PEMBAHASAN
1
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet-1, h. 3.
2
Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,
(Tabanan: Rinera Cipta, 2000), h. 19.
3
Ibid, h. 20.
1
face). Dalam bahasa Indonesia, pengertian konseling juga dikenal dengan istilah
penyuluhan.4
Selain itu counseling dalam Bahasa Indonesia juga berarti proses interaksi.
Konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai
teknik. Dewa Ketut Sukardi mengatakan “(counseling is the heart of guidance)
layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan”. Dan Ruth Strang
mengatakan bahwa: “counseling is a most important tool of guidance”, jadi konseling
merupakan inti dari alat yang paling penting dalam bimbingan. Hal ini disebabkan
karena bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral.
Sedangkan Istilah Islami dalam wacana studi Islam berasal dari Bahasa Arab
dalam bentuk masdar yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari
kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan
demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan
kedamaian.5
4
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 10-11.
5
Ahmad Asy`ari, dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), h. 2.
6
Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid, h. 62.
2
Pendapat lain menyatakan bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh para
utusan Allah dan disempurnakan oleh Rasullullah Saw yang memiliki sumber pokok
al-Quran dan Sunnah Rasullullah Saw sebagai petunjuk umat islam sepanjang masa.
1. Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos yang berarti cinta,
dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan. Disini akan diuraikan beberapa pemikiran filosofis yang selalu
terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu tentang hakikat manusia,
tujuan, dan tugas kehidupan.
Selain itu manusia juga disebut makhluk, ditinjau dari Islam pengertian
makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat pada Khaliknya atau
Penciptanya, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu
sendiri. Manusia juga makhluk yang tertinggi dan termulia derajatnya dan paling
indah diantara segenap makhluk ciptaan Sang Pencipta. Maka dari itu manusia
7
Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru, 2002), h. 4-5.
3
bisa dijadikan pemimpin bagi makhluk lainnya. Apabila manusia memiliki
ketidaksempurnaan dan kelemahan maka akan terjadi pembalikan dari yang
tertimggi derajatnya menjadi yang terendah derajatnya.8
2. Landasan Religius
3. Landasan Psikologis
3) Perkembangan individu
8
Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (CV.Andi Offsed, {t.th}), h. 36-38.
9
Prayitno dan Erman, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal
135-180
4
4) Belajar, balikan dan penguatan
5) Kepribadian
Semua itu juga harus berdasarkan ajaran yang kita pelajari dalam Islam.
Landasan psikologis tidak terlepas oleh pengaruh orang tua dan lingkungan.
Lingkungan yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan
jiwa seorang individu yang berkecimpung dalam lingkungan tersebut.
Pembahasan ini akan dibahas dimensi dari kemanusiaan itu adalah dimensi
kesosialan. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri, karena
manusia membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia harus bisa
menempatkan dirinya dengan baik. Disini manusia dituntut untuk memiliki
akhlak dan moral yang baik, gunanya untuk mendekatkan dirinya dengan
individu yang lain.
Individu juga bisa disebut sebagai produk lingkungan sosial budaya karena
manusia hidup dengan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Bukan hanya sedikit
yang mungkin menimbulkan konflik karena kesalahpahaman akibat perbedaan
tersebut, tetapi kita sebagai individu yang dapat berfikir dengan jernih maka kita
dapat menyelesaikan masalah dengan ketentuan yang berdasarkan al-Quran dan
hadist, karena dari situ telah dijelaskan semua permasalahan yang ada di muka
bumi ini.
6. Landasan Pedagogis
5
Setiap masyarakat, tanpa terkecuali, senantiasa menyelenggarakan pendidikan
dengan berbagai cara dan sarana untuk menjamin kelangsungan hidup mereka.
dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang
universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial (Budi Sosial, 1992).
Dengan reproduksi sosial itulah nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang
melandasi kehidupan masyarakat itu diwujudkan dan dibina ketangguhannya.
Dan berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mendidik anggotannya, seperti
menceritakan dongeng-dongeng mitos, menanamkan etika sosial dengan
memberitahu, menegur dan keteladanan; melalui permainan, terutama yang
memperkenalkan peran-peran sosial, serta lain-lain kegiatan diantara teman
sebaya, dan kerabat. Kegiatan pendidikan itu kini dilakukan di sekolah maupun
di luar sekolah dengan menggunakan alat bantu yang didukung dengan teknologi
moderen.
Pada bagian ini pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan
konseling dari tiga segi, yaitu pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia
dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan
sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan pendidikan lebih lanjut sebagai
inti tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
ُّ َّاس قَ ْد َج اۤ َءتْ ُك ْم َّم ْو ِعظَ ةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِش َفاۤءٌ لِّ َما فِى
ٌالص ُد ْو ِرۙ َو ُه ًدى َّو َر ْح َم ة ُ ٰياَ ُّاي َها الن
ْم ْؤ ِمنِْي َن
ُ لِّل
Artinya: “Hai manusia, sesungguhya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu
dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus : 57)
Berdasarkan ayat ini dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an dan Sunnah Rasul
merupakan landasan ideal dan konseptual dari Bimbingan dan Konseling Islami. Al-
6
Qur’an dan Sunnah Rasul juga dapat diartikan sebagai landasan utama dalam
bimbingan dan konseling Islami, karena al-Qur’an dan hadis dalam pandangan Islam
merupakan landasan Naqiyah. Di samping landasan Naqiyah, Bimbingan Konseling
Islami juga memerlukan landasan ‘Aqliyah, dalam hal ini termasuk Filsafat Islam dan
landasan ilmiah yang sejalan dengan ajaran Islam.
2. Sosiologi
3. Ilmu komunikasi
5. Antropologi social.
7
Peroses konseling yang dilakukan bertujuan untuk mengembalikan manusia
kepada potensi dasarnya yaitu manusia yang fitri, fitri berarti kembali kepada
kesucian dan kebenaran yang meliputi aspek jasmani dan rohani. Dengan kembalinya
manusia dalam kondisi fitri ini, manusia akan mendapatkan kembali keceriaan hidup,
kegembiraan dan kebahagiaan, baik kebahagiaan di dunia, maupun kebahagiaan di
akhirat.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan adalah dasar dasar yang harus kita ketahui untuk mengetahui
macam-macam kategori masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Dan bimbingan
dan konseling memerlukan sejumlah landasan yaitu; landasan filosofis, landasan
religius, landasab psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah tekhnologi dan
landasan pedagogis.
9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shawi, Ahmad bin Muhammad al-Mali. [t.th]. Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid.
Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.
Asy`ari, Ahmad dkk. 2004. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
Mubarok, Ahmad. 2002. Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.
Prayitno dan Amfi, Erman. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Reneka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah. Tabanan: Rinera Cipta.
10