Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BK ISLAM

05.50 No comments

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal itulah
manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diamanati oleh sang pencipta sebagai
pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan perasaan itu pula manusia
diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia merupakan
makhluk dengan segudang masalah (human with multiproblem). Dengan berbagai masalah itu ada yang
bisa mereka atasi dengan sendirinya atau mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor) untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada
individu yang membutuhkan (klien) itulah yang dinamakan “konseling”
Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah satunya adalah
dengan cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia tak
terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling.
Dalam makalah ini nanti akan dipaparkan berbagai hal terkait dengan bimbingan konseling islam,
termasuk tujuan-tujuan dari bimbingan konseling islam dan bagaimana ketika bimbingan dan konseling di
implementasikan dalam pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa Makna dan Definisi Bimbingan dan Konseling Islam?
b. Apa Tujuan dari Dilaksanakannya Bimbingan Konseling Islam?
c. Bagaimana Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
A. Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depannya.
Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada
umumnya.
Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus
dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman
diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuain diri
dengan lingkungannya.[1]

Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang yang
bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui
interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi
yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan
secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.

B. Islam
Istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa arab dalam bentuk masdar yang
secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata kerja salima diubah menjadi
bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah
ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.[2]

Secara terminologis, Ibnu Rajab merumuskan pengertian Islam, yakni: Islam ialah penyerahan,
kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah swt. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk perbuatan.
Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi mendefinisikan Islam dengan
rumusan Islam yaitu: atauran Ilahi yang dapat membawa manusia yang berakal sehat menuju
kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhiratnya.[3]

Pendapat lain menyatakan bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh para utusan Allah dan
disempurnakan oleh rasullullah SAW yang memiliki sumber pokok al-quran dan sunnah rasullullah SAW
sebagai petunjuk umat islam sepanjang masa.

C. Bimbingan Konseling Islam


Secara sederhana, gabungan dari masing-masing isitilah dari poin A dan B tersebut dapat
dikaitkan satu dengan lainnya sehingga menjadi sebutan Bimbingan Konseling Islam. Dalam hal ini,
Bimbingan Konseling Islam sebagaimana dimaksudkan di atas adalah terpusat pada tiga dimensi dalam
Islam, yaitu ketundukan, keselamatan dan kedamaian. Batasan lebih spesifik, Bimbingan Konseling Islam
dirumuskan oleh para ahlinya secara berbeda dalam istilah dan redaksi yang digunakannya, namun
sama dalam maksud dan tujuan, bahkan satu dengan yang lain saling melengkapinya. Berdasarkan
beberapa rumusan tersebut dapat diambil suatu kesan bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan
Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap
individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami
dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis
sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah
dan ukhrawiah.[4]

Pengertian tersebut antara lain didasarkan pada rumusan yang dikemukakan oleh H.M. Arifin,
Ahmad Mubarok dan Hamdani Bakran Adz-Dzaki. Bahkan pengertian yang dimaksudkannya adalah
mencakup beberapa unsur utama yang saling terkait antara satu dengan lainnya, yaitu: konselor, konseli
dan masalah yang dihadapi. Konselor dimaksudkan sebagai orang yang membantu konseli dalam
mengatasi masalahnya di saat yang amat kritis sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari
keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya jangka panjang dalam
kehidupan yang terus berubah. Konseli dalam hal ini berarti orang yang sedang menghadapi masalah
karena dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Menurut Imam Sayuti Farid, konseli
atau mitra bimbingan konseling Islam adalah individu yang mempunyai masalah yang memerlukan
bantuan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksudkan dengan masalah ialah suatu keadaan
yang mengakibatkan individu maupun kelompok menjadi rugi atau terganggu dalam melakukan sesuatu
aktivitas.[5]

Dalam pandangan Farid Hariyanto (Anggota IKI jogjakarta) dalam makalahnya mengatakan
bahwa bimbingan dan konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang bagaimana
proses konseling itu dapat berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien
mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara
berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan wahyu dan paradigma kenabian (Sumber Hukum
Islam).[6]

Beberapa ayat al-Quran yang berhubungan dengan bimbingan konseling diantaranya adalah:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal
kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan
kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(An Nahl:125)
2.2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Secara garis besar tujuan bimbingan konseling islam dapat dirumuskan untuk membantu individu
mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih terperinci adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa
menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah
Tuhannya.
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat
memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan
sosial dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa
toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa
keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintahNya serta ketabahan
menerima ujianNya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan
tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar; ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai
persoalan hidup; dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada
berbagai aspek kehidupan.
6. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai dengan petunjuk ajaran islam
(bersumber pada Al-Quran dan paradigma kenabian .
Sedangkan dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur Rahim Faqih membagi
tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus. [7]
Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Tujuan khususnya adalah:

1. membantu individu agar tidak menghadapi masalah


2. membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
3. membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang
tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber
masalah bagi dirinya dan orang lain.

2.3. Urgensi BK Islam dalam Pembelajaran


Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah/madrasah, bukan terletak
pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang undangan) atau ketentuan dari atas, namun
yang lebih penting adalah upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar
mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut
aspek fisik, emosi, intelektual, social, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on
becaming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan dan
kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman
atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah
kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak
selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain proses perkembangan itu
tidak selalu berjalan dalam arus linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang
dianut.
Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis, maupun social.
Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat
mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan ang terjadi itu sulit
diprediksi, atau diluar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan
perilaku konseli,seperti terjadinya stagnasi (kemandekan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau
penyimpangan perilaku. Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan
televisi dan media-media lain, penyalahgunaan alat kontraspsi, ketidakharmonisan dalam kehidupan
keluarga, dan dekandensi moral orang dewasa ini mempengaruhi perilaku atau gaya hidup konseli
(terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia),
seperti pelanggaran tata tertib, pergaulan bebas, tawuran, dan kriminalitas.
Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti yang
disebutkan, adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan
terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu efektif dan ideal adalah pendidikan yang tidak
mengesampingkan bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang
administrative dan instruksional dengan mengabaikan bimbingan dan konseling, hanya akan
menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki
kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian.
Dengan dasar itulah bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam pembentukan
sosok peserta didik yang dicita-citakan seperti yang dicantumkan dalam undang-undang nomor 20 tahun
2003, yaitu:

1. beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa


2. berakhlak mulia
3. memiliki pengetahuan dan keterampilan
4. memiliki kesehatan jasmani dan rohani
5. memiliki kepribadian yang mantap dan kebangsaan
6. memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan itu bimbingan konseling disekolah di
orientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek pribadi,
belajar dan karir, atau terkait dengan perkembangan konseli sebagai makhluk yang berdimensi
biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial dan spiritual).[8]
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis
terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat
memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara
harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan
duniawiah dan ukhrawiah.
b. Tujuan BK islan dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus:
Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Tujuan khususnya adalah:
- membantu individu agar tidak menghadapi masalah
- membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
- membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik
menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya
dan orang lain.
c. Konseli sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan dan kemandirian tersebut, konseli
memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang
dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat
suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung mulus,atau bebas dari
masalah. atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
DAFTAR PUSTAKA
 Mohammmad Surya, Psikologi konseling, Pustaka Bani Quraisy. Bandung: 2003
 Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), Ahmad bin Muhammad
al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid,.
 Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,
2002)
 Farid Hariyanto, Makalah dalam Seminar Bimbingan dan Konseling Agama Jakarta: 2007
 Imam Sayuti Farid, Pokok-Pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan
Agama Sebagai Teknik Dakwah, bandung: Alfabetha 2002
 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII press. Jakarta: 2001
 Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan depaartemen Pendidikan
Nasional, Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
Jakarta: 2007
 //http//google//bimbingankonselingislam//wikipedia//.com//

[1] Mohammmad Surya, Psikologi konseling, Pustaka Bani Quraisy. Bandung: 2003 Hal. 2
[2] .Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), hal. 2
[3]Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid, hal. 62.

[4]Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru, 2002), hal. 4-5
[5] Imam Sayuti Farid, Pokok-Pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik
Dakwah, hal. 29
[6] Farid Hariyanto, makalah dalam seminar Bimbingan Dan Konseling Agama Jakarta: 2007 hal. 2
[7] Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII press. Jakarta: 2001 hal.35-36
[8] Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikandepaartemen pendidikan
nasional, rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. 2007
Hal. 15
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
kepribadian menurut Enneagram
19.22 No comments

9 tipe kepribadian menurut Enneagram

1. Perfeksionis (Reformer)
Seorang yang rasional dan sangat idealis. Punya jiwa kuat dalam membedakan benar dan salah.
Ingin selalu memperbaiki yang salah dari diri sendiri, teman, maupun lingkungan. Tapi terkadang
terlalu kritis dan terlalu perfeksionis.
Orang yang bertipe seperti ini memiliki kecenderungan termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup
dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah. Ciri-ciri: realistis,
penuh pertimbangan dan memegang prinsip. Mereka berusaha menjalani hidup dengan standar
ideal yang tinggi
bagaimana bergaul dengan seseorang dengan tipe perfeksionis?
a. hargai etika dan standart tinggi mereka
b. puji mereka atas kepeduliannya dan sikap membantunya
c. tunjukkan penghargaanmu lewat pelukan atau hadiah
d. akui kesalahan
e. hindari berbuat salah dan melanggar
f. berpenampilan rapi lah saat bersamanya
g. jangan sampai terlambat jika berbuat janji dengan orang perfeksionis.

2. Penolong (Giver/Helper)
Seorang yang berjiwa merawat, peduli kepada sesamanya. Berhati lembut, tulus dan empati kepada
orang lain. Mau berkorban untuk orang lain. Suka membantu orang lain. Namun terkadang terlalu
sentimentil (perasa). Terkadang punya masalah dalam hal menyampaikan kebutuhannya sendiri
kepada orang lain. Menuntut orang lain mengerti kebutuhannya.
Tipe ini dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif
pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan. Ciri-ciri: hangat, peduli, mengasuh dan
peka terhadap kebutuhan orang lain.
bagaimana bergaul dengan seseorang dengan tipe penolong?
a. hargai kehangatan, kemurahan dan selera humornya
b. sering-seringlah berterima kasih atas bantuan dan idenya
c. bersikap lemah lembutlah saat mengkritik karena tipe penolong sangat sensitif perasaanya
d. ketika berbincang, cari tema yang ia sukai
e. tipe penolong akan malu meminta bantuan. maka tawarkanlah bantuan pada mereka

3. Pengejar prestasi (Achiever/ Motivator/ Performer)


Seorang yang berorientasi pada prestasi. Energik, bersemangat, percaya diri. Punya ambisi untuk
maju. Terkadang terlalu berpikir tentang pandangan orang lain terhadap dirinya. Terlalu gila kerja
dan terlalu suka bersaing untuk menang.
Tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan
cenderung menghindari kegagalan. Ciri-ciri: energik, optimis, percaya dri dan berorientasi tujuan.
bagaimana bergaul dengan seseorang dengan tipe pengejar prestasi?
a. akui prestasi dan produktifitasnya
b. jangan mengerecokinya saat ia sibuk
c. beri masukan yang jujur dan objektif
d. jangan pernah ungkit kealahan masa lalunya

4. Romanitis (Romantic / Artist/ Individualist)


Seorang yang sensitif dan introspektif (melihat kedalam diri sendiri). Kreatif, dapat mengekspresikan
diri. Terkadang emosinya berubah-ubah (moody). Terlalu menarik diri dari pergaulan. Kurang
nyaman bertemu banyak orang. Terkadang mengasihani diri sendiri.
Tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan dairi sendiri serta dipahami orang
lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja. Ciri-ciri: memiliki
perasaan yang peka, pribadi yang hangat dan pengertian.
bagaimana bergaul dengan seseorang dengan tipe romantis?
a. hargai kedalaman perasaan mereka
b. sering-sering lah menunjukkan rasa suka dan cintamu padanya
c. jangan pernah katakan bahwa ada cara yang mudah untuk mengatasi rasa sedih yang mereka
alami
d. cobalah untuk membuat mereka ceria tapi hanya pada saat mereka menginginkannya atau pada
saat mereka lagi goodmood

5. Pengamat (Observer / Thinker / Investigator)


Seorang yang memiliki otak cerebral kuat. Punya rasa penasaran tinggi. Ingin mengetahui sesuatu
secara mendalam. Mampu berkonsentrasi terhadap keahlian-keahlian yang rumit. Mandiri. Inovatif.
Dan punya kemampuan inventif (menemukan sesuatu). Terkadang terlalu asyik dengan konsep-
konsep gagasannya sendiri. Dapat melihat dunia dengan cara pandang yang berbeda. Terkadang
terlalu memisahkan diri dari bertemu banyak orang.
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta,
merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak
memiliki jawaban. Ciri-ciri: memiliki suatu kebutuhan akan pengetahuan, pribadi yang intorvert,
penuh rasa ingin tahu, analitis dan berwawasan.
bagaimana bergaul dengan seseorang dengan tipe pengamat?
a. hargai kecerdasan dan kejenakaan mereka
b. beerbicaralah dengan dia dengan singkat tanpa bertele-tele
c. perlihatkan bahwa anda menghargai nasehat dan sarannya
d. hormatilah kebutuhan mereka untuk menyendiri saat menggarap ide
e. jangan jadikan mereka sebagai pusat perhatian
f. jangan mengisi kekosongan dengan obrolan celotehan yang tak berarti baginya

6. Pencemas (Loyalist / Pessimist)


Seorang yang terlalu menekankan rasa aman. Punya komitmen. Bertanggungjawab, dapat bekerja
keras. Sering meragukan diri sendiri. Kurang yakin dan kurang percaya diri. Kurang bisa mengambil
keputusan.
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan,
dan terhindar dari kesan pemberontak. Ciri-ciri: bertanggung jawab, bisa dipercaya dan menjunjung
tinggi kesetiaan pada keluarga, teman, kelompok dan alasan-alasan. Kisaran kepibadian tipe ini
cukup luas, mulai dari menarik diri dan kaku hingga berani mengungkapkan pikirannya dan
melawan.Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa
diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak. Ciri-ciri: bertanggung jawab, bisa dipercaya
dan menjunjung tinggi kesetiaan pada keluarga, teman, kelompok dan alasan-alasan. Kisaran
kepibadian tipe ini cukup luas, mulai dari menarik diri dan kaku hingga berani mengungkapkan
pikirannya dan melawan.
bagaimana bergaul dengan seseorang dengan tipe pencemas?
a. hargai kesetiaan dan kelucuan mereka
b. berkomitmenlah saat jadi temannya
c. terbukalah dan jujur
d. buatlah kesepakatan-kesepakatan yang jelas
e. jangan menyanjung atau bersikap terlalu ramah
f. jika mereka marah, mundurlah dan biarkan dulu marahnya reda

7. Petualang (Generalist / Optimist / Adventure)


Seorang yang selalu sibuk. Punya sikap terbuka terhadap orang lain. Berjiwa spontan.
Bersemangat. Selalu optimis dan yakin pada diri sendiri. Terkadang kurang disiplin mengerjakan
satu hal. Kurang fokus. Selalu mencari pengalaman-pengalaman baru. Kurang bisa bersabar.
Tipe orang ini termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal yang
menyengkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan dukacita. Ciri-ciri:
energik, penuh vitalitas dan optimis. Orang-orang bertipe ini ingin memberikan sumbangsih bagi
dunia
bagaimana bergaul dengan seseorang dengan tipe petualang?
a. hargai spontanitas, optimisme, dan antusiasmenya mengenai hal-hal baru
b. dengarkanlah cerita mereka dan imbangi dengan ceritamu serta ikutlah berpetualang dengannya
c. jangan mengekang mereka dengan agenda dan rutinitas
d. saat mengkritik, ucapkan dengan singkat dan bijak
e. tahanlah untuk memproses perasaan dengannya (karena mereka tipe pemikir bukan perasa)

8. Pejuang (Challenger/ Leader / Boss/ Protector/ Intimidator)


Seorang yang dominan. Percaya diri. Berjiwa melindungi. Gaya bicara langsung pada intinya.
Terkadang cenderung egois dan mendominasi. Merasa dia harus mengendalikan lingkungan, dan
orang-orang di sekitarnya. Cenderung mudah marah (temperamental).
Tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengendalikan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh
pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah. Ciri-ciri: terus terang, mengandalkan diri sendiri,
percaya diri dan protektif.
bagaimana bergaul dengan seseorang dengan tipe pejuang?
a. hargai kemandirian, semangat dan kekuatan mereka
b. buat dia tahu bahwa kamu benar-benar terluka jika terakiti
c. hormati kebutuhan mereka untuk menyendiri
d. terima gaya mereka yang meledak-ledak dan jangan terlalu dimasukkan hati
9. Pendamai (Peacemaker / Mediator/ Accomodator)
Seorang yang easygoing. Bisa mempercayai orang lain. Bisa menerima orang lain. Emosinya stabil.
Cukup kreatif dan optimis. Terkadang harus mengajak orang lain untuk bepergian untuk mencari
rasa aman. Selalu menghindari konflik. Tidak suka berselisih. Namun terkadang bersikap keras
kepala.
Para pendamai termotivasi dan menghindari konflik, Pribadi semacam ini mencoba menyatu dengan
orang lain dan lingkungan sekitarnya. Ciri-ciri: mudah menerima, suka menyenangkan orang lain
dan mendukung.
bagaimana bergaul dengan seseorang dengan tipe pejuang?
a. hargai keramahan, kelembutan dan kesabaranya
b. pujilah mereka dan beri perhatian yang menyenangkan
c. bersabarlah jika mereka butuh waktu lama untuk memutuskan sesuatu
d. sensitiflah dalam mengkritiknya
e. jangan berikan banyak tekanan. mereka bisa mengeluh an berontak
f. untuk meminta bantuan padanya gunakan bahasa yang tidak memerintah. seperti apakah kamu
ingin....? maukah kamu untuk...?
Angket Who Am I dan Analisisnya
00.59 1 comment

TES WHO I’M I

I. PERSIAPAN

a. Mempersiapkan format tes who I’m I

b. Menyiapkan tempat pelaksanaan

II. PETUNJUK

Bacalah kalimat-kalimat dibawah ini dengan hati-hati, apabila amu mempertimbangkan kalimat tersebut
dan cocok dengan dirimu, silakan beri tanda “X” pada kolom 1, apabila setelah kamu mempertimbangkan
alimat tersebut agak cocok dengan dirimu silakan beri tanda cawang “X” pada kolom 2, dan apabila
alimat terssebut sama sekali tidak seperti dirimu silakan beri tanda “X” pada kolom 3.

Baca dengan baik setiap kalimat, pertimbangkan secara masak dengan dirimu, baru kemudian memberi
tanda “X” pada kolom yang cocok dengan pertimbanganmu..

III. ANALISIS

Sama
Cocok
Agak cocok sekali
seperti
dengan saya tidak
saya Item-item pernyataan
cocok

1 2 3

1. Saya adalah seorang yang sanggup membuat


X rencana yang baik di dalam dan di luar sekolah,
juga dalam permainan atau tugas

2. Saya adalah seorang pemimpin yang baik


X
dalam beberapa bidang

3. Saya adalah seorang yang segan bermain


X
bersama teman-teman

4. Saya adaalah seorang yang selalu merusak dan


X
melanggar peraturan sekolah maupun pergaulan

X 5. Saya adalah seorang yang mudah untuk


mengerti sesuatu baik persoalan sekolah
ataupun luar sekolah

6. Saya adalah seorang yang selalu bekerja untuk


X kepentingan kkelas atau kelompok saya atau
teman saya

7. Saya adalah seorang yang sulit mendapatkan


X kawan, saya sukar untuk bergaul dengan
mereka

8. Saya adalah seorang yang tidak bahagia, tidak


X
ada seorangpun yang mebuat saya gembira.

9. Saya adalah orang yang sukar untuk


X mengemukakan pendapat. Sehingga tidak
seorangpun dapat mengerti apap pendapat saya

10. Saya adalah seorang yang sangat populer


X
diseKolah saya.

11. Saya adalah seorang yang paling menurut di


X
sekolah saya

12. Saya adalah seorang yang udah marah, mudah


X
memulai pertengkaran

13. Saya adalah seorang yang selalu mempunyai


X ide-ide baik yang menyenangkan dalam ativitas
pergaulan maupun pelajaran

14. Saya adalah orang-orang kejam terhadap


X
teman-teman lain terutama teman yang kecil

15. Saya adalah seorang yang banyak mempunyai


X
teman.

Bentuk Lembar Jawaban Who am I

Nama :

No. Absen :

Kelas/ Jurusan :

Kelompok :
Tanggal :

Lembar Jawaban Tes Who am I

Pertanyaan Cocok dengan Agak cocok Tidak cocok


saya

Kolom1 Kolom 2 Kolom 3

1. 3 2 1

2. 3 2 1

3. 1 2 3

4. 1 2 3

5. 3 2 1

6. 1,5 3 1,5

7. 1 2 3

8. 1 2 3

9. 1 2 3

10. 1,5 3 1,5

11. 1,5 3 1,5

12. 1 2 3

13. 3 2 1

14. 1 2 3

15. 3 2 1

Jumlah maksimal

Interpretasi skor total Who Im I


A : Skor 37,5 – 45 = kepribadian optimis sekali, sangat menyenangkan, dan sangat percaya diri

B : Skor 30,5 – 37 = kepribadian optimis menyenangan dan percaya diri

C : Skor 22,5 – 30 = kepribadian cukup optimis, agak menyenangkan, cukup percaya diri

D : Skor 16,5 – 22 = kepribadian kurang optimis, kurang menyenangkan, kurang percaya diri

NO JAWABAN SKOR

1. 2 2

2. 1 3

3. 3 3

4. 2 2

5. 1 3

6. 3 1,5

7. 1 1

8. 3 3

9. 1 1

10. 2 3

11. 3 3

12. 2 2

13. 1 3

14. 2 2

15. 1 3

JUMLAH 35,5
strategi konseling (Reframing)
06.55 No comments
TEKNIK KONSELING

REFRAMING

A. KONSEP DASAR TEKNIK

Setiap orang mempunyai perspektif-perspektif yang berbeda, dan cara orang lain
memandang segala sesuatu mungkin berbeda dengan cara kita memandang segala sesuatu.
Sebuah frame dapat merujuk kepada suatu keyakinan, apa yang membatasi pandangan meraka
tentang dunia. Mereka mengeinterpretasikan peristiwa-peristiwa saat mereka melihatnya, akan
tetapi yang sering terjadi adalah mereka melihatnya dari posisi mereka yang sedang mengalami
depresi atau harga diri rendah. Terkait dengan hal tersebut, konselor dapat mengubah cara
konseli memandang peristiwa-peristiwa atau situasi dengan megubah kerangka pandang
(reframing) gambaran yang dijelaskan konseli. Reframing merupakan salah satu metode dari
pendekatan konseling kogntif bahavior yang bertujuan mereorganisair content emosi yang
dipikirkannya dan mengarahkan/membingkai kembali ke arah pikiran yang rasional, sehingga
kita dapat mengerti berbagai sudut pandang dalam konsep diri/konsep kognitif dalam berbagai
situasi. (Froggart, dalam Gantina, 2011). Reframing adalah strategi yang mengubah sususan
perseptual individual terhadap suatu kejadian yang akan mengubah makna yang dipahami
(Bandler & Grinder, 1982). Sedangkan menurut Wiwoho (2011) reframing adalah upaya untuk
membingkai ulang sebuah kejadian dengan mengubah sudut pandang tanpa merubah kejadian itu
sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa reframing adalah suatu pendekatan yang mengubah atau
menyusun kembali persepsi atau cara pandang konseli terhadap masalah atau tingkah laku dan
untuk membantu konseli membentuk atau mengembangkan pikiran lain yang berbeda tentang
dirinya.

1) Jenis Reframing yaitu:

a. Context Reframing

adalah pemaknaan kembali pengalaman yang sama dalam konteks yang berbeda, sehingga
menghasilkan pemaknaan yang sama sekali berbeda dengan pemaknaan sebelumnya.

b. Content Reframing
adalah pemaknaan kembali pada isi pengalaman yang sama, sehingga menghasilkan pemaknaan
yang berbeda dengan pemaknaan sebelumnya.

2) Tujuan reframing adalah:

a. Reframing dimaksudkan untuk memperluas gambaran konseli tentang dunianya dan untuk
memungkinkannya mempersepsi situasinya secara berbeda dengan cara yang lebih konstruktif.

b. Memberi cara pandang terhadap konseli dengan cara pandang yang baru dan positif.

c. Mengubah keyakinan/pikiran/cara pandang konseli dari negatif irasional menjadi positive


rasional.

d. Membingkai ulang cara pandang konseli, dari:

a. Sebuah masalah sebagai peluang

b. Sebuah kelemahan sebagai kekuatan

c. Sebuah kemustahilan sebagai kemungkinan yang jauh

d. Kemungkinan jauh sebagai kemungkinan dekat

e. Penindasan ('terhadap saya') sebagai netral ('tidak peduli tentang saya')

f. Perbuatan buruk karena kurangnya pemahaman.

3) Manfaat teknik reframing:

a. Dapat mengubah kerangka berfikir konseli yang awalnya negative menjadi postif.

b. Dengan adanya frame berfikir yang baru akan memunculkan tindakan dan perilaku baru
yang dikehendaki

c. Menghilangkan rasa rendah diri konseli.

d. Meningkatkan kepercayaan diri konseli untuk melakukan sesuatu tindakan yang awalnya
tidak berani ia lakukan.

e. Membiarkan adegan muncul di sudut pandang lain (frame) sehingga seseorang merasa
lega atau mampu mengatasi situasi lebih baik.
f. Reframing dapat digunakan pada peristiwa atau kejadian yang kita alami sehari-hari yang
terkadang menurut kita tidak memberdayakan agar lebih mampu menjadikan kita berdaya dan
tentunya dengan cara yang lebih menyenangkan

B. PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Pandangan tentang manusia menurut teknik ini bahwa manusia didominasi oleh prinsip-prinsip
yang menyatakan bahwa emosi dan pemikiran berinteraksi di dalam jiwa. Manusia memiliki
kecenderungan yang inheren untuk menjadi rasional dan irasional dan bahwa gangguan perilaku
dapat terjadi karena kesalahan dalam berpikir.

Lebih jelas lagi Patterson dalam George & Cristiani (1990), Cottone (1992) menyatakan bahwa
hakikat manusia adalah sebagai berikut:

a Manusia itu unik secara rasional dan irasional. Keunikan itu ditunjukkan dalam cara
berfikir dan berperilaku secara rasional, manusia itu akan efektif, bahagia, dan kompeten.

b Gangguan emosi dan psikologis adalah hasil berfikir yang irasional dan tidak logis.
Emosi menyertai pemikiran, emosi itu bias, penuh prasangka, sangat pribadi dan merupakan
pemikiran yang irasional

c Pemikiran yang irasional merupakan hasil dari belajar yang tidak logis yang biasanya
berasal dari orangtua atau budaya.

d Manusia merupakan binatang verbal, dimana dalam berpikir menggunakan simbol atau
bahasa. Jika pikiran bekerja sama dengan emosi, pikiran yang negatif akan muncul emosi
seseorang itu terganggu.

e Gangguan emosional yang terus menerus akan menimbulkan verbalisasi di mana tidak
ditentukan oleh keadaan atau kejadian nyata di luar diri, tetapi lebih pada persepsi dan sikap
terhadap kejadian tersebut.

f Individu mempunyai sumber-sumber untuk mengaktualisasikan potensi dirinya dan dapat


mengubah pribadi dan hubungan sosialnya.

g Pikiran negatif mengenai kekalahan diri dan emosi harus dilawan dengan cara
mereorganisasi pikiran dan persepsi sehingga akan mengarahkan seseorang untuk berfikir secara
lebih logis dan rasional..
Ellis dalam Cottone (1992) menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk berfikir
secara irasional, kebiasaan untuk merusak diri, berpikir yang sia-sia, dan tidak toleransi terhadap
lingkungannya.

C. PERKEMBANGAN PERILAKU NORMAL

Individu memahami bahwa terdapat berbagai cara pandang untuk menyikapi masalah yang
dihadapinya. Pribadi sehat mempunyai ciri-ciri memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan
diri. Ciri orang yang mengaktualisasikan diri sebagai berikut:

a Mempunyai minat terhadap sesuatu

b Mempunyai minat sosial

c Mempunyai arah diri

d Toleransi terhadap orang lain yang berbeda perilaku

e Fleksibel terhadap perubahan dan tidka bersifat kaku

f Mampu menerima ketidakpastian

g Komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya

h Berfikir secara ilmiah

i Menerima diri tanpa syarat tertentu

j Mampu mengambil resiko

k Mempunyai hedonisme untuk jangka waktu yang lama

l Tidak bersifat utopian

m Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap frustasi

n Beranggungjawab terhadap gangguan mental

D. PERKEMBANGAN PERILAKU MENYIMPANG


Keyakinan, pemikiran, dan persepsi seseorang yang salah bisa menciptakan kesulitan
emosional dan juga emosi yang salah. Individu terperangkap oleh pandangan yang sempit dan
negatif tentang dunia mereka. Selanjutnya, Ellis (dalam George & Cristiani, 1990) menyatakan
bahwa pribadi yang menyimpang mengacu pada sebelas ide yang tidak rasional.

a Tuntutan untuk selalu dicintai dan didukung oleh orang-orang terdekat.

b Tuntutan kompetensi dan kemampuan secara sempurna di semua bidang.

c Tuntutan untuk menghukum dan menyalahkan orang lain.

d Tidak senang atas kejadian yang tidak diharapkan.

e Tuntutan penyebab eksternal.

f Perhatian pada hal-hal yang berbahaya

g Kari dan kesulitan dan tanggungjawab

h Keharusan untuk bergantung

i Kejadian saat ini ditentukan oleh perilaku dan tidak dapat diubah

j Terlalu hanyut/ peduli pada masalah orang lain.

k Tuntutan jawaban yang selalu benar dan persis atas suatu masalah.

E. TAHAP TEKNIK REFRAMING

Cormier (1985 : 418) menyebutkan ada enam tahapan strategi Reframing antara lain :

a Rasional

Rasional yang digunakan dalam strategi reframing bertujuan untuk menyakinkan konseli bahwa
persepsi atau retribusi masalah dapat menyebabkan tekanan emosi. Tujuannya adalah agar
konseli mengetahui alasan atau gambaran singkat mengenai strategi reframing dan untuk
menyakinkan konseli bahwa cara pandang terhadap suatu masalah dapat menyebabkan tekanan
emosi.

b Identifikasi persepsi dan perasaan konseli dalam situasi masalah


Dalam tahap ini, konselor membantu konseli untuk mengidentifikasi persepsi atau pikiran-
pikiran yang muncul dalam situasi yang menimbulkan kecemasan berbicara di depan umum.
Selain itu juga bertujuan untuk membantu konseli menjadi waspada pada apa yang mereka
hadapi dalam situasi masalah, karena konseli sering tidak memperhatikan detail-detail yang
mereka hadapi dan informasi tentang situasi yang mereka pikirkan.

c Menguraikan peran dari fitur-fitur persepsi terpilih

Setelah konseli menyadari kehadiran otomatis mereka. Mereka diminta untuk memerankan
situasi dan sengaja menghadapi fitur-fitur terpilih yang telah mereka proses secara otomatis.
Tujuannya adalah agar konseli dapat mengenali pikiran-pikiran dalam situasi yang mengandung
tekanan atau situasi yang menimbulkan kecemasan, yang dirasakan mengganggu diri konseli dan
mengganti pikiran-pikiran tersebut agar tidak menimbulkan kecemasan

d Identifikasi persepsi alternatif

Pada tahap ini konselor dapat membantu konseli mengubah fokus perhatiannya dengan
menyeleksi fitur-fitur lain dari masalah yang dihadapi. Tujuannya adalah agar konseli mampu
menyeleksi gambaran-gambaran lain dari perilaku yang dihadapi

e Modifikasi dan persepsi dalam situasi masalah

Konselor dapat membimbing konseli dengan mengarahkan konseli pada titik perhatian lain dari
situasi masalah. Tujuannya adalah agar konseli dapat menciptakan respon dan pengamatan baru
yang didesain untuk memecahkan perumusan model lama dan meletakkan draf untuk perumusan
baru yang lebih efektif. Beralih dari pikiran-pikiran konseli dalam situasi yang mengandung
tekanan atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dirasakan mengganggu konseli ke
pikiran yang tidak menimbulkan kecemasan.

f Pekerjaan rumah dan penyelesaiannya

Konselor dapat menyarankan yang diikuti konseli selama situasi ini format yang sama
dengan yang digunakan dalam terapi. Konseli diinstruksi menjadi lebih waspada akan fitur-fitur
terkode yang penting atau situasi profokatif dan penuh tekanan, untuk menggabungkan perasaan
yang tidak nyaman, untuk melakukan uraian peranan atau kegiatan praktik dan mencoba
membuat pergantian perceptual selama situasi-situasi ini ke fitur-fitur lain dari situasi yang dulu
diabaikan. Tujuannya adalah agar konseli mengetahui perkembangan dan kemajuan selama
strategi ini berlangsung serta bisa menggunakan pikiran-pikiran dalam situasi yang tidak
mengandung tekanan dalam situasi masalah yang nyata.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan
strategi reframing adalah meliputi: 1) rasional yang memperkenalkan strategi reframing kepada
konseli dan menjelaskan maksud dari penggunaannya, 2) identifikasi persepsi dan perasaan
konseli dalam situasi masalah yang membantu konseli untuk mengidentifikasi persepsi atau
pikiran-pikiran yang muncul dalam situasi yang menimbulkan kecemasan, 3) menguraikan peran
dari fitur-fitur persepsi terpilih yang mengharapkan konseli dapat memerankan kondisi
kecemasan yang telah diidentifikasi pada tahap dua, 4) identifikasi persepsi alternatif yang
meminta konseli untuk memilih persepsi alternatif atau sudut pandang baru sebagai pengganti
dari persepsi sebelumnya yang dilakukan pada tahap dua dan tiga, 5) modifikasi dan persepsi
dalam situasi masalah yang meminta konseli untuk berlatih dalam mengalihkan persepsi lama
(yang menimbulkan situasi tekanan dan kecemasan) ke persepsi baru (yang lebih nyaman dan
tidak menimbulkan kecemasan), 6) pekerjaan rumah dan tindak lanjut yang mengharuskan
konseli untuk berlatih dalam melakukan pengubahan secara cepat dari persepsi lama ke persepsi
atau sudut pandang yang baru dan menerapkannya dalam kondisi yang nyata atau sebenarnya.

F. Elemen Keberhasilan

Ada dua elemen inti keberhasilan penerapan dari reframe (pembingkaian) dalam psikoterapi
(Leong, 2008), yaitu:

1. Presenting the problem in a positive context. This is known as a positive


connotation. (Menyajikan masalah dalam konteks positif. Disebut juga konotasi positif).

2. Reframing is moving from an individual to a systemic framework (pembingkaian kembali


yang bergerak dari individu ke sebuah kerangka sistemik). Kerangka sitemik adalah dimana satu
pernyataan menangkap dinamika dari kedua mitra dalam suatu hubungan yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

Bandler, Richard And John Grinder. 1982. Reframing : Neuro-Linguistic Programming


and The Transformation of Meaning. Utah: Real People Press.

Cormier, William. Cormier, Sherlyn. 1985. Interviewing Strategies for Helpers:


fundamental skills and cognitive behavioral interventions. California: Brooks/ Cole Publishing
Company
Cottone, Rocco. 1992. Theories and Paradigms of Counseling and Pshycotherapy.
Boston: Allyn and Bacon

Komalasari, Gantina. Dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling.Jakarta: PT. Indeks

Leong, T.L Fredderick. 2008. Encyclopedia Of Counseling. Online Books: SAGE


Knowledge

George, Rickey., Cristiani, Theresse.1990.Counseling Theory and Practice (


ed). Boston: Allyn and Bacon

Wiwoho. 2011. Reframing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai