Anda di halaman 1dari 13

TRAIT-FACTOR

COUNSELING

DISUSUN
Ika Puspita Sari 18144200030
Melani wibowo OLEH :1144200015
Wiwin Nitami 17144200087
Dionisius Christian Calviantho 1144200014
Yozan Nugraha Jati 18144200012

Bimbingan dan Konseling Karir Kelompok 1 - 4 A1


TRAIT-FACTOR COUNSELING

Istilah Trait-Factor Counseling sukar diganti dengan istilah bahasa indonesia yang

mengena: paling-paling dapat dideskripsikan dengan mengatakan: corak konseling yang

menekankan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama

yang menyangkut pilihan program studi dan bidang pekerjaan. Pelopor pengembangan

corak konseling ini yang paling terkenal ialah E.G. Williamson. Corak konseling ini dikenal

juga dengan nama directive counseling atau Counselor-Centered Counseling, karena

konselor secara sadar mengadakan stukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha

mempengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan konseli sendiri. Corak konseling

ini menilai tinggi kemampuan manusia untuk berpikir rasional dan memandang masalah

konseli sebagai problem yang harus dipecahkan dengan menggunakan kemampuan itu

(problem-solving approach).
Lalu siapa E.G.
Williamson
itu ?

Dia adalah pelopor pengembangan corak konseling


ini. E.G. Williamson lama bertugas sebagai Pembantu
Rektor urusan akademik dan kemahasiswaan pada
universitas di Minnesota.
bukunya yang berjudul Vacational Counseling (1965)
Williamson menguraikan sejarah perkembangan
bimbingan dan jabatan dan proses lahirnya konseling
jabatan yang berpegang pada teori
Trait-Factor.
Pada akhir abad yang ke-19 muncul salah seorang tokoh bernama Frank
Parsons. Ia mulai mencari suatu cara untuk membantu orang-orang muda
dalam memilih suatu bidang pekerjaan yang sesuai dengan potensi mereka,
sehingga dapat cukup berhasil di bidang pekerjaan itu.

Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909), Frank Parsons menunjukkan tiga


langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai,yaitu:

1. Pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat,


berbagai kelebihan dan kelemahan, serta ciri-ciri yang lain. langkah yang
pertam menggunakan analisis diri;

2. Pengetahuan tentang keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi


supaya dapat mencapai sukses dalam berbagai bidang pekerjaan itu.
Langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational
information);

3. Berpikir secara rasional mengenai hubungan antara kedua kelompok


fakta di atas. Langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk
berpikir rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian
yang mempunyai relevansi terhadap kesuksesan atau kegagalan dalam
suatu pekerjaan/jabatan, dengan tuntutan kualifikasi dan kesempatan
yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Namun, prosedur yang digunakan oleh Frank Parson untuk
menemukan fakta dalam rangka langkah kerja yang pertama
dan yang kedua ternyata tidak seluruhnya dapat
Dipertanggung jawabkan dari segi analisis psikologis
dan sosial secara ilmiah.

Misalnya, Witner memperjuamgkan penerapan ilmu psikologi dalam mendiagnosis berbagai


kesulitan belajar yang dialami oleh seorang siswa, yang kemudian dikembangkan sebagai metode
klinis yaitu pemeriksaan psikologis terhadap orang secara perseorangan. Pemikiran Witner
direalisasikan oleh Viteles, yang membuka sebuah klinik psikologis. Klinik ini merupakan
institusi di mana semua orang memperoleh bantuan dalam menemukan segala segi
kemampuannya, dan mendapat nasihat tentang pekerjaan yang cocok bagi mereka. Di samping
itu, dalam klinik itu diadakan penelitian berupa analisis jabatan . Tekanan pada studi psikologis
dalam suatu klinik psikologis, dengan menggunakan alat-alat yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, memjadi ciri khas dari aliran konseling yang kemudian disebut Konseling Klinikal.
Corak konseling yang berpegang pada teori Trait-Factor berkembang dalam rangka konsepsi
aliran Konseling Klinikal. Oleh karena itu, pendekatan konseling Trait-Factordalam beberapa
buku dinamakan Konseling Klasikal.
 Sedangkan alat yang digunakan untuk mempelajari
keadaan seseorang sehingga menghasilkan analisis bagi
masing-masing pribadi, adalah tes-tes psikologis.
. Dalam hal ini aliran konseling jabatan berpegang
pada teori kepribadian yang dikenal dengan nama teori
Trait-Factor. Yang dimaksudkan dengan Trait adalah
suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir,
berperasaan, dan berperilaku, seperti inteligensi
(berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif
(berperilaku).
 Saat ini aliran konseling jabatan telah memperluas
diri menjadi Konseling Jabatan-Akademik, yang dewasa
ini sering disebut Konseling Karir.
Williamson merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor conseling dalam
suatu karangan yang dimuat dalam Theories of Counseling (stefflre, 1965, Bab V), sebagai
berikut :

1. setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan


potensi, seperti taraf inteligensi umum, bakat khusus,
taraf kreatifitas, wujud minat sert keterampilan, yang
bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk
individu itu.
2. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang
menunjukkan hubungan yang berlain-lainan dengan
kemampuan dan keterampilan yang di tuntut pada seorang
pekerja berbagai bidang pekerjaan.

3. Sesuai dengan pola berpikir pada butir (b), kurikulum


suatu program studi menuntut sejumlah kualifikasi
tertentu.
4. Setiap individu mampu,berkeinginan,dan berkcenderungan untuk
mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu
dengan berpikir baik-baik,sehingga dia akan mengunakan
keseluruhan kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan
demikian mengatur kehidupannya sendiri secara memuasakan
Kelemahan pendekatan Trait-Factor menyangkut pilihan bidang studi dan/atau perkerjaan. Kelemahan tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Kurang diindahkan adanya pengaruh dari ekonomi keluarga; serta keterbatasan yang
perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai konkret dalam kemampuan finansial, dan
budaya (cultural values), nilai-nilai sebagainya.
kehidupan (personal values) dan cita-cita
hidup, terhadap perkembangan jabatan anak 4. Kurang diperhitungkan perubahan-
dan remaja (focational development) serta perubahan dalam kehidupan masyarakat,
pilihan program/bidang studi dan bidang yang ikut memperluas atau membatasi
pekerjaan ( focational choice). jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.

2. Diandaikan bahwa pilihan jabatan dan 5. Kurang disadari bahwa konstelasi


pilihan program studi terjadi sekali saja dan kualifikasi yang dituntut untuk mencapai
ini pun bersifat keputusan terakhir atau sukses disuatu bidang pekerjaan atau
definitive, dengan berfikir secara rasional. program studi dapat berubah selama
tahun-tahun yang akan datang.
3. Kurang diperhatikan peranan keluarga
dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian 6. Pola ciri-ciri kepribadian tertentu belum
pilihan anak dengan cara mengungkapkan pasti sangat membatasi jumlah
harapan, dambaan dan memberikan kesempatan yang terbuka bagi seseorang
pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk
Kekurangan pengalaman hidup dan kesukaran untuk mengambil suatu kebijaksanaan,
yang ke dua dua nya kerap tampak pada banyak konseli yang di layani disekolah,
mendorong para konselor untuk menerapkan pendekatan ini lebih dalam menghadapi
permasalahan yang menyangkut pilihan karier. Dalam hal ini dapat diterapkan suatu
pendekatan yang mengambil inspirasi pada konseling Trait-Factor sebagaimana
dikembangkan oleh Williansom, yaitu sebagai berikut :
• konseli dibantu untuk mengumpulkan dan mengolah data tentang diri sendiri (data
psikologis); serta data tentang lingkungan hidup yang meliputi data dan fakta konkret
tentang lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan bidang studi dan
atau jabatan yang sedang ditinjau (data social)
• Data dan fakta itu dalam kaitan satu sama lain menghasilkan sejumlah alternative atau
kemungkinan, yang kemudian dipertimbangkan pro dan kontra nya
• Akhirnya dipilih alternative yang paling masuk akal, paling bijaksana dan realistis karena
bik bisa/dapat maupun ingin dipilih; atau mungkin ditemukan alternative baru yang
mengambil unsur unsur dari berbagai alternative yang lain (kompromi).
Secara praktis, data dan fakta yang dibutuhkan dapat dikumpulkan dalam urutan
sebagai berikut :

• Data tentang diri sendiri, seperti kemampuan intelektual; bakat khusus; minat;
harapan; berbagai perasaan, nilai nilai kehidupan (personal values); dll
• Fakta tentang keluarga dekat, seperti aneka harapan keluarga; kewajiban;
kemampuan ekonomi keluarga, dan sebagainya.
• Fakta tentang lingkungan hidup

* pendekatan ini dapat digunakan terhadap semua kasus ynag mengandung unsur unsur sebagai
berikut; termasuk ragam konseling jabatan dan/ atau konseling akademik (konseling karier), dimana

konseli menghadapi keharusan untuk memilih di antara beberapa alternative; konseli telah

menyelesaikan minimail jenjang pendidikan SLTP dan sudah mulai tampak stabil dalam berbagai ciri

kepribadian, misalnya selalu ragu ragu dalam keputusan tentang apapun juga atau sangat dikuasai pleh

alam perasaannya sendiri. Namun, harus selalu diperhatikan apakah pilihan yang akan dibuat

bersifatintermediasi atau definitive sehingga sukar diubah kelak.


KESIMPULAN
IstilahTraitFactorCounseling sukar diganti dengan istilah bahasa indonesia yang mengena:paling-

paling dapat dideskripsikan dengan mengatakan:corak konseling yang menekankan pemahaman itu

dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi,terutama yang menyangkut pilihan program studi

dan bidang pekerjaan.Alat yang digunakan untuk mempelajari keadaan seseorang sehingga

menghasilkan analisis bagi masing-masing pribadi,adalah tes-tespsikologis yang mula-mula digunakan

oleh para ahli psikologi industri dalam rangka seleksi aplikan untuk bidang-bidang pekerjaan tertentu.

Berdasarkan identifikasi berbagai kemampuan yang dimiliki atau tidak dimiliki seseorang setelah

dites,dan berdasarkan penelitian terhadap tuntutan pekerjaan dilapangan untuk mengetahui

kemampuan mana yang harus dimiliki seseorang supaya berhasil dalam suatu jenis pekerjaan

tertentu,ahli-ahli psikologi industri itu menyusun tabel-tabel prakiraan sukses atau gagalnya seseorang

aplikan dalam jenis pekerjaan tertentu.


Konselor yang berpegang pada pendekatan Trait-Factor
mengikuti rangkaian langkah kerja yang agak mirip dengan
pelaksanaan studi kasus dan pelayanan dokter terhadap
pelayanan seorang pasien,yaitu :analisis atau
pengumpulan data yang relevan;sintesi satau organisasi
dari data itu untuk memperoleh gambaranyang selengkap
mungkin tentang koseli;diagnosis atau kesimpulan tentang
semua unsur pokok dalam masalah konseli dan sebab.
Perlu dicatat bahwa pengumpulan data tentang
dirisendiri dan fakta tentang keluarga dekat serta
lingkungan hidup sangat bermanfaat untuk dapat
menentukan suatu yang menjadi landasan untuk kelak
dapat mengambil sesuatu keputusan tegas.

Anda mungkin juga menyukai