Anda di halaman 1dari 80

1

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulilah, puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat


Illahi Rabbi sang pencipta alam semesta beserta isinya.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Sebagai rasul Allah di muka bumi yang
pribadinya mejadi “uswah hasanah” bagi umat sedunia. Karena
dengan idenya penulis mendapatkan pencerahan sehingga
dapat tercapai dalam penyusunan buku ini.

Penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-


dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan penulisan buku ini, semoga bermanfaat.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi semua kalangan khalayak.

Penulis menyadari bahwa dalam buku ini banyak


kekurangan. Mohon kritik dan saran penulis yang tujuannya
membangun agar dapat menyempurnakan dalam penulisan
buku ini. Mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya, terima
kasih.

Penulis

Bandung, Juli 2021

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... 2
BAB I ................................................................................................. 5
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM ..................................... 5
A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam ......... 5
B. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam ................. 7
C. Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam ................. 9
D. Latar Belakang Di Perlukannya Bimbingan Dan
Konseling Islam ....................................................................... 10
E. Perkembangan Kepribadian ......................................... 17
F. Hubungan Konseling Dan Agama ............................... 23
BAB II .............................................................................................. 26
KEPRIBADIAN REMAJA BROKEN HOME ............................. 26
A. Pengertian Kepribadian Remaja .............................. 26
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian
Remaja ........................................................................................ 31
C. Pengertian Broken Home .......................................... 35
D. Faktor Penyebab Broken Home ............................... 37
BAB III ............................................................................................. 44
BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN KONSELING ............... 44
A. KONSELING INDIVIDUAL .......................................... 44
B. KONSELING KELOMPOK .......................................... 46
C. TERAPI/PSIKOTERAPI KELOMPOK ....................... 49
BAB IV ............................................................................................ 52
3
PENDEKATAN-PENDEKATAN KONSELING......................... 52
A. Pendekatan Behavioral .............................................. 52
B. Pendekatan REBT ........................................................ 54
C. Pendekatan Gestalt ..................................................... 57
D. Pendekatan Realitas ................................................... 59
E. Pendekatan Clien-Centered .......................................... 60
BAB V .............................................................................................. 62
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA ANAK BROKEN
HOME .............................................................................................. 62
A. Pandangan Tentang Manusia ................................... 62
B. Dasar Behavioristik ..................................................... 64
C. Tujuan Behavioristic ................................................... 68
D. Tahap-Tahap Dalam Konseling Dengan
Behavioristic ............................................................................. 69
E. Teknik Konseling Dalam Behavioristic ...................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 77

4
BAB I

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling berawal dari bahasa Inggris


yaitu Guidance dan Counseling. Istilah bimbingan juga
banyak digunakan dibidang lain dalam perencanaan
keluarga, pekerjaan atau malah ekonomi yang bisa
membawa ungkapan dan maksud yang berbeda dengan
bidang konseling. Istilah bimbingan adalah sebuah istilah
yang tidak asing lagi dalam bidang konseling yaitu sebuah
proses pemberian bantuan kepada seseorang. Bimbingan
juga bisa diartikan dengan berbagai makna yang luas
seperti memberikan bantuan, mengajar, menasehati,
menuntun, membimbing dan sebagainya agar orang yang
dibantu mampu mencapai tujuan seperti yang
dikehendakinya.

Bimbingan menurut W.S Winkel adalah sebuah bantuan


kepada kelompok orang agar mampu membuat pilihan-
pilihan yang bijaksana agar bisa menyesuaikan diri.
Bantuan yang diberikan adalah bantuan yang bersifat psikis
dan bukan materialistis sehingga ia mampu mengatasi
masalah yang ia hadapi pada masa akan datang.

Menurut Roger, bimbingan merupakan suatu bantuan


yang diberikan oleh satu pihak yakni konselor kepada pihak
yang lain yaitu klien untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh klien dengan lebih baik. Bantuan menurutnya
adalah dengan memimbing klien agar bisa menghargai,
menerima dan mengaktualisasi diri. Memberi bantuan di sini
juga berarti bahwa konselor juga bersedia untuk mendengar

5
masalah klien, kisah hidup klien serta keinginan klien yang
tidak terpenuhi dan lain-lain.

Sedangkan konseling menurut Gustad adalah proses


belajar yang mana bertujuan untuk menyesuaikan klien
dengan lingkungannya. Konselor haruslah mempunyai
kompetensi yang relevan dan profesional tentang psikologi
untuk membantu klien menggunakan metode yang sesuai
agar mampu mencapai target yang mana bertujuan untuk
menjadikan klien individu yang lebih produktif dalam
lingkungan serta mampu mengatasi masalah sendiri.

Menurut Kathryn dan David Geldard, konseling


merupakan sebuah proses memberikan bantuan kepada
individu dengan menggunakan skil dan teknik tertentu yang
mana setiap teknik mempunyai tujuan tersendiri.

Menurut Drs. H.M Ariffin, M.Ed, bimbingan dan


konseling Islam merupakan sebuah kegiatan yang mana
dilakukan oleh seseorang dengan memberikan bantuan
kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan yang
berkait dengan ruhaniah agar individu tersebut mampu
menyadari kesalahan dan mengatasinya serta mengakui
konsep penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
kemudian individu tersebut mampu mengubah dirinya
sehingga mampu mencapai kebahagiaan hidup masa kini
dan masa akan datang.

Menurut Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam


adalah proses pemberian bantuan yang terarah,
berkontinuitas dan sistematis kepada setiap individu agar
dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang
dimilikinya secara optimal dengan mengaplikasikan nilai-
nilai di dalam Al-Qur’an dan hadits sehingga ia dapat

6
menjalani hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-
Qur’an dan hadits.

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses


pemberian bantuan kepada individu agar mampu hidup
bersesuaian dengan petunjuk Allah sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Bimbingan dan konseling islam adalah suatu usaha


pemberian bantuan kepada individu yang mengalami
kesulitan rohaniah baik mental dan spiritual agar yang
bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan
yang ada pada dirinya sendirimelalui dorongan dari
kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT, atau
dengan kata lain bimbingan dan konseling islam ditujukan
kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik
kesulitan lahiriah maupun batiniah yang menyangkut
kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapai
kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk
mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan
potensi yang dimilikinya dengantetap berpegang pada nilai-
nilai islam.

Beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas, maka


dapat ditarik kesimpulan bahwa Bimbingan dan Konseling
Islam adalah sebuah proses pemberian bantuan kepada
individu secara sistematis dan kontinuitas dalam upaya
mengembangkan atau mengembalikan fitrahnya agar ia
mampu hidup selaras dengan petunjuk Allah melalui
penginternalisasian nilai-nilai yang terdapat di dalam Al-
Qur’an dan hadist demi kebahagiaan di dunia dan akhirat.

B. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam

7
Secara umum, tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
adalah berusaha membantu klien agar mampu
menyelesaikan permasalahan yang sedang dialaminya.
Dengan menggunakan bimbingan dan konseling islam
konselor bisa menuntun klien untuk berserah diri kepada
sang pencipta memiliki kesadaran untuk beribadah dan
mengabdi kepada Allah sehingga pada akhirnya individu
tersebut mampu menjadi manusia selaras dengan tuntutan
Al-Qur‟an dan hadits dalam aspek agama, pribadi dan
sosial.

Tujuan bimbingan dan konseling Islam menurut Drs.


Samsul Munir Amin:

1) Agar individu melakukan perubahan, perbaikan serta


pembersihan jiwa sehingga menjadi tenang
(muthma’innah) dan mendapatkan taufik dan hidayah
dari Allah (mardhiyah).
2) Agar individu mampu mengubah tingkah laku kepada
yang lebih sopan dan memberikan manfaat baik pada
diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja,
lingkungan sosial dan lainnya.
3) Agar kecerdasan emosi berkembang secara optimal
sehingga memunculkan rasa toleransi dan kasih
sayang.
4) Agar kecerdasan spiritual muncul pada diri individu dan
berkembang keinginan untuk beribadah dan taat
kepada Allah di samping mematuhi segala perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya.
5) Agar individu mempunyai potensi Ilahiah yang
dengannya individu dapat melaksanakan tugas sebagai
khalifah di mukabumi dan memberi manfaat kepada
orang sekelilingnya dalam berbagai aspek kehidupan.

8
Secara khusus bimbingan dan konseling islam
bertujuan untuk membantu klien agar dapat:

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-


nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah,
tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain,
dengan saling menghormati dan memelihara hak dan
kewajibannya masing-masing.
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang
bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah)
dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dapat
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan
ajaran agama yang dianut.
4) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam
bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
5) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik
(masalah) baik bersifat internal dalam diri sendiri
maupun dengan orang lain.
6) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
secara efektif.
7) Membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar
tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan
menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
C. Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam

Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ditinjau dar


kegunaan dan manfaat ataupun keuntungan-keuntungan
yang dapat diperoleh dari layanan bimbingan dan konseling

9
islam. Fungsi-fungsi dari bimbingan dan konseling islam
diantaranya sebagai berikut:

1) Pencegahan atau preventif yaitu konselor


membantu klien menghindari dari hal-hal yang tidak
diinginkan. Menemukan cara agar klien bisa
menghindari atau mencegah munculnya perkara
yang tidak diingini tersebut.
2) Kuratif atau perbaikan yaitu klien dibantu konselor
untuk mengatasi atau menghilangkan kondisi yang
sudah terjadi dan tidak diingini.
3) Developmental atau perkembangan yaitu
membantu klien dalam proses perkembangan dari
segi kehidupan sosial, pribadi, emosional, kognitif,
fisik dan sebagainya.
4) Penguatan atau reinforcement yaitu konselor
membantu klien menyadari apa yang dilakukan,
dipikirkan dan dirasakansehingga langkah serta
perencanaan yang telah dilakukukan oleh klien
mendapat penguatan dari konselor.
D. Latar Belakang Di Perlukannya Bimbingan Dan
Konseling Islam

Menurut pakar bimbingan, bimbingan yaitu suatu proses


pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri
dengan lingkungan. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E.
Nila Kusumawati, 2008: 2)

Sedangkan konseling merupakan bagian dari


bimbingan baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik.
10
Konseling menurut Rochman natawidjaja yaitu satu jenis
pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan.
konseli merupakan bagian terpadu dari bimbingan dua
orang individu di mana konselor berusaha membantu
konseli untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri
dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang. (Dewa Ketut
Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, 2008: 4-5).

Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan


diperlukannya bimbingan dan konseling.

1. Latar Belakang Historis

Sejarah tentang developing one’s


potential (pengembangan potensi individu) dapat ditelusiri
masyarakat Yunani kuno. Mereka menekankan tentang
upaya untuk mengembangkan dan memperkuat individu
melaui pendidikan, sehingga mereka dapat mengisi
peranannya dimasyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam
diri individu terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat
distimulasi dan dibimbing kearah tujuan-tujuan yang
berguna, bermanfaat atau menguntungkan baik bagi dirinya
sendiri maupun masyarakat. Konselor yang terkenal di
Yunani kuno adalah Plato, karena dia telah menaruh
perhatian yang begitu besar terhadap pemahaman
psikologis individu, seperti menyangkut aspek isu-isu moral,
pendidikan, hubungan dalam masyarakat, dan teologis. Dia
juga menaruh perhatian terhadap masalah-masalah:

1) Bagaimana membangun pribadi manusia yang baik


melalui asuhan atau pendidikan formal.
2) Bagaimana caranya supaya anak dapat berfikir lebih
efektif.
11
3) Teknik apa yang telah berhasil mempengaruhi manusia
dalam kemampuannya mengambil keputusan dan
mengembangkan keyakinannya.

Konselor yang lain diantaranya adalah Aristoteles


(murid Plato), Hippocrates dan para dokter lainnya yang
menaruh perhatian pada bidang psikologi.

2. Latar Belakang Filosofis

Kata filosofis atau filsafat dalam bahasa Arab yang


berasal dari kata yunani yang berarti filosofia (philosophia).
Filsafat artinya cinta terhadap kebijaksanaan atu hikmah
atau ingin mengerti segala sesuatu dengan mendalam.
John J. Pietrofesa et.al mengemukakan pendapat James
Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan:
1) Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan
akan kemuliaan dan harga diri individu dan atas hak-
haknya untuk mendapat bantuan.
2) Bimbingan merupakan proses pendidikan yang
berkesinambungan artinya bimbingan merupakan
bagian intergal dalam pendidikan.
3) Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien
yang meminta bantuan atau pelayanan.
4) Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi
kesehatan mental. Bimbingan dilaksanakan melaui
kerjasama, dan masing-masing bekerja berdasarkan
keahlian atau kompetensinya sendiri.
5) Fokus bimbingan adalah membantu individu
merealisasikan potensi dirinya.
6) Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat
individualisme, personalisasi dan sosialisai.

12
Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang
bermanfaat bagi pelayanaan bimbingan dan konseling pada
umumnya, dan bagi konselor khususnya yaitu membantu
konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam
memberi keputusan yang tepat.
3. Latar Belakang Sosial Budaya

Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan


kebutuhan akan bimbingan:

a. Perubahan konstelasi keluarga


Terkait dengan masalah keluarga yang
disfungsional, Stephen R. Covey mengemukakan
sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi
keluarga yang sangat kuat dan dramatis seperti
peristiwa berikut ini:
1) Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat
menjadi 400%.
2) Persentase orang tua tunggal (single parrent)
telah berlipat ganda.
3) Angka perceraian yang terjadi telah berlipat
ganda, pernikahan yang berakhir dengan
perceraian.
4) Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja
meningkat sekitar 300%.
5) Sekor tes bakat skolastik para siswa turun
sekitar 73 butir.
6) Masalah nomor satu wanita Amerika pada saat
ini adalah tindakan kekerasan (pemerkosaan).
7) Seperempat remaja yang melakukan hubungan
seksual telah terkena penyakit kelamin sebelum
menamatkan sekolahnya di SMA.
b. Perkembangan pendidikan

13
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah
dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan.
Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk
memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi
yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak
dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman
disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam
tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi
murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun.
Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan
kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap
bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat
bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat
individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali
kebutuhan akan bimbingan di sekolah.

c. Dunia kerja

Dalam dunia kerja bimbingan dan konseling sangat


dibutuhkan karena terjadi berbagai macam perubahan
diantaranya sebagai berikut:

1) Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap


pekerja yang tidak memilki ketrampilan.
2) Meningkatnya kebutuhan terhadap para
pekerja yang profesional dan memiliki
ketrampilan teknik.
3) Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan
sebagai dampak dari penerapan teknologi
maju.
4) Berkembangnya perindustrian di berbagai
daerah.

14
5) Berbagai jenis pekerjaan yang baru
memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
6) Semakin bertambahnya jumlah para pekerja
yang masih berusia muda dalam dunia kerja.
d. Perkembangan metropolitan

Dampak sosial yang buruk dari pertumbuhan kota di


abad-21 terutama di kota-kota berkembang sebagai
berikut:

1) Urbanisasi dilakukan dengan motivasi mengadu nasib.


2) Masalah pengangguran.
3) Banyaknya tenaga kerja yang tidak memenuhi
kebutuhan lapangan kerja di kota.
4) Banyaknya pemukiman ilegal didirikan.
5) Terbatasnya fasilitas air bersih dibanding banyaknya
jumlah kebutuhan penduduk.
6) Lingkungan semakin buruk yang mengakibatkan
meningkatnya angka kematian anak.
7) Perkembangan komunikasi.
e. Seksisme dan rasisme

Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan


salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainya.
Sedangkan rasisme merupakan paham yang
mengunggulkan ras yang satu dari ras yang lainnya.

4. Latar Belakang Religius

Landasan religius bimbingan dan konseling pada


dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan
dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral
upaya bimbingan dan konseling. Pembahasan landasan
religius ini, terkait dengan upaya mengintegrasikan nilai-
15
nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling.
Pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi di
dalamnya dimensi agama, ternyata sangat disenangi oleh
masyarakat Amerika sekarang ini. Perlunya
pengintegrasian nilai-nilai agama dalam konseling, Marsha
Wiggin Frame mengemukakan bahwa agama sepatutnya
mendapat tempat dalam praktek-praktek konseling atau
psikoterapi, yang berdasarkan alasan:
1) Mayoritas orang Amerika meyakini Tuhan dan mereka
banyak yang aktif mengikuti peribadatan.
2) Terdapat tumpang tindih dalam nilai dan tujuan antara
konseling dengan agama, seperti menyangkut upaya
membantu individu agar dapat mengelola berbagai
kesulitan hidupnya.
3) Banyak bukti empirik yang menunjukkan bahwa
keyakinan beragama telah terkontribusi secara positif
terhadap kesehatan mental.
4) Agama sudah sepatutnya diintegrasikan ke dalam
konseling dalam upaya mengubah pola pikir yang
berkembang di akhir babad-20.
5) Kebutuhan yang serius untuk mempertimbangkan
konteks dan latar balakang budaya klien,
mengimplikasikan bahwa konselor harus
memperhatikan secara sungguh-sungguh tentang
peranan agama dalam budaya.
5. Latar Belakang Psikologis

Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada


dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan
dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Di
samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai
perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses

16
perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier
(sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang
dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi
stagnasi atau diskontinuitas perkembangan

E. Perkembangan Kepribadian

Kepribadian yaitu suatu organisasi yang unik pada diri


setiap individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh
faktor-faktor bawaan dan lingkungan sehingga menjadi
penentu atau mempengaruhi tingkah laku. Kepribadian
mencakup kebiasaan,sikap,dan sifat yang dimiliki
seseorang apabila berhubungan dengan orang lain.

Pengertian perkembangan kepribadian yang


dikemukakan oleh beberapa para ahli diantaranya sebagai
berikut:

1) Gordon Allport
Sesuatu yang bisa berubah secara teratur,bertumbuh
dan berkembang.
2) Koenndjaraningrat
Merupakan ciri dari dari watak yang diperlihatkan
seseorang dari lahir sampai lanjut usia.
3) George Herbert Mead
Tingkah laku manusia dalam berkembang dan
berlangsung seumur hidup,dengan berinteraksi dengan
anggota masyarakat.
4) Theodore M.Newcombe
Merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki oleh
seseorang,sebagai latar belakang terhadap perilaku
5) Krech dan Crutchfield

17
Integritas dari semua karakteristik individu dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah-
ubah dan terus menerus.
6) Adolf Heuken S.J.dkk
Pola menyeluruh semua kemampuan,perbuatan,serta
kebiasaan seseorang,baik
jasmani,mental,rohani,emosional maupun yang sosial.
7) Yinger
Merupakan keseluruhan dari seseorang dan sistem
kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan
serangkaian situasi.

Dalam fase-fase perkembangan kepribadian di setiap


individu tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya, tetapi
secara umum bisa dirumuskan sebagai berikut :

1) Fase Awal
Fase awal atau pertama dimulai sejak anak mulai
berusia satu hingga dua tahun, saat anak tersebut mulai
mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini kita bisa
membedakan kepribadian seseorang menjadi dua
bagian yang penting yaitu sebagai berikut :
a. Bagian pertama berisi unsur-unsur dasar atas
berbagai sikap yang disebut dengan attitudes yang
kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah
berubah dikemudian hari. Unsur-unsur itu ialah
struktur dasar kepribadian (basic personality
structure) dan capital personality, kedua unsur
tersebut merupakan sifat dasar dari manusia yang
telah dimiliki sebagai warisan biologis dari orang
tuanya.
b. Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas
keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan

18
yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah
atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
2) Fase Kedua
Untuk fase ini merupakan fase yang sangat efektif
dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat
yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari
usia dari usia dua hingga tiga tahun. Fase ini merupakan
fase dalam perkembangan yang dimana rasa aku yang
telah dimiliki seorang anak mulia berkembang
karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada
dilingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun
struktur budayanya.
Dalam fase ini berlangsung relatif panjang sampai anak
menjelang masa kedewasaannya hingga kepribadian
tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang
khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini:
a. Dorongan-Dorongan ( Drives )
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia
untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya
akan membentuk motif-motif tertentu untuk
mewujudkan suatu keinginan. Drivers ini dibedakan
atas kehendak dan nafsu-nafsu, kehendak
merupakan dorongan-dorongan yang bersifat
cultural yang artinya sesuai dengan tingkat
peradaban dan tingkat perekonomian seseorang.
Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang
terdorong oleh kebutuhan biologis misalnya nafsu
makan, birahi ( seksual ), amarah dan yang lainnya.
b. Naluri ( Instinct )
Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat
kodrati yang melekat dengan hakikat makhluk hidup,
misalnya seorang ibu memiliki naluri yang begitu

19
kuat untuk memiliki anak, mangsuh dan
membesarkan sampai dewasa. Naluri ini bisa
dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa perlu
belajar dahulu seolah-olah telah menyatu dengan
hakikat makhluk hidup.
c. Getaran Hati ( Emosi )
Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang
abstrak yang menjadi sumber perasaan manusia.
Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang
ada pada jiwa manusia seperti senang, sedih, indah,
serasi dan yang lainnya.
d. Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan
antara hati dan pikiran manusia yang tampak dari
raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai
ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian
yang mulai riil, dapat dilihat dan diindentifikasi oleh
orang lain.
e. Inteligensi ( Intelligence Quetient-IQ )
Inteligensi ialah tingkat kemampuan berpikir yang
dimiliki oleh seseorang, sesuatu yang termasuk
dalam intelegensi ialah IQ memori-memori
pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang
telah diperoleh seseorang melakukan sosialisasi.
f. Bakat ( Talent )
Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang
abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan
biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti
bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik dan
lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat
mendasar dalam mengembangkan keterampilan-
keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap

20
orang memiliki bakat yang berbeda-beda walaupun
berasal dari ayah dan ibu yang sama.
3) Fase Ketiga
Dalam proses perkembangan kepribadian seseorang,
fase ini merupakan terakhir yang ditandai dengan
semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari
orang tersebut. Pada fase ketiga ini terjadi
perkembangan yang relative tetap yakni dengan
terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai
kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah kepribadian
terbentuk secara permanen, maka dapat
diklasifikasikan tiga tipe kepribadian yakni kepribadian
normative, kepribadian otoriter dan kepribadian
perbatasan.
a. Kepribadian Normatif ( Normative Man )
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian
yang ideal, yang dimana seseorang memiliki
prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan
nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai
hasil sosialisasi pada masa sebelumnya.
Seseorang memiliki kepribadian normative
apabila terjadi proses sosialisasi antara
perlakuan terhadap dirinya dan perlakukan
terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai
yang ada didalam masyarakat. Tipe ini ditandai
dengan kemampuan menyesuaikan diri yang
sangat tinggi dan dapat menampung banyak
aspirasi dari orang lain.
b. Kepribadian Otoriter ( Otoriter Man )
Dalam tipe ini terbentuk melalui proses
sosialisasi individu yang lebih mementingkan
kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan

21
orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak
tunggal, anak yang sejak kecil mendapat
dukungan dan perlindungan yang lebih dari
lingkungan orang-orang disekitarnya serta anak
yang sejak kecil memimpin kelompoknya.
c. Kepribadian Perbatasan ( Marginal Man )
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian
yang relative labil dimana ciri khas dari prinsip-
prinsip dan perilakunya seringkali mengalami
perubahan-perubahan sehingga seolah-olah
seseorang itu memiliki lebih dari satu corak
kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki
kepribadian perbatasan apabila orang ini
memiliki dualism budaya, misalnya karena
proses perkawinan atau karena situasi tertentu
hingga mereka harus mengabdi pada dua
struktur budaya masyarakat yang berbeda.

Adapun beberapa struktur kepribadian perkembangan,


diantaranya sebagai berikut:

1) Id adalah sistem kepribadian yang asli atau merupakan


dunia batin manusia yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar Contonnya : pada saat kita batuk dan
lapar
2) Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung
jawab untuk menangani dengan realitas. Contohnya :
Suara hati untuk memutuskan makan atau tidak
3) Super Ego adalah aspek kepribadian yang
menanmpung semua standar moral yang kita dapat dari
orang tua. Contohnya : Memberikan pertimbangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan


kepribadian, diantaranya sebagai berikut:
22
1) Lingkungan alam adalah pola perilaku masyarakat yang
dipengaruhi lingkungan alam contoh : Perbedaan iklim
dan sumber daya alam yang menyebabkan manusia
harus menyesuaikan diri dengan alam.
2) Genetik merupakan manusia mempunyai biologis yang
unik berbeda dengan orang lain Contoh : Anak kembar
sekalipun mempunyai karakteristik yang berbeda
3) Kebudayaan adalah nilai-nilai dan norma yang
mengatur perilaku dan mempengaruhi pembentukan
kepribadian. Conton :Negara bagian barat di
perbolehkan menggunakan pakian terbuka,sedangkan
negara bagian timur tidak mengijinkan
4) Sifat merupakan perubahan perilaku yang baik dan
buruk. Contoh : Jujur, baik, berpikir posetif, suka
menolong, merasa iri, mersa paling pintar, malas kerja
tugas, berbohong.
F. Hubungan Konseling Dan Agama

Hubungan konseling dan agama ialah dalam sebuah


proses konseling dilakukan pemberian bantuan kepada
seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun
batiniah, yang menyangkut kehidupan sekarang dan yang
akan datang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di
dalam mental spiritual (kegamaan), dengan maksud agar
orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya
dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui
dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan.

Dalam konseling agama seorang konselor bisa


menggunakan 2 cara dalam proses konseling, yaitu:

1) Dengan menggunaakan (agama sebagai tujuan) lebih


menekankan pada pemantapan klien terhadap
keyakinan agamanya.
23
2) Agama sebagai instrument lebih menekankan pada
nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam sebuah agama
digunakan untuk aktifitas konseling secara luas.

Dengan adanya perbedaan nilai agama antara konselor


dan konseli, tanggung jawab konselor mengarahkan nilai
yang dipegang oleh klien yang ia bantu dan menempatkan
nilai-nilai yang berbeda dalam konteks lintas budaya. D.R.
Bishop memberikan petunjuk kepada konselor agar
konselor dapat bekerja sama dengan konseli walaupun
terdapat perbedaan nilai dan latar belakang kebudayaan.
Berikut ini petunjuk-petunjuk yang dimaksud:

1) Bantulah konseli untuk merasakn bahwa nilai-nilai


keagamaannya merupakan bagian yang diterima dalam
proses terapeutik.
2) Pandanglah nilai-nilai agama sebagai bagian dari
pemecahan problem konseli, bukan sebagai bagian dari
problemnya.
3) Tingkatkan pemahaman terhadap budaya, nilai-nilai
keagamaan, keyakinan, parkatik-praktik dan usahakan
isu-isu tersebut secara tak terpisahkan dengan teori
psikologi dan praktik konseling.
4) Libatkan diri ke dalam masyarakat atau kegiataan-
kegiatan profesional yang dapat meningkatkan interaksi
dengan orang-orang yang bersal dari budaya yang
berbeda dan mempunyai nilai agama yang bervariasi.
5) Hati-hatilah dalam menyiasati isu-isu agama dengan
klien.
6) Kembangkan bahasa yang terarah dalam komunikasi
dengan klien tentang nilai-nilai keagamaan mereka dan
nilai agama konselor.

24
Ada 3 hikmah yang terdapat dalam hubungan konselor
dengan agama yaitu:

1) Konselor harus memiliki paradigma egalitarianism atau


perasaan.
2) Konselor diajukan tidak memulai perlakuan dengan
kelemahan, maslah, kesulitan yang dimiliki konseli.
3) Jika konseli membutuhkan bimbingan beragama, maka
sepantasnya konselor memberinya.

Agama amat menyentuh iman, taqwa dan akhlak. Jika iman


kuat, maka ibadah akan lancar termasuk berbuat baik terhadap
sesama manusia, karena telah terbentuk akhlak yang mulia.

25
BAB II

KEPRIBADIAN REMAJA BROKEN HOME


A. Pengertian Kepribadian Remaja

Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi,


perasaan, tempramen, ciri khas, dan juga perilaku
seseorang. Sikap perasaan dan ekspresi dan tempramen
tersebut akan terwujud dalam tindakan seseorang jika
dihadapkan dengan situasi tertentu. Setiap orang memiliki
kecenderungan perilaku yang baku/berlaku terus menerus
secara konsisten dalam mengahadapi situasi yang sedang
di hadapi sehingga jadi ciri khas pribadinya. Kepribadiaan
merupakan ciri watak seseorang yang tetap dan memiliki
suatu identitas sebagai pribadi. Dengan demikian di
dalamnya terdapat unsur psikologis yang meliputi sikap,
kebiasaan, bakat kecakapan, dan ciri khas lainnya, serta
unsur sosiologis yang selalu mendasari tindakan
seseorang.

Menurut Frued Strukur kepribadian terdiri dari id, ego,


dan super ego. Id merupakan aspek biologis yang
mempunyai energi yang dapat mengaktifkan ego dan super
ego. Energi yang meningkat dari id sering menimbulkan
ketegangan dan rasa tidak enak. Dorongan-dorongan untuk
memuaskan hawa nafsu manusia bersumber dari id.
Kadang-kadang dorongan itu tidak terkendali dan tidak
sesuai dengan kenyataan sehingga ego terpaksa menekan
dorongan-dorongan tersebut. Sedangkan super ego
berperan untuk mengatur agar ego bertindak sesuai moral
masyarakat. Disamping itu suoer ego berfungsi untuk
merintangi dorongan-dorongan id terutama dorongan
seksual dan agresivitas yang bertentangan dengan moral
dan agama.
26
Pengertian remaja sering kita dengar dengan Istilah
Adolescence yang berasal dari kata Latin (Adolescere)
(kaya bendanya, Adolescentia yang berarti remaja) yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.” Bangsa
primitif demikian pula orang-orang zaman purbakala
memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda
dengan masa-masa periode lain dalam rentang kehidupan,
anak sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi. Istilah Adolescence, seperti yang digunakan
saat ini, memiliki arti yang lebih luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Piaget mengungkapkan “Secara psikologis masa


remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa. Usia dimna anak- anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah hak Integrasi dalam masyarakat (dewasa)
mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber, termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok, transformasi
intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini
memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan
sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri
khas yang umum dari periode perkembangan ini.

Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas


tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun, dan akhir
masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai
delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum.
Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode
yang sangat singkat.

27
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi
perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan
pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan
kepribadian pada masa ramaja meliputi:

1) Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa


dewasa.
2) Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-
dorongan dan emosi baru.
3) Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk
mengarah diri dan mengevaluasi kembali tentang
standar (norma), tujuan dan cita-cita.
4) Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat
heteroseksual, berteman dengan pria dan wanita.
5) Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi
antara masa anak dan masa dewasa.

Jadi kepribadian remaja adalah individu yang tumbuh


menjadi dewasa yang memiliki keseluruhan sikap, ekspresi,
perasaan, dan juga prilaku seseorang. Sikap perasaan dan
ekspresi dan tempramen tersebut akan terwujud dalam
tindakan seseorang jika dihadapkan dengan situasi
tertentu.

Masa remaja adalah dunia yang paling menyenangkan


juga berkesan didalam kehidupan seseorang, dimana pada
masa ini kita akan mengalami banyak perubahan dalam diri,
entah perubahan dalam hal fisik maupun pola berpikir
kearah lebih matang dari sebelumnya yang terkesan
kekanak-kanakan dan manja.

Tidak hanya cara bergaul-nya semakin luas, diri


seorang remaja-pun juga mulai dihinggapi perasaan saling
suka terhadap lawan jenis. Dalam hal ini remaja

28
membutuhkan bimbingan agama dan pemahaman tentang
dirinya serta lingkungannya agar mereka tidak terjerumus
ke arah yang salah.

Banyaknya remaja yang terjebak kedalam dunia kelam


seperti narkoba, hamil diluar nikah, geng motor maupun
minuman keras menjadi cambuk didalam sebuah tatanan
keluarga maupun masyarakat. Karena itulah menanamkan
nilai-nilai syaksiyah (kepribadian) Islam sangat diperlukan
bagi mereka agar bisa menjaga batas-batas kebolehan
dalam pergaulan. Tidak hanya itu, keluarga juga menjadi
salah satu pondasi penting untuk mendidik anak agar
memiliki perilaku yang baik, berakhlak mulia dan memiliki
adab.

Remaja dengan proses berkembangnya pola pikir jika


tidak dibarengi dengan pemahaman kepribadian Islam yang
benar maka mereka tidak akan memiliki pegangan yang
kuat, cenderung mudah goyah, bertindak sesuai dengan
keinginannya dan mudah sekali terpengaruh dengan
pergaulan menyimpang yang nampak dihadapan mereka.

Apalagi dengan kemajuan tekhnologi seperti sekarang


semakin mempermudah mereka untuk terpengaruh dengan
gaya hidup liar yang disajikan di dunia maya jika kita tidak
benar-benar mengawasinya.

Banyak sudah kasus-kasus kenakalan remaja yang


disiarkan di berita-berita televise maupun media online,
dimana terkadang kita merasa miris dengan apa yang
mereka perbuat, seperti kasus pencurian motor, pergaulan
seks bebas bahkan terjerumusnya mereka ke dunia
gangster. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi para
orang tua juga negara.

29
Kepribadian Islam pada remaja haruslah dilakukan
dengan pembinaan keimanan (akidah), kita ajarkan mereka
tentang keyakinan bahwa Allah selalu melihat apa yang kita
perbuat. Tanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah,
serta menjadikan sunah-sunah Nabi Muhammad berserta
sahabat-sahabatnya sebagai acuan dalam kehidupan
sehari-hari.

Menyibukkan diri dengan sering mengaji Alquran,


bergabung dengan komunitas-komunitas remaja yang
positif dan bergaul dengan kawan yang shalih agar bisa
mengambil manfaat dari kebaikan serta keshalihannya.
Dengan demikian maka diharapkan bisa merubah perilaku
mereka menjadi lebih baik.

Mengajak mereka beribadah sebagai penyempurna


akidah juga bisa membentuk kepribadian Islam dalam diri
mereka, membiasakan shalat berjamaah di masjid,
berpuasa sunah maupun wajib dan mengajak mereka untuk
ikut pengajian-pengajian Islam menjadikan mereka bisa
mengontrol dirinya dari kemaksiatan dan memiliki
keterikatan kepada syariat Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda,“Ada tujuh golongan


manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan
(Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali)
kecuali naunganNya:… dan seorang pemuda yang tumbuh
dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah…” (HR. al-Bukhari
(no. 1357) dan Muslim (no. 1031).

Hadist ini menjelaskan besarnya perhatian Islam


terhadap hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi remaja
Muslim, juga memberikan motivasi kepada para remaja
yang bertakwa bahwa kelak mereka menjadi salah satu

30
golongan yang akan dinaungi oleh Allah SWT dalam Arsy-
Nya. Sosok remaja inilah yang dicintai oleh Allah yang
berhasil mengalahkan nafsu-nya dan lebih memilih
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Selain hal diatas, peran keluarga juga sangat penting


dalam membangun pondasi akidah remaja, keluarga adalah
lingkungan awal dan utama bagi pembentukan pribadi
anak. Sebagai orang tua harus bisa memberi tauladan
kepada anak-anaknya, memantaskan diri dan berusaha
membina keluarga Islami yang taat akan syariat Islam
diharapkan bisa menjadi benteng anak-anak kita dari
jeratan pergaulan sekuler dan liberal. Memotivasi anak-
anak ketika mereka mendapatkan suatu masalah juga
menjadi pintu kerekatan antara orangtua dan anak. Sebagai
orang tua kita juga harus bisa menjadi wadah yang aman
dan tentram bagi anak untuk mencurahkan segala isi
hatinya.

“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian


Remaja

Di dalam kepribadian Remaja, ada dua faktor tetap yang


mempengaruhi yaitu faktor bawaan (genetik) dan faktor
lingkungan. Tetapi karena isi faktor luar selalu berubah
keadaanya dan penerimaan pengaruh lingkungan oleh

31
faktor bawaan itu juga berubah sebagai akibat
perkembanganya.

1) Faktor Bawaan (Genetic)


Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat
yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab
tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola
kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan
kemapuankemampuan yang menentukan jenis
penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah
kelahiran.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama
pembentukan kepribadian anak. Alasannya
adalah keluarga merupakan kelompok sosial
pertama yang menjadi pusat identifikasi anak,
anak banyak menghabiskan waktunya
dilingkungan keluarga dan keluarga merupakan
orang yang penting bagi pembentukan
kepribadian anak. Disamping itu keluarga juga
dipandang dapat memenuhi kebutuhan
manusiawi, terutama bagi pengembangan
kepribadiannya dan pengembangan ras
manusia. Apabila anak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya maka anak
cenderung berkembang menjadi pribadi yang
sehat. Suasana keluarga sangat penting bagi
perkembangan kepribadian anak. Seorang anak
yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
harmonis dan agamais maka perkembangan
anaktersebut cenderung positif.
32
Menurut konsep Islam, keluarga adalah satu
kesatuan hubungan antara laki-laki dan
perempuan melalui akad nikah menurut ajaran
Islam. Dengan adanya ikatan akad pernikahan
tersebut dimaksudkan anak dan keturunan yang
dihasilkan menjadi sah secara hukum agama.
Abu Hamid (1991: 87) mengatakan bahwa
dalam hidup dan kehidupan seseorang tidak
akan bisa lepas dari keluarga, karena disinilah
permulaan kehidupan sosial seseorang
berlangsung. Keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat.
Bagaikan sebuah bangunan, keluarga dibangun
dari beberapa komponen yang menopongnya.
Kontruksipun harus disiapkan untuk menunjang
kekuatan dan kekokohan pada bangunan
keluarga. Dalam Islam begitu pentingnya
kedudukan sebuah keluarga, ini dibuktikan
bahwa keluarga adalah tempat pendidikan yang
pertama dan utama. Melalui tempat tersebutlah
seseorang mengetahui hak dan kewajiban
sebagai hamba yang mempunyai tugas
mengabdi kepada sang Khaliq.
b. Kebudayaan
Kebudayaan suatu masyarakat memberikan
pengaruh terhadap setiap warganya, baik yang
menyangkut cara berpikir, cara bersikap atau
cara berprilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap
keperibadian dapat dilihat dari perbedaan
masyarakat modern yang budayanya maju
dengan masyarakat primitive yang budayanya
masih sederhana. Perbedaan itu tampak dalam

33
gaya hidupnya seperti dalam cara makan,
berpakaian, memelihara kesehatan,
berinteraksi, pencaharian, dan cara berpikir. Ada
tiga prinsip tipe dasar kepribadian yaitu
pengalaman awal kehidupan dalam keluarga,
pola asuh orangtua terhadap anak dan
pengalaman awal kehidupan anak dalam
masyarakat.
3) Sekolah

Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh dalam


pembentukan kepribadian anak diantaranya sebagai
berikut :

a) Iklim Emosional Kelas


Ruang kelas dengan guru yang bersikap ramah
dan respek terhadap siswa memberikan dampak
yang positif bagi perkembangan psikis anak,
seperti merasa nyaman, bahagia, mau
bekerjasama, termotivasi untuk belajar, dan mau
menaati peraturan. Sedangkan ruang kelas
dengan guru yang bersikap otoriter dan tidak
menghargai siswa berdampak kurang baik bagi
anak, seperti merasa tegang, sangat kritis,
mudah marah, malas untuk belajar dan
berprilaku yang menggangu ketertiban.
b) Disiplin
Disiplin yang otoriter cenderung
mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang
tegang, cemas dan antagonistik. Disiplin yang
permisif, cenderung membentuk sifat siswa yang
kurang bertanggungjawab, kurang menghargai
otoritas dan egosentris. Sementara displin yang

34
demokratis, cenderung mengembangkan
perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan
tenang dan sikap bekerjasama.
c) Prestasi belajar, perolehan prestasi belajar atau
peringkat kelas dapat mempengaruhi
peningkatan harga diri dan sikap percaya diri.
d) Penerimaan teman sebaya, siswa yang diterima
oleh teman- temannya, dia akan
mengemabngkan sikap positif terhadap dirinya
dan juga orang lain, dia merasa menjadi orang
yang berharga.
C. Pengertian Broken Home

Broken home merupakan suatu keadaan dimana


keluarga mengalami keretakan atau rumah tangga yang
berantakan. Keadaan rumah tangga atau keluarga tanpa
hadirnya salah satu dari kedua orang tua disebabkan oleh
meninggal, bercerai, meninggalkan keluarga dan lain-lain.
Yang dimaksud kasus keluarga pecah (broken home) dapat
dilihat dari dua aspek: pertama, keluarga itu pecah karena
strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga
itu meninggal dunia atau telah bercerai. Kedua, orang tua
tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi
karena ayah dan ibu sering tidak di rumah, dan atau sudah
tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi misalnya
keluarga itu sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak
sehat lagi secara psikologis.

Secara Etimologi Broken home berasal dari kata Broken


yang berarti ”Kehancuran”, sedangkan Home berarti
”Rumah” . Broken Home memiliki arti adanya kehancuran di
dalam rumah tangga yang disebabkan kedua suami istri
mengalami perbedaan pendapat. Broken Home disini

35
memiliki banyak arti yang bisa di karenakan adanya
perselisihan atau percekcokan antara suami istri, akan
tetapi tetap tinggal satu rumah. Bisa juga bisa juga broken
home diartikan kehancuran rumah tangga sampai terjadi
perceraian kedua orang tua. Dari pengertian broken home
di atas dan dengan keadaan masih tinggal serumah
ataupun yang sudah bercerai tetap saja memberikan
dampak yang buruk pada anak mereka, dimana sebetulnya
anak masih memerlukan bimbingan orang tua sampai ia
lepas masa lajang. Akibat kondisi orang tua yang
mengalami broken home, maka lebih banyak anak belajar
banyak hal dari lingkungan, teman sebaya, dan bukan dari
kedua orang tuanya.

Pengertian broken home adalah keluarga yang tidak


harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun
dan sejahtera akibat sering terjadi konflik yang
menyebabkan pada pertentangan yang bahkan dapat
berujung pada perceraia. Dapat disimpulkan bahwa broken
home merupakan rusaknya hubungan dalam keluarga
dikarenakan sering terjadinya konflik antar anggota
keluarga sehingga kondisinya tidak kondusif.

Broken home adalah keluarga atau rumah tangga tanpa


hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah dan ibu)
disebabkan oleh meninggal, perceraian, meninggalkan
keluarga dan lain-lain.

Broken Home dapat diartikan kondisi keluarga yang


tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang
rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan
serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan
berakhir pada perceraian.

36
Dari penjelasan pengertian broken home terdapat
beberapa penjelasan yang berbeda-beda tentang
pengertian broken home penulis mempunyai titik temu
dengan menggunakan penjelasan dari Chaplin bahwa
broken home adalah. keluarga atau rumah tangga tanpa
hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah dan ibu)
disebabkan oleh meninggal, perceraian, meninggalkan
keluarga dan lain-lain. Penjelasan tersebut sesuai dengan
realitas yang sedang terjadi pada keluarga yang akan
diteliti.

Dari keluarga yang digambarkan di atas tadi akan lahir


anak-anak yang mengalami krisis kepribadian, sehingga
perilakunya sering salahsuai. Mereka mengalami ganggan
emosional dan bahkan neurotik. Kasus keluarga broken
sering kita jumpai di sekolah dengan penyesuain diri yang
kurang baik, seperti malas belajar, menyendiri, agresif,
membolos dan suka menentang guru.

D. Faktor Penyebab Broken Home

Dalam broken home pada prinsipnya struktur keluarga


tersebut sudah tidak lengkap lagi yang disebabkan salah
satu kedua orang tua kedua-duanya meninggal dunia,
perceraian orang tua, Salah satu kedua orang tua atau
keduanya “tidak hadir” secara kontinyu dalam tenggang
waktu yang cukup lama.

1) Perceraian
Perceraian merupakan keadaan dimana kedua orang
tuanya berpisah atau bercerai, secara permanen
selamanya atau hanya untuk sementara saja. Bercerai
sangat mempengaruhi anak baik secara mental atau
batin.

37
2) Perceraian merupakan hal yang pada dasarnya tidak
diinginkan semua orang, namun dengan berbagai
sebab terpaksa perceraian di tempuh sebagai
alternative terahir pemecahan masalah dalam suatu
ikatan perkawinan. Perceraian merupakan suatu
peristiwa sosial yang sering terjadi di masyarakat.
Perceraian dalam keluarga biasanya berawal dari
adanya suatu konflik antara anggota keluarga. Bila
konflik sampai titik kritis maka perceraian itu sulit
terelakkan.
3) Kematian
Kehancuran rumah tangga disebabkan karena kematian
anak akan menyadari bahwa orang tuanya tidak akan
kembali lagi maka kasih sayang teralihkan pada orang
tuanya yang masih hidup, dengan harapan memperoleh
kembali rasa aman sebelumnya.
4) Suasana rumah tangga tegang dan tanpa kehangatan
Menciptakan suasana yang nyaman akan berpengaruh
dalam mendidik anak. Karena seorang anak akan
merasakan kenyamanan dan kehangatan kasih sayang
orang tuanya, ketika suasana dapat terjaga maka
proses mendidik anak pun akan berjalan dengan baik.
Begitu pula sebaliknya ketika suasana di rumah tidak
lagi ada kenyamanan maka anak pun sulit untuk
berkembang dengan baik.
5) Orang tua sibuk dan jarang berada di rumah
Orang tua terkadang tidak sadar dengan waktu yang
dihabiskan, ketika berada diluar rumah. Terkadang
orang tua sibuk bekerja atau menghabiskan waktu untuk
kepentingan lainnya. Kewajiban orang tua seharusnya
sepenuhnya mendidik anaknya. Karena pendidikan

38
yang utama dan pertama yakni berada dalam keluarga
itu sendiri.

Selain itu perceraian juga disebabkan oleh :

1) Perceraian Terjadi akibat disorientasi antara suami istri


dalam membangun rumah tangga.
2) Kebudayaan bisu, ketika tidak adanya komunikasi dan
dialog antar anggota keluarga.
3) Ketidakdewasaan sikap orangtua, karena orangtua
hanya memikirkan diri mereka dari pada anak.
4) Orang tua yang kurang rasa tanggung jawab dengan
alasan kesibukan bekerja. Mereka hanya terfokus pada
materi yang akan didapat dibandingkan dengan
melaksanakan tanggung jawab di dalam keluarga.
5) Perang dingin dalam keluarga karena adanya
perselisihan atau rasa benci.
6) Kurang mendekatkan diri pada Tuhan yang membuat
orangtua tidak dapat mendidik anaknya dari segi
keagamaan.
7) Masalah ekonomi yang tidak jarang menjadi sebab
pertengkaran maupun berakhir dengan perceraian.
8) Masalah pendidikan, kurangnya pengetahuan suami
ataupun istri terhadap keluarga mereka sendiri.

Perceraian orang tua membuat terpramen anak


terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam
perkembangan emosi itu membuat anak menjadi
pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari
perhatian orang tua/orang lain. Mencari jati diri dalam
suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi.
Broken Home sangat berpengaruh terhadap perkembangan
emosi remaja, anak yang lebih memilih diam tanpa
meluapkan emosinya, sangat cenderung pada keinginan
39
untuk melenyapkan dirinya. Terkadang ia sangat ingin
merasakan sakit, agar ia tahu siapa yang peduli padanya.
Ketidak berartian pada diri remaja akan mudah timbul jika
peristiwa perceraian dialami oleh kedua orang tuanya,
sehingga dalam menjalani kehidupan. Anak merasa
bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam
kehidupan ini.

6) Dampak Dari Broken Home

Broken home digunakan untuk menggambarkan


keluarga yang berantakan akibat orang tua tak lagi peduli
dengan situasi dan keadaan keluarga serta anaknya di
rumah. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar
terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak akan menjadi
murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu,
anak juga kehilangan pegangan serta anutan dalam masa
transisi menuju kedewasaan.

Menurut Hather Sall, Emosi merupakan situasi psikolosi


yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat
dari reaksi wajah dan tubuh. Seorang anak yang mengalami
broken home disebabkan karena perceraian, pisah ranjang,
atau cerai mati mengalami kondisi emosional yang tidak
stabil, merasa peling menderita, dan merasa tidak
diperdulikan.

Menurut Nurmalasari, dampak keluarga yang broken


home bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut:

1) Psychological disorder yaitu anak memiliki


kecenderungan agresif, introvert, menolak untuk
berkomitmen, labil, tempramen, emosional, sensitif,
apatis , dan lain-lain.

40
2) Academic problem yaitu kecenderungan menjadi
pemalas dan motivasi berprestasi rendah.
3) Behavioral problem yaitu kecenderungan melakukan
perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak,
bersikap apatis terhadap lingkungan, bersikap destruktif
terhadap diri dan lingkungannya merokok, minum-
minuman keras, judi dan free sex).

Dampak dari keluarga broken home pada anak,


mempunyai dampak negatif dan dampak positif. Secara
umum akan disebutkan sebagai berikut:

1) Dampak Negatif
Anak yang mengalami suasana tidak baik, pasti
akan mempengaruhi segala sesuatu yang
dilakukannya seperti di sekolah anak akan menjadi
murung, malas belajar, malas berkonsentrasi.
Sedangkan saat anak berada di lingkungan sekitar
anak akan merasa minder, kurang bergaul, pemalu.
Selain itu saat dalam lingkungan keluarga anak
susah diatur, nakal, sering membantah.
2) Dampak Positif
Setiap anak pasti mempunyai sifat masing-masing.
Ketika anak yang mengalami broken home
mempunyai jiwa yang tegar dan dapat
mengendalikan semua hawa dan emosinya, pasti
anak tersebut akan menjadikan semua hal yang
menimpanya sebagai pelajaran dan hikmah. Selain
itu anak akan lebih bertanggung jawab lagi dalam
melakukan suatu hal, berfikir lebih dewasa dan
dapat memecahkan masalah dengan baik.

41
Broken home juga berdampak pada psikologi anak,
berdampak bagi prestasi anak dan juga berdampak pada
prilaku anak :

1) Dampak Psikologis
Setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya
akan berdampak anak anaknya. Orangtua tidak pernah
memikirkan konskuensi dari tindakan yang mereka
lakukan. Dampak paling utama yang akan
melekatsampai anak tersebut dewasa adalah dampak
psikologis.
Dampak bagi psikologis anak yang berasal dari
keluarga broken home pada umumnya mengalami
tekanan berupa stres akibat keadaan keluarganya yang
tidak harmonis. Semakin suatu peristiwa tampaknya
tidak dapat di kendalikan maka semakin besar
kemungkinan seseorang mengalami stres, contohnya
permasalahan broken home. Sebaliknya semakin besar
keyakinan seseorang dalam mengendalikan suatu
peristiwa maka semakin kecil kemungkinan seseorang
mengalami stres.

Secara umum anak yang mengalami broken home


memiliki :

a) Ketakutan yang berlebihan.


b) Tidak mau berinteraksi dengan sesama.
c) Menutup diri dari lingkungan.
d) Emosional
e) Sensitif.
f) Temperamen tinggi.
g) Labil.

42
Sebenarnya, dampak psikologis yang diterima seorang
anak berbeda-beda tergantung usia atau tingkatan
perkembangan anak.

2) Dampak Bagi Prestasi Anak


Akibat dari broken home juga mempengaruhi prestasi
anak tersebut. Anak broken home cenderung menjadi
malas dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Anak
sangat membutuhkan keluarga yang mampu
membangkitkan motivasinya untuk belajar, tanpa
terganggu oleh hal-hal yang membuatnya kehilangan
motivasi sehingga merasa bahwa nilai tak terlalu
penting baginya toh keluarga tak ada yang akan
memperdulikan.
3) Dampak Bagi Perilaku Remaja
Remaja broken home yang kurang perhatian membuat
self esteem dan self confident rendah sehingga anak
cenderung mencari perhatian dari lingkungan. Biasanya
dengan memberontak, melakukan bullying, dan
bersikap deduktif terhadap lingkungan, seperti merokok,
free sex, dan minum-minuman keras.

43
BAB III
BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN KONSELING
A. KONSELING INDIVIDUAL
1) Pengertian Konseling Individual

Menurut Anas Salahudin dalam bukunya


“Bimbingan dan Konseling” mengemukakan bahwa
, konseling individual merupakan salah satu cara
pemberian bantuan secara perseorangan dan
langsung. Pemberian bantuan dilaksanakan secara
face to face relationship (hubungan langsung muka
ke muka, atau hubungan empat mata), antara
konselor dan anak (kasus). Biasanya, masalah-
masalah yang dipecahkan melalui teknik atau cara
ini ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi.

Menurut Walgito mengemukakan bahwa


konseling individual adalah bantuan yang diberikan
kepada perorangan dalam memecahkan masalah
klien dengan wawancara yang sesuai dengan
keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya. Klien harus ikut terlibat
dalam memecahkan masalahnya sendiri. Jadi
konseling individu menekankan pada pemberian
pengarahan yang terpusat pada permasalahan diri
individu sendiri agar memebantu dalam
menyelesaikannya.

Menurut Prayitno dan Ermananti dalam bukunya


“Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling”
mengemukakan konseling individual atau layanan
konseling perorangan merupakan pelayanan
khusus dalam hubungan langsung tatap muka
antara konselor dan klien. Dalam hubungan itu
44
masalah klien dicermati dan diupayakan
pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan
kekuatan sendiri. Dalam kaitan itu, konseling
dianggap sebagai upaya layanan yang paling utama
dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah
klien.

2) Tujuan Layanan Konseling Individu

Tujuan layanan konseling individu adalah agar


klien memahami kondisi dirinya sendiri,
lingkungannya, permasalahan yang dialami,
kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga klien
mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain,
tujuan pemberian konseling individu oleh konselor
atau guru pembimbing bertujuan untuk mengatasi
masalah yang dialami pribadi diri klien atau peserta
didik yang meliputi:

a) Mengidentifikasi pemahaman diri


(kemampuan, minat, dan kepribadian) yang
terkait dengan pekerjaan.
b) Memiliki pengetahuan mengenai kesulitan
belajar, prospek dunia kerja dan informasi
karir yang menunjang kematangan
kompetensi kerja.
c) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja.
Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri,
asal bermakna bagi dirinya dan sesuai
dengan norma agama.
d) Memahami relevansi kompetensi belajar
(kemampuan menguasai pelajaran) dengan
persyaratan keahlian atau keterampilan
45
bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita
karirnya masa depan.
e) Memiliki kemampuan untuk membentuk
identitas karir dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang
dituntut, lingkungan sosio-psikologis
pekerjaan, kriteria memperoleh pekerjaan,
dan kesejahteraan kerja.
f) Memiliki kemampuan merencanakan masa
depan, yaitu merancang kehidupan secara
rasional untuk memperoleh peranperan
sesuai dengan minat, kemampuan ,dan
kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g) Mengenal keterampilan, minat, dan bakat.
Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karir amat dipengaruhi oleh minat dan bakat
yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap orang
perlu memahami kemampuan dan minatnya.
Dalam bidang pekerjaan apa dia mampu dan
apakah dia berminat terhadap pekerjaan
tersebut.
B. KONSELING KELOMPOK
1) Pengertian Konseling Kelompok

Gazda (1984), Shertzer & Stone (1980) (dalam


Mungin Edi Wibowo, 2005) mengemukakan pengertian
konseling kelompok yaitu : “konseling kelompok adalah
suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran
dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-
ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan
perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan,
pembukaan diri mengenai perasaan-perasaan

46
mendalam yang dialami, saling percaya, saling
perhatian, saling pengertian, dan saling mendukung”.

Konseling kelompok adalah suatu proses antar


pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan
perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi
seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis,
saling mempercayai, saling memperlakukan dengan
mesra, saling pengertian, saling menerima dan saling
mendukung (Achmad Juntika 2005 : 22).

Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan


kepada peserta didik dalm suasana kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan
kepada pemberian kemudian dalam rangka
perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling
kelompok bersifat pencegahan, bahwa arti klien – klien
(siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan
untuk berfungsi secara wajar dalm masyarakat, tetapi
mungkin memiliki sesuatu titik lemah dalam
kehidupannya sehingga menggangu kelancaran
berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok
bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan
perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling
kelompok menyajikan dan memberikan dorongan
kepada individu-individu yang bersangkutan untuk
mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri.

2) Tujuan Konseling Kelompok

Menurut Prayitno (2004), tujuan umum konseling


kelompok adalah mengembangkan kepribadian siswa
untuk mengembangkan kemampuan sosial,
komunikasi, kepercayaan diri, kepribadian, dan mampu

47
memecahkan masalah yang berlandaskan ilmu dan
agama. Sedangkan tujuan khusus konseling kelompok,
yaitu:

a) Membahas topik yang mengandung masalah


aktual, hangat, dan menarik perhatian anggota
kelompok.
b) Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi,
wawasan, dan sikap terarah kepada tingkah laku
dalam bersosialisasi/komunikasi.
c) Terpecahkannya masalah individu yang
bersangkutan dan diperolehnya imbasan
pemecahan masalah bagi individu peserta
konseling kelompok yang lain.
d) Individu dapat mengatasi masalahnya dengan
cepat dan tidak menimbulkan emosi.
3) Materi Layanan Konseling Kelompok

Materi layanan konseling kelompok mencakup :

a) Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan,


bakat, minat, dan penyalurannya.
b) Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya,
pengenalan kekuatan diri dan pengembangannya.
c) Perencanaan dan perwujudan diri.
d) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
menerima/menyampaikan pendapat, bertingkah laku
dan hubungan sosial, baik dirumah, sekolah, maupun
masyarakat.
e) Mengembangkan hubungan teman sebaya baik
dirumah, disekolah, dan dimasyarakat sesuai dengan
kondisi, peraturan materi pelajaran.

48
f) Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin
belajar dan berlatih, serta teknik-teknik penguasaan
materi pelajaran.
g) Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam
kaitannya dengan orientasi belajar di perguruan tinggi.
h) Mengembangkan kecenderungan karir yang menjadi
pilihan siswa.
i) Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan prospek
masa depan.
j) Informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karir
yang akan dikembangkan.
k) Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam
rangka perwujudan diri.
C. TERAPI/PSIKOTERAPI KELOMPOK

Harleigh B. Trecker mengatakan bahwa terapi kelompok


merupakan suatu metode khusus yang memberikan
kesempatan kepada individu-individu dan kelompok-kelompok
untuk tumbuh dalam setting-setting fungsional pekerjaan sosial,
rekreasi serta pendidikan. Karena banyaknya pasien yang
datang pada terapis, maka terapis menggunakan perawatan
dalam kelompok. Faktor dinamik yang berkembang dalam
situasi kelompok itu sendiri menampilkan faktor-faktor yang
baru yang oleh beberapa terapis menganggap suatu kelebihan
terhadap terapi individual.

Dalam praktek, terapi kelompok sangat bervariasi


seperti halnya dengan terapi individual. Bentuk-bentuk paling
awal terapi kelompok bersifat didaktis dimana pemimpin
kelompok berceramah, meyakinkan, dan mengarahkan.
Karena adanya perkembangan-perkembangan baru dibidang
ini, pemimpin kelompok menjalankan fungsi yang sama untuk
kelompok sama seperti yang dilakukan oleh terapis individual

49
untuk pasiennya. Dia mendorong, mengungkapkan, memeriksa
motif-motif, memberikan penafsiran-penafsiran, dan sedikit
demi sedikit membangkitkan partisipasi masing-masing
anggota kelompok dalam fungsi ini.

Partisipasi dalam pengalaman terapi kelompok akan


menghilangian perasaan-perasaan terisolasi dalam diri pasien
dan keunikan dari penyakitnya, dan demikian menghilangkan
kecemasan-kecemasannya dan mendorongnya untuk
membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh
hati.

Terapi kelompok juga memiliki beberapa keuntungan khusus,


yaitu:

a) Terapi kelompok lebih murah, krena beberapa pasien


ditangani pada waktu yang sama.
b) Format kelompok member peluang kepada pasien
untuk mempelajari bagaimana orang lain mengalami
masalah-masalah yang serupa menangani kesulitan-
kesulitan mereka, dan para anggota lain dalam
kelompok dan terapis memberi merekan dukungan
social.
c) Terapi kelompok memungkinkan terapis menggunakan
sumber daya terbatas. Format kelompok mungkin
meningkatkan jumlah orang-orang yang dapat ditangani
oleh seorang terapis, dan dapat mengurangi kewajiban
orang untuk menantikan giliran wawancara dengan
terapis.
d) Terapi kelompok dapat memberikan sumber informasi
dan pengalaman hidup yang dapat ditimba oleh pasien.
e) Adanya dukungan kelompok untuk tingkah laku yang
tepat. Para pasien mungkin menginginkan terapis
memberikan dukungan pada mereka, tetapi dukungan
50
yang diberikan oleh kawan-kawan sekelompok mungkin
memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
peningkatan harga diri dan kepercayaan diri.
f) Belajar bahwa masalah atau kegagalan yang dialami
seseorang bukanlah hal-hal yang unik.
g) Para anggota kelompok yang bertambah baik
merupakan sumber pengharapan bagi anggota-anggota
lain dalam kelompok.
h) Adanya peluang-peluang untuk belajar menangani
orang secara efektif.

51
BAB IV

PENDEKATAN-PENDEKATAN KONSELING
A. Pendekatan Behavioral

Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya


dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai
kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola
perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah
laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya
penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Tingkah
laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan
lingkungan melalui hukum-hukum belajar : (a) pembiasaan
klasik; (b) pembiasaan operan; (c) peniruan.
Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh
kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya. Manusia
bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan
merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan
memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukan tingkah laku.
Karakteristik konseling behavioral adalah : (a) berfokus
pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b)
memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan
konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik
sesuai dengan masalah klien, dan (d) penilaian yang
obyektif terhadap tujuan konseling.
Tujuan konseling behavior adalah
Mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif
(masalah) untukdigantikan dengan tingkah laku baru yaitu
tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam
perilaku yang spesifik : (a) diinginkan oleh klien; (b) konselor
52
mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut;
(c) klien dapat mencapai tujuan tersebut; (d) dirumuskan
secara spesifik
Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama)
menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
Adapun Teknik-teknik Konseling Behavioral diantaranya
sebagai berikut:
1) Latihan Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa
tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini
terutama berguna di antaranya untuk membantu
individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan tidak,
mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya.
Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran
dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok
juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2) Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling
behavioral yang memfokukskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan yang dialami
dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi
teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang
diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak
dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi
desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik
relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku
yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan

53
kecemasan, dan ia menyertakan respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
3) Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan
kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon
pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan
stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan
tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki
kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan
terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak
dikehendaki dengan stimulus yang tidak
menyenangkan.
4) Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah
laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang
sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan
kepada klien tentang tingkah laku model, dapat
menggunakan model audio, model fisik, model hidup
atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah
laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil
dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran
dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
B. Pendekatan REBT

Ketika berpikir dan bertingkah laku rasional manusia


akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan
bertingkah laku irasional individu itu menjadi tidak efektif.
Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan
oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari
maupun tidak disadari.Hambatan psikologis atau emosional
54
adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan
irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan
penuh prasangka, sangat personal, dan irasional.Berpikir
irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang
diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan.
Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi
yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan
cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat
menunjukkan cara berpikir yang tepat.

Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus


dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang
dapat diterima menurut akal sehat.

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang


kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori
Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku
individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan
Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang
kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang
dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang
berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.
Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan
seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan
antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau
verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan
seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional
(rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional
(irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional
merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat,
masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif.

55
Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau
system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,
emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi
emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk
perasaan senang atau hambatan emosi dalam
hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi
disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk
keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara


berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang
irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional
dan logis agar klien dapat mengembangkan diri,
meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin
melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang
merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam
konseling dengan pendekatan rasional-emotif :
Pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang
tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan
penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan
keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima
(antecedent event) pada saat yang lalu.
Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk
memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini
adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari
dari yang diperoleh sebelumnya.
Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu klien
untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan
56
lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan
mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi
peningkatan dalam hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2)
minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap
pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7)
komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan
diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima
kenyataan.

C. Pendekatan Gestalt

Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa


manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu
keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata
merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ
seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan
merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi
pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima
tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk
mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan
menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.

Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini


adalah : (1) tidak dapat dipahami, kecuali dalam
keseluruhan konteksnya, (2) merupakan bagian dari
lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan lingkungannya itu, (3) aktor bukan reaktor, (4)
berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi,
persepsi, dan pemikirannya, (5) dapat memilih secara sadar
dan bertanggung jawab, (6) mampu mengatur dan
mengarahkan hidupnya secara efektif.
57
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan
manusia, pendekatan ini memandang bahwa tidak ada
yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan
masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang
menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
Dalam pendekatan ini, kecemasan dipandang sebagai
“kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika
individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu
terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami
kecemasan.

Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang


urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni
mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan
seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati,
kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan.
Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu
diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi
tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran,
perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang
dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara
yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya
sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan
bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-
perasaan yang tak terungkapkan itu.

Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien


agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan
maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini
mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah
dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain
menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak
untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.

58
Individu yang bermasalah pada umumnya belum
memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru
memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya.
Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi
yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.

D. Pendekatan Realitas

Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan


pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk
bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan
oleh guru atau konselor di sekolah daam rangka
mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan
mental konseli secara sukses, dengan cara memberi
tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan.
Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh
optimis menerima bantuan dari terapist untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi
kenyataan tanpa merugikan siapapun.

1) Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka


dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh
mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling
dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat
memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.
William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan
bentuk terapi ini. Menurutnya, bahwa tentang hakikat
manusia adalah:
Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal,
yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga
menyebabkan dia memiliki keunikan dalam
kepribadiannnya.

59
2) Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk
tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu
menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat
menjadi seorang individu yang sukses.
3) Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang
dan terapi realitas berusaha membangun anggapan
bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya
sendiri.

Tujuan Konseling realitas diantaranya sebagai berikut:

1) Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri,


supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku
dalam bentuk nyata.
2) Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab
serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan
kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan
dan pertumbuhannya.
3) Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4) Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan
pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai
dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan
individu untuk mengubahnya sendiri.
5) Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab
atas kesadaran sendiri.
E. Pendekatan Clien-Centered

Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat


menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak dia
kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan.
Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu
yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani
60
menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju
aktualisasi diri
Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi
orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal
kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self
expression.
Tujuan dari konseling Clien-Centered diantaranya
sebagai berikut:
1) Mengoptimalkan kesadaran individu akan
keberadaannya dan menerima keadaannya menurut
apa adanya. Saya adalah saya
2) Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara
berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan
individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai
dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri
dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
3) Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan
dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi
dirinya.
4) Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan
bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi
dirinya.

61
BAB V

PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA ANAK BROKEN


HOME
A. Pandangan Tentang Manusia

Dalam teori behavioral Manusia dipandang sebagai


makhluk hereditas yang netral, terlahir tidak baik dan tidak
buruk. Dalam pandangan Islam manusia memiliki fitrah
yang dimilikinya sejak lahir berupa potensi cenderung pada
agama Allah, cenderung pada ketauhidan dan cenderung
pada hal-hal yang positif.

Tingkah laku manusia dalam kehidupannya dipengaruhi


faktor dari luar. Baik lingkungan keluarga, teman sebaya
dan lainnya. Dalam konsep Islam dikatakan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi di dalam lingkungannya terutama
keluarga. Dengan berinteraksi, manusia sekaligus belajar
untuk perubahan-perubahan prilaku tertentu sekaligus
mampu membentuk kepribadiannya. Konsep Islam juga
mengatakan bahwa keturunan bagian dari pembentukan
tingkah laku dan kepribadian.

Dalam pembentukan tingkah laku dan kepribadian


manusia, tidak terlepas dari hidayah Allah. Jika manusia
memanfaatkan hidayah yang telah diberikan oleh Allah,
niscaya manusia tidak akan tersesat dalam hidupnya,
mampu berinteraksi dan berhubungan secara baik dengan
dirinya sendiri, berhubungan dengan orang lain,
berhubungan dengan lingkungan, dan berhubungan
dengan sang Penciptanya.

Pendekatan behavioristik didasarkan pada pandangan


ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekankan
62
pada pentingnya pendekatan sisitematik dan terstruktur
pada konseling. Pendekatan behavioraistik berpandangan
bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari. Proses belajar
tingkah laku adalah melalui kematangan dan belajar.
Selanjutnya tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah
laku baru. Manusia dipandang memiliki potensi untuk
berprilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Manusia
mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri,
dapat menganur serta mengontrol perilakunya dan dapat
belajar tingkahlaku baru atau dapat mempengaruhi perilaku
orang lain.

Hakikat manusia berdasarkan pandangan ini


merupakan mahluk hereditas yang netral (tidak baik dan
tidak jahat) yang membawa seperangkat kebutuhan yang
akan diakomodasikannya dalam lingkungan dimana
mereka berada. Karenanya, keberadaan manusia akan
sangat bergantung pada situasi lingkungan (internal dan
eksternal) sebagai pembentuk kepribadian. Interaksi
terhadap lingkungan sebagai suatu proses pembelajaran
dan kematangan juga merupakan intervensi yang
menempatkan manusia sebagai produsen sekaligus
sebagai hasil lingkungan.

Pribadi manusia menurut Sujanto dkk dalam Muh


Farozin dan Kartika Nur Fathiyah (pemahaman tingkah
laku) tumbuh dari dua kekuatan, yaitu: 1) kekuatan dari
dalam yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit
yang sering disebut kemampuan-kemampuan dasar, 2)
kekuatan dari luar, faktor lingkungan.

Hakekat dari kepribadian manusia menurut behavioral


adalah perilakunya yang dibentuk berdasarkan hasil
pengalaman. Pengalaman tersebut diperoleh dari interaksi
63
individu dengan lingkungannya. Kepribadian dapat
dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan
tingkah laku dalam hubungannnya yang terus menerus
dengan lingkungannya. Karena manusia tidak pernah lepas
dari lingkungan sekitarnya sejak manusia lahir.

Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu


pada hakikatnya adalah prilaku. Perilaku dibentuk
berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa
interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Tidak ada
manusia yang sama, karena kenyataannya manusia
memiliki pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya.
Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari
pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya.

B. Dasar Behavioristik

Salah satu studi yang paling penting dalam


perkembangan pendekatan behavioristik adalah studi yang
dilakukan oleh Wetson dan Rayner yang menggunakan
anak sebagai subjek tentang rasa takut yang dipelajari
(conditioned). saran-saran ini menjadi teknik inti dalam
konseling behavioristik. Penggunaan istilah Behavioristik
counseling pertama kali dikemukan oleh Krumboltz dari
Stanford University pada tahun 1964. Pada decade 1950an
pengalaman konseling merupakan filsafat hidup yang
menekankan pada segi hubungan dan setting wawancara.
Dapat dikatakan bahwa konseling kurang memperhatikan
metodologi ilmiah seperti obervasi dan eksperimen.

Hubungan konselor dan konseli dipandang sebagai


metode konseling atau jantungnya konseling. Pada
kenyataannya, konseling membutuhkan penguasaan
metode dan teknik-teknik Ilmiah yang melandasi konselor

64
dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
proses konseling.

Ciri-ciri utama konseling behavioristik yang


dikemukakan oleh krumboltz adalah :

a) Proses Pendidikan
Konseling merupakan proses pendidikan.
Dengan kata lain, konseling membantu konseli
mempelajari tingkah laku baru untuk
memecahkan masalahnya. Konseling
menggunakan prinsip-prinsip belajar dan
prosedur belajar yang efektif untuk membentuk
dasar-dasar pemberian bantuan kepada konseli.
b) Teknik Dirakit Secara Individual
Teknik konseling yang digunakan pada setiap
konseli berbeda-beda tergantung pada masalah
dan karakteristik konseli. Dalam proses
konseling penentuan tujuan konseling, proses
assesmen, dan teknik-teknik dibangun oleh
konseli dnegan bantuan konselor.
c) Metodologi Ilmiah
Konseling behavioristik dilandasi oleh metode
ilmiah dalam melakukan asesmen dan evaluasi
konseling. Konseling ini menggunakan
observasi sistematis, kuantifikasi data dan
kontrol yang tepat.

Pendekatan behavioristik didasari oleh pandangan


ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang
sistematik dan terstruktur dalam konseling. Pandangan ini
melihat individu sebagai produk dari kondisioning social,
sedikit sekali melihat potensi manusia sebagai prosedur
lingkungan. Pada awalnya pendekatan ini hanya
65
mempercayai hal yang dapat diamati dan diukur sebagai
sesuatu yang sah dalam pengukuran kepribadian (radical
behaviorism). Kemudian pendapat ini dikembangkan lebih
lanjut yang mulai menerima fenomena kejiwaan yang
bastrak seperti id, ego, dan ilusi (methodological
behaviorism). Pendekatan ini memandang perilaku yang
malasuai (maladjusted) sebagai hasil nelajar dari
lingkungan secara keliru.

Konseling behavioristik dikenal juga dengan modifikasi


perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan
untuk menghibur perilaku. Modifikasi perilaku dapat pula
diartikan sebagai sebagai usaha menereapkan prinsip-prinsip
belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain
pada perilaku manusia. Terapi ini berfokus pada perilaku yang
tampak dan spesifik. Dalam konseling, tingkah laku
didefinisikan dengan cermat dan tujuan konseling diuraikan
dengan spesifik. Dalam konseling, konseli belajar perilaku baru
dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif, memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan, dan membentuk
pola tingkah laku dengan member ganjaran atau reinforcement
yang menyenangkan segera setelah tingkah laku yang
diharapkan muncul. Cirri unik terapi tingkah laku adalah lebih
berkonsentrasi pada proses tingkah laku yang teramati atau
tampak dan spesifik, focus pada tingkah laku kini dan sekarang.
Pendekatan ini berasumsi bahwa semua tingkah laku kini dan
sekarang. Pendekatan ini berasumsi bahwa semua tingkah laku
baik yang adaptif maupun maladaftip dapat dipelajari. Selain itu,

belajar merupakancara efektif untuk mengubah tingkah laku


maladaftip.

Modifikasi perilaku memiliki kelebihan dalam menangani


masalah- masalah yang dialami oleh individu yaitu:
66
a) Langkah-langkah dalam modifikasi perilaku dapat
direncanakan terlebih dahulu. Rencana ini dapat
dibicarakan dengan konseli.
b) Perincian pelaksanaan dapat diubah selama treatmen
disesuaikan denggan kebutuhan konseli.
c) Bila berdasarkan evaluasi sebuah teknik gagal
memberikan perubahan pada konseli, teknik tersebut
dapat diganti dengan teknik lain.
d) Teknik-teknik konseling dapatdijelaskan dan diatur
secara rasional serta dapat diprediksi dan dievaluasi
secara subjektif.
e) Waktu yang dibutuhkan lebih singkat.

Dalam memahami tingkah laku, terdapat beberapa


model tingkah laku yang dipengaruhi oleh teori-teori
psikologi. Model-model tingkah laku tersebut antara lain:

a) Model Psikodinamika yaitu tingkah laku manusia


ditentukan kehidupan dinamika intra-psikis individu (Id,
Ego, Superego)
b) Model Biofisik yaitu tingkah laku ditentukan oleh
oragnisasi beurologi, belajar perceptual motor, kesepian
fisiologi, integrasi dan perkembangan sensori.
c) Model Lingkungan yaitu tingkah laku ditentukan oleh
inetraksi antara individu dan lingkungan. Menurut
pandangan sosiologi: tingkah laku ditentukan oleh
pengaruh lingkungan, sedangkan pandangan ekologi:
tingkah laku ditentukan oleh hubungan antara
organisme dengan lingkungan.
d) Model Tingkah Laku yaitu tingkah laku dapat
diobservasi dan diukur. Tingkah laku disebabkann oleh
tekanan-tekanan lingkungan, asumsi: tingkah laku
adalah konsekuensi dari prinsip-prinsip penguatan.

67
C. Tujuan Behavioristic

Behavioral adalah suatu pandangan ilmiah tentang


tingkah laku manusia. Tingkah laku yang dimaksud adalah
perbuatan yang ditampilkan oleh individu. Tujuan dari
pendekatan behavioral adalah untuk memodifikasi tingkah
laku yang tidak diinginkan (maladaptif) sehingga
menekankan pada pembiasaan tingkah laku positif
(adaptif). Pada pendekatan behavioral dikenal
reinforcement dan punishment. Tingkah laku adaptif yang
tampak diberi penguatan (reinforcement) yaitu memberikan
penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang
diinginkan ditampilkan bertujuan agar tingkah laku itu
cenderung akan diulangi, meningkat, dan menetap di masa
akan datang. Sementara tingkah laku maldaptif akan
diberikan punishment yang bertujuan agar tingkah laku
tersebut tidak terulang di masa akan datang.

Konseling behavioral disatu sisi merupakan pendekatan


yang efektif dalam melakukan modifikasi pada tingkah laku,
namun disisi lain konseling behavioral cenderung tidak
memandirikan konseli karena tidak melibatkan konseli
secara aktif dalam prosesnya. Selain itu, konseling
behavioral juga tidak memberikan sebuah pemahaman
yang utuh pada diri konseli terkait tingkah laku yang harus
diubahnya. Makalah ini akan menganalisis pendekatan
konseling behavioral dari dua sudut pandang, yakni
kekuatan dan kelemahannya.

Berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkan


efektivitas konseling behavioral dalam memodifikasi tingkah
laku konseli. Oleh sebab itu, konselor dapat menggunakan
konseling behavioral sebagai salah satu referensi
pendekatan konseling yang dapat membantu
68
permasalahan konseli di sekolah. Konselor dapat
menyesuaikan teknik konseling behavioral yang bertujuan
untuk menekan tingkah laku maladaptif atau meningkatkan
tingkah laku adaptif.

Tujuan konseling behavioristik berorientasi pada


pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang
diantaranya untuk:

a) Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar


b) Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
c) Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun
belum dipelajari
d) Membantu konseli membuang respon-respon yang
lama yang merusak diri atau maladaptive dan
mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat
dans esuai (adjustive)
e) Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi
perilaku yang maladaptive, memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan.
f) Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya
pencapaian sasaran dilaukan bersama anatara konseli
dan konselor.

D. Tahap-Tahap Dalam Konseling Dengan


Behavioristic

Tingkah laku yang bermasalah dalam konseling


behavioristik adalah tingkah laku yang berlebihan
(excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah
laku yang berlebihan seperti: merokok, terlalu banyak main
games, dan sering, member komentar di kelas. Adapun
tingkah laku yang deficit adalah terlambat masuk sekolah,
69
tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah. Tingkah laku
excessive dirawat dengan menggunakan teknik konseling
untuk menghilangkan atau mengurangu tingkah laku,
sedangkan tingkah laku deficit diterapi dengan
menggunakan teknik meningkatkan tingkah laku.

Konsep behavioristik memiliki empat tahap yaitu:


melakukan assesmen (assessment), menentukan tujuan
(gol setting), mengimplementasikan teknik (technique
implementation), dan evaluasi dan mengakhiri konseling
(evaluation termination).

a) Melakukan Asesmen (Assessment)


Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang
dilakukan oleh konseli pada asesmen ini.
Asesmen yang dilakukan adalah aktivitas nyata,
perasaan dan pikiran konseli. Terdapat tujuh
informasi yang digali dalam asesmen, yaitu:
a. Analisis tingkah laku yang bermasalah yang
dialami konseli saat ini. Tingkah laku yang
dianalisi adalah tingkah laku yang khusus.
b. Analisis situasi yang di dalamnya masalah
konseli terjadi. Analisis ini mencoba untuk
mengidentifikasi peristiwa yang mengawali
tingkah laku dan mengikutinya (antecedent
and consequence) sehubungan dengan
masalah konseli.
c. Analisis Motivasional.
d. Analisis self control, yaitu tingkatan control
diri konseli terhadap tingkah laku
bermasalah yang ditelusuri atas dasar
bagaimana control itu dilatih dan atas dasar

70
kejadian-kejadian yang menentukan
keberhasilan self-control.
e. Analisis hubungan social, yaitu orang lain
yang dekat dengan kehidupan konseli
diidentifikasi juga hubungannya orang
tersebut dengan konseli. Metode yang
digunakan untuk mempertahankan
hubungan ini dianalisis juga.
f. Analisis lingkungan fisi-sosial budaya,
analisis ini atas dasar norma- norma dan
keterbatasan lingkungan.

Konselor dan konseli mennetukan tujuan


konseling untuk sesuai dengan kesepakatan
bersama berdasarkan informasi yang telah
disusun dan dianalisis. Fase goal setting disusun
atas tiga langkah, yaitu membantu konseli untuk
memandang masalahnya atas dasar dasar
tujuan-tujuan yang diinginkan, memperhatikan
tujuan konseli berdasarkan kemungkinan
hambatan situasional tujuan belajar yang dapat
diterima dan dapat diukur, dan memecahkan
tujuan ke dalam sub tujuan dan menyusun
tujuan menjadi susunan yang beruntun.

b) Implementasi Teknik (Technique


Implememtation)
Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor
dan konseli menntukan straregi belajar yang
terbaik untuk membantu konseli mencaapai
perubahn tingkah laku yang diinginkan. Konselor
dan konseli mengimplememtasikan teknik

71
konseling sesuai dengan masalah yang dialami
oleh konseli (tingkah laku excessive atau deficit).
c) Evaluasi dan Pengakhiran (Evaluation-
Termination)
Evaluasi konseling behavioristik merupakan
proses yang berkesinambungan. Evaluasi
dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat.
Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar
untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan
efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan.
Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri
konseling. Terminasi meliputi:
1. Menguji apa yang konseli lakukan
terakhir
2. Eksplorasi kemungkinan kebutuhan
konseling tambahan
3. Membantu konseli mentrasfer apa yang
di pelajari dalam konseling ketingkah
laku konseling.
4. Memberi jalan untuk mamantau secara
terus menerus tingkah laku konseli.

E. Teknik Konseling Dalam Behavioristic

Teknik konseling behavioristik terdiri dari 2 jenis yaitu


teknik untuk meningkatkan tingkah laku dan untuk untuk
menurunkan tingkah laku. Teknik untuk meningkatkan
tingkah laku antara lain:

1) Penguatan Positif (positive reinforment)


Penguatan positive adalah memberikan penguatan
yang menyenangkan setelah tingkah laku yang

72
diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan
menetap di masa akan datang. Reinforment positive
yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah
laku yang dikehendaki berpeluang diulang karena
bersifat disenangi. Dalam memahami penguatan
positif, perlu dikuatkan dnegan penguatan negative
yaitu menghilangkan kebiasaan aversive stimulus
yang biasa dilakukan agar tungkah laku ayng
diinginkan berkurang dan tingkah laku yang
diinginkan meningkat. Reinforcement negative yaitu
peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku
yang dikehendaki kecil peluang untuk diulang.
Reinforcement dapat bersifat tidak menyenangkan
atau tidak memberi dampak pada perubahan
tingkah laku tujuan.
2) Kartu Berharga (Token economy)
Kartu berharga merupakan teknik konseling
behavioristik yang didasarkan pada prinsip operant
conditioning skinner yang termasuk di dalamnya
dalah penguatan. Token economy adalah strategi
menghindari pemberian reinforment secara
langsung, token merupakan penghargaan yang
dapat ditukar kemudian dengan berbagai barang
yang diinginkan oleh konseli. Kartu berharga dapat
diterapkan di berbagai sseting dan populasi seperti
dalam seting individual, kelompok dan kelas, juga
pada berbagai populasi mulai dari anak-anak hingga
dewasa. Token economy bertujuan untuk
mengembangkan perilaku adaptif melalui
pemberian reinforment dengan token, ketika tingkah
laku yang diinginkan telah cenderung menetap,
pemberian token dikurangi secara bertahap.

73
3) Pembentukan Tingkah Laku (Shaping)
Shaping adalah membentuk tingkah laku baru yang
sebelumnya belum ditampilkan dnegan memberikan
reinforcement secara sistematik dan langsung
setiap kali tingkah laku ditampilkan. Tingkah laku
diubah secara bertahap dengan memperkuat
unsure-unsur sampai mendekati tingkah laku aktif.
4) Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting)
Pembentukan kontrak adalah mengatur kondisi
sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang
diinginkan berdasarkan kontrak antara konseli dan
konselor.
5) Penokohan (Modelling)
Beberapa istilah yang digunakan adalah
penokohan, peniruan, dan belajar mealui
pengamatan terhadap orang lain dan perubahan
terjadi melalui peniruan. Peniruan (imitation)
menunjukan bahwa perilaku orang lain yang
diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan
terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses
belajar melalui pengamatan menunjukan terjadinya
proses belajar setelah mengamati perilaku orang
lain. Modeling merupakan belajar melalui observasi
dengan menambahkan atau menguarangi tingkah
laku yang teramati, menggeneralisir berbagai
pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif.
6) Pengeloaan Diri (Self Management)
Pengelolaan diri adalah prosedur diamna individu
mengatur perilakunya sendiri. Pada teknik ini
individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan
komponen dasar yaitu menentukan perilaku
sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih

74
prosedur yang akan diterapkan, melaksanakan
prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas
prosedur tersebut.

Sedangkan teknik untuk menurunkan tingkah laku


antara lain :

a) Penghapusan (Extinction) adalah menghentikan


reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya
diberi reinforcement.
b) Pembanjiram (Flooding) merupakan teknik modifikasi
perilaku berdasarkan prinsip teori yang dikemukakan
oleh B.F Skinner. Pembanjiran adalah membanjiri
konseli dengan situasi atau penyebab kecemasan
atau tingkah laku tidak dikehendaki, sampai konseli
sadar bahwa yang dicemaskan tidak terjadi.
c) Penjenuhan (satiation) adalah varian flooding untuk
self control, kontrol diri berasumsi bahwa tingkah laku
dipengaruhi variabel eksternal. Control diri adalah
bagaimana individu mengontrol variable eksternal
yang menentukan tingkah laku. Penjenuhan adalah
membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku,
sehingga tidak lagi bersedia melakuaknnya.
Menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan
dengan memberikan reinforcement yang semakin
banyak dan terus menerus, sehingga individu merasa
puas dan tidak akan melakukan tingkah laku yang
tidak diinginkan lagi.
d) Hukuman (Punishment) merupakan intervensi
operant conditioning yang digunakan konselor untuk
mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
Hukuman terdiri dari stimulus yang

75
tidakmmenyenangkan sebagai konsekuansi dari
tingkah laku.
e) Time-out merupakan teknik menyisihkan peluang
individu untuk mendapatkan pengautan positif. Teknik
ini baisa digunakan di kelas, di mana siswa yang
beerperilaku tidak diharapkan diasingkan atau
dipindahkan dari siswa yang lain pada waktu yang
spesifik dan terbatas. Sehingga dalam keadaan
terasing, individu tidak lagi beruapya untuk melakukan
perilaku yang dapat menarik perhatian guru maupun
teman- temanya.
f) Terapi Aversi (Aversive Therapy) pada kontrol diri
aversi dilakukan sendiri oleh konseli, tetapi pada
terapi pengaturan kondisi aversi dilakukan terapis.
Terapi aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk
meredakan gangguan-gangguan behavioral yang
spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku yang
tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
g) Disensitisasi Sistematis, digunakan untuk menghapus
rasa cemas dan tingkah laku menghindar.
Disensitisasi sistematis dilakukan dengan
menerapkan pengkondisian klasik yaitu dengan
melemahkan kekuatan stimulus penghasil
kecemasan, gejala kecemasan bias dikendalikan dan
diahpus melalui penggantian stimulus. Melibatkan
teknik relaksasi. Melaatih konseli untuk santai dan
mengasosiasikan keadaan santai dengan
pengalaman pembangkit kecemasan yang
dibayangkan atau divisualisasi.

76
DAFTAR PUSTAKA
Al, Anung Hamat. 2017. “Representasi Keluarga Dalam
Konteks Hukum Islam”.

Alwisol. 2005. Psikologi kepribadian. Malang : Penerbit


Universitas Muhammadyah Malang

Anas Salahudin. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung :


Pustaka Setia

Anwar Sutoyo M.Pd. 2013. Bimbingan dan Konseling Islami.


Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Aunur Rahim Faqih. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam


Islam. Yogyakarta:UII Press

Aziza Trizilvania Amadea, “Perkembangan Perilaku


Kepribadian Remaja Dengan Latar Belakang Orang
Tua Bercerai “ Jurnal Psikologi.

Bimo Walgito. 2005. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta

Corey, Gelard. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan


Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama.

Drs. H.M Ariffin M.Ed. 1979. Pokok-Pokok Pikiran tentang


Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Bulan
Bintang

Drs. Samsul Munir Amin M.A. 2010. Bimbingan dan Konseling


Islam. Jakarta:Amzah

Elzabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu


Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2017).

77
Elzabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidpuan.

Farida. 2018. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga


Broken Home.

Gantina Komalasari, “Teori Dan Teknik Konsling”.

Gantina Komalasari, Et. Al, “Teori Dan Teknik Konseling”,


(Jakarta Barat: Indeks, 2016).

Gantina Komalasari, Et. Al. “Teori Dan Teknik Konseling”.

Ginanjar, Gesang Raharjo. 2019. “Keluarga, Sarana


Pembentukan Kepribadian Islam Bagi Remaja”.

Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum


Teaching.

Howard S. Friedman, Kepribadian Teori Klasik Dan Riset


Modern (Jakarta: Erlangga, 2011).

J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajagarfindo


Persada, 2008).

Kathryn dan David Geldard. 2012. Personal Counseling Skill.


Springfield:Charles C Thomas Publisher

Mappiare, Andi AT. 2011. Pengantar Konseling dan


Psikoterapi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Masturin dan Zaenal Khafidin. 2008. BKI Pendidikan. STAIN


Kudus:Kudus

Mohammad Aziz Shah Mohamed Arip. 2009. Kemahiran


Bimbingan dan Kaunseling. Kuala Lumpur:PTS
Publishing Sdn. Bhd

78
Muhammad Afifudin Alfarisi, Konsep Kepribadian (Studi
Perbandingan Ibrahim Elfiki Dan Mario Teguh), Skripsi
Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora, Uin Walisongo
Semarang, 2015.

Muklhis Aziz, “Perilaku Sosial Anak Remaja Korban Broken


Home Dalam Berbagai Perspektif”, Jurnal Al-
Ijtimaiyyah.

Namora Lumongga Lubis. 2011. Memahami Dasar-Dasar


Konseling. Jakarta:Kencana

Oetari Wahyu Wardhani, “Problematika Iteraksi Anak Keluarga


Brken Home Di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon
Progo, Yogyakarta” Jurnal Pendidikan Luar Sekolah
Uny.

Prayitno dan Ermananti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan &


Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok.


Jakarta: Ghalia Indonesia.

S, Sofyan Willis. 2013. Konseling Individual, Teori dan


Praktek. Bandung : ALFABETA.

S. Narayana Rao. 2006. Counselling and Guidance. India:Tata


McGraw-Hill

Samuel T. Gladding “Konseling Profesi Yang Menyeluruh”.


(Jakarta: Indeks, Edisi Keenam, 2012).

Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja.

Sartiah, Lilis. 2016. Bimbingan Konseling Pendidikan.


Bandung : CV. Mimbar Pustaka.

79
Satrio, Arga Prabowo Dan Wening Cahyawulan. 2016.
“Pendekatan Behavioral: Dua Sisi Mata Pisau”.

Sayekti. 1997. Berbagai Pendekatan dalam Konseling.


Yogyakarta: Menara Mass Offset

Sofyan S. Willis, Konseling Individual.

Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, (Bandung: Alfabeta,


2015).

Sofyan S. Willis. 2007. Konseling Individual; Teori dan


Praktek. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanan Program


Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta

Sutirna. 2013. Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Formal,


Non Formal dan Informal. Yogyakarta:Andi Offset

Trecker, H. B. 2008. Social work administration. University of


California: Association Press

Ulfa, Rahmatul Auliya. 2018. “Teori Behavioral Dalam


Perspektif Bimbingan Konseling Islam”.

W.S Winkel. 1989. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah


Menengah. Jakarta:Gramedia

Yusuf, Syamsu, dan A. Juntika Nurihsan. 2009. Landasan


Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Remaja
Rosdakarya

80

Anda mungkin juga menyukai