KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... 2
BAB I ................................................................................................. 5
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM ..................................... 5
A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam ......... 5
B. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam ................. 7
C. Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam ................. 9
D. Latar Belakang Di Perlukannya Bimbingan Dan
Konseling Islam ....................................................................... 10
E. Perkembangan Kepribadian ......................................... 17
F. Hubungan Konseling Dan Agama ............................... 23
BAB II .............................................................................................. 26
KEPRIBADIAN REMAJA BROKEN HOME ............................. 26
A. Pengertian Kepribadian Remaja .............................. 26
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian
Remaja ........................................................................................ 31
C. Pengertian Broken Home .......................................... 35
D. Faktor Penyebab Broken Home ............................... 37
BAB III ............................................................................................. 44
BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN KONSELING ............... 44
A. KONSELING INDIVIDUAL .......................................... 44
B. KONSELING KELOMPOK .......................................... 46
C. TERAPI/PSIKOTERAPI KELOMPOK ....................... 49
BAB IV ............................................................................................ 52
3
PENDEKATAN-PENDEKATAN KONSELING......................... 52
A. Pendekatan Behavioral .............................................. 52
B. Pendekatan REBT ........................................................ 54
C. Pendekatan Gestalt ..................................................... 57
D. Pendekatan Realitas ................................................... 59
E. Pendekatan Clien-Centered .......................................... 60
BAB V .............................................................................................. 62
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA ANAK BROKEN
HOME .............................................................................................. 62
A. Pandangan Tentang Manusia ................................... 62
B. Dasar Behavioristik ..................................................... 64
C. Tujuan Behavioristic ................................................... 68
D. Tahap-Tahap Dalam Konseling Dengan
Behavioristic ............................................................................. 69
E. Teknik Konseling Dalam Behavioristic ...................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 77
4
BAB I
5
masalah klien, kisah hidup klien serta keinginan klien yang
tidak terpenuhi dan lain-lain.
6
menjalani hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-
Qur’an dan hadits.
7
Secara umum, tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
adalah berusaha membantu klien agar mampu
menyelesaikan permasalahan yang sedang dialaminya.
Dengan menggunakan bimbingan dan konseling islam
konselor bisa menuntun klien untuk berserah diri kepada
sang pencipta memiliki kesadaran untuk beribadah dan
mengabdi kepada Allah sehingga pada akhirnya individu
tersebut mampu menjadi manusia selaras dengan tuntutan
Al-Qur‟an dan hadits dalam aspek agama, pribadi dan
sosial.
8
Secara khusus bimbingan dan konseling islam
bertujuan untuk membantu klien agar dapat:
9
islam. Fungsi-fungsi dari bimbingan dan konseling islam
diantaranya sebagai berikut:
12
Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang
bermanfaat bagi pelayanaan bimbingan dan konseling pada
umumnya, dan bagi konselor khususnya yaitu membantu
konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam
memberi keputusan yang tepat.
3. Latar Belakang Sosial Budaya
13
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah
dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan.
Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk
memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi
yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak
dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman
disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam
tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi
murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun.
Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan
kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap
bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat
bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat
individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali
kebutuhan akan bimbingan di sekolah.
c. Dunia kerja
14
5) Berbagai jenis pekerjaan yang baru
memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
6) Semakin bertambahnya jumlah para pekerja
yang masih berusia muda dalam dunia kerja.
d. Perkembangan metropolitan
16
perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier
(sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang
dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi
stagnasi atau diskontinuitas perkembangan
E. Perkembangan Kepribadian
1) Gordon Allport
Sesuatu yang bisa berubah secara teratur,bertumbuh
dan berkembang.
2) Koenndjaraningrat
Merupakan ciri dari dari watak yang diperlihatkan
seseorang dari lahir sampai lanjut usia.
3) George Herbert Mead
Tingkah laku manusia dalam berkembang dan
berlangsung seumur hidup,dengan berinteraksi dengan
anggota masyarakat.
4) Theodore M.Newcombe
Merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki oleh
seseorang,sebagai latar belakang terhadap perilaku
5) Krech dan Crutchfield
17
Integritas dari semua karakteristik individu dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah-
ubah dan terus menerus.
6) Adolf Heuken S.J.dkk
Pola menyeluruh semua kemampuan,perbuatan,serta
kebiasaan seseorang,baik
jasmani,mental,rohani,emosional maupun yang sosial.
7) Yinger
Merupakan keseluruhan dari seseorang dan sistem
kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan
serangkaian situasi.
1) Fase Awal
Fase awal atau pertama dimulai sejak anak mulai
berusia satu hingga dua tahun, saat anak tersebut mulai
mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini kita bisa
membedakan kepribadian seseorang menjadi dua
bagian yang penting yaitu sebagai berikut :
a. Bagian pertama berisi unsur-unsur dasar atas
berbagai sikap yang disebut dengan attitudes yang
kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah
berubah dikemudian hari. Unsur-unsur itu ialah
struktur dasar kepribadian (basic personality
structure) dan capital personality, kedua unsur
tersebut merupakan sifat dasar dari manusia yang
telah dimiliki sebagai warisan biologis dari orang
tuanya.
b. Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas
keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan
18
yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah
atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
2) Fase Kedua
Untuk fase ini merupakan fase yang sangat efektif
dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat
yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari
usia dari usia dua hingga tiga tahun. Fase ini merupakan
fase dalam perkembangan yang dimana rasa aku yang
telah dimiliki seorang anak mulia berkembang
karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada
dilingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun
struktur budayanya.
Dalam fase ini berlangsung relatif panjang sampai anak
menjelang masa kedewasaannya hingga kepribadian
tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang
khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini:
a. Dorongan-Dorongan ( Drives )
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia
untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya
akan membentuk motif-motif tertentu untuk
mewujudkan suatu keinginan. Drivers ini dibedakan
atas kehendak dan nafsu-nafsu, kehendak
merupakan dorongan-dorongan yang bersifat
cultural yang artinya sesuai dengan tingkat
peradaban dan tingkat perekonomian seseorang.
Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang
terdorong oleh kebutuhan biologis misalnya nafsu
makan, birahi ( seksual ), amarah dan yang lainnya.
b. Naluri ( Instinct )
Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat
kodrati yang melekat dengan hakikat makhluk hidup,
misalnya seorang ibu memiliki naluri yang begitu
19
kuat untuk memiliki anak, mangsuh dan
membesarkan sampai dewasa. Naluri ini bisa
dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa perlu
belajar dahulu seolah-olah telah menyatu dengan
hakikat makhluk hidup.
c. Getaran Hati ( Emosi )
Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang
abstrak yang menjadi sumber perasaan manusia.
Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang
ada pada jiwa manusia seperti senang, sedih, indah,
serasi dan yang lainnya.
d. Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan
antara hati dan pikiran manusia yang tampak dari
raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai
ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian
yang mulai riil, dapat dilihat dan diindentifikasi oleh
orang lain.
e. Inteligensi ( Intelligence Quetient-IQ )
Inteligensi ialah tingkat kemampuan berpikir yang
dimiliki oleh seseorang, sesuatu yang termasuk
dalam intelegensi ialah IQ memori-memori
pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang
telah diperoleh seseorang melakukan sosialisasi.
f. Bakat ( Talent )
Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang
abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan
biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti
bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik dan
lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat
mendasar dalam mengembangkan keterampilan-
keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap
20
orang memiliki bakat yang berbeda-beda walaupun
berasal dari ayah dan ibu yang sama.
3) Fase Ketiga
Dalam proses perkembangan kepribadian seseorang,
fase ini merupakan terakhir yang ditandai dengan
semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari
orang tersebut. Pada fase ketiga ini terjadi
perkembangan yang relative tetap yakni dengan
terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai
kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah kepribadian
terbentuk secara permanen, maka dapat
diklasifikasikan tiga tipe kepribadian yakni kepribadian
normative, kepribadian otoriter dan kepribadian
perbatasan.
a. Kepribadian Normatif ( Normative Man )
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian
yang ideal, yang dimana seseorang memiliki
prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan
nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai
hasil sosialisasi pada masa sebelumnya.
Seseorang memiliki kepribadian normative
apabila terjadi proses sosialisasi antara
perlakuan terhadap dirinya dan perlakukan
terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai
yang ada didalam masyarakat. Tipe ini ditandai
dengan kemampuan menyesuaikan diri yang
sangat tinggi dan dapat menampung banyak
aspirasi dari orang lain.
b. Kepribadian Otoriter ( Otoriter Man )
Dalam tipe ini terbentuk melalui proses
sosialisasi individu yang lebih mementingkan
kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan
21
orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak
tunggal, anak yang sejak kecil mendapat
dukungan dan perlindungan yang lebih dari
lingkungan orang-orang disekitarnya serta anak
yang sejak kecil memimpin kelompoknya.
c. Kepribadian Perbatasan ( Marginal Man )
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian
yang relative labil dimana ciri khas dari prinsip-
prinsip dan perilakunya seringkali mengalami
perubahan-perubahan sehingga seolah-olah
seseorang itu memiliki lebih dari satu corak
kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki
kepribadian perbatasan apabila orang ini
memiliki dualism budaya, misalnya karena
proses perkawinan atau karena situasi tertentu
hingga mereka harus mengabdi pada dua
struktur budaya masyarakat yang berbeda.
24
Ada 3 hikmah yang terdapat dalam hubungan konselor
dengan agama yaitu:
25
BAB II
27
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi
perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan
pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan
kepribadian pada masa ramaja meliputi:
28
membutuhkan bimbingan agama dan pemahaman tentang
dirinya serta lingkungannya agar mereka tidak terjerumus
ke arah yang salah.
29
Kepribadian Islam pada remaja haruslah dilakukan
dengan pembinaan keimanan (akidah), kita ajarkan mereka
tentang keyakinan bahwa Allah selalu melihat apa yang kita
perbuat. Tanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah,
serta menjadikan sunah-sunah Nabi Muhammad berserta
sahabat-sahabatnya sebagai acuan dalam kehidupan
sehari-hari.
30
golongan yang akan dinaungi oleh Allah SWT dalam Arsy-
Nya. Sosok remaja inilah yang dicintai oleh Allah yang
berhasil mengalahkan nafsu-nya dan lebih memilih
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
31
faktor bawaan itu juga berubah sebagai akibat
perkembanganya.
33
gaya hidupnya seperti dalam cara makan,
berpakaian, memelihara kesehatan,
berinteraksi, pencaharian, dan cara berpikir. Ada
tiga prinsip tipe dasar kepribadian yaitu
pengalaman awal kehidupan dalam keluarga,
pola asuh orangtua terhadap anak dan
pengalaman awal kehidupan anak dalam
masyarakat.
3) Sekolah
34
demokratis, cenderung mengembangkan
perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan
tenang dan sikap bekerjasama.
c) Prestasi belajar, perolehan prestasi belajar atau
peringkat kelas dapat mempengaruhi
peningkatan harga diri dan sikap percaya diri.
d) Penerimaan teman sebaya, siswa yang diterima
oleh teman- temannya, dia akan
mengemabngkan sikap positif terhadap dirinya
dan juga orang lain, dia merasa menjadi orang
yang berharga.
C. Pengertian Broken Home
35
memiliki banyak arti yang bisa di karenakan adanya
perselisihan atau percekcokan antara suami istri, akan
tetapi tetap tinggal satu rumah. Bisa juga bisa juga broken
home diartikan kehancuran rumah tangga sampai terjadi
perceraian kedua orang tua. Dari pengertian broken home
di atas dan dengan keadaan masih tinggal serumah
ataupun yang sudah bercerai tetap saja memberikan
dampak yang buruk pada anak mereka, dimana sebetulnya
anak masih memerlukan bimbingan orang tua sampai ia
lepas masa lajang. Akibat kondisi orang tua yang
mengalami broken home, maka lebih banyak anak belajar
banyak hal dari lingkungan, teman sebaya, dan bukan dari
kedua orang tuanya.
36
Dari penjelasan pengertian broken home terdapat
beberapa penjelasan yang berbeda-beda tentang
pengertian broken home penulis mempunyai titik temu
dengan menggunakan penjelasan dari Chaplin bahwa
broken home adalah. keluarga atau rumah tangga tanpa
hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah dan ibu)
disebabkan oleh meninggal, perceraian, meninggalkan
keluarga dan lain-lain. Penjelasan tersebut sesuai dengan
realitas yang sedang terjadi pada keluarga yang akan
diteliti.
1) Perceraian
Perceraian merupakan keadaan dimana kedua orang
tuanya berpisah atau bercerai, secara permanen
selamanya atau hanya untuk sementara saja. Bercerai
sangat mempengaruhi anak baik secara mental atau
batin.
37
2) Perceraian merupakan hal yang pada dasarnya tidak
diinginkan semua orang, namun dengan berbagai
sebab terpaksa perceraian di tempuh sebagai
alternative terahir pemecahan masalah dalam suatu
ikatan perkawinan. Perceraian merupakan suatu
peristiwa sosial yang sering terjadi di masyarakat.
Perceraian dalam keluarga biasanya berawal dari
adanya suatu konflik antara anggota keluarga. Bila
konflik sampai titik kritis maka perceraian itu sulit
terelakkan.
3) Kematian
Kehancuran rumah tangga disebabkan karena kematian
anak akan menyadari bahwa orang tuanya tidak akan
kembali lagi maka kasih sayang teralihkan pada orang
tuanya yang masih hidup, dengan harapan memperoleh
kembali rasa aman sebelumnya.
4) Suasana rumah tangga tegang dan tanpa kehangatan
Menciptakan suasana yang nyaman akan berpengaruh
dalam mendidik anak. Karena seorang anak akan
merasakan kenyamanan dan kehangatan kasih sayang
orang tuanya, ketika suasana dapat terjaga maka
proses mendidik anak pun akan berjalan dengan baik.
Begitu pula sebaliknya ketika suasana di rumah tidak
lagi ada kenyamanan maka anak pun sulit untuk
berkembang dengan baik.
5) Orang tua sibuk dan jarang berada di rumah
Orang tua terkadang tidak sadar dengan waktu yang
dihabiskan, ketika berada diluar rumah. Terkadang
orang tua sibuk bekerja atau menghabiskan waktu untuk
kepentingan lainnya. Kewajiban orang tua seharusnya
sepenuhnya mendidik anaknya. Karena pendidikan
38
yang utama dan pertama yakni berada dalam keluarga
itu sendiri.
40
2) Academic problem yaitu kecenderungan menjadi
pemalas dan motivasi berprestasi rendah.
3) Behavioral problem yaitu kecenderungan melakukan
perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak,
bersikap apatis terhadap lingkungan, bersikap destruktif
terhadap diri dan lingkungannya merokok, minum-
minuman keras, judi dan free sex).
1) Dampak Negatif
Anak yang mengalami suasana tidak baik, pasti
akan mempengaruhi segala sesuatu yang
dilakukannya seperti di sekolah anak akan menjadi
murung, malas belajar, malas berkonsentrasi.
Sedangkan saat anak berada di lingkungan sekitar
anak akan merasa minder, kurang bergaul, pemalu.
Selain itu saat dalam lingkungan keluarga anak
susah diatur, nakal, sering membantah.
2) Dampak Positif
Setiap anak pasti mempunyai sifat masing-masing.
Ketika anak yang mengalami broken home
mempunyai jiwa yang tegar dan dapat
mengendalikan semua hawa dan emosinya, pasti
anak tersebut akan menjadikan semua hal yang
menimpanya sebagai pelajaran dan hikmah. Selain
itu anak akan lebih bertanggung jawab lagi dalam
melakukan suatu hal, berfikir lebih dewasa dan
dapat memecahkan masalah dengan baik.
41
Broken home juga berdampak pada psikologi anak,
berdampak bagi prestasi anak dan juga berdampak pada
prilaku anak :
1) Dampak Psikologis
Setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya
akan berdampak anak anaknya. Orangtua tidak pernah
memikirkan konskuensi dari tindakan yang mereka
lakukan. Dampak paling utama yang akan
melekatsampai anak tersebut dewasa adalah dampak
psikologis.
Dampak bagi psikologis anak yang berasal dari
keluarga broken home pada umumnya mengalami
tekanan berupa stres akibat keadaan keluarganya yang
tidak harmonis. Semakin suatu peristiwa tampaknya
tidak dapat di kendalikan maka semakin besar
kemungkinan seseorang mengalami stres, contohnya
permasalahan broken home. Sebaliknya semakin besar
keyakinan seseorang dalam mengendalikan suatu
peristiwa maka semakin kecil kemungkinan seseorang
mengalami stres.
42
Sebenarnya, dampak psikologis yang diterima seorang
anak berbeda-beda tergantung usia atau tingkatan
perkembangan anak.
43
BAB III
BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN KONSELING
A. KONSELING INDIVIDUAL
1) Pengertian Konseling Individual
46
mendalam yang dialami, saling percaya, saling
perhatian, saling pengertian, dan saling mendukung”.
47
memecahkan masalah yang berlandaskan ilmu dan
agama. Sedangkan tujuan khusus konseling kelompok,
yaitu:
48
f) Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin
belajar dan berlatih, serta teknik-teknik penguasaan
materi pelajaran.
g) Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam
kaitannya dengan orientasi belajar di perguruan tinggi.
h) Mengembangkan kecenderungan karir yang menjadi
pilihan siswa.
i) Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan prospek
masa depan.
j) Informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karir
yang akan dikembangkan.
k) Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam
rangka perwujudan diri.
C. TERAPI/PSIKOTERAPI KELOMPOK
49
untuk pasiennya. Dia mendorong, mengungkapkan, memeriksa
motif-motif, memberikan penafsiran-penafsiran, dan sedikit
demi sedikit membangkitkan partisipasi masing-masing
anggota kelompok dalam fungsi ini.
51
BAB IV
PENDEKATAN-PENDEKATAN KONSELING
A. Pendekatan Behavioral
53
kecemasan, dan ia menyertakan respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
3) Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan
kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon
pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan
stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan
tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki
kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan
terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak
dikehendaki dengan stimulus yang tidak
menyenangkan.
4) Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah
laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang
sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan
kepada klien tentang tingkah laku model, dapat
menggunakan model audio, model fisik, model hidup
atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah
laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil
dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran
dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
B. Pendekatan REBT
55
Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau
system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,
emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi
emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk
perasaan senang atau hambatan emosi dalam
hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi
disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk
keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
C. Pendekatan Gestalt
58
Individu yang bermasalah pada umumnya belum
memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru
memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya.
Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi
yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.
D. Pendekatan Realitas
59
2) Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk
tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu
menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat
menjadi seorang individu yang sukses.
3) Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang
dan terapi realitas berusaha membangun anggapan
bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya
sendiri.
61
BAB V
B. Dasar Behavioristik
64
dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
proses konseling.
a) Proses Pendidikan
Konseling merupakan proses pendidikan.
Dengan kata lain, konseling membantu konseli
mempelajari tingkah laku baru untuk
memecahkan masalahnya. Konseling
menggunakan prinsip-prinsip belajar dan
prosedur belajar yang efektif untuk membentuk
dasar-dasar pemberian bantuan kepada konseli.
b) Teknik Dirakit Secara Individual
Teknik konseling yang digunakan pada setiap
konseli berbeda-beda tergantung pada masalah
dan karakteristik konseli. Dalam proses
konseling penentuan tujuan konseling, proses
assesmen, dan teknik-teknik dibangun oleh
konseli dnegan bantuan konselor.
c) Metodologi Ilmiah
Konseling behavioristik dilandasi oleh metode
ilmiah dalam melakukan asesmen dan evaluasi
konseling. Konseling ini menggunakan
observasi sistematis, kuantifikasi data dan
kontrol yang tepat.
67
C. Tujuan Behavioristic
70
kejadian-kejadian yang menentukan
keberhasilan self-control.
e. Analisis hubungan social, yaitu orang lain
yang dekat dengan kehidupan konseli
diidentifikasi juga hubungannya orang
tersebut dengan konseli. Metode yang
digunakan untuk mempertahankan
hubungan ini dianalisis juga.
f. Analisis lingkungan fisi-sosial budaya,
analisis ini atas dasar norma- norma dan
keterbatasan lingkungan.
71
konseling sesuai dengan masalah yang dialami
oleh konseli (tingkah laku excessive atau deficit).
c) Evaluasi dan Pengakhiran (Evaluation-
Termination)
Evaluasi konseling behavioristik merupakan
proses yang berkesinambungan. Evaluasi
dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat.
Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar
untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan
efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan.
Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri
konseling. Terminasi meliputi:
1. Menguji apa yang konseli lakukan
terakhir
2. Eksplorasi kemungkinan kebutuhan
konseling tambahan
3. Membantu konseli mentrasfer apa yang
di pelajari dalam konseling ketingkah
laku konseling.
4. Memberi jalan untuk mamantau secara
terus menerus tingkah laku konseli.
72
diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan
menetap di masa akan datang. Reinforment positive
yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah
laku yang dikehendaki berpeluang diulang karena
bersifat disenangi. Dalam memahami penguatan
positif, perlu dikuatkan dnegan penguatan negative
yaitu menghilangkan kebiasaan aversive stimulus
yang biasa dilakukan agar tungkah laku ayng
diinginkan berkurang dan tingkah laku yang
diinginkan meningkat. Reinforcement negative yaitu
peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku
yang dikehendaki kecil peluang untuk diulang.
Reinforcement dapat bersifat tidak menyenangkan
atau tidak memberi dampak pada perubahan
tingkah laku tujuan.
2) Kartu Berharga (Token economy)
Kartu berharga merupakan teknik konseling
behavioristik yang didasarkan pada prinsip operant
conditioning skinner yang termasuk di dalamnya
dalah penguatan. Token economy adalah strategi
menghindari pemberian reinforment secara
langsung, token merupakan penghargaan yang
dapat ditukar kemudian dengan berbagai barang
yang diinginkan oleh konseli. Kartu berharga dapat
diterapkan di berbagai sseting dan populasi seperti
dalam seting individual, kelompok dan kelas, juga
pada berbagai populasi mulai dari anak-anak hingga
dewasa. Token economy bertujuan untuk
mengembangkan perilaku adaptif melalui
pemberian reinforment dengan token, ketika tingkah
laku yang diinginkan telah cenderung menetap,
pemberian token dikurangi secara bertahap.
73
3) Pembentukan Tingkah Laku (Shaping)
Shaping adalah membentuk tingkah laku baru yang
sebelumnya belum ditampilkan dnegan memberikan
reinforcement secara sistematik dan langsung
setiap kali tingkah laku ditampilkan. Tingkah laku
diubah secara bertahap dengan memperkuat
unsure-unsur sampai mendekati tingkah laku aktif.
4) Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting)
Pembentukan kontrak adalah mengatur kondisi
sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang
diinginkan berdasarkan kontrak antara konseli dan
konselor.
5) Penokohan (Modelling)
Beberapa istilah yang digunakan adalah
penokohan, peniruan, dan belajar mealui
pengamatan terhadap orang lain dan perubahan
terjadi melalui peniruan. Peniruan (imitation)
menunjukan bahwa perilaku orang lain yang
diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan
terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses
belajar melalui pengamatan menunjukan terjadinya
proses belajar setelah mengamati perilaku orang
lain. Modeling merupakan belajar melalui observasi
dengan menambahkan atau menguarangi tingkah
laku yang teramati, menggeneralisir berbagai
pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif.
6) Pengeloaan Diri (Self Management)
Pengelolaan diri adalah prosedur diamna individu
mengatur perilakunya sendiri. Pada teknik ini
individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan
komponen dasar yaitu menentukan perilaku
sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih
74
prosedur yang akan diterapkan, melaksanakan
prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas
prosedur tersebut.
75
tidakmmenyenangkan sebagai konsekuansi dari
tingkah laku.
e) Time-out merupakan teknik menyisihkan peluang
individu untuk mendapatkan pengautan positif. Teknik
ini baisa digunakan di kelas, di mana siswa yang
beerperilaku tidak diharapkan diasingkan atau
dipindahkan dari siswa yang lain pada waktu yang
spesifik dan terbatas. Sehingga dalam keadaan
terasing, individu tidak lagi beruapya untuk melakukan
perilaku yang dapat menarik perhatian guru maupun
teman- temanya.
f) Terapi Aversi (Aversive Therapy) pada kontrol diri
aversi dilakukan sendiri oleh konseli, tetapi pada
terapi pengaturan kondisi aversi dilakukan terapis.
Terapi aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk
meredakan gangguan-gangguan behavioral yang
spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku yang
tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
g) Disensitisasi Sistematis, digunakan untuk menghapus
rasa cemas dan tingkah laku menghindar.
Disensitisasi sistematis dilakukan dengan
menerapkan pengkondisian klasik yaitu dengan
melemahkan kekuatan stimulus penghasil
kecemasan, gejala kecemasan bias dikendalikan dan
diahpus melalui penggantian stimulus. Melibatkan
teknik relaksasi. Melaatih konseli untuk santai dan
mengasosiasikan keadaan santai dengan
pengalaman pembangkit kecemasan yang
dibayangkan atau divisualisasi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Al, Anung Hamat. 2017. “Representasi Keluarga Dalam
Konteks Hukum Islam”.
77
Elzabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidpuan.
78
Muhammad Afifudin Alfarisi, Konsep Kepribadian (Studi
Perbandingan Ibrahim Elfiki Dan Mario Teguh), Skripsi
Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora, Uin Walisongo
Semarang, 2015.
79
Satrio, Arga Prabowo Dan Wening Cahyawulan. 2016.
“Pendekatan Behavioral: Dua Sisi Mata Pisau”.
80