PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Situasi global membuat kehidupan semakin kompetetif dan membuka peluang
bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak
positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berfikir, dan
meningkatkan kemampuan. Adapun dampak negatif dari globalisasi adalah keresahan
hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stres,
kecemasan dan frustasi, yang mana hal tersebut menimbulkan masalah-masalah bagi
psikologis individu.
Hal diatas yang mendasari diadakannya bidang pembinaan siswa (Bimbingan dan
Konseling) yang mana hal tersebut bertujuan untuk membantu individu mewujudkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan
akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bimbingan dan Konseling?
2. Seperti apakah BK dalam islam itu?
3. Bagaimanakah BK islami itu?
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Makna Bimbingan Dan Konsuling
Definisi Bimbingan
Istilah bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari kata “guidance” dan
“counseling” dalam Bahasa Inggris. Kata “guidance” berasal dari kata dasar (to guide),
yang artinya menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan dan mengemudikan.
Adapun pengertian bimbingan secara harfiah adalah menunjukkan, memberi jalan atau
menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupannya di masa kini dan
masa datang.
Pengertian bimbingan secara umum dikemukakan oleh Prayitno bahwa:“Bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan nilai-nilai yang berlaku”.[1]
Pengertian bimbingan secara umum juga dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi,
yaitu sebagai berikut:
“Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya mengenai dirinya sendiri, mengatasi
persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggungjawab tanpa bergantung pada orang lain”.[2]
Definisi Konseling
Secara etimologis, kata konseling berasal dari kata “counsel” yang diambil dari
bahasa Latin yaitu “counsilium”, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian
“berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seorang
atau beberapa klien (counselee).[3]
Dalam Kamus Bahasa Inggris, Konseling dikaitkan dengan kata “counsel” yang
diartikansebagai nasehat (to obtain counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to
take counsel).
Dengan demikian, konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian
anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.[4]
Menurut James F, Adams, yang dikutip oleh I.Djumhur dan Moh. Surya bahwa:
“Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang
seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya ia dapat memahami dirinya
2
dalam hubungan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan pada
waktu yang akan datang”[5]
Dewa Ketut Sukardi juga memberikan batasan pengertian konseling sebagai berikut:
“Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada klien (counselee) dalam memecahkan
masalah-masalah secara face to face, dengan cara yang sesuai dengan keadaan klien
(counselee) yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup”. [6]
Aunur Rahim Faqih memberikan batasan bimbingan dan konseling Islam yaitu sebagai
berikut:
“Bimbingan dan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.[7]
Pengertian bimbingan dan konseling Islam menurut M Arifin adalah :
“Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada
orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar
orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan
diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya
suatu cahaya harapan kebahagian hidup saat sekarang dan dimasa yang akan datang”.[8]
Dengan demikian, bimbingan dan konseling Islam adalah suatu usaha pemberian
bantuan kepada seseorang (individu) yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental dan
spiritual agar yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada
pada dirinya sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah
SWT, atau dengan kata lain bimbingan dan konseling Islam ditujukan kepada seseorang
yang mengalami kesulitan, baik kesuliatan lahiriah maupun batiniah yang menyangkut
kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapai kemampuan untuk memahami
dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan
potensi yang dimilikinya dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.
Bimbingan dan konseling merupakan istilah yang mempunyai maksud dan tujuan
yang sama. Perbedaannya adalah bimbingan itu lebih bersifat pencegahan (preventif),
pemeliharaan dan pengembangan, sedangkan dalam konseling lebih bersifat perbaikan
atau korektif.
3
belum di dasari teori-teori pengetahuan yang berhubungan dengan teknis/ metodologi
serta administrative pelaksanaannya, serta belum di lembagakan.
Di dalam islam sendiri sudah di kenal prinsip guidance and counseling yang
bersumber dari firman Allah dan sunnah Nabi, seperti firman Allah :
Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami.
sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui
Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia
siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S As Syura : 52)
5
(hablu minaallah), dan hubungan baik sesame manusia dan lingkungan sebagai hubungan
horizontal (hablu minannas).
Dalam kenyataan sekarang ini , terlebih dalam menghadapi arus globalisasi,
banyak didapati individu-individu yang sibuk dengan permasalahan duniawi, juga paham
meterialistik, individualistic, dan sebagainya yang berpengaruh negative dalam segi-segi
kehidupan manusia, yang pada akhirnya melahirkan sikap-sikap dan perilaku mansia
yang destruktif seperti sombong, kikir zalim, sombong. Sikap yang seperti itu sudah di
sebutkan di dalam Al Qur’an sebagai berikut.
a) Sombong (Q.S Hud: 9-10)
b) Zalim dan kufur (Q.S Ibrahim: 34)
c) Sangat kufur (Q.S Asy Syura: 48)
d) Zalim dan bodoh (Q.S Al Ahzab:72)
e) Kufur nikmat (Q.S Az Zukhruf:48)
f) Nyata kufur (Q.S Az Zukhruf:15)
g) Berkeluh kesah dan kikir (Q.S Al Ma’arij:19-20)
h) Berdosa-kufur (Q.S An Naba:24)
i) Merugi (Q.S At Takatsur:2)
Sikap dan perilaku negatif demikian jelas merupakan bentuk penyimpangan fitrah
beragama manusia yang di berikan Allah SWT. Hal tersebut dapat terjadi karena
kesalahan pendidikan dan bimbingan yang di berikan sebelumnya, di samping godaan
hawa nafsu yang bersumber dari nafsu setan.
Dalam kondisi penyimpangan dari perkembangan fitrah beragama yang demikian itu,
individu akan menemukan dirinya terlepas hubungannya dengan Allah, meski hubungan
terhadap manusia tetap berjalan dengan baik. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
individu terlepas dari hubungannya dengan manusia dan lingkungan sekitar, meski
hubungan dengan Allah tetap terjalin. Kita juga dapat menemukan individu yang sama
sekali tidak berhubungan baik dengan Allah. Mereka yang kehilangan pegangan
keagamaan adalah mereka yang memiliki masalah dalam kehidupan keagamaan
khususnya. Mereka inilah yang perlu memperoleh penanganan bimbingan konseling
agama.
Dalam kondisi yang terputus hubungan baik dengan Allah, maupun dengan sesame
manusia dan lingkungan, individu tersebut merasa tidak memiliki pegangan yang kuat
sebagai pedoman. Individu tersebut merasa terombang ambing dalam kesendiriannya, ia
bisa mengalami stress dan kehilangan rasa kepercayaan dirinya. Pada saat demikian
itulah diperlukan bimbingan konseling islami yang berfungsi untuk mengatasi berbagai
penyimpangan dalam perkembangan fitrah beragama tersebut, sehingga individu tersebut
kembali menemukan kesadaran akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang
berfungsi untuk mengabdi kepada-Nya, dan agar mereka kembali menjalani kehidupan
keagamaannya dengan baik.
6
Setelah terbentuk hubungan yang baik klien dengan Allah, sesame manusia dan
lingkungannya, konselor bisa secara perlahan melepaskan hubungan dengan klien
tersebut sehingga klien mampu membina hubungan yang baik dengan Allah, dengan
sesama manusia maupun dengan lingkungannya dengan sendirinya. Pada saat ini pada
diri klien telah tercipta hablu minaalah dan hablu minannas secara baik, sebagai
manifestasi dari kesadarannya atas peranan dan fungsinya sabagai makhluk Allah. Dalam
hal ini klien telah menemukan religious insight-nya kembali atas bimbingan dan
konseling dari sang pembimbing agama, dan masalah-masalah yang menghiasi kehidupan
keagamaannya akan berangsur-angsur pulih kembali dan klien akan memiliki
kepercayaan diri yang penuh untuk mengatasi masalah kehidupannya.
7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin sejak dulu telah
memperkenalkan kepada umatnya akan jalan dan arah yang benar dan untuk menunjukan
itu semua memerlukan bimbingan dan pengarahan.
Bimbingan konseling islam bertujuan untuk menunjukan manusia akan hak dan
kewajibannya dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an dan As-
sunnah serta mengembangkan dan menunjukan bakan dan potensi anak untuk menjadi
manusia atau hamba yang bemanfaat bagi agama dan bangsa dan menuntun akan
kesuksesan dunia dan Akhirat-nya.
B.Saran.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis
8
DAFTAR PUSTAKA
Arifin H.M. 1979. Pokok-pokok pikiran tentang bimbingan dan penyuluhan agama.
Jakarta: Bulan bintang
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Cet.II; Yogyakarta: UII
Press, 2001),
Drs. Masdar Helmy, dakwah dalm alam pembangunan, jilid1, semarang: Toha Putra,
1973
Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed. Dan Drs. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling (Cet.I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991),
[1] Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed. Dan Drs. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling (Cet.I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 99
[2] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), h. 65
[3] Latipun, Psikologi Konseling (Cet. IV; Malang: UMM Press, 2003), h. 4
[4] W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Cet. I; Jakarta: PT.
Grasindo, 1991), h. 70
[5] Djumhur dan Moh. Surya, Op. Cit.,h. 29
[6] Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Surabaya:
Usaha Nasional, 1993), h. 105
[7] Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Cet.II; Yogyakarta: UII
Press, 2001), h. 12
[8] Disadur dari Jurnal Ilmu Dakwah, diterbitkan oleh Fakultas Dakwah IAIN Sunan
Ampel Surabaya, Edisi 1 April 2004, h. 69
[9] Arifin H.M. 1979. Pokok-pokok pikiran tentang bimbingan dan penyuluhan agama.
Jakarta: Bulan bintang
[10] Drs. Masdar Helmy, dakwah dalm alam pembangunan, jilid1, semarang: Toha Putra,
1973, hlm. 18.
[11] Dra. Hallen A. M.Pd, bimbingan dan konseling, hlm. 22.