Dosen pengampu:
Azmi Mustaqim. M.A.
Disusun oleh:
Sem IV/S1 PAI E
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan faktor-
faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku
pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan
dan konseling merupakan hal yang penting untuk membantu proses belajar – mengajar
yang akan di lakukan di dalam lingkungan sekolah. Setiap guru harus bisa mengerti
situasi yang ada di dalam kelas itu tidak semuanya apa yang di lihat guru itu salah benar-
benar salah dan tidak semuanya apa yang di lihat guru itu benar memang benar
semestina.
Dalam hal ini landasan filosofis, landasan yuridis, landasan religius, landsan
psikologis, landasan sosial budaya dapat membantu guru untuk memahami situasi yang
ada di dalam kelas agar guru bisa lebih bijaksana dalam menangani sikap dan tingkah
laku para siswa. Makalah kami akan membahas lebih lanjut landsan untuk keperluan
Bimbingan & Konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Landasan Bimbingan dan Konseling ?
2. apa macam-macam landasan bimbingan dan konseling ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian landasan bimbingan dan konseling
2. Mengetahui macam-macam landasan bimbingan dan konseling
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Pengertian Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan.
Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasa
Indonesia menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian terpenting untuk mengawali
sesuatu. Adapun menurut S. Wojowasito, (1972: 161), bahwa landasan dapat diartikan
sebagai alas, ataupun dapat diartikan sebagai fondasi, dasar, pedoman dan sumber.
1. Landasan Filosofis
1
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia 2010)
2
Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia
sebagai berikut:
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan
konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri.
Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensi.
3
a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan
harga diri individu (klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya,
bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.
c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan
atau pelayanan.
d. Bimbingan bukan prerogratif kelompok khusus profesi kesehatan mental.
Bimbingan dilaksanakan melalui kerja sama, yang masing-masing bekerja
berdasrkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi
dirinya.
Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi,
personalisasi, dan sosialisasi.2
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis atau hukum pendidikan di dalam bimbingan dan konseling, yaitu
asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan atau studi pendidikan
bimbingan dan konseling.
2
Deni Febrini, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Teras: 2011), 28-30
4
pemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan
Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.
3. Landasan Religius
Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk yang beragama (homo religius),
yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai
kebenaran yang bersumber dari agama sekaligus menjadikan agama itu sebagai
pedoman dan sikap perilakunya. Dapat juga dikatakan bahwa manusia adalah makhluk
yang memiliki motif agama, rasa keagamaan, kemampuan untuk memahami dan
mengamalkan nilai-nilai agama.
a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan
3
Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), 107-108
5
kemampuan potensial itu secara langsung berkaitan dengan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
4
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbibgan dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta 1999) hlm. 146
6
permusuhan diri sendiri serta alam secara keseluruhan. Sikap keberagamaan
menjadi tumpuan bagi keseimbangan hidup dunia dan akhirat.5
5
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbibgan dan Konseling,hlm.149-150
6
Ibid., 151
7
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbibgan dan Konseling,hlm.153
7
4. landsan Psikologis
8
Sutirna, Bimbingan Dan Konseli (Yogyakarta: CV. Andi Offset 2013) hlm. 38
8
bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi(jenius),
normal, atau bahkan sangat kurang. Demikian pula dengan lingkungan, ada
individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan
perasaan yang memadai sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya
dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan
berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan perasaan
yang serba terbatas sehingga segera potensi bawaan yang dimilikinya tidak
dapat berkembang dengan baik dan menjadi tersisa-siakan.
c. Perkembangan individu
d. Belajar
9
Ibid., 39-40
9
itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor/keterampilan. Agar terjadi proses belajar diperlukan persyaratan
belajar. baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan
ataupun hasil belajar sebelumnya.10
e. Kepribadian
10
Sutirna, Bimbingan Dan Konseli, hlm. 41
10
6) Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal.11
11
Sutirna, Bimbingan Dan Konseli. hlm. 42
12
Umi Rohmah, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Ponorogo: STAIN Po PRESS 2011) hlm. 44
11
tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-
kelompok yang dimasukinya. Bimbingan konseling harus mempertimbangkan
aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang
lebih efektif.13
13
Sutirna, Bimbingan Dan Konseli. hlm 45
14
Ibid., 46
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prayitno & Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Rohmah, Umi. 2011. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Ponorogo: STAIN Po PRESS
Yusuf, Syamsu & A. Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan & Konseling.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
14
15