia bagi konseling karir. Teori Trait and Factor tergolong pada
pandangan kognitif atau pendekatan rasional.
Sayekti (1998:47) teori Trait and Factor ialah pendekatan mencoba secara intelektual
logis dan rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien, cara pemecahan
kesulitan-kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional. Konseling
dengan pendekatan Trait and Factor yang dipelopori oleh Williamson ini disebut pula
konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu
klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Konseling semacam inilah
yang banyak dilakukan oleh konselor di sekolah-sekolah baik di luar negeri maupun di
negara kita.
Winkel (2010:407) dalam segi teoritis dan dalam segi pendekatannya, corak konseling
ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika
Serikat sejak awal abad yang ke-20. Teori Trait and Factor senantiasa dihubungkan dengan
Universitas Minnesota yang termasuk di dalamnya Walter Bingham, John Darley, Patterson,
dan W.G Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan ini banyak menggunakan
alat pengukur terhadap atribut klien seperti bakat, kemampuan, minat, tingkah laku dan
kepribadiannya. Dari hasil pengukuran tersebut konseli dapat diarahkan pendidikan dan
jabatan apa yang cocok bagi klien, sehingga dapat membahagiakan hidupnya.
Melalui pengolahan hasil tes atau angket dan alat pengukur lainnya dapat diramalkan
pula apa yang akan diperbuat oleh klien dalam situasi tertentu.  Williamson berpendapat
bahwa dasar konseling modern terletak pada keunikan individu dan juga identifikasi
keunikannya tersebut, melalui pengukuran yang objektif.
Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909), Frank Person menunjukkan tiga
langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai: (Gibson & Mitchell,
2011:454)
1.    Sebuah pemahaman yang jelas dan objektif tentang diri seseorang seperti kemampuannya,
minatnya, sikapnya, dan lain-lain.
2.    Sebuah pengetahuan tetang persyaratan dan karakteristik karir-karir yang spesifik.
3.    Sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara poin 1 dan 2 di atas bagi sebuah
perencanaan karir yang sukses.

Lebih lanjut dalam Winkel (2010:408) memaparkan mengenai tiga langkah besar
untuk pengembangan pengambilan keputusan karir individu: jadi langkah yang pertama
menggunakan analisis diri; langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational
information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk  berpikir rasional guna
menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap
kesuksessan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan, dengan tuntutan kualifikasi
dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Dengan demikian, dalam keputusan karir klien bukan hanya mencari pekerjaan demi
asal punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu pekerjaan (the
choice of a vacation).
Pandangan Tentang Manusia
Slamet Riyadi (2010:103) manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya
sebagai dasar pengembangan potensinya. Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik
atau buruk
Sesuai dengan pendapat Slamet riyadi di atas Williamson mempunyai pandangan
tentang manusia sebagai berikut (dalam Sayekti, 1998:49)
-          Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk
Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi
manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka seorang konselor
mestilah optimis dan percaya bahwa manusia dapat menyelesaikan masalah-masalahnya,
terlebih lagi jika manusia belajar menggunakan kemampuannya.
-          Diri manusia hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya manusia tidak
dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
-          Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun sudah
menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.
Sayekti (1998:49) Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan
faktor kepribadian seseorang. Sifat dan faktor kepribadian seseorang dapat diungkap dengan
menggunakan metode multi variate  dan analisis faktor. Dengan menggunakan metode
tersebut akan diketemukan unsur dasar yang berstruktur dari kepribadian. Unsur dasar ini
disebut dengan sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk memberikan reaksi dan
merupakan perilaku yang relatif tetap.
Winkel (2010:409) yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi
seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti: intelegensi (berpikir), iba
hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi
kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang
dari sangat tinggi sampai sangat rendah.
Lebih lanjut Cattell (dalam Sayekti; 1998:49) menjelaskan trait atau sifat adalah suatu
struktur mental, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati, untuk
menunjukkan ketetapan dalam tingkah laku.
Penjelasan mengenai trait adalah sebagai berikut :
1)   Common Trait atau Unique Trait
a)    Common trait, atau sifat umum yaitu sifat yang dimiliki oleh semua individu atau setidaknya
oleh sekelompok individu yang hidup dalam lingkungan sosial yang sama
b)   unique trait, atau sifat khusus yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh individu-individu masing-
masing, dan tidak dapat ditemukan pada individu lain dalam bentuknya yang demikian.
Selanjutnya sifat khusus ini dapat dibedakan lagi menjadi :
- relatively unique, yaitu yang kekhususannya timbul dari oengaturannya   unsur-unsur sifat itu
- intrinsically unique, yaitu yang benar-benar hanya ada pada individu khusus tertentu.
2)   Surface Trait dan Source Trait
a)    Surface Trait atau sifat tampak adalah kelompok dari variabel-variabel yang tampak.
b)   Source Trait, atau sifat asal adalah variabel-variabel yang mendasari berbagai manifestasi
yang tampak.
Cattell (dalam Sayekti, 2002:50) menganggap bahwa sifat asal lebih penting daripada
sifat yang tampak atau sifat permukaan. Sifat permukaan merupakan hasil interaksi dari sifat
asal dan pada umumnya dapat diharapkan kurang tepat. Sifat permukaan itu lebih berarti dan
lebih diakui daripada sifat asal, karena sifat permukaan tersebut dapat langsung disaksikan
dari observasi yang sederhana. Namun dalam rangka yang lebih mendalam, sifat asal-lah
yang lebih mendasari tingkah laku seorang individu (klien).

Lebih lanjut dalam bukunya Sayekti (2002:50) memaparkan sifat dapat digolongkan
menjadi tiga macam,yaitu:
a)    Dinamic traits,  yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan perbuatan untuk
mencapai suatu tujuan.
b)   Ability traits, apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan efektif atau tidaknya
individu (klien) dalam mencapai suatu tujuan.
c)    Temprament traits,  yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan aspek
konstitusional, seperti misalnya energi kecepatan, reaksi emosional dan sebagainya.
Tentu saja dalam tingkah laku seorang individu (klien), ketiga sifat tersebut sama-
sama berfungsi, namun salah satunya tentu ada yang dominan. Sehingga secara teori seorang
konselor tetap perlu membedakannya.
Pandangan Tentang Kepribadian
Menurut Slamet Riyadi (2010:105) pandangan tentang  kepribadian dalam
teori Trait and Factor  adalah sebagai berikut:
1.    Kepribadian adalah suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan faktor, seperti
kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
2.    Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh faktor pembawaan dan lingkungan.
3.    Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang khusus, yang merupakan
sifat yang unik.
4.    Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk
memberi reaksi dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap.
5.    Sifat (trait) adalah struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan keajegan dan
ketepatan dalam tingkah laku.

Dengan demikian, manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Konsep
dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor kepribadian seseorang. Oleh
karenanya, sifat dan faktor kepribadian yang tampak dari individu (klien) sangatlah dominan
dalam pelaksanaan konseling Trait  and Factor.
D. Tujuan konseling trait and factor

Menurut Sayekti (2002:51) Tujuan konseling Trait and Factor adalah sebagai berikut:


1.    membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan
membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol
perkembangannya secara rasional.
2.    Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat
bereaksi secara wajar dan stabil.
3.    Mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan
menggunakan metode atau cara ilmiah.
Lebih lanjut Slamet Riyadi (2010 :106) memaparkan tujuan konseling menggunakan
pendekatan Trait and Factor adalah:
1.    Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan
manusia.
2.    Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan
cara membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan
kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
3.    Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri
serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
4.    Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan
metode ilmiah.
Konseling juga bertujuan untuk mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan
menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah
tersebut. Untuk itu secara umum konseling Trait  and Factor dimaksudkan untuk membantu
klien mengalami:
1.    Klarifikasi diri (self clarification)
2.    Pemahaman diri (self understanding)
3.    Pengarahan diri (self acceptance)
4.    Pengarahan diri (self direction)
5.    Aktualisasi diri (self actualization)
Dengang demikian, tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu individu
merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu
berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara
rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga
dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam
penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
.

E. Peran dan fungsi


Peranan yang dapat dan seharusnya dilakukan oleh seseorang konselor dalam pendeketan
trait and factor adalah sebagai berikut :
1. Konselor memberitahu kepada klien tentang berbagai kemampuan yang diperoleh
melalui penyelenggaraan testing psikologi,angket dan alat ukur laiinya.
2. Konselor memberitahukan tentang bidang-bidang yang cocok sesuai dengan
kemampuan serta karakteristik.
3. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien
4. Konselor membantu klien mencari atau menemukan sebab-sebab kesulitan atau
ganggguannya dengan diagnosis eksternal
5. Secara esensial peranan konselor adalah seperti guru, dimana “ memberi informasi“
dan mengarahkan secara efektif

Adapun fungsi konselor


1. Dapat menempatkan diri sebagai guru
2. Menerima sebagian tanggung jawab terhadap klien
3. Bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik

F. Teknik Konseling Trait and Factor

 1. Atending

Atending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam  proses
konseling. Penciptaan dan pengembangan Atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan
sikap empati, menghargai, wajar, dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi
kebutuhan yang dirasakan oleh klien. Dalam tataran yang lebih operasional, melakukan refleksi
melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana  saudara mengenal dan mengantisipasi bila seseorang sangat tertarik pada
Anda?
2. Bagaimana saudara mengenal bila seseorang memberikan perhatian terhadap Anda?
3. Bagaimana saudara mengenal atau mengetahui bila seseorang mendengarkan,
memperhatikan dan  menghayati Anda ?
Melalui jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, konselor dapat memulai melakukan
pembinaan untuk mengajak klien mamasuki proses konseling.

Aspek-aspek atending meliputi :

1. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka). Duduk dengan badan
menghadap kepada klien. Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-
kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara
verbal. Responsif   dengan  menggunakan  bagian  wajah,  umpamanya senyum spontan
atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan krutan dahi tanda tidak
mengerti. Badan  tegak  lurus  tetapi  tidak kaku, manakala diperlukan bisa condong ke arah
klien untuk menunjukan kebersamaan.
2. Kontak Mata. Melihat klien terutama pada waktu bicara. Menggunakan pandangan
spontan yang  menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk mendengarkan dan
merespon
3. Mendengarkan. Memelihara pehatian penuh, terpusat pada klien. Mendengarkan
apapun yang dikatakan klien, mendengarkan  keseluruhan   pribadi klien  (kata-katanya, 
perasaannya, dan perilakunya). Memahami keseluruhan pesannya
2. Mengundang Pembicaraan Terbuka

Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri
dengan dukungan pewawancara. Pertanyaan terbuka memberi peluang klien untuk
mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam wawancara. Responnya terhadap pertanyaan
terbuka ialah untuk menunjukkan kesadarannya bahwa dia diminta untuk menceritakan
sejarahnya atau lebih menjabarkan apa yang telah dikatakan.

Contoh pertanyaan terbuka :


1. Untuk membantu memulai wawancara :
     “Apa yang akan Anda bicarakan hari ini?”
     “Bagaimana keadaan Anda sejak pertemuan terakhir kita?”
 2. Membantu klien menguraikan masalahnya :
    “Cobalah Anda menceritakan lebih banyak lagi  tentang hal itu!“
    “Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?”
3. Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku   khusus :
     “Apa yang Anda sedang rasakan pada saat Anda  menceritakan hal ini kepada saya?”
     “Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada waktu   itu?”

Pertanyaan yang tidak disarankan antara lain:


1. Pemakaian pertanyaan tertutup yang terlalu sering.
2. Pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada waktu yang sama.
”Dapatkah anda menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu?”
3. Pengajuan pertanyaan “Mengapa”, umpamanya :   “Mengapa anda tidak bergaul
dengan baik?”
4. Memasukkan jawaban dalam pertanyaan, umpamanya :  “Anda sebenarnya belum
mengerti hal itu pada saat anda mengatakan tentang ayahnya, bukan?”
3. Paraprase

Esensinya adalah mengulangi kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien dalam
rumusan-rumusan yang menggunakan kata-kata konselor sendiri. Memberi tahu klien bahwa ia
sedang mendengarkan apan yang dikatakan dan konselor ingin mendengarkan leih banyak lagi.
Klien akan merasa dimengerti dan dipersiapkan untuk mengolah lebih dalam lagi masalah-
masalah yang diajukannya.

Maksud dari kegiatan paraprase adalah :

1. menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien,   dan konselor berupaya
memahami apa yang dinayatkan klien
2. mengkritalisasi komentar klien dengan lebih   memendekannya sehingga membantu
mengarahkan   wawancara
3. memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor.
Cara Memparaprase :
1. Dengarkan pesan utama klien
2. Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana dan
singkat
3. Amati pertanda atau minta respons dari klien  akan bantuan paraprase.
 Hindari:
1. analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien
2. respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien klien, bukan 
kepada tema utamanya
3. pemakaian kata-kata teknis yang tidak dimengerti klien
4. Refeksi perasaan

Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespons keadaan perasaan klien
terhadap situasi yang sedang dihadapi. Tindakan tersebut akan mendorong dan merangsang
klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang
dihadapinya. Jadi, esensi keterampilan ini adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar
dapat mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang dialami.

Aspek-aspek refleksi perasaan :


1. Mengamati perilaku klien
2. Mendengarkan dengan baik
3. Menghayati pesan yang dikomunikasikan  klien.
4. Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien.
5. Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami.
6. Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk  melukiskan perasaan klien.
5. Meringkas .

Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu
pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling. Meringkas : rupaya merekapituasi,
memadatkan, dan mengkristalisasi esensi apa yang telah dikatakan klien. Dengan
menggunakan ringkasan secarea periodik, konselor dapat memeriksa kecermatannya dalam
mendengarkan. Ringkasan juga membantu untuk mengakiri wawancara dengan suatu cartatan
yang wajar, dan dapat menjadi panduan wawancara.

Panduan umum meringkas:    (1) Adakan refleksi atau atending terhadap       berbagai variasi
tema dan nada     emosional pada saat klien berbicara; (2) Gabungkan perasaan dan ide kunci
ke dalam  pernyataan-pernyataan yang pengertian  dasarnya luas; (3) Jangan tambahkan ide-
ide baru dalam ringkasan; dan (4) Pertimbangkan kalau sekiranya dapat membantu kalau
menyatakan ringkasan atau mengajak klien untuk membuat ringkasan.

F. Keterbatasan Pendekatan Konseling Trait and Factor


1. Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi
terutama kepada siswa-siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan tanggung
jawab sendiri.
2. Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang
dicapai pada diri klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam
mengarahkan dan membatasi klien.
3. Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif klien yang justru seharusnya
menjadi kepedulian konselor.
4. Terlalu banyak pertimbangan yang ditekankan pada data obyektif. Penggunaan dan
keyakinan yang berlebihan terhdap data ini kurang tepat karena keterbatasan reliabilitas,
validitas, dan kelengkapan alat dan datanya.
5. Suatu dilema bagi konselor karena ia harus mendorong dan meyakinkan klien
mewujudkan kemampuannya, tetapi ia harus melakukannya tanpa persuasi.
Kesimpulan
Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Manusia berusaha untuk
menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar
pengembangan potensinya.
Pendekatan faktor-sifat/watak bagi pengambilan keputusan karir adalah yang tertua.
Corak konseling trait dan faktor ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana
dikembangkan di Amerika Serikat sejak awal abad yang ke-20. Pelopor pengembangan corak
konseling trait dan faktor yang paling terkenal adalah E.G. Williamson.
Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak konseling yang menekankan
pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam
memecahkan beraneka problem/masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan
program studi/bidang pekerjaan.
Pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai relevansi bagi bimbingan dan
konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri peserta didik sendiri merupakan
bahan pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal data itu tidak hanya dibatasi
pada data hasil testing psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan
dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup (data
sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Tujuan konseling Trait adn Factor adalah membantu individu merasa lebih baik
dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih
dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional, memperkuat
keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara
wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep
diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
Dalam prosesnya terdapat dua teknik yang digunakan yaitu teknik tes dan teknik non
tes. Tahapan proses konseling yang dilakukan adalah analisis, sistesis, diagnosis, prognosis,
konseling (treatment) dan tindak lanjut ( follow-up ).
Daftar pustaka
Fauzan,lutfi 2004 , pendekatan-pendekatan konseling individual , malang : elang mas
Fauzan, lutfi dan suliono, 1991/1992 . konseling individu trait and factor.
Depeikbud : malang
Surya,mohammad. 2003 teori-teori konseling.bandung : cv.pustaka bani quraisy

Anda mungkin juga menyukai