NIM : 1703120020
1. Pencegahan(Preventif)
Bimbingan konseling islam senantiasa berupaya untuk membantu seseorang dalam
mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi dam berusaha untuk mencegahnya.
Dengan fungsi ini, Konselor Islam diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada
konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan yang bisa membahayakan diri
konseli, tentunya berdasarkan Syariat islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
2. Pengembangan
Yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya
menjadi sebab munculnya masalah baginya, tentunya berdasarkan syariat Islam yang
sudah ditetapkan. Konselor islam berupaya untuk menciptakan keadaan yang kondusif,
untuk belajar maupun kehidupan tempat tinggal bagi kehidupan suatu keluarga, layanan
yang dapat diberikan antara lain; layanan informasi yang berkaitan dengan profesi
konseli dan lain-lain.
3. Penyaluran
Konselor islam berupaya memberikan bantuan layanan dalam rangka memaksimalkan
potensi-potensi yang dimiliki oleh konseli, sehingga dapat diaktualisasikan termasuk
memanfaatkan waktu luang, dengan beribadah seperti baca Al-Qur’an, sholat sunnah
ataupun kegiatan yang bermakna lainnya.
4. Perbaikan
Upaya untuk memberikan bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik
menyangkut aspek pribadi, sosial karier, maupun agama. Konselor islam melihat
bagaimana kualitas ibadah konseli, jika dalam artian bagus maka perlu dipertahankan,
jikalau sebaliknya maka diperlukan perbaikan.
2. Jelaskan Asas-asas Pelaksanaan BKI
1. Asas kebahagiaan Dunia dan akhirat
BKI mempunyai tujuan akhir yaitu, membantu konseli untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Karena dalam islam kebahagiaan dunia hanya bersifat
sementara, sedangkan kebahagiaan akhirat itu kekal abadi. Dengan kita senantiasa
Taat kepada Allah, maka kebahagiaan akhirat pasti akan kita dapatkan dalam artian
kita tidak berbuat syirik sedikitpun.
2. Asas Fitrah
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci, yaitu fitrah islam. Sejak kita lahir,
sebenarnya kita itu sudah menjadi seorang muslim, walaupun lahir dari orang tua
non-muslim. Namun ketika kita beranjak dewasa, pengaruh dari orang tua lah yang
membuat kita jadi orang non-muslim. Dengan BKI membantu konseli mengenal
kembali fitrahnya tersebut manakala si konseli pernah tersesat, serta membantu
mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
3. Asas Lillahita’ala
BKI ini diselenggarakan semata-mata karena Allah shubhanahuwata’ala. Dalam
artian konselor melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan dalam membantu
konseli, tanpa pamrih. Disini kita bukan tidak boleh meminta bayaran, namun kita
tidak niatkan hal itu, melainkan niat membantu seseorang dan itu akan bernilai pahala
bagi kita, masalah bayaran itu di akhir.
4. Asas kesatuan jasmaniah dan rohaniah
Bimbingan konseling islame memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-
rohaniah, tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk
rohaniah semata. Bimbingan konseling islami membantu individu untuk hidup dalam
keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.
5. Asas keseimbangan Rohaniah
Rohani manusia memiliki daya kemampuan fakir, merasakan atau menghayati dan
kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain dari
kemampuan fundamental potensial. Klien diajak untuk mengetahui apa-apa yang
perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa-apa yang perlu difikirkannya,
sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja, tetapi tidak juga
menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu dipahami dan
dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh
keyakinan tersebut. Klien diajak untuk menginternalisasikan norma dengan
mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya tersebut, bukan hanya
mengikuti hawa nafsu semata.
6. Asas kekhalifahan manusia
Manusia menurut islam diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab
yang besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta. Dengan kata lain, manusia
dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya.
Sebagai khalifah manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem, sebab
masalah-masalah kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem
tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.
7. Asas Bimbingan seumur hidup
Manusia hidup betapapun tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia. Dalam
kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan
kesusahan. Oleh karena itu, maka Bimbingan Konseling Islam diperlukan selama
hayat di kandung badan.
3. Jelaskan Unsur-unsur BKI
1. Masalah
Menurut sudarsono dalam kamus konseling, masalah adalah suatu keadaan yang
mengakibatkan seseorang atau kelompok menjadi rugi atau sakit dalam
melakukan sesuatu. H.M. Arifin menerangkan beberapa yang dihadapi seseorang
atau masyarakat yang memerlukan bimbingan dan konseling islam ,
yaitu:
1) Masalah perkawinan
2) Problem karena ketegangan jiwa atau syaraf
3) Problem karena masalah alkoholismedirasa problem tapi tidak dinyatakan
dengan jelas secara khusus memerlukan bantuan.
Dengan demikian dapatlah dipahami tentang apa yang dimaksud dengan masalah
yaitu identik dengan suatu kesulitan yang dihadapi oleh individu, yaitu sesuatu
yang menghambat, merintangi jalan yang menuju tujuan atau sesuatu.
Seminar kedua pun di gelar di tempat yang sama seperti halnya Seminar I di UII
Yogyakarta tepatnya pada tanggal 15 – 17 Oktober 1987, yang mana dalam kegiatan
ini memperoleh beberapa catatan penting, bahwa layanan BKI bukan hanya bertumpu
pada berupaya untuk membentuk mental yang sehat dan kedupan yang sejahtera
namun lebih dari hal itu, BKI berusaha menuntun mereka pada kehidupan yang
sakinah, batin yang merasa tenang dan tentram sebab kedekatannya dengan Rabb-
nya.
Dalam seminar kedua pun telah melahikan beberapa rumusan yakni; tentang di
bedakannya antara pengertian Bimbingan dan Konseling Islami, tujuan, ruang
lingkup, kode etik, beberapa prinsip dasar (asas) yang menjadi landasan filosofis dan
operasional BKI.
Seorang Konselor islami yang professional dan terampil harus pula mempunyai
dua hal; pertama, pengetahuan tentang bimbingan dan konseling secara umum, kedua,
pengetahuan agama Islam secara mendalam.
3. Dari Simposium Psikologi Islami
Setelah beberapa tahun terhenti di karenakan sekjen PPII mendapatkan musibah
terowongan Mina maka munculah upaya baru dengan terselenggaranya kegiatan
Simposium Psikologi Islami yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah
Surakarta pada tanggal 11 – 13 Maret 1994. Kertas kerja dalam kegiatan ini kemudian
di bukukan oleh M. Thoyibi dan M. Ngemron dengan judul “Psikologi Islaam”, yang
diterbitkan oleh Muhmmadiyah University Press tahun 1994.
PUSTAKA