Anggota Kelompok 9 :
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada Ibu Neng
Triyaningsih Suryaman M.Pd Yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Model
Model Konseling. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih juga kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang trait and factor ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat.
Penyusun
A. Latar Belakang Masalah
Kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya.
Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan
lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Pada tiap individu ada sifat-sifat
yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada seseorang yang merupakan sifat yang unik.
Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan tiap orang tidak sama. Oleh sebab itu,
kepribadian adalah suatu sistem saling bergantungan dengan trait atau faktor seperti;
kecakapan, minat, sikap, temperamen, dan lain-lain.
Menurut Gibson & Mitchell (2011:45) teori awal yang muncul bagi konseling dan
pengembangan karir disebut faktor-sifat/watak (trait-factor). Hal yang mendasar bagi
konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan
pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan
potensinya.
Adapun ciri khas dari pandangan ini adalah asumsi bahwa orang memliki pola
kemampuan dan minat yang dapat diketahui melalui testing; dapat juga diselidiki kualitas apa
yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan. Seseorang dapat menemukan jabatan yang
cocok baginya dengan cara mengkorelasikan kemampuan, potensi, dan wujud minat yang
dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang
jabatan tertentu.
Perry & Vanzandt (2005:5) The structural school focuses on matching individuals to
occupations that mesh with their interests and aptitudes. Struktural sekolah berfokus pada
pencocokan individu untuk pekerjaan yang cocok dengan minat dan bakat mereka. Oleh
karenanya, pandangan ini terutama menyoroti bagaimana seseorang akan mencocokan pilihan
karir (vocational choice) yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan bakat dan
minatnya.
Lebih lanjut Winkel (1997:574) pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai
relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri peserta
didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal data itu
tidak hanya dibatasi pada data hasil testing psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi
yang dibutuhkan dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang
lingkungan hidup (data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Disamping itu, pemikiran tentang pencocokan antara data psikologis dan data sosial
dalam membuat pilihan jabatan dapat membantu klien dan konselor, asal mencocokkan itu
tidak diartikan sebagai usaha untuk menemukan satu-satunya jabatan yang pasti cocok,
melainkan sebagai usaha untuk menemukan berbagai alternatif pilihan yang kemudian
dipertimbangkan pro dan kontranya.
Pandangan Trait and Factor sebenarnya tidak pernah membela penggunaan testing
secara berlebihan dalam konseling, dan bahwa Williamson sebagai pelopor pengembangan
teori Trait and Factor juga sudah memandang data lain, sebagai data yang penting dalam
konseling karir di luar data hasil testing. Sebagai data yang penting dalam konseling karir,
misalnya pengalaman kerja dan latar belakang sosial budaya. Dengan demikian,
pandangan Trait and Factor diperluas sehingga dapat menghasilkan suatu pendekatan praktis
dalam konseling karir.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah trait and factor ?
2. apa pandangan manusia terhadap trait and factor ?
3. Bagaimana konsep dasar trait and factor ?
4. Bagaimanana tujuan konseling tentang trait and factor ?
5. Bagaiman peran dan fungsi koneling tentang trait and factor ?
6. Apa teknik teknik konseling tentang trait and factor
C. Tujuan Penulisan
Lebih lanjut dalam Winkel (2010:408) memaparkan mengenai tiga langkah besar
untuk pengembangan pengambilan keputusan karir individu: jadi langkah yang pertama
menggunakan analisis diri; langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational
information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berpikir rasional guna
menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap
kesuksessan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan, dengan tuntutan kualifikasi
dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Dengan demikian, dalam keputusan karir klien bukan hanya mencari pekerjaan demi
asal punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu pekerjaan (the
choice of a vacation).
Pandangan Tentang Manusia
Slamet Riyadi (2010:103) manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya
sebagai dasar pengembangan potensinya. Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik
atau buruk
Sesuai dengan pendapat Slamet riyadi di atas Williamson mempunyai pandangan
tentang manusia sebagai berikut (dalam Sayekti, 1998:49)
- Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk
Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi
manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka seorang konselor
mestilah optimis dan percaya bahwa manusia dapat menyelesaikan masalah-masalahnya,
terlebih lagi jika manusia belajar menggunakan kemampuannya.
- Diri manusia hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya manusia tidak
dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
- Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun sudah
menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.
Sayekti (1998:49) Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan
faktor kepribadian seseorang. Sifat dan faktor kepribadian seseorang dapat diungkap dengan
menggunakan metode multi variate dan analisis faktor. Dengan menggunakan metode
tersebut akan diketemukan unsur dasar yang berstruktur dari kepribadian. Unsur dasar ini
disebut dengan sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk memberikan reaksi dan
merupakan perilaku yang relatif tetap.
Winkel (2010:409) yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi
seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti: intelegensi (berpikir), iba
hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi
kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang
dari sangat tinggi sampai sangat rendah.
Lebih lanjut Cattell (dalam Sayekti; 1998:49) menjelaskan trait atau sifat adalah suatu
struktur mental, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati, untuk
menunjukkan ketetapan dalam tingkah laku.
Penjelasan mengenai trait adalah sebagai berikut :
1) Common Trait atau Unique Trait
a) Common trait, atau sifat umum yaitu sifat yang dimiliki oleh semua individu atau setidaknya
oleh sekelompok individu yang hidup dalam lingkungan sosial yang sama
b) unique trait, atau sifat khusus yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh individu-individu masing-
masing, dan tidak dapat ditemukan pada individu lain dalam bentuknya yang demikian.
Selanjutnya sifat khusus ini dapat dibedakan lagi menjadi :
- relatively unique, yaitu yang kekhususannya timbul dari oengaturannya unsur-unsur sifat itu
- intrinsically unique, yaitu yang benar-benar hanya ada pada individu khusus tertentu.
2) Surface Trait dan Source Trait
a) Surface Trait atau sifat tampak adalah kelompok dari variabel-variabel yang tampak.
b) Source Trait, atau sifat asal adalah variabel-variabel yang mendasari berbagai manifestasi
yang tampak.
Cattell (dalam Sayekti, 2002:50) menganggap bahwa sifat asal lebih penting daripada
sifat yang tampak atau sifat permukaan. Sifat permukaan merupakan hasil interaksi dari sifat
asal dan pada umumnya dapat diharapkan kurang tepat. Sifat permukaan itu lebih berarti dan
lebih diakui daripada sifat asal, karena sifat permukaan tersebut dapat langsung disaksikan
dari observasi yang sederhana. Namun dalam rangka yang lebih mendalam, sifat asal-lah
yang lebih mendasari tingkah laku seorang individu (klien).
Lebih lanjut dalam bukunya Sayekti (2002:50) memaparkan sifat dapat digolongkan
menjadi tiga macam,yaitu:
a) Dinamic traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan perbuatan untuk
mencapai suatu tujuan.
b) Ability traits, apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan efektif atau tidaknya
individu (klien) dalam mencapai suatu tujuan.
c) Temprament traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan aspek
konstitusional, seperti misalnya energi kecepatan, reaksi emosional dan sebagainya.
Tentu saja dalam tingkah laku seorang individu (klien), ketiga sifat tersebut sama-
sama berfungsi, namun salah satunya tentu ada yang dominan. Sehingga secara teori seorang
konselor tetap perlu membedakannya.
Pandangan Tentang Kepribadian
Menurut Slamet Riyadi (2010:105) pandangan tentang kepribadian dalam
teori Trait and Factor adalah sebagai berikut:
1. Kepribadian adalah suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan faktor, seperti
kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
2. Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh faktor pembawaan dan lingkungan.
3. Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang khusus, yang merupakan
sifat yang unik.
4. Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk
memberi reaksi dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap.
5. Sifat (trait) adalah struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan keajegan dan
ketepatan dalam tingkah laku.
Dengan demikian, manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Konsep
dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor kepribadian seseorang. Oleh
karenanya, sifat dan faktor kepribadian yang tampak dari individu (klien) sangatlah dominan
dalam pelaksanaan konseling Trait and Factor.
D. Tujuan konseling trait and factor
1. Atending
Atending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam proses
konseling. Penciptaan dan pengembangan Atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan
sikap empati, menghargai, wajar, dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi
kebutuhan yang dirasakan oleh klien. Dalam tataran yang lebih operasional, melakukan refleksi
melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana saudara mengenal dan mengantisipasi bila seseorang sangat tertarik pada
Anda?
2. Bagaimana saudara mengenal bila seseorang memberikan perhatian terhadap Anda?
3. Bagaimana saudara mengenal atau mengetahui bila seseorang mendengarkan,
memperhatikan dan menghayati Anda ?
Melalui jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, konselor dapat memulai melakukan
pembinaan untuk mengajak klien mamasuki proses konseling.
1. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka). Duduk dengan badan
menghadap kepada klien. Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-
kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara
verbal. Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan
atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan krutan dahi tanda tidak
mengerti. Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala diperlukan bisa condong ke arah
klien untuk menunjukan kebersamaan.
2. Kontak Mata. Melihat klien terutama pada waktu bicara. Menggunakan pandangan
spontan yang menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk mendengarkan dan
merespon
3. Mendengarkan. Memelihara pehatian penuh, terpusat pada klien. Mendengarkan
apapun yang dikatakan klien, mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-katanya,
perasaannya, dan perilakunya). Memahami keseluruhan pesannya
2. Mengundang Pembicaraan Terbuka
Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri
dengan dukungan pewawancara. Pertanyaan terbuka memberi peluang klien untuk
mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam wawancara. Responnya terhadap pertanyaan
terbuka ialah untuk menunjukkan kesadarannya bahwa dia diminta untuk menceritakan
sejarahnya atau lebih menjabarkan apa yang telah dikatakan.
Esensinya adalah mengulangi kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien dalam
rumusan-rumusan yang menggunakan kata-kata konselor sendiri. Memberi tahu klien bahwa ia
sedang mendengarkan apan yang dikatakan dan konselor ingin mendengarkan leih banyak lagi.
Klien akan merasa dimengerti dan dipersiapkan untuk mengolah lebih dalam lagi masalah-
masalah yang diajukannya.
1. menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor berupaya
memahami apa yang dinayatkan klien
2. mengkritalisasi komentar klien dengan lebih memendekannya sehingga membantu
mengarahkan wawancara
3. memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor.
Cara Memparaprase :
1. Dengarkan pesan utama klien
2. Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana dan
singkat
3. Amati pertanda atau minta respons dari klien akan bantuan paraprase.
Hindari:
1. analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien
2. respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien klien, bukan
kepada tema utamanya
3. pemakaian kata-kata teknis yang tidak dimengerti klien
4. Refeksi perasaan
Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespons keadaan perasaan klien
terhadap situasi yang sedang dihadapi. Tindakan tersebut akan mendorong dan merangsang
klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang
dihadapinya. Jadi, esensi keterampilan ini adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar
dapat mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang dialami.
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu
pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling. Meringkas : rupaya merekapituasi,
memadatkan, dan mengkristalisasi esensi apa yang telah dikatakan klien. Dengan
menggunakan ringkasan secarea periodik, konselor dapat memeriksa kecermatannya dalam
mendengarkan. Ringkasan juga membantu untuk mengakiri wawancara dengan suatu cartatan
yang wajar, dan dapat menjadi panduan wawancara.
Panduan umum meringkas: (1) Adakan refleksi atau atending terhadap berbagai variasi
tema dan nada emosional pada saat klien berbicara; (2) Gabungkan perasaan dan ide kunci
ke dalam pernyataan-pernyataan yang pengertian dasarnya luas; (3) Jangan tambahkan ide-
ide baru dalam ringkasan; dan (4) Pertimbangkan kalau sekiranya dapat membantu kalau
menyatakan ringkasan atau mengajak klien untuk membuat ringkasan.