Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Bimbingan Konseling Islami

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata


“Guidance” berasal dari kata “guide” yang artinya menunjukkan (to direct), memandu
(to pilot), mengelola (to manage) dan menyetir (to steer).1

Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan


merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.2

Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu


proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.

Sedangkan Moh. Surya mengungkapkan bahwa bimbingan ialah suatu proses


pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri,
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.3

Menurut bahasa, konseling adalah terjemahan dari “counseling” yang berasal


dari kata kerja “to counsel” dalam kata lain berarti “to give advice” atau memberikan
saran dan nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to

1
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet-1, h. 3.

2
Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,
(Tabanan: Rinera Cipta, 2000), h. 19.
3
Ibid, h. 20.

1
face). Dalam bahasa Indonesia, pengertian konseling juga dikenal dengan istilah
penyuluhan.4

Selain itu counseling dalam Bahasa Indonesia juga berarti proses interaksi.
Konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai
teknik. Dewa Ketut Sukardi mengatakan “(counseling is the heart of guidance)
layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan”. Dan Ruth Strang
mengatakan bahwa: “counseling is a most important tool of guidance”, jadi konseling
merupakan inti dari alat yang paling penting dalam bimbingan. Hal ini disebabkan
karena bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral.

Selanjutnya Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling


merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan.
Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana
yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang.

Sedangkan Istilah Islami dalam wacana studi Islam berasal dari Bahasa Arab
dalam bentuk masdar yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari
kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan
demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan
kedamaian.5

Secara terminologis, Ibnu Rajab merumuskan pengertian Islam, yakni: Islam


ialah penyerahan, kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah swt. Hal tersebut
diwujudkan dalam bentuk perbuatan.

Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi


mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam yaitu: aturan Ilahi yang dapat membawa
manusia yang berakal sehat menuju kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia
dan akhiratnya.6

4
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 10-11.

5
Ahmad Asy`ari, dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), h. 2.

6
Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid, h. 62.

2
Pendapat lain menyatakan bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh para
utusan Allah dan disempurnakan oleh Rasullullah Saw yang memiliki sumber pokok
al-Quran dan Sunnah Rasullullah Saw sebagai petunjuk umat islam sepanjang masa.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa


yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islami adalah suatu proses pemberian
bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang
yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara
harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi
tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiyah.7

B. Landasan Bimbingan Konseling Islami

1. Landasan Filosofis

Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos yang berarti cinta,
dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan. Disini akan diuraikan beberapa pemikiran filosofis yang selalu
terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu tentang hakikat manusia,
tujuan, dan tugas kehidupan.

Pada hakikatnya berbicara tentang hakikat manusia sangatlah berkaitan


dengan Islam, dimana dalam ajaran Islam kita dianjurkan untuk mencintai apa
yang telah diajarkan oleh Allah SWT. Manusia adalah makhluk rasional yang
mampu berpikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan
dirinya, manusia juga belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,
semua itu terjadi berkat individu tersebut telah belajar dari apa yang telah dilihat
dan didengarnya.

Selain itu manusia juga disebut makhluk, ditinjau dari Islam pengertian
makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat pada Khaliknya atau
Penciptanya, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu
sendiri. Manusia juga makhluk yang tertinggi dan termulia derajatnya dan paling
indah diantara segenap makhluk ciptaan Sang Pencipta. Maka dari itu manusia

7
Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru, 2002), h. 4-5.

3
bisa dijadikan pemimpin bagi makhluk lainnya. Apabila manusia memiliki
ketidaksempurnaan dan kelemahan maka akan terjadi pembalikan dari yang
tertimggi derajatnya menjadi yang terendah derajatnya.8

2. Landasan Religius

Dalam pembahasan ini kita dapat mengetahui beberapa point yang


berhubungan dengan agama kita yaitu Islam, seperti keyakinan bahwa manusia
dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan, sama halnya dengan kita yang
diciptakan oleh Allah SWT. Kemudian sikap yang mendorong perkembangan dan
perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama,
sebagaimana kita telah diajarkan dalam Islam kaidah-kaidah apa saja yang
seharusnya dipakai dalam kehidupan bermasyarakat.9

3. Landasan Psikologis

Psikologis itu sendiri membahas tentang tingkah laku manusia individu.


Landasan psikologis dalam bimbingan konseling berarti memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Terkadang
ada tingkah laku yang sejalan dengan norma dan ada yang jauh dari norma
agama. Maka dari itu kita harus mengaitkan semua itu dengan norma-norma yang
tepat dalam ajaran Islam. Jika klien memiliki tingkah laku yang jauh dari norma,
maka solusi apa yang kita berikan padanya, misalnya kita memberikan pengertian
tentang akhlak-akhlak terpuji yang di sukai Allah atau sebaliknya, sehingga dia
dapat mengambil kesimpulan sendiri dan mengerti apa yang harus dia lakukan
kedepannya.

Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam


bidang psikologi perlu dikuasai yaitu tentang:

1) Motif dan motivasi

2) Pembawaan dasar dan lingkungan

3) Perkembangan individu

8
Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (CV.Andi Offsed, {t.th}), h. 36-38.

9
Prayitno dan Erman, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal
135-180

4
4) Belajar, balikan dan penguatan

5) Kepribadian

Semua itu juga harus berdasarkan ajaran yang kita pelajari dalam Islam.
Landasan psikologis tidak terlepas oleh pengaruh orang tua dan lingkungan.
Lingkungan yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan
jiwa seorang individu yang berkecimpung dalam lingkungan tersebut.

4. Landasan Sosial Budaya

Pembahasan ini akan dibahas dimensi dari kemanusiaan itu adalah dimensi
kesosialan. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri, karena
manusia membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia harus bisa
menempatkan dirinya dengan baik. Disini manusia dituntut untuk memiliki
akhlak dan moral yang baik, gunanya untuk mendekatkan dirinya dengan
individu yang lain.

Individu juga bisa disebut sebagai produk lingkungan sosial budaya karena
manusia hidup dengan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Bukan hanya sedikit
yang mungkin menimbulkan konflik karena kesalahpahaman akibat perbedaan
tersebut, tetapi kita sebagai individu yang dapat berfikir dengan jernih maka kita
dapat menyelesaikan masalah dengan ketentuan yang berdasarkan al-Quran dan
hadist, karena dari situ telah dijelaskan semua permasalahan yang ada di muka
bumi ini.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologi

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang profesional


yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya,
pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan pelayanan itu
secara berkelanjutan. Peran ilmu ini dalam bimbingan dan konseling bersifat
multireferensial yang artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain.
Pengembangan ilmu bimbingan konseling ini dapat dilakukan dengan penelitian.
Dengan adanya penelitian maka kita mendapatkan bukti tentang ketepatan atau
keefektifan dilapangan.

6. Landasan Pedagogis

5
Setiap masyarakat, tanpa terkecuali, senantiasa menyelenggarakan pendidikan
dengan berbagai cara dan sarana untuk menjamin kelangsungan hidup mereka.
dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang
universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial (Budi Sosial, 1992).
Dengan reproduksi sosial itulah nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang
melandasi kehidupan masyarakat itu diwujudkan dan dibina ketangguhannya.
Dan berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mendidik anggotannya, seperti
menceritakan dongeng-dongeng mitos, menanamkan etika sosial dengan
memberitahu, menegur dan keteladanan; melalui permainan, terutama yang
memperkenalkan peran-peran sosial, serta lain-lain kegiatan diantara teman
sebaya, dan kerabat. Kegiatan pendidikan itu kini dilakukan di sekolah maupun
di luar sekolah dengan menggunakan alat bantu yang didukung dengan teknologi
moderen.

Pada bagian ini pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan
konseling dari tiga segi, yaitu pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia
dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan
sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan pendidikan lebih lanjut sebagai
inti tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.

Selanjutnya, Allah swt, memberikan penjelasan bahwa diantara tugas


Rasulullah Saw. Diutus ke muka bumi ini adalah untuk menyampaikan kebenaran dan
pengajaran kepada manusia. Hal ini sesuai dengan pirman Allah pada Surah Yunus
ayat 57 Allah SWT berfirman:

ُّ ‫َّاس قَ ْد َج اۤ َءتْ ُك ْم َّم ْو ِعظَ ةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِش َفاۤءٌ لِّ َما فِى‬
ٌ‫الص ُد ْو ِرۙ َو ُه ًدى َّو َر ْح َم ة‬ ُ ‫ٰياَ ُّاي َها الن‬
‫ْم ْؤ ِمنِْي َن‬
ُ ‫لِّل‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu
dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus : 57)

Berdasarkan ayat ini dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an dan Sunnah Rasul
merupakan landasan ideal dan konseptual dari Bimbingan dan Konseling Islami. Al-

6
Qur’an dan Sunnah Rasul juga dapat diartikan sebagai landasan utama dalam
bimbingan dan konseling Islami, karena al-Qur’an dan hadis dalam pandangan Islam
merupakan landasan Naqiyah. Di samping landasan Naqiyah, Bimbingan Konseling
Islami juga memerlukan landasan ‘Aqliyah, dalam hal ini termasuk Filsafat Islam dan
landasan ilmiah yang sejalan dengan ajaran Islam.

Landasan filosofis Islam penting artinya bagi pengembangan dan kelengkapan


bimbingan konseling islam, karena ia mencakup:

a. Falsafah tentang dunia Islam manusia

b. Falsafah tentang manusia dan kehidupan

c. Falsafah tentang pernikahan dan keluarga

d. Falsafah tentang pendidikan

e. Falsafah tentang masyarakat

f. Falsafah tentang upaya mencari nafkah atau kerja dsb.

Disamping itu, disiplin ilmu yang dapat memperlengkap, membantu dan


dijadikan landasan gerak operasional bimbingan dan konseling Islam adalah:

1. Ilmu jiwa (psikologi)

2. Sosiologi

3. Ilmu komunikasi

4. Ilmu hukum Islam

5. Antropologi social.

Dengan demikian, layanan-layanan yang dijalankan oleh para konselor barat


dalam peroses konseling, sebenarnya telah lebih dahulu dikenal oleh Islam, yaitu
seperti yang diperaktekkan oleh Rasulullah SAW pada abad ke-14 yang lalu,
walaupun istilah dan caranya tidak persis sama, namun tujuan dan cara-cara yang
ditempuh, justru apa yang dilakukan Rasulullah jauh lebih baik. Perbedaanya terlihat
dari segi istilah, dimana barat menggunakan peroses konseling, sedangkan dalam
Islam dikenal dengan istilah penasihat atau hisbah.

7
Peroses konseling yang dilakukan bertujuan untuk mengembalikan manusia
kepada potensi dasarnya yaitu manusia yang fitri, fitri berarti kembali kepada
kesucian dan kebenaran yang meliputi aspek jasmani dan rohani. Dengan kembalinya
manusia dalam kondisi fitri ini, manusia akan mendapatkan kembali keceriaan hidup,
kegembiraan dan kebahagiaan, baik kebahagiaan di dunia, maupun kebahagiaan di
akhirat.

Dengan demikian, tujuan bimbingan dan konseling Islam dapat dirumuskan


sebagai usaha memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang yang
sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya
dengan menggunakan pendekatan agama, yaitu membangkitkan kekuatan getaran
batin (iman) di dalam dirinya untuk mendorongnya mengatasi masalah yang
dihadapinya. Bimbingan dan Konseling Islam merupakan bantuan yang bersifat
mental spiritual. Melalui kekuatan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT, seseorang
itu mampu mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapi.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bimbingan


merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dan
konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan
khususnya di sekolah, guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan
yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap
konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.

Bimbingan Konseling Islami adalah suatu proses pemberian bantuan secara


terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang
mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai
dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan
duniawiah dan ukhrawiah

Landasan adalah dasar dasar yang harus kita ketahui untuk mengetahui
macam-macam kategori masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Dan bimbingan
dan konseling memerlukan sejumlah landasan yaitu; landasan filosofis, landasan
religius, landasab psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah tekhnologi dan
landasan pedagogis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Shawi, Ahmad bin Muhammad al-Mali. [t.th]. Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid.

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Asy`ari, Ahmad dkk. 2004. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan depaartemen


Pendidikan Nasional. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta.

Hallen A. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers. cet-1.

Mubarok, Ahmad. 2002. Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.

Prayitno dan Amfi, Erman. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Reneka Cipta.

Prayitno dan Amti, Erman, 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah. Tabanan: Rinera Cipta.

Sutirna. [t.th]. Bimbingan dan Konseling. CV. Andi Offsed.

10

Anda mungkin juga menyukai