Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIMBINGAN DAN

KONSELING ISLAMI PENGERTIAN,


PRINSIP DAN TUJUAN BK ISLAMI
Posted on May 26, 2016 by rininta1400001039

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI

PENGERTIAN, PRINSIP DAN TUJUAN BK ISLAMI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal itulah
manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diamanati oleh sang pencipta sebagai
pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan perasaan itu pula
manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia
merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with multiproblem). Dengan berbagai
masalah itu ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya atau mereka memerlukan bantuan
orang lain (konselor) untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari
orang yang ahli (konselor) kepada individu yang membutuhkan (klien) itulah yang
dinamakan “konseling”

Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah satunya adalah
dengan cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling.

Dalam makalah ini nanti akan dipaparkan berbagai hal terkait dengan bimbingan konseling
islam, termasuk tujuan-tujuan dari bimbingan konseling islam dan bagaimana ketika bimbingan
dan konseling di implementasikan dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna dan Definisi Bimbingan dan Konseling Islami?
2. Apa saja Prinsip Bimbingan dan Konseling Islami?
3. Apa Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami?
4. Apa Fungsi dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Islami?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah bimbingan konseling
islam adalah:
1. Untuk mengetahui pengertin Bimbingan dan Konseling Islami.
2. Untuk mengetahui Tujuan Bimbingan Konseling Islam.
3. Untuk mengetahui fungsi dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islami

Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari istilah Inggris guidance and ciunseling.
Dulu istilah counseling diindonesiakan menjadi penyuluhan (nasihat). Akan tetapi, karena istilah
penyuluhan banyak digunakan di bidang lain, semisal dalam penyuluhan pertanian dan
penyuluhan keluarga berencana yang sama sekali berbeda isinya dengan yang dimaskud dengan
counseling, maka agar tidak menimbulkan salah paham istilah counseling tersebut langsung
diserap saja menjadi konseling.

Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan konseling terdapat banyak
pandangan, salah satunya memandang konseling sebagai teknik bimbingan. Dengan kata lain,
konseling berada di dalam bimbingan. Pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan terutama
memusatkan diri pada pencegahan munculnya masalah sementara konseling memusatkan diri
pada pencegahan masalah yang dihadapi individu. Dalam pengertian lain, konseling berada di
dalam bimbingan. Pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan terutama memusatkan diri pada
pencegahan munculnya masalah sementara konseling memusatkan diri pada pencegahan masalah
yang dihadapi individu. Dalam pengertian lain, bimbingan sifat atau fungsinya preventif,
sementara konseling kuratif atau korektif. Dengan demikian bimbingan dan konseling
berhadapan dengan obyek garapan yang sama, yaitu problem atau masalah. Perbedaannya
terletak pad titik berat perhatian dan perlakuan terhadap masalah tersebut.

Bimbingan tidak sama dengan pendidikan, walaupun pendidikan sering disebut juga sebagai
bimbingan. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan lebih luas cakupannya
dibandingkan dengan bimbingan. Tentang hal ini akan diuraikan lebih jauh dalam pembahasan
mengenai bimbingan dan konseling pendidikan Islami.

Bimbingan sendiri didefiniskan orang bermacam-macam, ada yang sedemikian itu singkat
rumusannya, ada pula amat panjang dengan merinci berbagai aspek yang terkandung dalam
proses atau kegiatan bimbingan tersebut. Dalam tulisan ini bimbingan (Islami) akan dicoba
dirumusakan secara singkat sebagai berikut:

Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.

Dengan demikian bimbingan Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan


bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Sejalan dengan bimbingan dan konseling konvensional, bimbingan dan konseling Islami
mengandaikan adanya hubungan personal antar manusia, satu pihak yang ingin memecahkan
masalah, dan pihak lain yang membantu menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal ini, MD.
Dahlan mengungkapkan bahwa bimbingan dan konseling Islami adalah “bimbingan kehidupan
yang pada intinya tertuju pada realisasi doa rabanna atina fi ad-dunya hasanah wa fil akhirati
hasanah wa qina adzaba an-nar. Berisikan rintisan jalan ke arah penyadaran kepribadian
manusia sebagai makhluk Allah dan dapat menumbuhkan rasa tentram dalam hidup karena selalu
merasa dekat dengan Allah dan ada dalam lindungan-Nya.”

Selain itu, Seminar Bimbingan dan Konseling Islam yang diselenggarakan oleh UII Yogyakarta
tahun 1985, merumuskan bahwa: Bimbingan dan konseling Islami adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang
seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Bimbingan dan konseling Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan
lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan al-Qur’an
dan Sunnah Rasul. Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan
tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu,
dibimbing, agar mampu hidup selaras denga ketentuan dan petunjuk Allah. Maksudnya sebagai
berikut:

1. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodratnya yang ditentukan
Allah; sesuai dengan sunnatullah; sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Allah’
2. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah
ditentukan Allah melalui Rasul-Nya (ajaran Islam);
3. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi diri
sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya; mengabdi
dalam arti seluas-luasnya.

Ada beberapa defenisi tentang bimbingan dan konseling Islam, yaitu :

1. Thohari mengartikan bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses pemberian
bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah
SWT yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Yahya Jaya menyatakan bimbingan dan konseling agama Islam adalah pelayanan bantuan
yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia yang mengalami masalah dalam
hidup keberagamaannya, ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaannya
seoptimal mungkin, baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang
mandiri dan dewasa dalam beragama, dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak,
dan muamalah, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan
keimanan dan ketaqwaan yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis.
3. Ainur Rahim Faqih mengartikan bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah proses
pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam
merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi dan
memecahkan masalah yang dialami klien agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat berdasarkan ajaran Islam. Ciri khas konseling Islam yang paling mendasar menurut
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, adalah ;

1. Berparadigma pada wahyu dan keteladanan para Nabi, Rasul dan para ahli warisnya
2. Hukum konselor memberikan konseling kepada klien dan klien meminta bimbingan
kepada konselor adalah wajib dan suatu keharusan dan bahkan merupakan ibadah
3. Akibat konselor menyimpang dari wahyu dapat berakibat fatal baik bagi diri sendiri
maupun bagi kliennya
4. System konseling Islam di mulai dari mengarahkan kepada kesadaran nurani dan
membaca ayat-ayat Allah
5. Konselor sejati dan utama adalah mereka yang proses konseling selalu di bawah
bimbingan dan pimpinan Allah SWT dan al-Qur’an.
Perbedaan bimbingan dan konseling umum dengan bimbingan dan konseling Islam menurut
Thohari Musnamar, di antaranya yaitu:

1. Pada umumnya di barat proses layanan bimbingan dan konseling tidak dihubungkan
dengan Tuhan maupun ajaran agama. Maka layanan bimbingan dan konseling dianggap
sebagai hal yang semata-mata masalah keduniawian, sedangkan Islam menganjurkan
aktifitas layanan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah
SWT suatu bantuan kepada orang lain, termasuk layanan bimbingan dan konseling,
dalam ajaran Islam di hitung sebagai suatu sedekah.
2. Pada umumnya konsep layanan bimbingan dan konseling barat hanyalah di dasarkan atas
pikiran manusia. Semua teori bimbingan dan konseling yang ada hanyalah didasarkan
atas pengalaman-pengalaman masa lalu, sedangkan konsep bimbingan dan konseling
Islam didasarkan atas, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, aktivitas akal dan pengalaman
manusia.
3. Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat tidak membahas masalah kehidupan
sesudah mati. Sedangkan konsep layanan bimbingan dan konseling Islam meyakini
adanya kehidupan sesudah mati
4. Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat tidak membahas dan mengaitkan diri
dengan pahala dan dosa. Sedangkan menurut bimbingan dan konseling Islam membahas
pahala dan dosa yang telah di kerjakan.

Dengan menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang demikian itu, berarti yang
bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk
Allah, dengan hiduo serupa itu maka akan tercapailah kehidupan yang bahagia di dunia dan
akhirat, yang menjadi idam-idaman setiap musli melalui do’a “Rabbana atina fid-dunya hasanah,
wa fil akhirati hasanah, wa qinna ‘adzaban-nar” (Ya Tuhan kami, karuniakanlah pada kami
kehidupan di dunia yang baik, dan kehidupan di akhirat yang baik pula, dan jauhkanlah kami
dari siksa api neraka).

Hakekat bimbingan dan konseling Islami adalah upaya membantu individu belajar
mengembangkanfitrah dan atau kembalikepada fitrah, dengan cara memberdayakan
(empowering) iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Aloh SWT. Kepadanya untuk
mempelajari tuntunan Allah dan rasul-Nya, agar fithrah yang ada pada individu itu berkembang
dengan benar dan kokoh sesuai tuntunan Allah SWT.

Dari rumusan di atas nampak, bahwa konseling Islami adalah aktifitas yang bersifat
“membantu”, dikatakan membantu karena pada hakekatnya individu sendirilah yang perlu hidup
sesuai tuntunan Allah (jalan yang lurus) agar mereka selamat. Karena posisi konselor bersifat
membantu, maka konsekuensinya individu sendiri yang harus aktif belajar memahami dan
sekaligus melaksanakan tuntunan Islam (Al-Quran dan sunnah rasul-Nya). Pada akhirnya
diharapkan agar individu selamat dan memperoleh kebahagiaan yang sejati di dunia dan akhirat,
bukan sebaliknya kesengsaraan dan kemelaratan di dunia dan akhirat.

Pihak yang membantu adalah konselor, yaitu seorang mu’min yang memiliki pemahaman yang
mendalam tentang tuntunan Allah dan mentaatinya. Bantuan itu terutama berbentuk pemberian
dorongan dan pendampingan dalam memahami dan mengamalkan syari’at Islam. Dengan
memahami dan mengamalkan syari’at Islam itu diharapkan segala potensi yang dikaruniakan
Allah kepada individu bisa berkembang optimal. Akhirnya diharapkan agar individu menjadi
hamba Allah yang muttaqin mukhlasin, mukhsinin, dan mutawakkilin; yang terjauh dari godaan
syetan, terjauh dari tindakan ma’siat, dan ikhlas melaksanakan ibadah kepada Allah.

Individu yang dibantu adalah manusia-bukan binatang yang setelah meninggal sudah tidak ada
tanggung jawab lagi, individu dipandang sebagai “hamba Allah” yang harus selalu tunduk dan
patuh kepada-Nya. Manusia diciptakan bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi di sana ada
perintah yang harus dilakukan dan larangan yang harus dijauhi, da nada peraturan yang harus
ditaati. Oleh sebab itu dalam kegiatan bimbingan, individu perlu dikenalkan siapa sebenarnya
dia, dan aturan yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dijauhi, seta tanggung jawab dari
apa yang mereka kerjakan selama hidup di dunia. Dalam belajar memahami diri dan memahami
aturan Allah yang harus dipatuhi tidak jarang mereka mengalami kegagalan, oleh sebab itu
mereka membutuhkan banuan khusus yang disebut “konseling”.

Arah yang ditempuh adalah menuju pada pengembangan fitrah dan atau kembali kepada fitrah.
Dari rumusan ini bisa difahami bahwa drongan dan atau pendampingan belajar tersebut
dimaksudkan agar secara bertahap individu mampu mengembangkan fitrah dan sekaligus
kembali kepada fitrah yang dikaruniakan Allah kepadanya. Dari rumusan di atas maka nampak
pula bahwa bimbingan dan konseling Qurani bukan hanya berdifat “developmental” tetapi juga
“klinis”, artinya dalam konseling qurani nilai-nilai agama (Al-Quran) bukan hanya dijadikan
rujukan bagi pengembagan fitrah tetapi juga rujukan dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi individu, kosneling Qurani bukan hanya berorientasi pada pengembangan potensi,
tetapi juga membantu individu mengatasi hal-hal yang bisa merusak perkembangan potensi
(fitrah).

Terdapat beberapa pendapat ulama tentang maksud kata fitrah-seperti tertulis pada surat ar-Rum
ayat 30. Ada yang berpebdapat bahwa (1) fitrah yang dimaskud adalah keyakinan tentang
keesaan Allah SWT yang telah ditanamkan Allah dalam diri setiap insan. (2) fitrah sebagai
penerima kebenaran dan kemantapan individu dalam penerimaannya, (3) fitrah sebagai keadaan
atau kondisi penciptaan yang terdapat dalam diri manusia yang menjadikannya berpotensi
melalui fitrah itu mampu mengenal Tuhan dan syari’atnya, dan (4) fitrah sebagai unsur-unsur
dan sistem yang dianugerahkan Allah kepada setiap manusia, unsur-unsur itu mencakup jasmani,
rohani, dan nafs; dimana fitrah berupa “iman kepada Allah” menjadi inti-nya. Potensi iman
dipandang sebagai “inti” karena jika iman seseorang telah berembang dan berfungsi dengan baik,
maka potensi-potensi yang lain (jasmani, rohani, dan nafs) akan berkembang dan berfungsi
dengan baik pula. Oleh sebab itu dalam tulisan ini pembahasan lebih difokuskan pada
pengemabangan fitrah berupa iman.

Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai melalui kegiatan bimbingan adalah agar individu
memahami dan mentaati tuntunan Al-Quran dengan tercapainya tujuan jangka pendek ini
diharapkan individu yang dibimbing memiliki keimanan yang benar, dan secara bertahap mampu
meningkatkan kualitas kepatuhannya kepada Allah SWT, yang tampil dalam bentuk kepatuhan
terhadap hukum-hukum Allah dalam melaksanakan amanah yang dibebankan kepadanya, dan
ketaatan dalam beribadah sesuai tuntutan-Nya. Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah
agar individu yang dibimbing secara bertahap bisa berkembang menjadi pribadi kaffah. Tujuan
akhir yang ingin dicapai melalui bimbingan adalah agar individu yang dibimbing sealamt dan
bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Dalam membantu mengembangkan fitrah individu, rujukan utama yang dijadikan pegangan
adalah “tuntunan Allah” yaitu beruoa Kitab Suci Al-Quran dan sunah rasul-Nya. Dipilihnya
“Tuntunan Allah” sebagai rujukan utama atas dasar pertimbangan, bahwa: (1) Allah adalah
Pencipta manusia, Dia terus lebih mengetahui kekuatan dan kelemahan manusia, dan untuk
mengelola kekuatan dan kelemahan itu Dia menciptakan panduan berupa Kitab Suci dan sunah
rasul-Nay, (2) Allah yang menciptakan manusia lengkap dengan segala potensi-nya tentu lebih
mengetahui tujuan da manfaatnya, Allah juga lebih mengetahui bagaimana cara mengembangkan
dan memfungsikannya, (3) tujuan diciptakan-Nya manusia adalahs ebagai khalifah dan
sekaligus dengan tuntunan Allah. Jika tingkah laku manusia tidak dibimbing dengan tuntunan
Allah, maka hilanglah nilai ibadahnya, dan (4) secara keilmuan diakui, bahwa kitab suci
memiliki nilai kebenenaran mutlak, universal dan berlaku seoabjang zaman; jika konseling
merujuk pada nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci dan sunnah rasul, maka diyakini
hasilnya lebih optimal. Namun demikian, dalam konseling Qurani ini tidak dilarang
menggunakan rujukan ilmu pengetahuan, sejauh tidak bertentagan dengan tuntunan agama.

2. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islami

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami, prinsip-prinsip yang digunakan bersumber
dari ajaran utama Islami, pyaitu al-Qur’an dan Hadis yang kemudian dilengkapi dengan hasil
penelitian dan pengalaman praktis berkaitan dengan hakikat manusia, perkembangan serta
kehidupan manusia dalam konyeks sosial budaya.

Disekolah, pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami dilaksanakan dengan prinsip bahwa
klien atau siswa adalah manusia yang menjadi khalifah dan sekaligus hamba Allah. Kedudukan
sebagai khalifah menganaikan adanya tanggung jawab atas diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan di sekitarnya. Sementara kedudukan manusia sebagai hamba Allah memberi
tanggung jawab kepada manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan mengikuti
ajaran-ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hdis. Dengan prinsip lain, diharapkan
pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami dapat berkembang dengan baik mengingat sekolah
merupakan lahan yang potensial bagi pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami.
Sekolah memiliki kondisi dasar yang menuntut pelaksanan bimbingan dan konseling Islami
dengan intensitas yang tinggi. Para siswa yang sedang dalam tahap perkembangan memerlukan
berbagai jenis bimbingan dan konseling dengan segala fungsinya.

Dalam kaitan ini, tampak jelas perbedaan prinsip bimbingan dan konseling Islami dengan
bimbingan dan konseling konvensional. Bimo Walgito mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling konvensional meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelaksanaan adalah:


2. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
3. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan individu yang unik dan dinamis.
4. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek
perkembangan individu yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
5. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu yang
menjadi orientasi pokok pelayanannya.
6. Prinsip-prinsip berkenaan dengan dengan permasalahan individu adalah sebagai
berikut:
7. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi
mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, di sekolah, serta
kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan
terhadap kondisi mental dan fisik individu.
8. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada
individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
9. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelaksanaan adalah sebagai berikut:
10. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus
diselaraskan dengan program pendidikan serta pengembangan siswa.
11. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan
individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
12. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan
yang terendah sampai tertinggi.
13. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian
yang teratur dan terarah.
14. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaannya adalah:
15. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya
mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.
16. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh
individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau
paksaan dari pembimbing atau pihak lain.
17. Pemasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi.
18. Kerjasama antara guru pembimbing, guru-guru lain, dan orang tua sangat menentukan
keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
19. Pengembangan program pelaksanaan bimbingan dan konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang
terlibat dalam proses pelaksanaan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

Sedangkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling Islami di sekolah adalah:

1. Bimbingan dan konseling Islami perlu memperhatikan sikap dan tingkah laku individu
dengan segala perbedaan dan kebutuhan yang menjadi sasaran kegiatan pelayanan,
2. Program bimbingan dan konseling Islami harus disusun sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan program pendidikan di sekolah, fleksibel serta dapat berkembang secara optimal
sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
3. Semua individu berhak mendapatkan pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami, dan
segala keputusan yang diambil berpusat pada keputusan siswa.
4. Petugas bimbingan memiliki pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman yang
memadai tentang berbagai metode bimbingan serta menggunakannya secara tepat.

Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip-prinsip bimbingan dan konseling Islami memiliki
perbedaan dengan bimbingan dan konseling konvensional. Bimbingan dan konseling Islami
berbrinsip pada pembentukan peningkatan iman dan takwa kepada Allah (dimensi spiritual),
sementara bimbingan dan konseling konvensional hanya membicarakan maslaah material, seperti
penanaman nilai sosial, pembentukan moralitas dan lain sebagainya, yang pada dasarnya lebih
berorientasi kepada aspek keduniawian.

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami


Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islami itu dapat
dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”

Bimbingan dan konseling sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini sudah diketahui dari
pengertiannya. Individu yang dimaksudkan di sini adalah orang yang dibimbing atau diberi
konseling, baik orang perorangan maupun kelompok. “Mewujudkan diri sebagai manusia
seutuhya” berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakekatya sebagai manusia untuk menjadi
manusia yang selaras perkembangan unsure dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya
sebagai makhluk Allah (makhluk religious), makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai
makhluk berbudaya.
Manusia tidak bisa seperti yang dikehendaki, yakni menjadi manusia yang seutuhnya. Dengan
kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah (problem), yaitu menghadapai adanya
kesenjangan antara yang seharusnya (ideal) dengan yang senyatanya. Orang yang menghadapai
masalah, lebih-lebih masalah berat, maka yang bersangkutan tidak merasa bahagia. Bimbingan
dan konseling Islami berusaha membantu individu agar bisa hidup bahagia, bukan saja di dunia,
melainkan juga di akhirat. Karena itu, tujuan akhir bimbingan dan konseling Islami adalah
kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Bimbingan dan konseling Islami berusaha
membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui maslah. Dengan kata
lain membantu individu mencegah timbulnya maslah bagi dirinya. Bantuan pencegahan maslah
ini merupakan salah satu fungsi bimbingan

Karena berbagai faktor, individu bisa juga terpaksa menghadapi masalah, dan kerap kali individu
tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri, maka bimbingan berusaha membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya. Manakala klien atau yang dibimbing telah bisa
meyelesaikan masalah yang dihadapinya, bimbingan dan konseling Islami masih tetap
membantunya dengan membantu individu dari mengalami kembali menghadapi masalah tersebut
sekaligus dengan membantu mengembangkan segi-segi positif yang dimiliki individu.

Dengan demikian, tujuan bimbingan dan konseling Islami dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum:

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhya agar mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan Khusus:
3. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,
4. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya,
5. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau
yang telah baik agar tetap menjadi baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan
menjadi sumber maslah bagi dirinya dan orang lain.

4. Fungsi dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Islami


Fungsi(kelompok tugas atau kegiatan sejenis) dari
bimbingan dan konseling Islami itu sebagai berikut:
1. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah
bagi dirinya.
2. Fungsi kuratif atau korektif, yaki membantu individu memecahkan masalah yang sedang
dihadapinya.
3. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang
semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu
bertahan lama (in state of good).

Untuk mencapai tujuan seperti yang telah disebutkan, dan sejalan dengan fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling Islami tersebut, maka bimbingan dan konseling Islami melakukan
kegiatan yang dalam garis besarnya dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Mengingatkan kembali individu akan fitrahnya. Fitrah Allah dimaksudkan bahwa


manusia itu membawa fitrahnya ketauhidan, yakni mengetahui Allah SWT Yang Maha
Esa, mengakui dirinya sebagai ciptaanNya, yang harus tunduk dan patuh pada ketentuan
dan petunjukNya.
2. Membantu individu tawakkal atau berserah diri kepada Allah. Dengan tawakkal atau
berserah diri kepada Allah berarti meyakini bahwa nasib baik-buruk itu ada hikmahnya
yang bisa jadi manusia tidak tahu.
3. Membantu individu merumuskan masalah yang dihadapinya dan membantunya
mendiagnosis masalah yang sedang dihadapinya itu.
4. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah. Terapi umum bagi
pemecahan maslah (rohaniah) individu, seperti yang dianjurkan Al-Qur’an, antara lain:
berlaku sabar, membaca dan memahami Al Qur’an, berzikir atau mengingat Allah.
5. Membantu individu mengembangkan kemampuan mengantisipasi masa depan, sehingga
mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan
keadaan-keadaan sekarang, atau memperkirakan akibat yang akan terjadi manakal
sesuatu tindakan saat ini dikerjakan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari istilah Inggris guidance and ciunseling.
Dulu istilah counseling diindonesiakan menjadi penyuluhan (nasihat). Akan tetapi, karena istilah
penyuluhan banyak digunakan di bidang lain, semisal dalam penyuluhan pertanian dan
penyuluhan keluarga berencana yang sama sekali berbeda isinya dengan yang dimaskud dengan
counseling, maka agar tidak menimbulkan salah paham istilah counseling tersebut langsung
diserap saja menjadi konseling.

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami, prinsip-prinsip yang digunakan bersumber
dari ajaran utama Islami, pyaitu al-Qur’an dan Hadis yang kemudian dilengkapi dengan hasil
penelitian dan pengalaman praktis berkaitan dengan hakikat manusia, perkembangan serta
kehidupan manusia dalam konyeks sosial budaya.

Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islami itu dapat
dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”

Untuk mencapai tujuan seperti yang telah disebutkan, dan sejalan dengan fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling Islami tersebut, maka bimbingan dan konseling Islami melakukan
kegiatan yang dalam garis besarnya dapat disebutkan Mengingatkan kembali individu akan
fitrahnya, Membantu individu tawakkal atau berserah diri kepada Allah, Membantu individu
merumuskan masalah yang dihadapinya dan membantunya mendiagnosis masalah yang sedang
dihadapinya itu, Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah, Membantu
individu mengembangkan kemampuan mengantisipasi masa depan, sehingga mampu
memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan-keadaan
sekarang, atau memperkirakan akibat yang akan terjadi manakal sesuatu tindakan saat ini
dikerjakan.

5. Kritik dan Saran


Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu kami menerima kritik
dan saran dari pembaca agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik dari ini.

DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo, A. 2009. Bimbingan dan Konseling Islami Teori & Praktik Edisi Revisi. Semarang:
Widya Karya.
Dahlan, A. C. 2009. Bimbingan & Konseling Islami Sejarah, Konsep dan Pendekatannya.
Yogyakarta: Pura Pustaka.

Lubis, S. A. 2007. Konseling Islami Kyai & Pesantren. Yogyakarta: Elsaq Press.

Anda mungkin juga menyukai