Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

(BIMBINGAN KONSELING DALAM ISLAM)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling


Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Huda
Pamanukan Subang

Disusun Oleh :

USEP SUPRIATNA

NPM :

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MIFTAHUL


HUDA

PAMANUKAN – SUBANG

2021M / 1443 H
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................2

B. Rumusan Masalah.......................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN.....................................................................................................4

A. Pengertian Bimbingan Konseling Islam...................................................4

a. Bimbingan dan Konseling.........................................................................4

b. Islam...........................................................................................................5

c. Bimbingan Konseling Islam......................................................................5

B. Tujuan Bimbingan Konseling Islam.........................................................8

C. Urgensi BK Islam dalam Pembelajaran...................................................9

D. Konseling Rosulullah................................................................................12

E. Konseling Iman Al-Ghazali......................................................................18

a. Sesi Kaunseling Imam Al-Ghazali :.........................................................18

BAB III

PENUTUP.............................................................................................................21

A.     Kesimpulan..............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 23
MAKALAH BIMBINGAN KONSELING DALAM ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-

Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah  "Bimbingan

Konseling" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Bimbingan

Konseling. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan

tentang Bimbingan Konseling bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Sholawat serta salam tercurah kepada rosululloh SAW.yang syafaat nya

kita nantikan kelak

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,

saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Subang, 15 Desember 2021

1
A. Latar Belakang

Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan.

Dengan bekal itulah manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan

diamanati oleh sang pencipta sebagai pemimpin di bumi ini.

Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan perasaan itu pula

manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang mengatakan

bahwa manusia merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with

multiproblem). Dengan berbagai masalah  itu ada yang bisa mereka atasi dengan

sendirinya atau  mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor) untuk

mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari orang yang

ahli (konselor) kepada individu yang membutuhkan (klien) itulah yang

dinamakan “konseling”

Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara,

salah satunya adalah dengan cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur

seluruh aspek  kehidupan manusia tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan

dan konseling.

Dalam makalah ini nanti akan dipaparkan berbagai hal terkait dengan

bimbingan konseling islam, termasuk tujuan-tujuan dari bimbingan konseling

islam dan bagaimana ketika bimbingan dan konseling di implementasikan dalam

pembelajaran.

2
B. Rumusan Masalah

a. Apa Makna dan Definisi Bimbingan dan Konseling Islam?

b. Apa Tujuan dari Dilaksanakannya Bimbingan Konseling Islam?

c. Bagaimana Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

a. Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya

menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa

depannya.

Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai

suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri,

sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,

sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan

masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing

kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan

perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan

penyesuain diri dengan lingkungannya.[1]

Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan bahwa konseling adalah

suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi

untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi

4
dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi

dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-

perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan

dirinya dan lingkungannya.

b. Islam

  Istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa arab dalam

bentuk masdar yang secara harfiyah  berarti selamat, sentosa dan damai. Dari

kata kerja salimadiubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri.

Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan,

keselamatan, dan kedamaian.

Secara terminologis, Ibnu Rajab merumuskan pengertian Islam, yakni:

Islam ialah penyerahan, kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah

swt. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk perbuatan.

Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi

mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam yaitu: atauran Ilahi yang dapat

membawa manusia yang berakal sehat menuju kemaslahatan atau

kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhiratnya.[3]

Pendapat lain menyatakan bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh

para utusan Allah dan disempurnakan oleh rasullullah SAW yang memiliki

sumber pokok al-quran dan sunnah rasullullah SAW sebagai petunjuk umat

islam sepanjang masa.

c. Bimbingan Konseling Islam

5
Secara sederhana, gabungan dari masing-masing isitilah dari poin A

dan B tersebut dapat dikaitkan satu dengan lainnya sehingga menjadi sebutan

Bimbingan Konseling Islam. Dalam hal ini, Bimbingan Konseling Islam

sebagaimana dimaksudkan di atas adalah terpusat pada tiga dimensi dalam

Islam, yaitu ketundukan, keselamatandan kedamaian. Batasan lebih spesifik,

Bimbingan Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya secara berbeda

dalam istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam maksud dan

tujuan, bahkan satu dengan yang lain saling melengkapinya. Berdasarkan

beberapa rumusan tersebut dapat diambil suatu kesan bahwa yang dimaksud

dengan Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan

secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang

yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami

dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat

hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan

Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.[4]

Pengertian tersebut antara lain didasarkan pada rumusan yang

dikemukakan oleh H.M. Arifin, Ahmad Mubarok dan Hamdani Bakran Adz-

Dzaki. Bahkan pengertian yang dimaksudkannya adalah mencakup beberapa

unsur utama yang saling terkait antara satu dengan lainnya, yaitu: konselor,

konseli dan masalah yang dihadapi. Konselor dimaksudkan sebagai orang

yang membantu konseli dalam mengatasi masalahnya di saat yang amat kritis

sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak

menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya jangka panjang

6
dalam kehidupan yang terus berubah. Konseli dalam hal ini berarti orang

yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri tidak mampu dalam

menyelesaikan masalahnya. Menurut Imam Sayuti Farid, konseli atau mitra

bimbingan konseling Islam adalah individu yang mempunyai masalah yang

memerlukan bantuan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang

dimaksudkan dengan masalah ialah suatu keadaan yang mengakibatkan

individu maupun kelompok menjadi rugi atau terganggu dalam melakukan

sesuatu aktivitas.[5]

Dalam pandangan Farid Hariyanto (Anggota IKI jogjakarta) dalam

makalahnya mengatakan bahwa bimbingan dan konseling dalam Islam adalah

landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat

berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien

mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani,

cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan

wahyu dan paradigma kenabian (Sumber Hukum Islam).[6]

Beberapa ayat al-Quran yang berhubungan dengan bimbingan

konseling diantaranya adalah:

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada


kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)

“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang


beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya
mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan
kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

7
jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)

B. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Secara garis besar tujuan bimbingan konseling islam dapat dirumuskan

untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih

terperinci adalah sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan

jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada

dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya.

2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku

yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga,

lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul

dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa

kasih sayang.

4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul

dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,

ketulusan mematuhi segala perintahNya serta ketabahan menerima ujianNya.

5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu

dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar; ia dapat

dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup; dan dapat memberikan

8
kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek

kehidupan.

6. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai dengan

petunjuk ajaran islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma kenabian.

Sedangkan dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur

Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan

umum dan tujuan khusus.[7]

Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai

manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.

Tujuan khususnya adalah:

1. membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2. membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya

3. membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi

yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau  menjadi lebih baik,

sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

C. Urgensi BK Islam dalam Pembelajaran

            Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling

disekolah/madrasah, bukan terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum

(perundang undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah

upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu

mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya

(menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, social, dan moral-spiritual).

9
Konseli sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang atau

menjadi (on becaming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau

kemandirian. Untuk mencapai kematangan dan kemandirian tersebut, konseli

memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau

wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam

menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan

bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau

bebas dari masalah. Dengan kata lain proses perkembangan itu tidak selalu

berjalan dalam arus linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-

nilai yang dianut.

            Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik,

psikis, maupun social. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan.

Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life

style) warga masyarakat. Apabila perubahan ang terjadi itu sulit diprediksi, atau

diluar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan

perkembangan perilaku konseli,seperti terjadinya stagnasi (kemandekan)

perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Iklim

lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan televisi

dan media-media lain, penyalahgunaan alat kontraspsi, ketidakharmonisan

dalam kehidupan keluarga, dan dekandensi moral orang dewasa ini

mempengaruhi perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja)

yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia),

seperti pelanggaran tata tertib, pergaulan bebas, tawuran, dan kriminalitas.

10
            Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak

diharapkan seperti yang disebutkan, adalah mengembangkan potensi konseli dan

memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar

kompetensi kemandirian.

            Dengan demikian, pendidikan yang bermutu efektif dan ideal adalah

pendidikan yang tidak mengesampingkan bimbingan dan konseling. Pendidikan

yang hanya melaksanakan bidang administrative dan instruksional dengan

mengabaikan bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseli yang

pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan

atau kematangan dalam aspek kepribadian.

            Dengan dasar itulah bimbingan dan konseling sangat berperan penting

dalam pembentukan sosok peserta didik yang dicita-citakan seperti yang

dicantumkan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003, yaitu:

1. beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa

2. berakhlak mulia

3. memiliki pengetahuan dan keterampilan

4. memiliki kesehatan jasmani dan rohani

5. memiliki kepribadian yang mantap dan kebangsaan

6. memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan itu bimbingan

konseling disekolah di orientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan

potensi konseli, yang meliputi aspek pribadi, belajar dan karir, atau terkait

11
dengan perkembangan konseli sebagai makhluk yang berdimensi

biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial dan spiritual).[8]

D. Konseling Rosulullah

Istilah konseling (counseling )berasal dari kata ’’tocouncel’’yang

berartimemberi nasehat,penyuluhan atau anjuran kepada orang lain secara

berhadapan muka (face to face).Dengan demikian konseling adalah pemberian

nasihat ataupenasihatan kepada orang lain secara individualyang dilakukan

secara berhadapan(faceto face) dari seorang yang mempunyai kemahiran

(konselor/helper) kepadaseseorang yang mempunyai masalah (klien/helpee).

Sedangkan pengertian konseling Islami menurut Musnamar adalah

proses pemberian bantuan terhadap individu agar individu atau klien tersebut

menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk (ciptaan) Allah

yang seharusnya hidup sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah,sehingga

dapat mencapaikebahagian di dunia dan akhirat.

Dalam pelaksanaan proses konseling ada perbedaan antara pandagan

Barat dengan pandangan islam, dimana proses konseling versi Barat bisa

terlakasana jika klien yang bermasalah mendatangi biro konsultasi dan meminta

konselor memberi jalan keluar terhadap permasalahan yang di derita klien

,sedangkan menurut Islam, Jika seseorang mempunyai permasalahan atau

problem,konselor Islam, (seperti yangdicontohkan Rasullullah Saw) bisa

melaksanakan proses konseling di berbagi tempat,baik di rumah,di masjid,di

jalan, di pajak dan sebagainya, bahkan dalam konseling Islam konselor

dibenarkan bahkanterkadang dianjurkanmendatangi klien yang bermasalah,

12
sehingga dapat kembali ke jalan yang lebih baiksesuai dengan ajaran agama

yang diyakininya selama ini. Disinilah salah satu letak perbedaan antarakonsep

Barat dengan konsep Islam,artinya konseling versi Barat,klien yangbermasalah

datang ke biro atau pusat layanan konseling,sedangkan menurut versi Islam

pemberian konseling (kuratif/korektif), konselor Islami dibenarkan mendatagi

klien, agar klien dapat keluar dari masalah yang dihadapinya.

Pada dasarnya tujuan kedua versi ini adalah sama, yaitu sama-

samaberupaya memberi solusi dan kesadaran kepada klien agar klien kembali

kepadakejalan yang benar. Sedangkan tindak lanjut dari rasa kesadaran itu, dia

berjanjikepada dirinya dan kepada Tuhan bahwa perbuatan yang salah dan

keliru tidak diualnginya lagi pada masa yang akan datang, ia juga berusaha

melaksanakan agama lebih baik dari sebelunya. Cara seperti inilah yang

dituntut oleh pembimbing atau konselor islami daripada kliennya dalam proses

konseling.

Dari penjelasan terlihatlah bahwa inti dari konseling Islami itu

adalahmemberikan kesadaran kepada klien agar tetap menjaga eksistensinya

sebagai mahkluk Allah,dan tujuan yang ingin dicapai pun bukan hanya untuk

kemaslahatan dan kepentingan duniawi semata,tetapi lebih jauh dari itu adalah

untuk kepentinganukhrawi yang lebih kekal abadi.Hal ini sesuai dengan do’a

yang selaludiucapkan setiap orang yang beriman kepada Allah SWT, seperti

yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 201 yang artinya :

“dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan Kami, berilah
Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami
dari siksa neraka".

13
Pada sisi lain, jika diperhatikan prosedur dan layanan yang

dijalankankonselor kepada klien dalam proses konseling (versi Barat),

sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara penasehatan yang dilakukan

Rasulullah kepada sahabat.Sebagai contoh, dalam layanan konseling seorang

pembimbing atau konselor haruslah sungguh-sungguh, ihklas, sabar, tidak muda

lari dari masalah dan lemahlembut kerena sesungguhnya keseriusan dan

kesadaran sangat diperlukan dalamproses konseling.

Layanan dan nasehat yang dijalankan Rasulullah kepada para sahabat

dalam mengajak melaksanakan yang ma’ruf, Rasul melaksanakandengan

sungguh-sungguh, sabar, lemah lembut, dan penuh bijaksana. Sikap Rasuldalam

memberi layanan yang kondusif dan lemah lembut diabadikan dalam al-Qur’an

pada surah al-Imran ayat 159 yang berbunyi :

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”

Sifat-sifat mulia dan agung yang dicontohkan Rasulullah dalam

memberilayanan dan panasehatan kepada kliaen dari sifat dan sikap yang

dituntut dariseorang konselor profesional seperti yang dirumuskan oleh

Persatuan Bimbingan Jabatan Nasional yaitu Nasional Vocational Guidance

Association seperti yang dikutip oleh Sukardi (1983 : 61) yaitu interesterhadap

orang lain, sabar, peka terhadap berbagai siakap dan reaksi, memilikiemosi

14
yang stabil dan objektif, sungguah-sungguh respek terhadap orang lain,dandapat

dipercaya.

Dalam suatu riwayat (hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu

umamah) yang artinya : Seorang pemuda yang mendatangi Rasul dan bertanya

secara lantang dihadapan para sahabat: Wahai Rasulullah, apakah engkau dapat

mengizinkan saya untuk berzina? Mendengar pertanyaan yang tidak sopan itu

parasahabat ribut dan mau memukulinya, Nabi segera melarang dan

memanggil, bawalah pemuda itu dekat-dekat kepadaku. Setelah pemuda itu

duduk didekat Nabi, Nabi bertanya kepada pemuda itu: Bagaimana jika ada

orang yangakan menzinahi ibumu? Pemuda itu menjawab, demi Allah saya

tidak akan membiarkannya. Bagaimana terhadap anak perempuanmu? Pemuda

itu menjawab, tidak juga ya Rasul, demi Allah, saya tidak akan

membiarkannya. Nabi melanjutkan, bagaimana jika terhadap saudara

perempuanmu? Tidak juga ya Rasul,saya tidak akan membiarkannya. Nabi

meneruskan, begitu juga orang tidak akan membiarkan putrinya atau saudara

perempuannya atau bibinya dizinahikemudiani. Nabi kemudian meletakkan

tangannya kedada pemuda itu sambil berdoa; Ya Allah bersihkanlah hati

pemuda itu, ampunilah dosanya dan jagalahkemaluannya.

Dari kisah diatas terlihatlah bahwa Rasulullah sebagai konselor Islami

memberikan nasehat,arahan dan bimbingan penuh persuasif, lemah lembut

penuh kesungguhan dan kesabaran menghadapi seseorang pemuda (klien) yang

meminta pendapat kepada beliau. Lebih jauh dari itu, Allah SWT memberikan

penjelasan bahwa diantaratugas-tuggas Rasulullah Saw diutus kemuka bumi

15
ini adalah untuk menyampaikan kebenaran dan pengajaran pada manusia. Hal

ini sesuai dengan firman Allah pada surat Yunus ayat 57 yang artinya:

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Berdasarkan ayat dan hadis diatas menjelaskan bahwa Alquran dan

SunnahRasul merupakan Landasan ideal dan konseptual dari bimbingan dan

konselingIslam. Karena al-quran dan Hadis dalam pandangan Islam merupakan

pandangannaqliah. Disamping landasan naqliah, bimbingan konseling Islami

juga memerlukan landasan aqliyah, dalam hal ini termasuk filsafat Islam dan

landasanilmiah yang sejalan dengan ajaran Islam.

Landasan filosofis Islami penting artinya penting artinya bagi

pengembangan dan kelengkapan bimbingan konseling Islami, karena

mencakup:

a. Falsafah tentang dunia manusia

b. Falsafah tentang manusia dan kehidupan

c. Falsafah tentang pernikahan dan keluarga

d. Falsafah tentang pendidikan

e. Falsafah tentang masyaraka

Di samping itu, disiplin ilmu yang dapat memperlengkap, membantu

dan dijadikanlandasan operasional bimbingan dan konseling Islami adalah:Ilmu

jiwa (psikologi)

a. Sosiologi

b. Ilmu komunikasi

16
c. Ilmu hukum Islam

d. Antropologi sosial

Dengan demikian, layanan yang dijalankan oleh konselor Barat

dalamproses konseling,sebenarnya telah lebih dahulu dikenal oleh Islam, yaitu

seperti yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW pada 14 abad yang lalu,

walaupun istilah dan caranya tidak persis sama, namun tujuan dan cara-cara

pendekatan yang ditempuh, justru apa yang dilakukan Rasulullah jauh lebih

baik. Perbedaannya hanya terlihat dari segi istilah, dimana Barat menggunakan

istilah proseskonseling, sedangkan dalam Islam dikenal dengan istilah

penasehatan atau hisbah. Proses konseling yang dilakukan bertujuan untuk

mengembalikan manusia kepada potensi dasarnya yaitu manusia yang fitri. Fitri

artinaya kembali kepada kesucian dan kebenran yang meliputi aspek jasmani

dan rohani. Dengan kembalinya manusia kepada kondisi fitri, manusia akan

mendapatkan kembali keceriaan hidup,kegembiraan dan kebahagiaan di dunia,

maupun kebahagiaan di akhirat.

Rasulullah merupakan contoh layanan konseling Islam,

umumnyamenerapkan cara memberikan saran-sarau, anjuran, nasehat kepada

klien. Nabi dan Rasul merupakan konselor apabila melihat tugas dan fungsinya

sebagaipembimbing umat ke arah jalan yang benar. Nabi dan Rasul semua

mengajak umatmanusia kepada agama Tahuid ( Islam). Nabi dan Rasul juga

membimbing manusiaagar tidak terjerumus ke lembah dosa, sehingga manusia

memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Tugas hakiki

17
Nabi dan Rasul adalahmengajak, membantu, dan membimbing manusia

kepada jalan yang disyariatkanIslam.

E. Konseling Iman Al-Ghazali

Perkara penting dalam memahami konsep dan model kaunseling Imam

Al-Ghazali adalah memahami dan menghayati syariat Islam. Model ini memberi

penekanan kepada proses memahami jiwa manusia dari aspek kefahaman Islam.

Oleh sebab itu, teori yang digunakan ini dapat memberi ruang kepada klien

supaya memahami erti sebenar kehidupan ini, menghayati kebesaran dan

keesaan Allah dan juga mensyukuri nikmat kurniaan Allah kepada hambaNya,

Maka, melalui teori kaunseling ini, Imam al-Ghazali mengharapkan agar

kaunselor juga akan dapat meningkatkan kualiti diri melalui hubungan dengan

Allah yang tinggi. Hal ini kerana untuk menjadi seorang kaunselor yang mampu

untuk membimbing orang maka mereka perlu memperbaiki diri sendiri dari

pelbagai aspek.

Proses kaunseling al-Ghazali merangkumi aspek-aspek seperti

musyaratah (menetapkan syarat), muraqabah (audit atau semakan), mu’aqabah

(dendaan), mujahadah (bersungguh-sungguh dan Mu’atabah (celaan).

a. Sesi Kaunseling Imam Al-Ghazali :

Langkah 1 : Pengenalan dan bina hubungan

Langkah 2 : Meneroka diri dan masalah

Langkah 3 : Mengenal pasti punca dan jenis masalah

Langkah 4 : Memberi ubat yang sesuai dengan penyakit

Langkah 5 : Penilaian

18
 Langkah pertama dalam teori kaunseling Imam al-Ghazali menekankan

aspek memberi salam sebagai keutamaan sebelum memulakan sesi

kaunseling. Setelah itu majlis atau sesi dibuka dengan bacaan al-Fatihah,

tujuannya adalah untuk menghindari dari godaan syaitan. Masalah yang

berlaku dalam diri manusia adalah berpunca dari syaitan yang sentiasa

mengoda manusia supaya jauh dari mengingati Tuhan yang Maha

Pencipta. Selain itu proses pembinaan hubungan melibatkan hubungan dan

interaksi yang baik antara kaunselor dengan klien. Melalui hubungan ini

akan melahirkan kepercayaan dalam diri klien dan memungkinkan mereka

untuk berterus terang dan berkongsi masalah yang dihadapi.

 Manakala di dalam langkah yang kedua, Imamal- Ghazali menekankan

aspek penerokaan dalam diri klien sehingga mereka dapat mengenal pasti

punca masalah yang dihadapi. Selain itu langkah kedua ini adalah supaya

klien dapat mencari kekurangan diri yang menjadi punca kepada masalah

tersebut. Disamping itu kaunselor akan bertindak membimbing mereka

dan bermuhasabah diri dalam melaksanakan syariat Islam. Kaunselor

boleh menekankan aspek kerohanian dan spiritual dalam diri klien . Bina

hubungan dengan berdoa, berjanji dan bertawakkal, bincang konsep-

konsep Islam (matlamat hidup, kewajipan, hukum perlakuan, halal haram,

musibah, sabar dan syukur) serta sifat-sifat Allah dan sunnah rasul

mengikut keperluan dan kesesuaian kes. Imam al-Ghazali lebih

menfokuskan untuk membaiki diri dengan amalan-amalan kerohanian

seperti solat, zikir, membaca al-Quran, menjaga makan dan minum,

19
bertaubat, menjaga aurat dan sebagainya. Kemudiannya Imam al-Ghazali

menekankan aspek reda dengan musibah yang menimpa diri dan

menganggab ianya sebagai satu ujian untuk hambanya yang sabar.

Mengenal Diri dan Bina Matlamat Hidup dengan meneroka kriteria diri

klien yang membawa kepada masalah berdasarkan pemerhatian,

percakapan dan soalan andaian. Membimbing klien membuat muhasabah

diri dalam melaksanakan syariat. Klien akan menyedari kelalaian dan

kekurangan yang ada pada dirinya

 Langkah 3 (mengenal pasti punca dan jenis masalah) Punca dan Jenis

masalah, gabungkan langkah 2 dan 3 jadi asas meneroka punca dan jenis

masalah. Kaunselor dan klien mencapai kefahaman yang sama mengenai

diri dan permasalahan klien. Rumuskan masalah dengan kefahaman Islam

dan penghayatan/amalan syariat.

 Langkah 4: (memberi ubat yang sesuai dengan penyakit) Punca dan Jenis

Masalah dengan menjelaskan cara membaiki diri dengan; mempelajari

ilmu Islam, meningkatkan amalan, bertaubat, berzikir, berdoa, menjaga

pergaulan, menjauhi maksiat, menjaga makan minum, menjaga

pandangan, menjaga pertuturan dan menjaga diri daripada penyakit hati

seperti; sombong, riyak, ujub, dak takabur.

 Langkah 5: Penilaian Kefahaman/Pelaksanaan dengan melihat perubahan

klien melalui air muka, gerak geri dan pertuturan dari aspek peningkatan

akidah, memahami diri sendiri, reda dengan musibah, keyakinan diri yang

tinggi, melaksanakan tuntutan agama dan takwa dan tawakkal

20
BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

1. Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus

menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang

sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya

dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup

secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-

Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.

2. Tujuan BK islam dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus:

a. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya

sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan di akherat.

b. Tujuan khususnya adalah:

 membantu individu agar tidak menghadapi masalah

 membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya

 membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau

menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah

bagi dirinya dan orang lain.

3. Konseli sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang

yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai

21
kematangan dan kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan

karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang

dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman menentukan arah

kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses

perkembangan konseli tidak selalu berlangsung mulus,atau bebas dari

masalah, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Junitika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai


Latar Belakang, (Bandung: PT. Refisika Aditama, 2006)

Ahmad Mubarok, Konseling Agama teori dan Kasus, (Jakarta: PT. Bina
Parawira,2000)

Ainur Rofiq Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam


Islam, 2010) Alez Sobur, Psikologi Umum(Bandung :
Pustaka Setia, 2003)

Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia,


2010)

Aunur Rahman Ffaqih, Bimbingan Konseling dalam Islam,


(Yogyakarta: UII PRESS, 2004)

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Penada Media


Group,2007)

Burhan Bungin, Penelitian kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media


Group,2007)

Burhan Bungin,Metode Penelitian Soaial : format-format


Kualitatif dan Kuantitatif,(Surabaya: Unevirsitas Airlangga, 2001)

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling,(Jakarta: Buni


Aksara, 1988) Fajar Pustaka Baru, 2001)

Fenti Hikmawati, M.Si.Bimbingan Konseling (Jakarta : PT. Raja


Grafindo, 2011) Hamdani Bakran Adz-dzaky, Konseling dan Psikologi
Islam(Yogyakarta: FajarPustaka Baru, 2001)

23

Anda mungkin juga menyukai