Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LANDASAN BIMBINGAN KONSELING


BERDASARKAN
PSIKOLOGIS , IPTEK , dan PEDAGOGIS

DI SUSUN OLEH:

SHINTA W.H

MEIDYNIGRUM

SEPTIA RAHMAWATI

ACH.SUDRAJAD

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
2016/2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kami
panjatkan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dna inayahnya
kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Landasan
Bimbingan dan Konseling berdasarkan Psikologis , IPTEK , dan Pedagogis”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
mengharapakan saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kami dapat memberikan manfaat dan inspirasi
terhadap pembaca.

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

i.Latar Belakang…………………………………………………………1

ii. Rumusan Masalah……………………………………………………2

II. PEMBAHASAN

v. Landasan Psikologis………………………….......................................3

vi. Landasan IPTEK……………………………………………………...7

vii. Landasan PEDAGOGIS…………………………………………...... 9

III. PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………..11

Daftar Pustaka………………………………………………………......12
I. PENDAHULUAN

i. Latar Belakang Permasalahan

Membicara kan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak
jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti
landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan
pendidikan secara umum.
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat
berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila
bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah
atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak
didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap
layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang
dilayaninya (klien).
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun
pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan. Pengetahuan tentang bimbingan
dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode,
seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedurtes, inventory atau analisis
laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan
ilmiah lainnya.
Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah
menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara
ilmiah (McDaniel dalamPrayitno, 2003).
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan
konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang salah satu
landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling, terutama
landasan Psikologis , IPTEK , dan Pedagogis.

ii. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari landasan Psikologis?
2. Kajian apa saja yang meliputi pada landasan Psikologis?
3. Apa itu keilmuan dalam bimbingan dan konseling?
4. Bagaimana cara mengungkapkan pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling?
5. Apa peran ilmu lain dalam bimbingan dan konseling?
6. Bagaimana pengembangan bimbingan dan konseling melalui
penelitian?
7. Bagaimana pendididkan itu , jika ditinjau sebagai landasan
bimbingan dan konseling?

II. PEMBAHASAN PERMASALAHAN


v.Landasan Psikologis

a. Pengertian Landasan Psikologis


Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam
bimbingan dan konseling memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi
sasaran layanan. Hal ini diperlukan karena ruang lingkup bimbingan dan konseling adalah ruang
lingkup klien, yang perlu diubah atau dikembangkan.
Tingkah laku individu tidak terjadi dalam keadaan kosong, melainkan mengandung latar
belakang, latar depan, sangkut paut dan isi tertentu. Tingkah laku berlangsung dalam lingkungan
tertentu yang didalamnya terdapat unsur waktu, tempat, dan berbagai kondisi lain. Tingkah laku
merupakan perwujudan hasil interaksi antara keadaan intern dan ekstern.

b. Kajian Landasan Psikologis


Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang
psikologi perlu dikuasai , yaitu tentang:

1.      Motif dan motivasi


Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini
hidup pada diri seseorang dan setiap kali mengusik serta menggerakkan orang itu untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam dorongan itu sendiri . Dengan
demikian , suatu tingkah laku yang didasarkan pada motif tertentu tidaklah bersifat sembarangan
atau acak , melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang mendasarinya.
Pengelompokan motif:
1)      motif primer
Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang ada pada diri individu sejak ia lahir kedunia.
Motif primer meliputi :
a.       Dorongan fisiologis, motif ini besumber pada kebutuhan organis, seperti : Dorongan untuk
makan, minum, bernafas,mengembangkan keturunan,beristirahat ,bergerak, dan sebagainya.
b.      Dorongan umum meliputi : Perasaan takut, kasih sayang,ingin tahu,menyerang,berusaha,dan
mengejar
2)      Motif sekunder
Motif sekunder tidak di bawa sejak lahir , melainkan terbentuk bersamaan dengan proses
perkembangan individu yang bersangkutan. Motif ini disebut juga motif yang diisaratkan secara
social, karena manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesama manusia sehingga motif
ini disebut juga motif social.
Dalam perkembangannya motif ini dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat istiadat dan nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakat tempat individu itu berada. Kedalam golongan ini
teramasuk, antar lain:
a. Dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan
b. Dorongan untk mengejar suatu kedudukan
c. Dorongan berprestasi

d. motif-motif objektif (eksplorasi,manipulasi dan menaruh minat)


e. Dorongan ingin diterima, dihargai, persetujuan, merasa aman
f. Dorongan untuk dikenal
Pengelompokan motif berdasarkan kaitan antara motif dan objrk tingkah laku ,dibagi menjadi
dua, yaitu:
a.       Motif Instristik, yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar, karena memang dalam diri
individu sendiri telah ada dorongan itu.
b.      Motif Ekstrinstik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan luar.

2.      Pembawaan dan lingkungan


Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu. Apa yang
dibawa sejak lahir itu sering disebut pembawaan. Dalam artinya yang luas pembawaan meliputi
berbagai hal, seperti warna kulit, bentuk dan warna rambut, golongan darah, kecenderungan
pertumbuhan fisik, minat, bakat khusus, kecerdasan ciri-ciri kepribadian tertentu.
Kondisi yang menjadi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan berkembang.
Namun pertumbuhan dan perkembangan itu tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Untuk dapat
tumbuh dan berkembangnya, apa-apa yang dibawa sejak lahir itu, diperlukan prasarana dan
sarana yang semuanya berada dalam lingkungan individu yang bersangkutan. Optimalisasi hasil
pertumbuhan dan perkembangan isi pembawaan itu amat tergantung pada tersedia dan dinamika
prasarana serta sarana yang ada di lingkungan itu.
(Sutton-smith, 1973) menegaskan bahwa faktor yang menentukan tinggi-rendahnya
inteligensi seseorang seseorang adalah interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Dalam
kaitan itu pada umumnya tidak dapat diketahui kondisi pembawaan yang asli (yaitu pembawaan
yang sama sekali belum dipengaruhi oleh lingkungan). Apa yang dapat diketahui ialah hasil
interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Demikian juga untuk pertumbuhan fisik, bakat,
minat, dan ciri-ciri kepribadian
.
3.      Perkembangan individu
Sejak masa konsepsi dalam rahim ibu bakal individu yang telah ditakdirkan ada itu
berkembang menjadi janin, janin menjadi bayi, bayi lahir kedunia , terus berkembangan menjadi
anak kecil, anak usia SD, remaja dewasa, akhirnya manusia usia lanjut. Dengan demikian jelas
bahwa perkembangan individu itu tidak sekali jadi, malainkan bertahap berkesinambungan.
Masing-masing aspek perkembangan, seperti perkembangan kognitif/kecerdasan, bahasa,
moral, hubungan sosial, fisik, kemampuan motorik memiliki tahap-tahap perkembangannya
sendiri. Disamping itu hukum-hukum perkembangan berlaku bagi perkembangan segenap aspek
itu secara menyeluruh, termasuk di dalamnya peranan faktor-faktor pembawaan dan lingkungan.
Meskipun masing-masing aspek perkembangan cenderung memperlihatkan caranya sendiri,
namun aspek-aspek itu saling terkait. Dalam satu tahap perkembangan tertentu berkembanglah
berbagai aspek tersebut dan pada umumnya saling terkait.
.
Berbagai teori tentang perkembangan individu telah dikemukakan oleh para ahli :

McCandless menekankan pentingnya peranan dorongan biologis dan dorongan kultural


dalam perkembangan individu.
Havighusts menampilkan istilah tugas perkembangan, setiap individu yang berkembang
harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan itu apabila ia hendak dikatakan sebagai individu
yang bahagia dan sukses. Menurut havighusts, definisi tugas perkembangan adalah “suatu tugas
yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang, yang kesuksesan
penyelesaiannya akan menyababkan orang tersebut ke  keadaan bahagia, dan kegagalan
penyelesaiannya akan menyebabkan orang tersebut tidak bahagia, tidak diterima oleh
masyarakat, dan mengalami kesulitan dalam menjalani tugas-tugas berikutnya”.

4.      Belajar, balikan, dan penguatan


Belajar merupakan salah satu konsep yang sangat mendasar dari psikologi. Topic tentang
belajar menjadi materi dasar dan pokok dari pembahasan psikologis, bahkan menjadi inti dalam
penjelasan tentang persepsi dan berpikir; kemampuan dan imajinasi, berargumentasi, dan
menilai/mempertimbangkan; sikap, ciri- ciri kepribadian, dan sistem nilai; serta perkembangan
dan organisasi kegiatan yang membentuk kepribadian individu.
Belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan apa yang
sudah ada pada diri individu. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Pertama, terjadinya perubahan dan tercapainya sesuatu yang baru pada diri individu itu
tidak berlangsung dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan. Jika perubahan atau sesuatu
yang baru terjadi pada individu tersebut tanpa disengaja atau diupayakan, maka perubahan atau
sesuatu yang baru itu bukanlah hasil belajar, melainkan suatu yang berlangsung secara kebetulan
atau hasil pertumbuhan/perkembangan yang berupa kematangan.
Kedua, proses belajar terjadi pada suatu kondisi tertentu. Untuk terjadinya proses belajar
diperlukan prasyarat, berupa hasil kematangan ataupun hasil belajar yang terdahulu. Misalnya,
apabila seorang anak hendak belajar berhitung, terlebih dahulu ia harus memahami tentang
konsep tentang angka sebagai prasyarat belajar berhitung itu.
Ketiga, hasil belajar yang diharapkan adalah sesuatu yang baru, baik dalam kawasan
kognitif, afektif, konotatif, maupun psikomotoris/keterampilan. Hasil yang merupakan sesuatu
yang baru akan memberikan nilai tambah bagi individu yang belajar.
Keempat, kegiatan belajar seringkali memerlukan sejumlah sarana, baik peralatan(berupa
buku, alat-alat latihan, alat-alat peraga, peralatan elektronik, peralatan komunikasi, dan berbagai
alat bantu belajar lainnya) maupun suasana hati dan hubungan sosio-emosional. Suasana hati dan
hubungan sosio-emosional yang kondusif, sehingga tidak ada sesuatu yang menghambat,
melainkan mendorong berlangsungnya perbuatan belajar, akan lebih memungkinkan lagi
tercapainya hasil belajar yang diinginkan.
Kelima, hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar hendaknya dapat diketahui atau diukur,
baik oleh individu yang belajar maupun oleh orang lain. Pengetahuan tentang hasil belajar
merupakan balikana bagi individu yang belajar, terutama tentang seberapa jauh kesuksesannya
dalam upaya belajar itu. Adanya balikan seperti itu sangat diperlukan oleh individu yang belajar
agar ia dapat mengadakan perhitungan tentang upaya belajar yang dilaksanakannya itu dan hasil-
hasilnya serta upaya kelanjutannya.
Keenam, upaya belajar merupakan upaya yang berkesinambungan. Kegitan belajar tidak
terbatas oleh waktu, tempat, keadaan, dan objek yang dipelajari, ataupun oleh usia. Upaya belajar
dikehendaki berlangsung terus-menerus, sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
individu yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan penguatan (reinforcement). Apabila penguatan
itu sering dilakukan, maka individu yang diberikan penguatan itu akan melanjutkan atau bahkan
meningkatkan upaya belajarnya, sampai ia memiliki kebiasaan belajar yang baik.
Pemberian penguatan dilakukan memakai pernyataan berkenaan dengan hal-hal positif
yang ada pada diri individu, khususnya berkenaan dengan kegiatan belajarnya itu; misalnya
pernyataan tentang motivasi belajarnya cukup tinggi, hasil belajarnya bagus, caranya menjawab
soal-soal cermat, bahasanya lancer, pekerjaannya rapi, dan sebagainya. Dengan pernyataan
positif itu diharapkan mendorong tumbuhnya rasa puas, rasa diri mampu bekerja dan mampu
menghasilkan sesuatu yang berguna, sehingga ia terdorong untuk mengulangi kegiatan tersebut.
Apabila hal itu terjadi maka upaya pemberian penguatan menampakkan hasilnya.
Para konselor perlu mengenal dan memahami teori-teori belajar yang telah
dikembangkan oleh para ahli seperti, teori pembiasaan dan keterpaduan (conditioning dan
connectionism theories), teori gestalt (gestalt theories), teori perkembangan kognisi (cognitive
development theories), teori proses informasi (informating processing theories), proses peniruan
(social learning theory). Hal tersebut dilakukan dalam upaya pengembangan kegiatan belajar
klien. 

5.      Kepribadian
Sering dikatakan bahwa ciri seseorang adalah kepribadiannya. Dalam psikologi,
kepribadian masih sulit dicapai. Pengertian kepribadian menurut beberapa ahli psikologi,
umumnya terpusat pada faktor fisik dan genetika, berpikir dan pengamatan, serta dinamika
motivasi dan perasaan.
Menurut Wiggins, Renner, Clore, dan Rose (1976), mengupas tentang kepribadian
dengan melihat hakikat tingkah laku dan perkembangannya secara menyeluruh.
Menurut Hothersall (1985), mencoba merumuskan kepribadian sebagai “predis posisi cara
mereaksi yang secara relatif stabil pada diri individu”, sehingga dapat di pahami kepribadian
individu sangat kompleks.   Konselor perlu memahami  kompleksitas kepribadian klien
disamping mampu memilah-milah ciri-ciri yang dapat diukur. Tugas konselor mengoptimalkan
perkembangan dan pendayagunaan predisposisi ataupun ciri kepribadian individu kearah hal-hal
positif sesuai tingkat perkembangan dan kebutuhan individu yang bersangkutan.

Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan
mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami
dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang
dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek
potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan
kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan
lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan
upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek
dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya
pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan
keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai
landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan
baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi
pendidikan dan psikologi kepribadian.

vi. Landasan IPTEK


Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesionalnya yang memiliki
dasar-dasar keilmuan , baik yang menyangkut teori-teorinya , pelaksanaan kegiatannya ,
maupun pengembangan-pengembangan pelayanan itu secara berkelanjutan .

1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling


Ilmu , sering juga disebut “ilmu pengetahuan” , merupakan sejumlah pengetahuan
yang diususn secara logis dan sistematik . Pengetahuan ialah sesuatu yang diketahui
melalui pancaindra dan pengelolan oleh daya piker. Dengan demikian , ilmu bimbingan
dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan konseling yang tersususn
secara logis dan sistematik.
Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain , ilmu bimbingan dan konseling mempunyai
obyek kajiannya sendiri , metode penggalian pengetahuan yang menjadi ruang linkupnya
, dan sistematika pemaparannya.
Objek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada
individu yang mengacu pada keempat fungsi pelayaanan yang tersebut terdahulu (fungsi
pemahaman , pencegahan , pengentasan dan pemeliharaan/pengembanagan). Segenap hal
yang berkenaan dengan upaya bantuan itu (termasuk didaalamnya karakteristik individu
yang memeperoleh layanan , jenis-jenis layanan dan kegiatan , kondisi pelayanan , dan
lain-lain) diungkapkan , dipelajari seluk-beluk dan sangkut-pautnya , ditelaah latar
belakang dan kemungkina masa depan , dan akhirnya disusun secara logis dan sistematis
menjadi paparan ilmu.

Untuk mengungkapkan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling dapat


dipergunakan cara atau metode , seperti:
- Pengamatan
- Wawancara
- Analisi dokumen (riwayat hidup , laporan perkembangan , himpuan data , dan
lain-lain)
- Prosedur tes dan inventory
- Analisis Laboratoris

Melalui metode-metode itu akan diperolehlah sejumlah besar pengethuan tentang objek
kajian bimbingan dan konseling . Namun demikian , pengetahuan yang banyak itu belum
memilki makna yang lebih luas dan belum dapat dimanfaatkan , serta belum menjadi bagian dari
ilmu bimbingan dan koseling , apabila belum ditafsirkan dan diberi arti baik secara spesifik
konseling.

2. Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling


Pernah disebutkan , bimbingan dan konseling , sebagaimana juga pendidikan , merupakan
ilmu yang bersifat multireferensial , artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain.
Dimuka telah diuraikan betapa psikologi , ilmu pendidikan , dan filsafat memberikan
sumbangan yang besar kepada bimbingan dan konseling . Sumbangan berbagai ilmu lain itu
kepada bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas kepada pembentukan dan pengembangan
teori-teori bimbingan dan konseling , melainkan juga kepada praktek pelayanannya.
3. Pengembangan Bimbingan dan Konseling Melalui Penelitian
Bimbingan dan konseling , baik teori maupun praktek pelayanannya , bersifat dinamis
dan berkembang , seiring dengan berkembangnya ilmu-ilmu yang memberikan sumbangan dan
seiring pula dengan perkembangan budya manusia pendukung pelayan bimbingan dan konselig
itu . Pengembangan teori dan pendekatan bimbingaan dan konseling boleh jadi dapat
dikembangkan di belakang meja , melalui proses pemikiran dan perenungan , namun
pengembangan yang lebih lengkap dan teruji di dalam praktek ialah apabila pemikiran dan
perenungan itu memperhatikan pula hasil – hasil penelitian di lapangan. Pengembanagan praktek
pelayan bimbingan dan konseling , tidak boleh tidak harus melalui penelitian , bahkan kalau
dapat penelitian yang bersifat eksperimen . Dengan demikian melalui penelitian suatu dan
praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan dan / atau
keefektifan /keefesienannya di lapangan.
Penelitian adalah jiwa dari perkembangan ilmu dan teknologi . Apabila pelayanan
bimbingan dan konseling diinginkan berkembang dan maju , maka penelitian tentang bimbingan
dan konseling dalam berbagai bentuk penelitian dan aspek yang diteliti harus terus-menerus
dilakukan . Tanpa penelitian pertumbuhan pelayanan bimbingan dan konseling akan mandul dan
steril.

vii. Landasan Pedagogis


Setiap masyarakat , tanpa terkecuali , senantiasa menyelenggrakan pendidikan
dengan berbagi cara dan sarana untuk menjamin kelangsungan hidup mereka . Boleh
diakatakan bahwa pendidikan itu merupakan salah satu lembaga social yang universal
dan berfungsi sebagai sarana reproduksi social (Budi Susanto , 1992). Dengan
reproduksi sosial itulah nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang melandasi
kehidupan masyarakat itu diwujudkan dan dibina ketangguhannya.

Kajian Landasan Pedagogis

Pada bagian ini pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan konseling
dari tiga segi , yaitu pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan , pendidikan sebagai inti proses bimbingan
dan konseling , dan pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan pelayanan bimbingan dan
konseling.

1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk


upaya pendidikan.

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya


akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan.
Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu
memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan
keberagamaanya.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional


menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.

2. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.


Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-
kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan
Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan
Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar……,
belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan
dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh,
Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan
dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-
sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya;
dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.

3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling

Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan


pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti
karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas
perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan
karier, Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah
(Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu
menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya.

III. PENUTUP
Kesimpulan

- Landasan Psikologis dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan


untuk memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang
menjadi sasaran layananan dengan berbagai latar belakang dan latar
depannya.
- Landasan IPTEK membicarakan tentang sifat - sifat keilmuan
bimbingan konseling. Dalam kaitan ini dikemukakan bahwa
bimbingan dan konseling adalah suatu ilmu sebagaimana ilmu-ilmu
lainnya.
- Landasan Pedagogis mengemukakan bahwa antara pendidikan dan
bimbingan memang dapat dibedakan , tetapi tidak dapat dipisahkan.
Secara mendasar bimbingan dan konseling merupakan salah satu
bentuk pendidikan.

Daftar Pustaka
Prof.Dr.H.Prayitno,M.Sc.Ed.& Drs.Erman Amti .(2008).Dasar-Dasar Bimbingan
dan Konseling.Jakarta: PT Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai