Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING ISLAM DALAM RUANG

LINGKUP SOSIAL DAN DAKWAH

Mata kuliah : Ilmu Tauhid


Dosen Pengampu: Andiansyah, M.Pd.I
NIP.198708302020121003

Di susun
Oleh
Nama
Rusdi :12106013
Abdurrahman Al Amin: 12106016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)


FAKULTAS USULUDDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allahswt, yang telah


memberikan nikmat, sehat, dan kesempurnaanketimbang makhluk-makhluk yang
lain sehingga kami bisaberbagi ilmu dengan sesama hamba Allah swt. Dan kami
jugabisa melaksanakan aktiftas sehari-hari dengan baik.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar


Muhammad SAW Sesuai dengan hadits yang di sampaikan beliau yakni Saya
diutus kedunia hanya untuk memperbaiki akhlak manusia" karena berkat beliau
lah kita semua bisa merasakan keindahan duniawi.

Kami yakin dalam penulisan makalah ini masih banyak ke


kurangan baik dari segi bahasa mau pun dalam rangka penulisan makalah untuk
itu kami mohon bimbingan untuk memberikan kritik dan saran yang membangun
baik melalui media atau pengucapan secara langsung demi perbaikan pembuatan
makalah kami selanjutnya.

Pontinak 25 Oktober 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3
A. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ...………………... 3
1. Bimbingan dan Konseling ……………………………… 3
2. Islam …………………………………………………...... 3
3. Bimbingan Konseling Islam…………………………….. 4
B. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ……………………….. 6
C. Bimbingan Konseling Sosial ……………………………….. 7
D. Aspek-aspek Bimbingan Sosial .……………………………. 9
E. Tujuan Bimbingan Konseling Sosial………………………... 9
F. Dakwah …………………………………………………….. 11
G. Ruang Lingkup Etika Dakwah …………………………….. 11

BAB III PENUTUP .............................................................................. 13


A. KESIMPULAN …………………………………………... 13
B. DAFTAR PUSTAKA……………………………………… 14

iii
BAB I

DENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan.
Dengan bekal itulah manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna
dan diamanati oleh sang pencipta sebagai pemimpin di bumi ini. Akan tetapi
seiring dengan bekal akal, pikiran dan perasaan itu pula manusia diselimuti
oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia
merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with multiproblem).
Dengan berbagai masalah  itu ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya
atau  mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor) untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari orang yang ahli
(konselor) kepada individu yang membutuhkan (klien) itulah yang
dinamakan.
Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara,
salah satunya adalah dengan cara islam. Mengapa islam? Karena islam
mengatur seluruh aspek  kehidupan manusia tak terkecuali berkenaan dengan
bimbingan dan konseling.
Dalam makalah ini nanti akan dipaparkan berbagai hal terkait dengan
bimbingan konseling islam, termasuk tujuan-tujuan dari bimbingan konseling
islam dan bagaimana ketika bimbingan dan konseling di implementasikan
dalam pembelajaran.
Pada dasarnya konselor merupakan sebuah upaya untuk memberi bantuan
kepada klien dari konselor, sebagai upaya membantu orang lain agar ia
mampu tumbuh ke arah yang yang lebih baik.
Bimbingan dan Konseling sosial merupakan salah satu bidang bimbingan
yang ada di sekolah. Yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mencari
penyelesaian dari permasalahannya serta mengarahkannya kepenyelesaian
yang lebih baik.
Dalam melakukan aktivitas dakwah perlu ada aturan yang mengikat agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Aturan tersebut merupakan kode
etik yang seharusnya diperhatikan dalam aktivitas dakwah. Kode etik dalam
aktivitas sebenarnya untuk kepentingan dakwah. Sehingga, aturan yang
diperlukan dalam kegiatan dakwah dapat dilaksanakan agar tidak terjadi
benturan hal-hal yang tidak di inginkan dalam peroses dakwah. Kemampuan

1
juru dakwah untuk mengenal posisi dirinya dalam kapsitas sebagai apa dan
siapa, mengenal bidang garapan, langkah-langkah yang harus dilalui, mampu
menyelesaikan segala persoalan yang menyangkut bidangnya
B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna dan Definisi Bimbingan dan Konseling Islam?
2. Apa Tujuan dari Dilaksanakannya Bimbingan Konseling Islam?
3. Bagaimana Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran?
4. Apa pengertian Bimbingan dan Konseling Sosial?
5. Apa Aspek-aspek Bimbingan Sosial?
6. Apa Tujuan Bimbingan dan Konseling Sosial?
7. Bagaimana melakukan Etika Dakwah?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Konseling Islam


a. Bimbingan dan Konseling.
Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa
depannya.
Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai
suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri
dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal
dan penyesuain diri dengan lingkungannya (Mohammmad Surya, 2003:2).
Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan bahwa konseling adalah
suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara
pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui
interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang
menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk
mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya
berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
b. Islam
Istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa arab
dalam bentuk masdar yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa

3
dan damai. Dari kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama
yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara
kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian
(Asy`ari, 2004:2).
Secara terminologis, Ibnu Rajab merumuskan pengertian Islam,
yakni: Islam ialah penyerahan, kepatuhan dan ketundukan manusia
kepada Allah swt. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk perbuatan.
Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-
Shawi mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam yaitu: atauran
Ilahi yang dapat membawa manusia yang berakal sehat menuju
kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhiratnya.
( Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, 2002:62)
Pendapat lain menyatakan bahwa islam adalah agama yang
dibawa oleh para utusan Allah dan disempurnakan oleh rasullullah
SAW yang memiliki sumber pokok al-quran dan sunnah rasullullah
SAW sebagai petunjuk umat islam sepanjang masa.
c. Bimbingan Konseling Islam.
Secara sederhana, gabungan dari masing-masing isitilah dari
poin A dan B tersebut dapat dikaitkan satu dengan lainnya sehingga
menjadi sebutan Bimbingan Konseling Islam. Dalam hal ini,
Bimbingan Konseling Islam sebagaimana dimaksudkan di atas
adalah terpusat pada tiga dimensi dalam Islam, yaitu ketundukan,
keselamatan dan kedamaian. Batasan lebih spesifik, Bimbingan
Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya secara berbeda dalam
istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam maksud
dan tujuan, bahkan satu dengan yang lain saling melengkapinya.
Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat diambil suatu kesan
bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam adalah
suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis
terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami
kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu

4
memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara
harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-
Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.
( Ahmad Mubarok 2002:4-5)
Pengertian tersebut antara lain didasarkan pada rumusan yang
dikemukakan oleh H.M. Arifin, Ahmad Mubarok dan Hamdani
Bakran Adz-Dzaki. Bahkan pengertian yang dimaksudkannya adalah
mencakup beberapa unsur utama yang saling terkait antara satu
dengan lainnya, yaitu: konselor, konseli dan masalah yang dihadapi.
Konselor dimaksudkan sebagai orang yang membantu konseli dalam
mengatasi masalahnya di saat yang amat kritis sekalipun dalam
upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak
menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya jangka
panjang dalam kehidupan yang terus berubah. Konseli dalam hal ini
berarti orang yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri
tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Menurut Imam
Sayuti Farid, konseli atau mitra bimbingan konseling Islam adalah
individu yang mempunyai masalah yang memerlukan bantuan
bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksudkan dengan
masalah ialah suatu keadaan yang mengakibatkan individu maupun
kelompok menjadi rugi atau terganggu dalam melakukan sesuatu
aktivitas (Imam Sayuti Farid,:29)
Dalam pandangan (Farid Hariyanto 2007:2) (Anggota IKI
jogjakarta) dalam makalahnya mengatakan bahwa bimbingan dan
konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang
bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan
menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara
dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara
berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku
berdasarkan wahyu dan paradigma kenabian (Sumber Hukum
Islam).

5
Beberapa ayat al-Quran yang berhubungan dengan bimbingan
konseling diantaranya adalah:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali
Imran:104)
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka
yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati
supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya
mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)
B. Tujuan Bimbingan Konseling Islam.
Secara garis besar tujuan bimbingan konseling islam dapat
dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang
lebih terperinci adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai,
bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah
Tuhannya.
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan
alam sekitarnya.

6
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-
menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintahNya serta ketabahan
menerima ujianNya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan
benar; ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup;
dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
6. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai
dengan petunjuk ajaran islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma
kenabian .
Sedangkan dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur
Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan
umum dan tujuan khusus.( Aunur Rahim Faqih, 2001:35-36)
Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akherat tujuan khususnya adalah:
1. membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2. membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
3. membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih
baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
orang lain.
C. Bimbingan Konseling Sosial
Bimbingan sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan,
penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya.

7
Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari
pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
Menurut Djumhur dan surya bimbingan sosial merupakan
bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan
dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu
mampu menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam lingkungan
sosialnya.
Relevan dengan pendapat diatas, Andi Mapiare (1994) suatu
bimbingan dikatakan bimbingan sosial apabila penekanan bimbingan lebih
diarahkan pada usaha-usaha mengurangi masalah-masalah sosial.
Bidang bimbingan sosial yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya,
anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Saat ini
sosial media pun sudah menjadi tren sebagai penunjang karir yang
menjanjikan yang diawali dengan menjamurnya berbagai aplikasi sosial
media yang dipelopori oleh situs pertemanan seperti friendster, facebook,
twitter dan masih banyak lagi yang sangat membantu dalam
mempromosikan jasa dan produk suatu perusahaan dan sebagai tempat
yang potensial untuk mendapatkan customer baru. Orang yang
menjalankan cara ini disebut social media marketer, oleh karena itu
banyak perusahaan yang membuka lowongan untuk posisi sebagai social
media marketing. Berpengetahuan luas. Bidang sosial media memang
membutuhkan orang-orang yang kreatif tidak cuma hanya bisa berkicau di
twitter dan facebook dan mendapatkan banyak teman, tapi Anda harus
mempunyai keahlian tambahan seperti video editing, photoshop dan
software design lainnya, karena Anda bertugas mempromosikan jasa dan
produk di mana Anda bekerja.
Berdasarkan definisi-definisi bimbingan yang telah dipaparkan,
dapat disimpulkan yaitu:

8
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara
kontinyu dan sistematis,
2. Bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui
pola-pola sosial yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. Pola-pola sosial yang dimaksudkan adalah
pola-pola dimana individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri
dengan lingkungannya.
D. Aspek-aspek Bimbingan Sosial
Selain problem yang menyangkut dirinya sendiri, individu juga
dihadapkan pada problem yang terkait dengan orang lain. Dengan
perkataan lain, masalah individu ada yang bersifat pribadi dan ada yang
bersifat sosial. Kadang-kadang individu mengalami kesulitan atau masalah
dalam hubungannya dengan individu lain atau lingkungan sosialnya.
Masalah ini dapat timbul karena individu kurang mampu atau gagal
berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang kurang sesuai dengan
keadaan dirinya. Problem individu yang berhubungan dengan lingkungan
sosialnya misalnya :
1. Kesulitan dalam persahabatan
2. Kesulitan mencari teman
3. Merasa terasing dalam aktivitas kelompok
4. Kesulitan memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok
5. Kesulitan mewujudkan hubungan yang harmonis dalam keluarga
6. Kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru.
Selain problem diatas, aspek-aspek sosial yang memerlukan layanan
bimbingan sosial adalah :
1.Kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan lingkungannya
2.Kemampuan individu melakukan adaptasi
3.Kemampuan individu melakukan hubungan sosial (interaksi sosial)
dengan lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
E. Tujuan Bimbingan Konseling Sosial

9
Banyaknya masalah yang muncul pada masyarakat di era Globalisasi
menjadikan banyaknya pula tujuan Bimbingan dan Konseling sosial.
Berbagai masalah yang muncul menjadikan sebagian orang tidak mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri. Sehingga membutuhkan orang yang ahli
untuk membantu dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tujuan utama pelayanan bimbingan sosial adalah agar individu yang
dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan
lingkungannya. Bimbingan sosial juga bertujuan untuk membantu indiviu
dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah
sosial, sehingga individu dapat menyesuaikan diri secara baik dan wajar
dalam lingkungan sosialnya.

Secara rinci tujuan Bimbingan Konseling Sosial adalah:

1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan


dan ketakwaan kepada Tuhan YME, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah/madrasah, tempat
kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan
(musibah), serta mampu meresponsnya secara positif sesuai denga ajaran
agama yang dianut
4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan,
baik fisik maupun psikis.
5. Memiliki sikap positif atau respek terhdap terhadap diri sendiri dan orang
lain
6. Bersifat respek terhadap orang lain, menghormati atau mnghargai orang
lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

10
7. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk
komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.
8. Memiliki kemampuan berinteraksi social (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau
silaturahmi dengan sesama manusia.
9. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik
bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
10. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif
F. Dakwah
Dalam melakukan aktivitas dakwah perlu ada aturan yang
mengikat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Aturan
tersebut merupakan yang seharusnya diperhatikan dalam aktivitas
dakwah. dalam aktivitas sebenarnya untuk kepentingan dakwah.
Sehingga, aturan yang diperlukan dalam kegiatan dakwah dapat
dilaksanakan agar tidak terjadi benturan hal-hal yang tidak di inginkan
dalam peroses dakwah. Kemampuan juru dakwah untuk mengenal posisi
dirinya dalam kapsitas sebagai apa dan siapa, mengenal bidang garapan,
langkah-langkah yang harus dilalui, mampu menyelesaikan segala
persoalan yang menyangkut bidangnya.
G. Ruang Lingkup Etika Dakwah
Etika adalah bagian dari akhlak manusia karena akhlak bukanlah
sekedar menyangkut perilaku yang bersifat lahiriah semata, tetapi
mencakup hal-hal yang lebih kompleks, yaitu tentang akidah, ibadah dan
syariat (Ondi Saondi dan Aris Suherman. 2010:32)
Sekurang-kurangnya ada empat pendekatan yang bisa
dipergunakan dalam etika yaitu:
Pendekatan Filsafat atau disebut juga pendekatan kritis etika
dakwah, bahwa kajian etika merupakan cabang pemikiran filsafat
sehingga metode atau pendekatan yang digunakan menyerupai
pendekatan filsafat yang bersifat reflektif, kritis, radik dan menyeluruh.
Reflektif artinya dalam mengembangkan pemikiran etika murni tentang

11
kebaikan (moral) Kritis artinya bahwa pemikiran etika itu senantiasa
terbuka untuk ditinjau ulang, dikritisi jika memungkinkan diketahui
dalam beberapa aspek ditemukan kejanggalan, radik artinya rumusan
pemikiran/ ketetapan itu harus mendasar/ mendalam (Enjang As dan
Hajir Tajiri. 2009:23-24)
(Enjang As dan Aliyudin. 2009: 136-139) Menyeluruh artinya
harus mencakup keseluruhan aspek, dari berbagai pertimbangan:
ekonomi, sosial, budaya, kemanusiaan, sehingga diperoleh kebenaran.
Pendekatan terapan etika dakwah. Pendekatan ini cenderung bersifat
aplikatif atau disebut pemikiran untuk bertujuan praktis/ aplikasi yaitu
sebuah pemikiran yang diarahkan untuk merumuskan standar perilaku
dakwah dan upaya-upaya untuk membentuk atau membangun,
mempersiapkan dan memantapkan karakter prilaku dan kepribadian dai
sebagai salah satu persyaratan dai profesional. Pendekatan deskriptif,
yaitu pendekatan etika yang berusaha melukiskan apa adanya fenomena
suatu etika perbuatan tanpa adanya usaha melakukan penilaian,
pendekatan normatif-evaluatif, pendekatan ini merupakan kelanjutan dari
pendekatan deskriptif, berupaya memberikan penilaian atas perbuatan
setelah ditopang oleh sejumlah informasi yang lengkap dan ditimbang
berdasarkan sejumlah standar untuk perbuatan, dai adalah subjek
dakwah, oleh karena itu seorang dai meski memiliki moralitas yang
dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan tolak ukur yang dipergunakan
oleh masyarakat untuk mengukur kualitas perilaku seorang dai adalah
norma-norma moral. Akhlak dai adalah akhlak Islam yang Allah
nyatakan dalam Al-Quran. Akhlak Islam yang sebaiknya dimiliki dai
sebagaimana dijelaskan Tutty Alawiyah, dan punya hubungan erat
dengan pelaksanaan dakwah adalah sebagai berikut:
1. Al-Shidq (benar, tidak berdusta),
2. Al-Shabr (sabar, tabah),
3. Al-Rahmah (rasa kasih sayang),
4. Tawadhu (merendahkan diri, tidak sombong), dan

12
5. Suka bergaul.

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada individu secara kontinyu dan sistematis yang
bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui pola-
pola sosial yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan sekolah, Konseling
Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan
sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami
kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis
sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya
kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.
Tujuan utama pelayanan bimbingan sosial adalah agar individu yang
dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan
lingkungannya. Bimbingan sosial juga bertujuan untuk membantu indiviu
dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial,
sehingga individu dapat menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam
lingkungan sosialnya.
Konseli sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang
yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kematangan dan kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena
mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman menentukan arah kehidupannya. Disamping
itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu
berlangsung mulus,atau bebas dari masalah. atau searah dengan potensi,
harapan dan nilai-nilai yang dianut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mohammmad Surya, Psikologi konseling, Pustaka Bani Quraisy. Bandung: 2003


Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), 
Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid,
hal. 62.
Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan
Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002),
Imam Sayuti Farid, Pokok-Pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan
Agama Sebagai Teknik Dakwah,
Farid Hariyanto, makalah dalam seminar Bimbingan Dan Konseling
Agama Jakarta: 2007
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII press. Jakarta:
2001 hal.35-36
Kependidikan departemen pendidikan nasional, rambu-rambu penyelenggaraan
bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. 2007 Hal. 15
Ondi Saondi dan Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. (Bandung: PT
Refika Aditama).

Enjang As dan Hajir Tajiri. 2009. Etika Dakwah. (Bandung: Widya Padjajaran).

Enjang As dan Aliyudin. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. (Bandung: Widya


Padjajaran)..

14

Anda mungkin juga menyukai