Anda di halaman 1dari 34

Resume tiap makalah

 Kelompok I

Definisi Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan Konseling Islam sebagaimana dimaksudkan di atas adalah terpusat pada

tiga dimensi dalam Islam, yaitu ketundukan, keselamatan dan kedamaian. Batasan lebih

spesifik, Bimbingan Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya secara berbeda dalam

istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam maksud dan tujuan, bahkan satu

dengan yang lain saling melengkapinya. Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat

diambil suatu kesan bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam adalah suatu

proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau

sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami

dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara

harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya

kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah. Bimbingan dan konseling islam adalah proses

pemberian bantuan terarah kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi

fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist.

Tujuan dari Dilaksanakannya Bimbingan Konseling Islam

Thohari Musnamar membagi tujuan bimbingan dan konseling Islami menjadi tujuan

umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum dari bimbingan dan konseling Islami adalah

membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tujuan khusus bimbingan dan konseling Islami

adalah ;

1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2. Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi


3. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik

atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan

menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Bimbingan dan Konseling Islami memiliki Tujuan jangka panjang dan jangka pendek

yang hendak dicapai, yakni :

1. Tujuan Jangka Panjang

Agar fitrah yang dikaruniakan Allah kapada indivdu bisa berkembang dan

berfungsi baik, sehingga menjadi pribadi kaffah[8], dan secara bertahap mampu

mengaktualisasikan apa yang diimaninya itu dalam kehidupan sehari – hari, yang

tampil dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah dalam

melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi, dan ketaatan dalam beribadah dengan

mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

2. Tujuan Jangka Pendek

Terbinanya iman (fitrah) individu hingga membuahkan amal saleh yang

dilandasi dengan keyakinan yang benar bahwa:

a) Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang harus selalu tunduk dan patuh

pada segala aturan-Nya.

b) Selalu ada kebaikan (hikmah) di balik ketentuan (taqdir) Allah yang berlaku

atas dirinya

c) Manusia adalah hamba Allah, yang harus ber-ibadah kepada-Nya sepanjang

hayat.

d) Ada fitrah (iman) yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia, jika fitrah

iman dikembangkan dengan baik, akan menjadi pendorong, pengendali, dan

sekaligus pemberi arah bagi fitrah jasmani, rohani, dan nafs akan
membuahkan amal saleh yang menjamin kehidupannya selamat di dunia dan

akhirat.

e) Esensi iman bukan sekedar ucapan dengan mulut, tetapi lebih dari itu adalah

membenarkan dengan hati, dan mewujudkan dalam amal perbuatan.

f) Hanya dengan melaksanakan syari’t agama secara benar, potensi yang

dikaruniakan Allah kepadanya bisa berkembang optimal dan selamat dalam

kehidupan di dunia dan akhirat (Sutoyo: 2007)

Fungsi dari bimbingan konseling islam

Fungsi bimbingan dan konseling islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun

keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi

bimbingan dan konseling islam dikelompokkan menjadi empat:

1. Fungsi Preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya

masalah bagi dirinya.

2. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan masalah yang

sednag dihadapi atau dialaminya

3. Fungsi preservative, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi

yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi baik

(terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali)

4. Fungsi developmental atau pengembnagan yakni membantu individu memelihara

dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau

menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya

masalah baginya.
 Kelompok II

Landasan BK Islami

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor


yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan,
untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama.
Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi
atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan
konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien).
Landasan utama bimbingan dan konseling Islami adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul,
karena Al-Qur’an dan Sunnah Rasul merupakan sumber dari segala sumber pedoman
kehidupan umat Islam. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Shallahu ‘alai wa
Sallam: Artinya: Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara (pusaka), kalian tidak pernah
akan sesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah
Rasul-Nya (Ashbahan : Kitab Thabaqat Asmaul Muhadditsin, Dari Anas bin Malik). Jadi
landasan utama bimbingan dan konseling Islami adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Firman Allah
SWT dalam surat At-Tin ayat 4, yang artinya : Sesungguhnya kami Telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Menurut Tafsir Al-Maraghi sesungguhnya
manusia diciptakan dalam bentuk yang paling baik. Kami ciptakan ia dengan tinggi yang
memadai, dan memakan-makanannya dengan tangan, tidak seperti makhluk lain yang
mengambil dan memakan makanannya dengan mulutnya. Lebih dari itu kami istimewakan
manusia dengan akalnya, agar bisa berpikir dan menimba berbagai ilmu pengetahuan serta
bisa mewujudkan segala inspirasinya.

Al-quran dapat menjadi sumber bimbingan dan konseling islami, nasehat dan obat
bagi manusia. Firman Allah surat Al-Isra’ ayat 82, yang artinya: Dan kami turunkan dari Al
Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran
itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Landasan-landasan Konseling Islam

1. landasan filosofis,
2. landasan religius,
3. landasan psikologis,
4. landasan sosial budaya,
5. landasan ilmiah dan teknologi, dan;
6. landasan pedagogis.

 Kelompok III

Subjek bimbingan konseling islami


Menurut Tarmizi (2018:12) subyek penelitian dapat disebut sebagai istilah untuk
menjawab siapa sebenarnya yang akan diteliti dalam sebuah penelitian atau dengan kata lain
subyek penelitian disini adalah orang yang memberikan informasi atau data. Orang yang
memberikan informasi ini disebut sebagai informan. Adapun subyek penelitian dalam
penelitian ini adalah : Kepala Sekolah, Guru bimbingan konseling, Siswa dan orang-orang
yang terkait dengan kebijakan sekolah.
Adapun subyek Bimbingan Konseling Islam di sini adalah orang yang melaksanakan
kegiatan Bimbingan Konseling yaitu konselor. Konselor adalah orang yang bersedia dengan
sepenuh hati membantu konseli dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada
keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Latipun menyatakan bahwa konselor adalah
orang yang amat bermakna bagi konseli, konselor menerima apa adanya dan bersedia
sepenuh hati membantu konseli mengatsi masalahnya disaat yang amat kritis sekalipun dalam
upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka
pendek dan utamanya jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah. Konselor adalah
seseorang yang memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan
yang tidak bisa diatasi tanpa bantuan orang lain.

Objek bimbingan konseling islami

Menurut Tarmizi (2018:12) Obyek penelitian adalah istilah-istilah untuk menjawab

apa yang sebenarnya akan diteliti dalam sebuah penelitian atau data yang akan dicari dalam

penelitian. Adapun yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah praktik layanan konseling

Islami di Madrasah Aliyah yang terdapat di Kota Medan. Obyek bimbingan konseling Islami

adalah orang yang menerima atau sasaran dari kegiatan Bimbingan Konseling dalam hal ini

disebut dengan konseli atau konseli. Konseli adalah orang yang sedang menghadapi masalah

karena dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikanmasalahnya. Menurut Imam Sayuti
didalam bukunya “pokok-pokok bahasan tentang bimbingan dan penyuluhan agama sebagai

teknik dakwah”, konseli atau subyek bimbingan konseling islam adalah individu yang

mempunyai masalah yang memperlukan bantuan bimbingan dan konseling. Adapun

syaratsyarat konseli adalah sebagai berikut:

a) Konseli harus mempunyai motivasi yang kuat untuk mencari penjelasan atau masalah
yang dihadapi, disadari sepenuhnya dan mau dibicarakan dengan konselor.
Persyaratan ini merupakan persyaratan dalam arti menentukan keberhasilan atau
kegagalan terapi.
b) Keinsyafan akan tanggungjawab yang dipikul oleh konseli dalam mencari
penyelesaian terhadap masalah dan melaksanakan apa yang diputuskan pada akhir
konseling. Syarat ini cenderung untuk menjadi persyaratan, namun keinsyafan itu
masih dapat di timbulkan selama proses konseling berlaku.
c) Keberanian dan kemampuan untuk mengungkapkan pikiranperasaannya serta
masalah-masalah yang dihadapi. Persyaratan ini berkaitan dengan kemampuan
intelektual dan kemampuan untuk berefleksi atas dirinya.
d) Sekalipun konseli adalah individu yang memperoleh bantuan, dia bukan obyek atau
individu yang pasif atau yang tidak memiliki kekuatan apa-apa.Dalam konteks
konseling, konseli adalah subyek yang memiliki kekuatan, motivasi, memiliki
kemauan untuk berubah dan perilaku bagi perubahan dirinya.

 Kelompok IV

konseling keluarga menurut bimbingan dan konseling islami

konseling keluarga adalah untuk memenuhi kebutuhan rohaniyah seperti kebutuhan


akan rasa aman, kasih sayang juga untuk menjaga kelestarian umat manusia. Selain itu juga
untuk membantu individu agar kehidupan keluarga, dan mengusahakan terjadi perubahan
perilaku yang positif pada diri individu yang akan memberi dampak positif pula terhadap
anggota keluarga lainnya tentunya sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah.

Untuk membentuk keluarga yang bahagia (sakinah) yang tumbuh di dalamnya rasa
cinta mencintai (mawaaddah) dan kasih sayang (rahmah), tentulah mempunyai beberapa pra
sarat, pra sarat ini tertuang pada salah satu hadis rasul yang berbunyi:
“apabila allah menghendaki suatu keluarga menjadi keluarga yang baik (bahagia),
dijadikannya keluarga itu memiliki penghayatan ajaran agama yang benar, anggota keluarga
yang muda menghormati yang tua, berkecukupan rezeki dalam kehidupannya, hemat dalam
membelanjakan nafkahnya, dan menyadari cacat-cacat mereka dan kemudian melakukan
taubat. Jika allah swt menghendaki sebaliknya, maka ditinggalkannya mereka dalam
kesesatan. (h.r. Dailamy dar anas).

konseling sosial menurut bimbingan dan konseling islami

Konseling sosial islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk
mewujudkan kehidupan yang sejahtera dalam kehidupan kemasyarakatan agar individu
mampu berbaur dengan lingkungan sosialnya. Sebab kita sebagai umat manusia saling
membutuhkan juga harus saling tolong menolong dan tidak dapat hidup sendiri. Namun itu
semua dilakukan harus sesuai dengan syariat islam dan aturan agama islam.

Isyarat al-qur’an perlunya berkomunikasi dan bersosialisasi terlihat pada surat al-
hujarat: 103, yang artinya: “Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudia kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi
allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, allah maha mengetahui lagi maha meneliti”

Dengan demikian bimbingan sosial islami atau bimbingan prikehidupan kemasyarakatan


yang islami merupakan proses untuk membantu seseorang agar:

a. Memahami bagaimana ketentuan dan petujuk allah tentang hidup bermasyarakat

b. Menghayati ketentuan dan petunjuk tersebut

c. Mau dan mampu menjalankan petunjuk itu

Dengan demikian, konseling sosial islam adalah proses pemberian bantuan individu
agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk allah yang seharusnya dalam
kehidupan kemasyarakatan senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk allah, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

konseling pendidikan islami menurut bimbingan dan konseling islam

Bimbingan dan konseling pendidikan Islami dilakukan dalam dua sifat, yaitu yang
sifatnya preventif (pencegahan) dan yang bersifat kuratif (pemecahan masalah yang sudah
terjadi). Tindakan yang bersifat preventif dilakukan melalui bimbingan pendidikan Islami.
Sedangkan tindakan yang bersifat kuratif dilakukan melalui konseling pendidikan Islami,
lebih jauh dari itu agar perbuatan yang baik itu tetap dipertahankan atau ditingkatkan lagi
pada masa yang akan datang (development).

Tujuan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islami

1. Membantu individu untuk mencagah timbulnya berbagai masalah yang berkaitan


dengan pendidikannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

 Membantu individu untuk memahami hakikat belajar atau pendidikan menurut Islam
 Membantu individu untuk memahami tujuan dan hakikat belajar menurut Islam
 Membantu individu untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar
 Membantu individu untuk mengetahui strategi belajar supaya berhasil
 Membantu individu untuk melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan ajaran
Islam

2. Membantu individu untuk mengatasi atau memecahkan berbagai masalah yang berkaitan
dengan belajar atau pendidikan. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan cara:

 Membantu individu agar mampu memahami masalah belajar yang sedang


dihadapinya
 Membantu individu agar dapat memahami kondisi diri dan lingkungannya
 Membantu individu agar dapat memahami dan melakukan cara mengatasi masalah
yang sesuai dengan ajaran Islam
 Membantu individu agar dapat memutuskan pilihan terhadap cara mengatasi masalah
yang dihadapinya sesuai dengan ajaran Islam.
 Membantu individu agar dapat memelihara situasi dan kondisi belajar supaya tetap
baik (Munasmar, 1992: 93).

3) Masalah Pendidikan

 Individu kurang terampil mengerjakan sesuatu yang seharusnya dapat dikerjakannya


dengan baik.
 Gagal memahami dan menguasai materi pelajaran tertentu walaupun sudah berusaha
sekuat tenaganya.
 Individu merasa malas mempelajari materi pelajaran tertentu.
 Individu merasa sulit untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah akibat banyaknya
pekerjaan rumah yang juga harus diselesaikan.
 Gagal menguasai materi pelajaran sesuai dengan target yang ditetapkan (Munasmar,
1992: 91).

4) Subjek Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islami

1. Peserta didik

2. Peserta pendidikan non-formal

3. Orangtua anak didik yang menghadapi masalah yang terkait dengan pendidikan
anaknya.

5) Pembimbing dalam Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islami

Tenaga pembimbing atau konselor dalam bimbingan dan konseling pendidikan Islami
adalah orang-orang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Dapat menguasai bimbingan dan konseling pendidikan Islami, baik secara teoritis
maupun secara praktis.
 Mempunyai wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas dalam bidang pendidikan
Islami.
 Dapat memahami ajaran-ajaran Islam terutama yang terkait dengan pendidikan.

6) Objek Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islami

Secara ringkas, objek garapan bimbingan dan konseling Islami dapat dirumuskan sebagai
berikut:

1. Efisiensi dan efektifitas kegiatas belajar yang baik dan berhasil

2. Pemilihan jurusan dan bidang yang sesuai dengan bakat dan minat seseorang.

3. Kelanjutan studi pada jenjang berikutnya.

4. Pemanfaatan waktu luang di luar jam belajar secara maksimal.


konseling terhadap perilaku menyimpang menurut bimbingan dan konseling islami

Bimbingan konseling islam sangat penting bagi perilaku menyimpang untuk


membantu masalah-masalah yang berkenaan dengan perilaku menyimpang.

a. Bertaubat
Mubarok (2002: 146) menjelaskan cara-cara bertaubat yang baik sebagai berikut:
1. Secara teoritis seseorang harus tau dan menghayati makna taubat, yakni apa yang
disebut dengan taubat nasuha. Unsur taubat nasuha ialah:
a) Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan
b) Berjanji untuk benar-benar tidak mengulanginya lagi
c) Memperbanyak amal ibadah untuk mengimbangi dosa yang dilakukan.
2. Secara sosiologis orang yang bertaubat harus menempuh langkah-langkah sebaga
berikut:
a) Pindah lingkungan pergaulan, yakni lingkungan yang kondusif untuk memulai
lembaran baru, dan jangan sampai kontak dengan teman-teman lama.
b) Berjuang sekuat tenaga untuk jujur, meski terasa pahit.
c) Tidak boleh memakan dan minuman yang haram.
d) Harus tetap bekerja mencari nafkah, sekurang-kurangnya untuk keperluan diri
sendiri.
e) Usahakan selalu menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan, meski
dalam jumlah yang relatif kecil dan hal yang sederhana.
f) Mulai kembali belajar dan membaca buku-buku ilmu pengetahuan dan agama.
b. Konselor bagi Orang yang Berperilaku Menyimpang
1. Memiliki kemampuan pengendalian diri yang kuat, misalnya ilmu bela diri.
2. Memiliki kewibawaan yang bersumber dari kepribadiannya yang tinggi.
3. Mampu menjadi pendengar yang baik atas semua keluhanklien yang
berprilaku menyimpang.
4. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang dunia kriminal.
5. Pema’af dan lemah lembut (Mubarok, 2002: 147).
 Kelompok V
Hakikat Manusia

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna bahwa
penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak yang ditentukan, baik
mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia tidak mempunya peranan apapun
dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia
itumerupakan peringatan bagi manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau
memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan lain- lain. Oleh karenanya manusia harus
menyadari atas ketentuan-ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang
mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya:
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya didunia ini untuk mengadakan sesuatu,
artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.

2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya manusia ada
untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul segala
bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam kehidupanya.

3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan
manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan melalui
kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.

4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada kesadaran
untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya. Misalnya dalam
salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya pada ilahi.

5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia adalah


makhluk mulia.

Potensi Dan Sifat-Sifat Manusia Dalam Perspektif Islam

1. Potensi Manusia
Dengan membaca ayat-ayat al-quran yang menjelaskan tentang penciptaan manusia, dapat
diperoleh gambaran tentang potensi-potensi yang di berikan Allah kepada manusia untuk
mengarungi kehidupan. Berdasarkan pandangan achmad mubarok (2000:135):‟‟ Surat al-
sajdah (32):7-9 tersebut, (juga surat al-hijr (15): (29) dan surat Shad/38:72) secara jelas
mengisyaratkan potensi manusia berupa hubungan jasad dengan bekerjanya fungsi-fungsi
nafs. Roh kehidupan manusia baru ada ketika organ-organ kelengkapan jasadnya telah
sempurna, dan fungsi-fungsi pendengaran, penglihatan, dan hati baru bekerja berangsur-
angsur setelah organ-organ jasadnya berfungsi secara sempurna. Jadi potensi dan sifat-sifat
manusia dalam perspektif islam diberikan untuk manusia supaya tidak tersesat di dunia sehingga
tidak lupa tujuan akhirat. Tapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri potensi yang telah Allah
berikan dan tidak memfungsikan sebagaimana mestinya sehingga potensinya berkembang ke arah
yang membuat lupa akan hakikat keberadaannya di dunia.

2. Sifat-sifat Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an


a. Sifat-sifat orang yang jauh dari hidayah Allah.
b. Sifat-sifat manusia yang tercela
c. Sifat-sifat orang munafik
d. Sifat-sifat hamba Allah yang mendapatkan kemuliaan.
e. Sifat-sifat orang mu‟min

Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat manusia itu diwarnai oleh seberapa tunduk
seseorang pada aturan Allah, semakin ia tunduk dan menjalankan semua perintah Allah semakin
mulia sifat-sifatnya. Dengan demikian jelas bahwa sifat-sifat yang melekat pada diri seorang
manusia dibangun oleh dirinya sendiri, karena kelalaian manusia akan ayat-ayat Allah dan karena
lemahnya iman seseorang manusia, akan mengakibatkan dia mempunyai sifat buruk dan tercela.

Problematika Manusia

Problematika manusia dalam konseling ditujukan dengan berbagai gejala penyimpangan


yang merentang dari kategori ringan sampai berat. Dalam hal ini Sofyan S. Willis (2004)
mengemukakan tentang tingkatan masalah sebagai berikut :
a. Masalah ringan seperti malas dalam beribadah, malas dalam bekerja, membolos sekolah,
kesulitan belajar Dan lain sebagainya.

b. Masalah sedang seperti gangguan emosional seperti; berkelahi antar tetangga, berkelahi antar
sekolah, kesulitan belajar karena ada gangguan di keluarga dan lain sebagainya.

c. Masalah berat seperti gangguan emosional berat, seperti kecanduan alkohol, tindakan
kriminalitas, percobaan bunuh diri dan lain sebagainya.
Di dalam al-Qur‟an, banyak ayat yang mencela manusia. Dalam hal ini berarti manusia
benar-benar telah berada dalam problematika atau bermasalah. Ayat-ayat tersebut diantaranya
adalah:
“Sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunug-gunung;
tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan
melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu
sangat zalim dan sangat bodoh”. (QS. Al-Ahzab (33). 72). “Sungguh, manusia itu sangat
kufur nikmat” (QS. Al-Hajj (22). 66). “Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas, karena melihat dirinya serba cukup” (QS. Al-‟alaq (96). 6-7). “Adalah
manusia bersifat tergesa-gesa (QS. Al-Isra‟ (17). 11). “Apabila manusia ditimpa bahaya, dia
berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami
hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak
pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya (QS.
Yunus (10). 12). “Adalah manusia itu sangat kikir (Al-Isra‟ (17). 100). “Manusia adalah
makhluk yang paling pandai membantah” (QS. Al-Kahfi (18). 54). “Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat suka mengeluh, apabila ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila
mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir” (QS. Al-Ma‟arij (70). 19-21).
Dari ayat-ayat diatas nampak jelas, bahwa perangai manusia digambarkan oleh al-
Qur‟an adakalanya baik dan adakalanya tidak baik, kadang dipuji dan kadang dicaci.
Manusia memiliki kesempurnaan yang potensial dan mereka harus mengarahkan diri mereka
kepada “kesempurnaan positif”, dan tidak sebaliknya. Modal untuk malaksanakannya telah
diberikan oleh Dzat yang menciptakannya, yaitu, fitrah, nafsu,hati/qold, ruh dan akal.

Sebab-Sebab Problematika Manusia Menurut Islam


1. Fitrah
2. Nafs
3. Ruh
4. akal
Problematika Tidak Sehat Menurut Al-Qur‟an dan Konseling

Berdasarkan konsep konseling, pribadi tidak sehat adalah pribadi yang tidak mampu
mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Ayat-
ayat Al Qur‟an di samping menerangkan tentang pribadi yang tidak mampu mengatur diri
dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, juga menerangkan
pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah Swt.
1. Tidak Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri

2. Tidak Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Orang Lain

3. Tidak Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Lingkungan.

4. Tidak Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Allah Swt.

 Kelompok VI

Fungsi BK Islami

Tujuan konseling Islami adalah menjadikan manusia kemabali kepada fungsi


penciptaanya yakni Khalifah fil Ardh yang memiliki keimanan yang kuat, ilmu yang
bermanfaat, dan mampu mengamalkan perintah Allah sesuai dengan Syariat. Selain itu juga,
konseling Islami menuntu terwujuan keseimbangan dan keselarasan dalam mengarungi
kehidupan di Dunia dan memberkali diri dalam menggapai kebahgiaan hidup di Akhirat.
Penekanan terhadap dua dimensi tersebut harus pula dibarengi dengan tercapainya kualitas
jiwa yang sehat lagi suci. Dalam mewujudkannya, maka proses konseling Islami setidaknya
dapat melakukan hal berikut: Pertama, menggugah dan membangkitkan spiritual konseling
melalui penanaman dan pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt
dalam menjalani manis pahitnya hidup yang penuh dengan nikmat dan cobaan. Kedua,
memberikan gambaran tentang perlunya memahami diri, agar setiap individu dapat
menghargai dirinya, serta tugas dan fungsinya masing-masing yang tidak dapat digantikan
perannya oleh orang lain. Ketiga, mendorong individu untuk semangat dalam mengambil
bagiannya dalam berkarir dan pekerjaan, agar dapat memberikan manfaat kepada mereka
yang membutuhkannya. Keempat. senantiasa mengigatkan untuk melakukan perbuatan yang
terpuji.

Disamping sisi materil manusia juga memiliki dimensi spirituil. Kebahagian hidup
tidak hanya dirasakan dengan terlengkapinya seluruh fasilitas kehidupan, kemewahan diri,
tingginya jabatan dan lain sebagainya. Bahkan bisa jadi, melimpahnya serta terpenuhinya
kebutuhan hidup malah menjadikan kebosanan dan kekakuan, karena semua keinginan
terlunasi. Banyak orang yang hidupnya pas-pasan justru merasa bahagia dan tenang dalam
menjalaninya. Paling tidak, kesadaran untuk memahami hakikat diri merupakan salah satu
tujuan pokok dari bimbingan konseling Islami yang harus dijadikan grand design program
yang semenjak dini mulai dikenalkan secara bertahap.

Jadi, tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh konseling Islami ialah membetuk
kesempurnaan manusia dalam merealisasikan kehidupannya untuk memperoleh ridho Allah
melalui kegiatan zikir, fikir dan amal shalih, sehingga dapat hidup bahagia dunia dan akhirat.
Zikir sebuah upaya untuk terus mengingat dan menyandarkan diri kepada satu-satunya Dzat
yakni Allah sebagai Sang Kholiq yang berkuasa di seluruh Alam yang memberikan
kebahagiaan hidup. Selanjutnya kegiatan berfikir, menunjukkan keistimewaan manusia
sebagai makhluk berakal untuk memahami ayat-ayat kauniyyah akan kebesaran nikmat yang
telah Allah berikan agar dapat dimanfaatkan secara baik sesuai syariah. Dan pada akhirnya,
amal sholih menunjukkan akan keberadaan manusi sebagai khalifah fil ardh yang dapat
memberikan manfaat bagi sesamanya.

Tujuan BK Islami

Konseling Islami mengandung fungsi yang bermakna: Pertama, konseling Islami,


adalah pemberian bantuan untuk mencegah timbulnya masalah (fungsi preventif). Kedua,
konseling Islami, adalah pemberian bantuan untuk menyelesaikan masalah (fungsi kuratif).
Ketiga, konseling Islami adalah bantuan untuk memunculkan pemahaman dan kesadaran diri
peserta didik (fungsi pemahaman). Keempat, adalah pemberian bantuan untuk pengembangan
kepribadian melalui potensi yang dimiliki peserta didik (fungsi developmental dan
empowering).
Konseling Islami, selain berperan dalam membina kesadaran psikis peserta didik
semata, juga membina kesadaran spiritualnya dalam rangka pengembangan kepribadian
menuju kepribadian insan kamil. Dalamnpengembangan kepribadian ini tentunya
mengandung nilai-nilai yang sesuai dengan moral Islam. Meskipun secara teori moral Islam
sudah diberikan dalam mata pelajaran agama Islam baik yang di sekolah maupun di
madrasah, namun dalam bimbingan konseling Islam ini lebih bernilai praktis. Demikian itu
karena peserta didik langsung dihadapkan pada suatu persoalan yang sedang dialaminya,
sehingga penyampaian nilai-nilai Islam terkait dengan persoalannya itu akan lebih dirasakan
dan mengena. Dalam kondisi itulah diharapkan munculnya kesadaran psikis religius dari
peserta didik.
Melihat peranan yang mendasar itu, Konseling Islami sangat efektif dalam sebuah
proses transformasi moral Islam kepada para peserta didik. Moral Islam ini akan
membentengi peserta didik supaya tidak terjerumus untuk melakukan tindakan-tindakan yang
tidak mengarah pada tujuan pendidikan, yaitu menuju individu yang memiliki mental
kepribadian sehat dan matang. Sehat matang, baik secara intelektual, emosional, sikap, dan
spiritual.
 Kelompok VII

Azas BK Islami

Secara lebih sederhana Saiful dalam bukunya Konseling Islami dan Kesehatan Mental
mengemukakan 5 asas dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling islam, yaitu:

a. Asas Ketauhidan

Layanan konseling islami harus dilaksanakan atas dasar prinsip Ketuhanan Yang
Maha Esa (prinsip tauhid), dan harus berangkat dari dasar ketauhidan menuju manusia yang
mentauhidkan Allah sesuai dengan hakikat islam sebagai agama tauhid. Seluruh prosesnya
harus pula berlangsung secara tauhidi sebagai awal dan akhir dari hidup manusia. Konseling
islami yang berupaya menghantar manusia untuk memahami dirinya dalam posisi vertical
(tauhid) dan horizontal (muamalah) akan gagal mendapat sarinya jika tidak berorientasi pada
keesaan Allah.

b. Asas Amaliah

Dalam proses konseling Islami, konselor dituntut untuk bersifat realistis, dengan
pengertian sebelum memberikan bantuan terlebih dahulu ia harus mencerminkan sosok figur
yang memiliki keterpaduan ilmu dan amal. Pemberian konselor kepada konseli secara
esensial merupakan pantulan nuraninya yang telah lebih dahulun terkondisi secara baik.

c. Asas Akhlaq al-Karimah

Asas ini sekaligus melingkupi tujuan dan proses konseling Islami. Dari sisi tujuan,
koseli diharapkan sampai pada tahap memiliki akhlak mulia. Sedangkan dari sisi proses
berlangsungnya hubungan antara konselor dan konseli didasarkan atas noram-noram yang
berlaku dan di hormati.
d. Asas Professional (Keahlian)

Karena konseling Islami merupakan bidang pekerjaan dalam lingkup masalah


keagamaan, maka Islam menuntut “keahlian” yang harus dimiliki oleh setiap konselor agar
pelaksanaannya tidak akan mengalami kegagalan. Keahlian dalam hal ini terutama berkenaan
dengan pemahaman permasalahan empirik, permasalahan psikis konseli yang harus dipahami
secara rasional ilmiah.

5. Asas kerahasiaan

Proses konseling harus menyentuh self (jati diri) konseli bersangkutan, dan yang
paling mengetahui keadaannya adalah dirinya sendiri. Sedangkan problem psikisnya
kerapkali dipandang sebagai suatu hal yang harus dirahasiakan. Sementara ia tidak dapat
menyeesaikannya secara mandiri, sehingga ia memerlukan bantuan orang yamg lebih
mampu. Dalam hal ini, ia menghadapi dua problem, yakni problem sebelum proses konseling
dan problem yang berkenaan dengan penyelesaiannya. Pandangan konseli yang menganggap
bahwa problem itu merupakan aib, dapat menjadi penghambat pemanfaatan layanan
konseling jika kerahasiaannya dirasakan tidak terjamin. Justru itulah Dewa Ketut Sukardi
menekankan, bahwa konseling itu harus diselenggarakan dalam keadaan pribadi dan hasilnya
dirahasiakan.

 Kelompok VIII

Prinsip-prinsip BK Islami

Prinsip dapat diartikan sebagai jati diri yang menunjukkan tentang ciri khas sesuatu.
Prinsip dapat pula dimaknai sebagai sifat yang melekat pada sesuatu yang menjadikannya
teguh dan berkarakter. Dalam konteks bimbingan konseling Islami, prinsip merupakan ciri
khas yang membedakan kajian konseling dengan kajian-kajian lainnya. Sebagai ilustrasinya
(konseling dan psikologi), konseling dapat diartikan sebagai seni membantu orang individu
untuk mencapai kemandirian dalam mengatasi dan memecahkan masalahnya. Sedangkan
psikologi adalah kajian mengenai gejala-gejala muncul perilaku.

Dalam pelayanan Bimbingan Konseling konvensional prinsip yang digunakan


bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat
manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian,
tujuan, fungsi, dan proses, penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Menurut Basri dalam
Lahmuddin menyebutkan bahwa prinsip-prinsip konseling menurut Islam adalah:

1. Konseling harus menyadari hakikat manusia, dimana bimbingan atau nasehat


merupakan sesuatu yang penting dalam islam.
2. Konselor sebagai contoh keperibadian, seharusnya dapat memberi kesan yang positif
kepada konseli.
3. Konseling Islam sangat mendukung konsep saling menolong dalam kebaikan.
4. Konselor haruslah mempunyai latar belakang agama (aqidah, syari’ah, fiqh dan
akhlaq) yang kuat
5. Konselor haruslah memahami konsep manusia menurut pandangan islam, sehingga ia
dapat menyadarkan dan mengembangkan personaliti yang seimbang pada kita.
6. Pembinaan kerohanian, hendaklah melalui ibadah dan latihan- latihan keagamaan

 Kelompok IX

Syarat konselor islami

Proses konselor berlangsung bila terjadi interaksi antara orang yang mengalami
masalah atau kesulitan dalam pengembangan potensinya (konseli) dan orang yang membantu
dan membimbing dalam memecahkan masalah atau mengatasi kesulitannya. Berdasrkan ini
yang disebut konselor itu adalah orang yang membantu dan membimbing seseorang yang
sedang bermasalah atau mengalami kesulitan sehingga ia mampu mengembangkan potensi
yang dimilikinya. Berdasarkan Alquran dan hadis, Syarat-Syarat yang harus dipenuhi oleh
pembimbing bimbingan dan konseling islami itu dapat:

1. Mempunyai kemampuan Profesional (Keahlian),

2. Mempunyai Sifat Kepribadian yang baik (Akhlaqul karimah),

3. Mempunyai kemampuan bermasyarakat (Berukhwah islamiah dan insaniah Islam, dan

4. Mempunyai ketakwaan (taat) menjalankan perintah Allah.

Pada saat ini, konselor sudah merupakan suatu profesi. Sebagai suatu profesi,
konselor harus memenuhi persyaratan keahlian sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
ketentuan profesi. Itu berarti bahwa tidak semua orang yang mampu memberikan bantuan
dan bimbingan dapat disebut konselor. Setiap konselor sudah mampu membimbing dan
membantu orang yang mengalami masalah. Akan tetapi tidak semua orang yang
membimbing dapat disebut konselor. Yang dimaksud dengan konselor dalam tulisan ini
bukanlah konselor yang sudah menjadi profesi. Pengertian konselor lebih ditekankan pada
orang yang memberikan bantuan dan bimbingan dalam melaksanakan ajaran Islam. Hal ini
dimungkinkan karena dalam Alquran dan hadis terdapat petunjuk-petunjuk tentang
pelaksanaan konseling.
Lapangan penelitian yang mengungkap konsep konseling ini adalah Alquran, hadis
dan pendapat para ulama. Konsep Alquran tentang konseling tentu saja bukan yang bersifat
profesi karena konseling sebagai profesi baru muncul pada era modern ini.

Tugas seorang konselor islami

Tugas seorang konselor pada dasarnya adalah usaha memberikan suatu bimbingan
kepada klien atau kepada orang ang membutuuhkan pertolongan untuk menyelesaikan dan
memecahkan suatu masalah, sekalipu sudah memiliki kode etik profesi yang menjadi
landasan acuan perlindungan konseli, bagi konselor muslim tidak ada salahnya apabila dalam
dirinya juga menambahi sifat-sifat atau karakter konselor yang dipandangnya perlu bagi
aktivitas konseling.

Tugas utama konselor dalam bimbingan dan konseling Islami adalah sebagai
“Pengingat”, sebagai orang yang mengingatkan individu yang dibimbing dengan ajaran
agama Islam. Pada dasarnya individu sudah dibekali Allah dengan fitrah iman, jika iman
tidak tumbuh, diduga individu tersebut lupa merawatnya, lupa memberi pupuk, atau diserang
penyakit, sehingga iman tidak dapat tumbuh dan tidak berfungsi dengan baik.

Allah telah mengutus Rasul-Nya dengan Al-Qu’ran sebagai pedoman hidup yang
sempurna, jika ada individu yang “kebingungan” dan “salah jalan” dalam menjalani
kehidupannya, diduga individu tersebut belum memahami petunjuk yang terdapat dalam Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai implementasi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Disinilah peran muslim yang mempunyai keahlian sebagai konselor untuk mengingatkannya.
Tanggungjawab konselor islami

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6, keberadaan konselor dalam sistem
pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur.
Pernyataan ini mengandung implikasi bahwa dalam sistem pendidikan nasional, konselor
mempunyai standar kualifikasi yang sejajar yang jelas sebagaimana profesi lain seperti
guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur. Sebagai suatu
profesi, konselor memiliki tanggung jawab yang merupakan hal yang penting dan prasyarat
dasar dalam menjalankan profesi sebagai konselor.

Tenaga inti (dan ahli) dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling ialah
konselor. Konselor inilah yang mengendalikan dan sekaligus melaksanakan berbagai layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam
melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu konselor menjadi “pelayan” bagi
pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya  bagi terpenuhinya kebutuhan
dan tercapainya tujuan-tujuan  perkembangan masing-masing peserta didik  sebagaimana
telah disebutkan di atas. Dalam kaitannya dengan tujuan yang luas itu, konselor tidak hanya
berhubungan dengan peserta didik atau siswa saja (sebagai sasaran utama layanan),
melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapat secara bersama-sama menunjang
pencapaian tujuan itu, yaitu sejawat (sesama konselor, guru, dan personal sekolah lainnya),
orang tua, dan masyarakat pada umumnya. Kepada mereka itulah konselor menjadi “pelayan”
dan tanggung jawab dalam arti yang penuh dengan kehormatan, dedikasi, dan
keprofesionalan.

Yang mana tanggung jawab konselor islami diantaranya yaitu sebagai berikut :

1. Membantu klien dalam menyelesaikan masalah klien


2. Membantu klien mencegah terjadinya masalah, agar tidak jatuh dalam lubang yang
sama
3. Menjadi contoh teladan yang baik bagi klien
4. Mengarahkan klien untuk berakhlakul karimah
 Kelompok X

hubungan dalam konseling

Menurut Burks dan Steffler dalam Mochamad Nursalim memberikan gambaran yang
cukup memadai, menyatakan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara
klien dengan konselor yang terlatih. Hubungan tersebut selalu bersifat antar pribadi,
meskipun kadang-kadang dapat melibatkan lebih dari dua orang. Definisi ini menegaskan
bahwa konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat profesional dan mempribadi
antara konselor dan klien dengan maksud mendorong perkembangan pribadi klien dan
membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.

Menurut Sarah Hawtin dalam buku Konseling dan Psikoterapi karangan Stephen
Palmer, hubungan antara konselor dan klien adalah pusat konseling berfokus pribadi. Dalam
teori Rogers menyatakan bahwa ada tiga kondisi inti harus ada dalam diri konselor yaitu
keselarasan atau kesejatian, perhatian positif tak bersyarat dan pengertian empatik yang
akurat. Sarah Hawtin menyatakan bahwa dalam hubungan konseling, kehadiran konselor juga
didiskusikan sebagai kualitas yang penting dan terkadang dikenal sebagai syarat keempat.

Adapun syarat keempat yang dimaksud adalah sifat alami kondisi inti yang utuh, yaitu
suatu kondisi yang kadang-kadang setiap kondisi inti mungkin menjadi lebih penting, namun
ketiadaan hubungan antar seseorang akan menyebabkan orang lain menghentikan keefektifan
proses konselingnya. Misalnya, dampak positif penamahan yang mendalam dan rasa hormat
yang tampak akan tidak ada jika keselarasan menyarankan ketidakjujuran. Meskipun ekspresi
praktis konseling berfokus pribadi tidak berubah dari klien ke klien dan dengan klien yang
sama sepanjang waktu, alasan inti selalu membentuk kondisi inti ketimbang mengarahkan
proses atau menerapkan teknik.

Sofyan S. Willis dalam bukunya Konseling Keluarga (family counseling)


mengemukakan bahwa keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh
keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling.

pentingnya hubungan dalam konseling

Hubungan konseling sangat menentukan terhadap keberhasilan proses konseling.


Hubungan konseling ditentukan oleh kepribadian, pengetahuan dan skill konselor. Ketiga
aspek ini menyatu dalam diri konselor sehingga dia mampu mengelola proses konseling
dengan menciptakan hubungan konseling yang dapat melibatkan klien untuk selalu
mengeluarkan isi hati, cita-cita, kebutuhan, tekanantekanan psikis, serta rencana hidup yang
ingin dia bangun. Maka tujuan konseling mudah-mudahan tercapai, yaitu kesejahteraan klien.

Jadi keberhasilan suatu proses layanan konseling sangat dipengaruhi oleh kualitas
hubungan antara konselor dengan klien. Baik buruknya kualitas hubungan konseling tidak
pernah lepas dari kepribadian konselor, menguasai teknik konseling serta memiliki wawasan
yang luas sangatlah penting bagi seorang konselor guna untuk mencapai tujuan dari sebuah
hubungan konseling.

hubungan dalam islam

1. Hubungan Kepada Allah dan Rasul-Nya

Akhlak baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji terhadap-Nya,
baik melalui ibadah langsung kepada Allah seperti shalat dan puasa, maupun melalui
perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan khaliq dengan makhluk.

Berakhlak yang baik kepada Allah melalui beriman, yaitu meyakini wujud dan
keesaan Allah serta meyakini apa yang difirmankan-Nya, iman merupakan fondasi bangunan
akhlak Islam. Taat, yaitu patuh kepada segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah tanpa mengharapkan sesuatu,
kecuali keridhaan-Nya. Khusyuk, yaitu melaksanakan perintah dengan sungguh-sungguh.
Husnudhan, yaitu berbaik sangka kepada Allah, apa saja yang diberikan-Nya merupakan
pilihan yang terbaik untuk manusia.

Tawakkal, yaitu menyerahkan diri kepada Allah dalam melaksanakan sesuatu


aktivitas. Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah
diberikan-Nya. Bertasbih, yaitu memperbanyak mengucapkan subhanallah (Maha Suci Allah)
serta menjauhi perilaku yang dapat mengotori nama Allah yang Maha Suci. Istighfar, yaitu
meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah dibuat dengan mengucapkan
astaghfirullahal „adzim (aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung).
Bertakbir, yaitu mengagungkan Allah dengan membaca Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
Berdo’a, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara yang baik
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Setelah kecintaannya kepada Allah, maka seorang yang beriman akan mencintai
Rasulullah yang telah Allah utus sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Juga yang diutus
untuk memberikan hidayah kepada manusia dan mengajarkan kepada manusia kitab Allah
dan kebijaksanaan-Nya. Beliau adalah orang yang terpilih yang dijadikan nabi penutup dan
rasul bagi seluruh manusia. Allah telah menurunkan Al-Qur’an melalui dirinya.

2. Hubungan dengan Diri Sendiri

Sebagai makhluk ciptaan Allah harus dipahami bahwa diri sendiri merupakan
pemberian yang diberikan Allah. Allah memberinya fasilitas dengan berbagai anggota tubuh
yang cukup lengkap agar seseorang bisa hidup secara layak. Allah memberi mata, hidung,
telinga, tangan dan kaki, bahkan yang tidak dapat ternilai diberikan akal untuk dapat
memikirkan jalan hidupnya. Semua itu akan diminta pertanggungjawabannya kelak di depan
Allah. Manusia haruslah bersikap baik terhadap dirinya sendiri, yaitu : Pertama, menjaga
kesuciannya sebagai sediakala ia diciptakan Allah, agar kelak kembali kepada Allah dalam
keadaan suci pula. Kedua, menjaga kesehatan jiwa dan akal, dengan menjauhi bahan-bahan
yang memabukkan atau yang menghilangkan fungsi akal.

Ketiga, menjaga jiwa agar tidak memperturutkan kemauan-kemauan yang tidak ada
manfaatnya dan kegunaannya bagi diri. Keempat, menjaga kebugaran tubuh agar bisa
melakukan aktivitas sebagai ibadah kepada Allah. Benar dalam bertindak, menempatkan
sesuatu pada tempatnya. Memelihara kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela,
malu terhadap Allah dan diri sendiri akan perbuatan melanggar perintah Allah. Tidak
bermalas-malasan. Kasih sayang terhadap diri sendiri dan bersikap hemat terhadap harta,
tenaga dan waktu.

Sudah menjadi hak manusia untuk mencintai dirinya sendiri, namun wajib baginya
untuk tidak melanggar batasan yang telah ditetapkan. Sudah selayaknya manusia
menyeimbangkan antara cintanya kepada dirinya sendiri dengan cintanya kepada manusia
lainnya.

3. Hubungan Kepada Sesama Manusia

Allah telah mejadikan manusia sebagai makhluk sosial menurut fitrahnya, sehingga
tidak sulit bagi manusia untuk berkumpul dan bergaul. Dia akan merasa takut dan menangis
manakala sendirian. Seorang anak sejak dilahirkan tinggal di tengah lingkungan anggota
keluarnganya yang terikat satu dengan lainnya dengan ikatan cinta, kasih sayang,
kelembutan, kepercayaan, ikhlas, saling menolong dan saling bergantung. Sehingga, satu
dengan lainnya akan merasakan keamanan, ketenangan, dan kebahagiaan. Cinta seorang anak
kepada ibunya adalah cinta pertama yang dirasakannya sejak ia lahir di dunia ini karena
keterkaitannya dengan pemenuhan segala kebutuhan dasarnya. Setelahnya secara bertahap
sang anak mulai mencintai sebagian anggota keluarga lainnya seperti ayahnya, saudaranya,
kerabatnya, teman-temannya, tetangganya dan juga seluruh manusia lainnya.

Allah sangat memuji orang-orang yang dapat mencegah adanya cinta diri yang
berlebihan hingga mereka bisa melepaskan diri dari kekhawatiran dan kegelisahan. Lalu
berpegang teguh kepada keimanan dengan konsisten dalam menjalankan shalat, menunaikan
zakat, bersedekah kepada fakir miskin, menjauhi segala sesuatu yang mengundang amarah
Allah dan lainnya. Imanlah ang mampu menyeimbangkan kadar cinta diri dengan cinta
manusia, yang darinyalah terwujud berbagai kepentingan, baik kepentingan individu ataupun
kepentingan bersama.

Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi
atau bicara dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Interaksi manusia
akan menghasilkan bentuk masyarakat yang luas. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam,
memberikan petunjuk mengenai ciri-ciri dan kualitas suatu masyarakat yang baik, walaupun
semua itu memerlukan upaya penafsiran dan pengembangan pemikiran.

4. Hubungan dengan Lingkungan

Seorang muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib disyukuri dengan
cara mengelolanya dengan baik agar bermanfaat bagi manusia dan bagi alam itu sendiri.
Pemanfaatan alam dan lingkungan hidup bagi kepentingan manusia hendaknya disertai sikap
tanggung jawab untuk menjaganya agar tetap utuh dan lestari. Berakhlak kepada lingkungan
alam adalah menyikapinya dengan cara memelihara kelangsungan hidup dan kelestariannya.
Agama Islam menekankan agar manusia mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam,
sebab alam yang rusak akan dapat merugikan bahkan menghancurkan kehidupan manusia
sendiri. Seorang muslim dituntut untuk menearkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil,
alamin), yaitu memandang alam dan lingkungannya dengan rasa kasih sayang.
Dengan demikian dapat dipahami dengan jelas bahwa kesadaran memelihara dan
melestarikan lingkungan, sebagaimana yang telah digariskan oleh Islam sejak belasan abad
yang lalu. Apa yang dikemukakan diatas merupakan prinsip dasar hubungan manusia dengan
alam sekitar, yaitu prinsip pemanfaatan dan sekaligus pelestarian lingkungan alam.

 Kelompok XI

Adab pelaksanaan BK Islami

Adab pelaksanaan konseling adalah suatu aturan yang harus dilakukan oleh seorang
konselor dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor. Ada sejumlah
tingkah laku konselor yang perlu memperoleh perhatian dan ini berkaitan dengan aspek nilai-
nilai klien. Tingkah laku ini misalnya soal sentuhan dengan klien yang berbeda jenis
kelamin. Soal itu sangat erat kaitannya dengan nilai yang berlaku, khususnya di masyarakat .
dengan demikian perlu dipahami pada sebagian masyarakat indonesia ada yang beranggapan
bahwa kontak laki-laki dan perempuan di ruangan tertutup sebagaimana dalam hubungan
konseling dilarang dalam agama. Jika kita menemukan klien yang tidak bersedia konseling
karena lawan jenis, yang hal ini didasarkan nilaia-nilai yang dianutnya, tidak perlu menjadi
persoalan bagi konselor. Konselor perlu mencari koleganya yang lebih dapat diterima oleh
klien. Konselor tidak dapat memaksakan kehendaknya klien. Keberhasilan konseling selain
ditentukan oleh strategi yang digunakan konselor juga pada penerimaan klien kepada
konselor.

 Kelompok XII
Metode konseling dalam konseling islami

Metode yang dijumpai dalam Al-qur‘an yang dapat digunakan dalam


menyelenggarakan Bimbingan Konseling Islami, sebagaimana akan dipaparkansebagai
berikut dibawah ini:

1. Metode Keteladanan

Sebagaimana firman Allah berkaitan dengan suri teladan adalah salah satu metode
yang harus ditunjukkan oleh konselor sekolah bagaimana semestinya berbuat untuk memberi
contoh dan bagaimana semestinya menyampaikan informasi kepada konseli /siswa supaya
tidak bertentangan apa yang disampaikan dengan apa yang dilakukan, hal ini terdapat dalam
surah al-Ahzab/ 33: 21,

2. Metode Penyadaran

Metode penyadaran yang dimaksud adalah sebuah langkah yang dilakukan dalam
proses konseling dengan menggunakan ungkapan-ungkapan nasihat dan juga at-Targhib wat-
Tarhib (janji dan ancaman). Penggunaan metode ini sering sekali dipergunakan di dunia
pendidikan oleh pendidik dalam memotivasi siswa agar giat dalam belajar dan menggapai
prestasi belajar. Bahkan dalam misi ke-Nabian, Rasulullah sering menggunakan metode
penyadaran melalui teknik at-Targhib wat-Tarhibuntuk mengingatkan ummat dan para
Sahabat R.a. Dalam firman Allah banya sekali contoh-contohya, seperti dalam surah Al-Hajj/
22: 1-2:

3. Metode Penalaran Logis

Metode penalaran logis adalah upaya dialogis yang dilakukan oleh individu dengan
akal dan perasaannya sendiri. Pada umumnya, penalaran logis ini disebut juga dengan
pendekatan kognitif yang berorientasi pada proses aktif yang melibatkan data inspektif dan
introspektik. Menurut Samuel T. Glading, peranan konselor pada pendekatan kognitif untuk
membuat pikiran konseli yang terselubung menjadi terbuka. Pikiran-pikiran tertutup konseli
banyak disebabkan oleh anggapan/konsep diri konseli yang negatif dalam memandang fakta
tentang dirinya dan gambaran luar dari dirinya. Metode penalaran logis dalam Bimbingan
Konseling Islami dapat dijumpai dalam Firman Allah surah al-An’am/ 6: 76-78,
Menurut Ibn Jarir Al Thobari, Q.S al-An’am/ 6: 76-78, menjelaskan kisah Nabi
Ibrahim saat melakukan kontemplasi untuk mengetahui Tuhan yang memiliki kekuasaan
sebenarnya. Nabi Ibrahim hidup pada masa raja Namrud yang terkenal suka menyembah
berhala. Allah ingin mengirimkan utusan sebagai pengingat mereka agar berfikir secara
rasional dan logis yang menuntun mereka kembali kepada jalan yang benar. Sebelum Ibrahim
dilahirkan berkumpullah ahli nujum (dukun/perbintangan) raja Namrud untuk menyampaikan
pesan bahwa akan lahir seorang anak yang bernama Ibrahim pada tahun dan bulan sekian di
negara raja Namrud untuk memecah belah agamamu (Namrud) dan menghancurkan
sesembehanmu. Mendengar hal tersebut, kemudian raja Namrud memerintahkan seluruh
rakyatnya agar membunuh seluruh anak laki-laki yang lahir pada bulan yang telah disebutkan
oleh ahli nujum Namrud.
Namun, saat seluruh perempuan ditangkap saat akan melahirkan, Allah melindungi
Ibu Nabi Ibrahim, yang dikira masih muda (hadasatan), tahu akan kondisi tersebut, ketika
istri Azar (ayah Nabi Ibrahim) akan melahirkan, maka pergilah ia ke sebuah gua yang dekat
dengan kampungnya untuk melahirkan. Ibu Ibrahim kaget ketika bayi yang ia lahirkan adalah
anak laki-laki. Selepas melahirkan kembalilah istri Azar ke rumah dan berjumpa dengan
suaminya. Lalu bertanya, bagaimana keadaan anak yang telah dilahirkannya. Kemudian
dijawab bahwa anak yang dilahirkannya telah meninggal. Suatu saat muncul kerinduan dalam
diri Istri Azar untuk melihat anknya yakni Ibrahim. Akhirnya, pergi menuju gua (tempat
Ibrahim dilahirkan), ia pun heran ketika melihat Ibrahim masih hidup dan sedang mengemut
ibu jarinya serta terdapat berbagai makanan. Akhirnya, ia memutuskan untuk lebih sering
melihat Ibrahim. Saat berlalunya bulan demi bulan, tahun demi tahun, beranjak pula Ibrahim
kecil menjadi pemuda. Pada suatu malam, Ibrahim meminta izin kepada Ibunya agar
diperbolehkan keluar dari gua untuk melihat dunia luar. Setelah mendapat izin dari Ibunya,
Ibrahim keluar gua pada waktu ‘isya’. Kemudia Ibrahim berfikir tentang penciptaan langit
dan bumi.
Saat Ibrahim melihat bintang, ia mengatakan inilah Tuhanku, namun saat bintang
hilang, Ibrahim berkata: “sesungguhnya aku tidak menyukai yang tenggelam”. Kemudian
muncullah bulan yang lebih terang sinarnya, lalu ibrahim menganggap ini lah Tuhanku, tetapi
saat bulan itu tenggelam ia kembali berkata” jika aku tidak mendapat petunjuk dari Tuhanku
pasti aku akan menjadi orang yang sesat”. Keesokan hari, saat Ibrahim melihat matahari
terbit, Ibrahim pun menganggap “ini Tuhanku, ini lebih besar”, kemudian di saat Ibrahim
mulai senang karena menemukan Tuhannya, namun matahari pun terbenam, Ibrahim pun
berkata “ Tuhanku adalah zat yang menciptakan seluruh alam ini.
Proses berfikir Ibrahim saat ingin mengetahui Allah Swt. ini yang disebut dengan
metode penalaran logis. Nabi Ibrahim menggunakan teknik self talk untuk mengatuhi
Penciptanya. Teknik self talk merupakan salah satu teknik dari pendekatan kognitif yang
berupaya melakukan reduksi data dari berbagai hal yang dianggap batal.

4. Metode Kisah

Dalam Al-qur‘an sudah banyak kisah-kisah dialog yang dilakukan para Nabi kepada
kaumnya kisah-kisah ini dapat dijadikan sebagai metode untuk menjadicontoh penerangan
bagi perilaku yang diharapkan mengikuti kehendak Allah dan menghindari dari perilaku yang
tidak disukai oleh Allah. Dari keterangan di atas cukup banyak metode yang dapat diterapkan
dalam menyelenggarakan Bimbingan Konseling Islami. Dalam Q. S. Yusuf/ 12: 3, disebutkan
bahwa kisah-kisah yang diceritakan dalam Al Qur’an ditujukan sebagai media untuk
mengingatkan bagi orang yang lalai.
Keberhasilan Bimbingan Konseling islami yang dilakukan oleh Nabi ditandai dengan
semakin pesatnya perkembangan peradaban islam sebagai sandaran hidup. Adapun salah satu
tipe yang menjadikan keberhasilan misi dakwah dan bimbingan Nabi adalah dengan
menggunakan pendekatan rahmah. Pendekatan rahmah yang digunakan oleh Nabi tergambar
dengan cara lemah lembut Nabi ketika berbicara kepada kaum Jahiliyyah serta kemampuan
komunikasi beliau dengan mengutamakan kabar gembira (basyira/reward) dari pada
peringatan (nadzira/punished). Sikap Nabi yang mendahulakan rahmah (kasih sayang) dan
lebih mengutamakan ucapan yang memuat nilai sanjungan dan pujian ini diabadikan dalam
Al-Quran:

Prinsip rahmah (kasih sayang) dan pemaaf merupakan ekspresi dari basyiro (reward)
yang sudah seharusnya dalam aktivitas sehari-hari dalam pelayanan Bimbingan Konseling
Islam. Mengutamakan prinsip basyira dalam pelayanan Bimbingan Konseling islami tentunya
akan lebih dapat menumbuhkan sense of guilty (rasa bersalah) dan lebih bermakna daripada
mengutamakan pendekatan punishment. Ternyata kesuksesan Walisongo dalam mengemban
tugas dakwah dan membimbing masyarakat jawa dahulu tidak lepas dari sikap lemah lembut,
dan kasih saying sembari berpesan: “sayangi, hormati dan jagalah anak didikmu, hargailah
tingkah laku mereka, sebagaimana engkau memperlakukan anak turunmu”.
Metode yang terdapat dalam konseling Islami setidaknya terbangun atas dasar rasa
empati dan simpati terhadap kondisi konseli yang sedang mengalami masalah yang ada dalam
dirinya. Pengakuan bahwa pada dasarnya konseli sedang berada pada kondisi lemah dan
dipengaruhi kekuatankekuatan negatif yang membutuhkan konselor untuk dapat membantu
menuju perilaku yang positif hendaknya dihormati dengan memperlakukan dengan cinta.
Nuansa saling menghormati dan menyakini bahwa fitrah manusia adalah baik harus
ditempatkan sebagai asas pelaksanaan konseling Islami dengan menggunakan metode dan
tindakan yang baik lagi santun.

Teknik konseling dalam konseling islami

Teknik dimaksud adalah sebagai alat dan merupakan suatu alternative yang dipakai
untuk mendukung metode konseling Islami. Merumuskan teknik konseling Islami harus
bertitik tolak dari prinsip pemupukan penjiwaan agama pada diri konseli dalam upaya
menyelesaikan masalah kehidupannya. Teknik konseling Islami dapat dirumuskan dengan
spiritualism method, dan client-centered method (non directive approach) .

Jenis teknik konseling dalam konseling islami

Spiritualism Method

Teknik ini dirumuskan atas dasar nilai yang dimaknai bersumber dari asas ketauhidan.
Beberapa teknik dikelompokkan dalam spiritual method, yakni :

Latihan spiritual

Konseli diarahkan untuk mencari ketenangan hati dengan mendekatkan diri kepada
Allah sebagai sumber ketenangan hati, sumber kekueatan dan penyelesaian masalah, sumber
penyembuhan penyakit mental. Pada awalnya, konselor menyadarkan konseli agar dapat
menerima masalah yang dihadapinya dengan perasaan lapang dada, bukan dengan perasaan
benci dan putus asa. Selanjutnya, konselor menegakkan prinsip tauhid dengan meyakinkan
konseli bahwa Allah adalah satu-satunya tempat mengembalikan masalah. Seperti dengan
aktivitas zikir konseli diharapkan dapat mengikis/ menghilangkan sifat-sifat : riya, sombong,
angkuh, hasad dan dengki, rakus, kikir, dusta, egois, emosional, berbicara berlebihan, cinta
dunia (harta, pangkat, pengaruh yang berlebihan), zalim, ingkar janji, kufur nikmat, dan lain-
lain. Selanjutnya menumbuhkan sifat- sifat yang terpuji yang dicontohkan oleh rasullah.
Lebih lanjut konselor menuntun konseli untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
merealisasikannya melalui amal ibadah. Dengan demikian, tertanam pula dalam keyakinan
akan kebenaran makna Al-Qur’an yang terkandung dalam surah Al-Fajr,89:27-30.

Menjalin kasih sayang

Penjabaran teknik ini dapat ditarik dari nilai yang dimaknai pada asas kerahasiaan,
pendekatan kemandirian dan pendekatan sukarela. Keberhasilan konseling Islami juga akan
ditentukan oleh terciptanya hubungan baik antara konselor dan konseli. Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan yang didasarkan atas kasih sayang (ukhuwah Islamiyyah).

Perlakuan lemah lembut dan dilandasi oleh rasa kasih sayang dalam segenap
hubungan dan aktivitas sesama manusia, secara jelas dapat ditemukan keterangannya pada
Al-qur’an dan hadist nabi. Diantaranya QS. Maryam,19;96 sebagai berikut.
Selain itu terdapat juga pada QS. Taha 20:44,serta hadist riwayat Bukhari dan Muslim
yang menjelaskan bahwa orang yang benar-benar beriman adalah orang yang mencintai
saudaranya, dan siapa yang tidak menyayangi orang lain, ia juga tak akan mendapatkan kasih
sayang dari siapa pun. Dengan demikian jelaslah bahwa prinsip kasih sayang merupakan
rujukan penting dalam upaya mengayomi kehidupan psikis atau hati manusia. Dalam hal ini,
konselor dituntut untuk memiliki sifat tersebut agar klien senantiasa dapat merasakan
perlindungan dan kasih sayang yang diberikan, sehingga problematika kehidupannya dapat
diatasi atau minimal tidak lagi dirasakannya sebagai problema yang berat.

Cerminan al-qudwah al-hasanah

Proses konseling Islami yang berlangsung sacara face to face menempatkan konselor
pada posisi sentral dihadapan konseli. Perhatian konseli terhadap konselor tidak hanya
terbatas pada petunjuk-petunjuk yang diberikannya selama konsultasi berlangsung, tetapi
juga tertuju kepada segala keadaan konselor, karena konselor dipandang dan diyakini sebagai
orang yang mampu menyelesaikan masalah. Sifat keteladanan yang dimiliki konselor perlu
diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari, baik selama proses konsultasi maupun diluar
kegiatan tersebut. Minimal harus diupayakan konseli dapat terkondisikan noleh sikap dan
perilaku konselor, baik disadari maupun tidak.

Sehubungan dengan konseling islami, tidak dapat disangkal bahwa konselor


dijadikan cerminan oleh para konselinya. Oleh sebab itu, konselor dituntut untuk
dapat memantulkan cahaya keislaman sebagai qudwah (keteladanan) dan sekaligus
menjadikannya sebagai salah satu teknik penyelenggaraan konseling islami, demi
terciptanya suatu kondisi keteladanan yang mempengaruhi konseli menuju arah terciptanya
insan kamil.

Client-Centered Method (non directive approach)

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Carl R. Roger. Pelaksanaan teknik ini
tidak bertentangan dengan prinsip Islam sebagaimana dijadikan dasar pelaksanaan teknik
konseling Islami. Islam memandang bahwa konseli adalah manusia yang memiliki
kemampuan sendiri dan berupaya mencari kemantapan diri sendiri. Sedang Roger
memandang bahwa dalam proses konseling orang yang paling berhak memilih dan
merencanakan serta memutuskan perilaku dan nilai-nilai mana yang dipandang paling
bermakna bagi konseli, adalah konseli itu sendiri. Seperti yang terdapat dalam QS. Al-
Baqarah 2: 269 berikut:

Konseling dipandang sebagai individu dengan memiliki kemampuan inkeren untuk


menghindari dari mal adjustment (penyesuaian diri salah) menuju kepada kondisi psikis yang
sehat. Dengan demikian konselor bukan menempati posisi otoritas mengetahui terbaik, dan
konseli bukan menempati posisi orang pasif yang mengikuti perintah-perintah konselor
semata.

Anda mungkin juga menyukai