Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal
itulah manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diamanati oleh sang
pencipta sebagai pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan
perasaan itu pula manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang
mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with
multiproblem). Dengan berbagai masalah itu ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya
atau mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor) untuk mengatasi masalah yang
dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada individu yang
membutuhkan (klien) itulah yang dinamakan “konseling”
Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah
satunya adalah dengan cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling.
Dalam makalah ini nanti akan dipaparkan berbagai hal terkait dengan bimbingan
konseling islam, termasuk tujuan-tujuan dari bimbingan konseling islam dan bagaimana
ketika bimbingan dan konseling di implementasikan dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Makna dan Definisi Bimbingan Konseling Dalam Islam?
b. Apa Tujuan dari Dilaksanakannya Bimbingan Konseling Dalam Islam?
c. Bagaimana Urgensi Bimbingan Konseling dalam Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Konseling Islam


a. Bimbingan Konseling
Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depannya.
Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang
terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuain diri dengan lingkungannya.
Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana
orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang
lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang
menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan
perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya
dan lingkungannya.
b. Islam
Istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa arab dalam bentuk
masdar yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata kerja salima
diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam
secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.
Secara terminologis, Ibnu Rajab merumuskan pengertian Islam, yakni: Islam ialah
penyerahan, kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah swt. Hal tersebut diwujudkan
dalam bentuk perbuatan.
Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi mendefinisikan
Islam dengan rumusan Islam yaitu: atauran Ilahi yang dapat membawa manusia yang berakal
sehat menuju kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhiratnya.
Pendapat lain menyatakan bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh para utusan
Allah dan disempurnakan oleh rasullullah SAW yang memiliki sumber pokok al-quran dan
sunnah rasullullah SAW sebagai petunjuk umat islam sepanjang masa.
c. Bimbingan Konseling Dalam Islam
Secara sederhana, gabungan dari masing-masing isitilah dari poin A dan B tersebut
dapat dikaitkan satu dengan lainnya sehingga menjadi sebutan Bimbingan Konseling Islam.
Dalam hal ini, Bimbingan Konseling Islam sebagaimana dimaksudkan di atas adalah terpusat
pada tiga dimensi dalam Islam, yaitu ketundukan, keselamatan dan kedamaian. Batasan lebih
spesifik, Bimbingan Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya secara berbeda dalam
istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam maksud dan tujuan, bahkan satu
dengan yang lain saling melengkapinya. Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat
diambil suatu kesan bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam adalah suatu
proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau
sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami
dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara
harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya
kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.
Pengertian tersebut antara lain didasarkan pada rumusan yang dikemukakan oleh
H.M. Arifin, Ahmad Mubarok dan Hamdani Bakran Adz-Dzaki. Bahkan pengertian yang
dimaksudkannya adalah mencakup beberapa unsur utama yang saling terkait antara satu
dengan lainnya, yaitu: konselor, konseli dan masalah yang dihadapi. Konselor dimaksudkan
sebagai orang yang membantu konseli dalam mengatasi masalahnya di saat yang amat kritis
sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak menguntungkan baik
untuk jangka pendek dan utamanya jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah.
Konseli dalam hal ini berarti orang yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri tidak
mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Menurut Imam Sayuti Farid, konseli atau mitra
bimbingan konseling Islam adalah individu yang mempunyai masalah yang memerlukan
bantuan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksudkan dengan masalah ialah suatu
keadaan yang mengakibatkan individu maupun kelompok menjadi rugi atau terganggu dalam
melakukan sesuatu aktivitas.
Bimbingan dan konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang
bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-
perubahan positif pada klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan
potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan
wahyu dan paradigma kenabian.
Beberapa ayat al-Quran yang berhubungan dengan bimbingan konseling diantaranya
adalah:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”. (Ali Imran:104)
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan
melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling
menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)
B. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Secara garis besar tujuan bimbingan konseling islam dapat dirumuskan untuk
membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih terperinci
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan
mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada dan
mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya.
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang
dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan
kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan
berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan
mematuhi segala perintahNya serta ketabahan menerima ujianNya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat
melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar; ia dapat dengan baik
menanggulangi berbagai persoalan hidup; dan dapat memberikan kemanfaatan dan
keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
6. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai dengan petunjuk
ajaran islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma kenabian .
Sedangkan dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur Rahim
Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan umum dan tujuan
khusus.
Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
1. Tujuan khususnya adalah:membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2. membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
3. membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga
tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
C. Urgensi Bimbingan Konseling dalam Islam
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah/madrasah,
bukan terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang undangan) atau
ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah upaya memfasilitasi peserta didik yang
selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, social, dan moral-
spiritual).
Konselor sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becaming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan dan kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena
mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu
terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung
secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain proses perkembangan itu tidak selalu
berjalan dalam arus linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang
dianut.
Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis,
maupun social. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang
terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat.
Apabila perubahan ang terjadi itu sulit diprediksi, atau diluar jangkauan kemampuan, maka
akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konselor, seperti terjadinya stagnasi
(kemandekan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Iklim
lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan televisi dan media-
media lain, penyalahgunaan alat kontraspsi, ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga,
dan dekandensi moral orang dewasa ini mempengaruhi perilaku atau gaya hidup konseli
(terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak
yang mulia), seperti pelanggaran tata tertib, pergaulan bebas, tawuran, dan kriminalitas.
Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti
yang disebutkan, adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara
sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu efektif dan ideal adalah pendidikan yang
tidak mengesampingkan bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan
bidang administrative dan instruksional dengan mengabaikan bimbingan dan konseling,
hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi
kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian.
Dengan dasar itulah bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam
pembentukan sosok peserta didik yang dicita-citakan seperti yang dicantumkan dalam
undang-undang nomor 20 tahun 2003, yaitu:
1. beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa
2. berakhlak mulia
3. memiliki pengetahuan dan keterampilan
4. memiliki kesehatan jasmani dan rohani
5. memiliki kepribadian yang mantap dan kebangsaan
6. memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan itu bimbingan konseling
disekolah di orientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang
meliputi aspek pribadi, belajar dan karir, atau terkait dengan perkembangan konseli sebagai
makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial dan spiritual).
D. Konseling Rosulullah
Istilah konseling (counseling )berasal dari kata ’’tocouncel’’yang berarti memberi
nasehat,penyuluhan atau anjuran kepada orang lain secara berhadapan muka (face to
face).Dengan demikian konseling adalah pemberian nasihat atau penasihatan kepada orang
lain secara individual yang dilakukan secara berhadapan (face to face) dari seorang yang
mempunyai kemahiran (konselor/helper) kepada seseorang yang mempunyai masalah
(klien/helpee).
Sedangkan pengertian konseling Islami menurut Musnamar adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu agar individu atau klien tersebut menyadari kembali akan
eksistensinya sebagai makhluk(ciptaan)Allah yang seharusnya hidup sesuai dengan
ketentuan dan petunjuk Allah,sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.
Dalam pelaksanaan proses konseling ada perbedaan antara pandagan Barat di banding
pandangan Islam,dimana proses konseling versi Barat bisa terlakasana jika klien yang
bermasalah mendatangi biro konsultasi dan meminta konselor memberi jalan keluar
terhadap permasalahan yang diderita klien,sedangkan menurut Islam, jika seseorang
mempunyai permasalahan atau problem, konselor Islam, (seperti yang dicontohkan
Rasullullah Saw) bisa melaksanakan proses konseling di berbagi tempat,baik di rumah,di
masjid,di jalan,di pajak dan sebagainya,bahkan dalam konseling Islam konselor
dibenarkan bahkan terkadang dianjurkan mendatangi klien yang bermasalah,sehingga dapat
kembali ke jalan yang lebih baiksesuai dengan ajaran agama yang diyakininya selama
ini.Disinilah salah satu letak perbedaan antara konsep Barat dengan konsep Islam,artinya
konseling versi Barat,klien yang bermasalah datang ke biro atau pusat layanan
konseling,sedangkan menurut versi Islam pemberian konseling (kuratif/korektif), konselor
Islami dibenarkan mendatagi klien, agar klien dapat keluar dari masalah yang dihadapinya.
Pada dasarnya tujuan kedua versi ini adalah sama, yaitu sama-sama berupaya
memberi solusi dan kesadaran kepada klien agar klien kembali kepada kejalan yang benar.
Sedangkan tindak lanjut dari rasa kesadaran itu, dia berjanji kepada dirinya dan kepada
Tuhan bahwa perbuatan yang salah dan keliru tidak diualnginya lagi pada masa yang akan
datang, ia juga berusaha melaksanakan agama lebih baik dari sebelunya. Cara seperti inilah
yang dituntut oleh pembimbing atau konselor islami daripada kliennya dalam proses
konseling.
Dari penjelasan terlihatlah bahwa inti dari konseling Islami itu adalah
memberikan kesadaran kepada klien agar tetap menjaga eksistensinya sebagai mahkluk
Allah,dan tujuan yang ingin dicapai pun bukan hanya untuk kemaslahatan dan kepentingan
duniawi semata,tetapi lebih jauh dari itu adalah untuk kepentingan ukhrawi yang lebih kekal
abadi.Hal ini sesuai dengan do’a yang selalu diucapkan setiap orang yang beriman kepada
Allah SWT,seperti yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 201 yang artinya :
201. dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".
Pada sisi lain, jika diperhatikan prosedur dan layanan yang dijalankan konselor
kepada klien dalam proses konseling (versi Barat), sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
cara penasehatan yang dilakukan Rasulullah kepada sahabat. Sebagai contoh, dalam layanan
konseling seorang pembimbing atau konselor haruslah sungguh-sungguh, ihklas, sabar, tidak
muda lari dari masalah dan lemah lembut kerena sesungguhnya keseriusan dan kesadaran
sangat diperlukan dalam proses konseling. Layanan dan nasehat yang dijalankan Rasulullah
kepada para sahabat dalam mengajak melaksanakan yang ma’ruf, Rasul melaksanakan
dengan sungguh-sungguh, sabar, lemah lembut, dan penuh bijaksana. Sikap Rasul dalam
memberi layanan yang kondusif dan lemah lembut diabadikan dalam al-Qur’an pada surah al-
Imran ayat 159 yang artinya :
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Sifat-sifat mulia dan agung yang dicontohkan Rasulullah dalam memberi layanan dan
panasehatan kepada kliaen dari sifat dan sikap yang dituntut dari seorang konselor
profesional seperti yang dirumuskan oleh Persatuan Bimbingan Jabatan Nasional yaitu
Nasional Vocational Guidance
Association seperti yang dikutip oleh Sukardi yaitu interes terhadap orang lain, sabar,
peka terhadap berbagai siakap dan reaksi, memiliki emosi yang stabil dan objektif, sungguah-
sungguh respek terhadap orang lain,dan dapat dipercaya.
Dalam suatu riwayat (hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu umamah) yang
artinya : Seorang pemuda yang mendatangi Rasul dan bertanya secara lantang dihadapan para
sahabat: Wahai Rasulullah, apakah engkau dapat mengizinkan saya untuk berzina?
Mendengar pertanyaan yang tidak sopan itu para sahabat ribut dan mau memukulinya, Nabi
segera melarang dan memanggil, bawalah pemuda itu dekat-dekat kepadaku. Setelah pemuda
itu duduk didekat
Nabi, Nabi bertanya kepada pemuda itu: Bagaimana jika ada orang yang akan
menzinahi ibumu? Pemuda itu menjawab, demi Allah saya tidak akan membiarkannya.
Bagaimana terhadap anak perempuanmu? Pemuda itu menjawab, tidak juga ya Rasul, demi
Allah, saya tidak akan membiarkannya. Nabi melanjutkan, bagaimana jika terhadap saudara
perempuanmu? Tidak juga ya Rasul, saya tidak akan membiarkannya. Nabi meneruskan,
begitu juga orang tidak akan membiarkan putrinya atau saudara perempuannya atau bibinya
dizinahi kemudiani. Nabi kemudian meletakkan tangannya kedada pemuda itu sambil berdoa;
Ya Allah bersihkanlah hati pemuda itu, ampunilah dosanya dan jagalah kemaluannya.
Dari kisah diatas terlihatlah bahwa Rasulullah sebagai konselor Islami memberikan
nasehat,arahan dan bimbingan penuh persuasif, lemah lembut penuh kesungguhan dan
kesabaran menghadapi seseorang pemuda (klien) yang meminta pendapat kepada beliau.
Lebih jauh dari itu, Allah SWT memberikan penjelasan bahwa diantara tugas-tuggas
Rasulullah Saw diutus kemuka bumi ini adalah untuk menyampaikan kebenaran dan
pengajaran pada manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surat Yunus ayat 57 yaitu:
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman.
Berdasarkan ayat dan hadis diatas menjelaskan bahwa Alquran dan Sunnah Rasul
merupakan Landasan ideal dan konseptual dari bimbingan dan konseling Islam. Karena al-
quran dan Hadis dalam pandangan Islam merupakan pandangan naqliah. Disamping
landasan naqliah, bimbingan konseling Islami juga memerlukan landasan aqliyah, dalam hal
ini termasuk filsafat Islam dan landasan ilmiah yang sejalan dengan ajaran Islam.
Landasan filosofis Islami penting artinya penting artinya bagi pengembangan dan
kelengkapan bimbingan konseling Islami, karena mencakup:
1. Falsafah tentang dunia manusia
2. Falsafah tentang manusia dan kehidupan
3. Falsafah tentang pernikahan dan keluarga
4. Falsafah tentang pendidikan
5. Falsafah tentang masyaraka
Di samping itu, disiplin ilmu yang dapat memperlengkap, membantu dan
dijadikanlandasan operasional bimbingan dan konseling Islami adalah:
1. Ilmu jiwa (psikologi)
2. Sosiologi
3. Ilmu komunikasi
4. Ilmu hukum Islam
5. Antropologi sosial
Dengan demikian, layanan yang dijalankan oleh konselor Barat dalam proses
konseling,sebenarnya telah lebih dahulu dikenal oleh Islam, yaitu seperti yang dipraktekkan
oleh Rasulullah SAW pada 14 abad yang lalu, walaupun istilah dan caranya tidak persis
sama, namun tujuan dan cara-cara pendekatan yang ditempuh, justru apa yang dilakukan
Rasulullah jauh lebih baik. Perbedaannya hanya terlihat dari segi istilah, dimana Barat
menggunakan istilah proses konseling, sedangkan dalam Islam dikenal dengan istilah
penasehatan atau hisbah. Proses konseling yang dilakukan bertujuan untuk
mengembalikan manusia kepada potensi dasarnya yaitu manusia yang fitri. Fitri artinaya
kembali kepada kesucian dan kebenran yang meliputi aspek jasmani dan rohani. Dengan
kembalinya manusia kepada kondisi fitri, manusia akan mendapatkan kembali keceriaan
hidup, kegembiraan dan kebahagiaan di dunia, maupun kebahagiaan di akhirat.
Rasulullah merupakan contoh layanan konseling Islam, umumnya menerapkan
cara memberikan saran-sarau, anjuran, nasehat kepada klien. Nabi dan Rasul merupakan
konselor apabila melihat tugas dan fungsinya sebagai pembimbing umat ke arah jalan yang
benar. Nabi dan Rasul semua mengajak umat manusia kepada agama Tahuid ( Islam). Nabi
dan Rasul juga membimbing manusia agar tidak terjerumus ke lembah dosa, sehingga
manusia memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Tugas hakiki Nabi
dan Rasul adalah mengajak, membantu, dan membimbing manusia kepada jalan yang
disyariatkan Islam.

E. Konseling Iman Al-Ghazali


Perkara penting dalam memahami konsep dan model kaunseling Imam al-Ghazali
adalah memahami dan menghayati syariat Islam. Model ini memberi penekanan kepada
proses memahami jiwa manusia dari aspek kefahaman Islam. Oleh sebab itu, teori yang
digunakan ini dapat memberi ruang kepada klien supaya memahami erti sebenar kehidupan
ini, menghayati kebesaran dan keesaan Allah dan juga mensyukuri nikmat kurniaan Allah
kepada hambaNya
Maka, melalui teori kaunseling ini, Imam al-Ghazali mengharapkan agar kaunselor
juga akan dapat meningkatkan kualiti diri melalui hubungan dengan Allah yang tinggi. Hal
ini kerana untuk menjadi seorang kaunselor yang mampu untuk membimbing orang maka
mereka perlu memperbaiki diri sendiri dari pelbagai aspek.
Proses kaunseling al-Ghazali merangkumi aspek-aspek seperti musyaratah
(menetapkan syarat), muraqabah (audit atau semakan), mu’aqabah (dendaan), mujahadah
(bersungguh-sungguh dan Mu’atabah (celaan).
a. Sesi Kaunseling Imam Al-Ghazali :
Langkah 1 : Pengenalan dan bina hubungan
Langkah 2 : Meneroka diri dan masalah
Langkah 3 : Mengenal pasti punca dan jenis masalah
Langkah 4 : Memberi ubat yang sesuai dengan penyakit
Langkah 5 : Penilaian
1. Langkah pertama dalam teori kaunseling Imam al-Ghazali menekankan aspek
memberi salam sebagai keutamaan sebelum memulakan sesi kaunseling. Setelah itu majlis
atau sesi dibuka dengan bacaan al-Fatihah, tujuannya adalah untuk menghindari dari godaan
syaitan. Masalah yang berlaku dalam diri manusia adalah berpunca dari syaitan yang sentiasa
mengoda manusia supaya jauh dari mengingati Tuhan yang Maha Pencipta. Selain itu proses
pembinaan hubungan melibatkan hubungan dan interaksi yang baik antara kaunselor dengan
klien. Melalui hubungan ini akan melahirkan kepercayaan dalam diri klien dan
memungkinkan mereka untuk berterus terang dan berkongsi masalah yang dihadapi.
2. Manakala di dalam langkah yang kedua, Imamal- Ghazali menekankan aspek
penerokaan dalam diri klien sehingga mereka dapat mengenal pasti punca masalah yang
dihadapi. Selain itu langkah kedua ini adalah supaya klien dapat mencari kekurangan diri
yang menjadi punca kepada masalah tersebut. Disamping itu kaunselor akan bertindak
membimbing mereka dan bermuhasabah diri dalam melaksanakan syariat Islam. Kaunselor
boleh menekankan aspek kerohanian dan spiritual dalam diri klien . Bina hubungan dengan
berdoa, berjanji dan bertawakkal, bincang konsep-konsep Islam (matlamat hidup, kewajipan,
hukum perlakuan, halal haram, musibah, sabar dan syukur) serta sifat-sifat Allah dan sunnah
rasul mengikut keperluan dan kesesuaian kes. Imam al-Ghazali lebih menfokuskan untuk
membaiki diri dengan amalan-amalan kerohanian seperti solat, zikir, membaca al-Quran,
menjaga makan dan minum, bertaubat, menjaga aurat dan sebagainya. Kemudiannya Imam
al-Ghazali menekankan aspek reda dengan musibah yang menimpa diri dan menganggab
ianya sebagai satu ujian untuk hambanya yang sabar. Mengenal Diri dan Bina Matlamat
Hidup dengan meneroka kriteria diri klien yang membawa kepada masalah berdasarkan
pemerhatian, percakapan dan soalan andaian. Membimbing klien membuat muhasabah diri
dalam melaksanakan syariat. Klien akan menyedari kelalaian dan kekurangan yang ada pada
dirinya
3. Langkah 3 (mengenal pasti punca dan jenis masalah) Punca dan Jenis masalah,
gabungkan langkah 2 dan 3 jadi asas meneroka punca dan jenis masalah. Kaunselor dan klien
mencapai kefahaman yang sama mengenai diri dan permasalahan klien. Rumuskan masalah
dengan kefahaman Islam dan penghayatan/amalan syariat.
4. Langkah 4: (memberi ubat yang sesuai dengan penyakit) Punca dan Jenis
Masalah dengan menjelaskan cara membaiki diri dengan; mempelajari ilmu Islam,
meningkatkan amalan, bertaubat, berzikir, berdoa, menjaga pergaulan, menjauhi maksiat,
menjaga makan minum, menjaga pandangan, menjaga pertuturan dan menjaga diri daripada
penyakit hati seperti; sombong, riyak, ujub, dak takabur.
5. Langkah 5: Penilaian Kefahaman/Pelaksanaan dengan melihat perubahan klien
melalui air muka, gerak geri dan pertuturan dari aspek peningkatan akidah, memahami diri
sendiri, reda dengan musibah, keyakinan diri yang tinggi, melaksanakan tuntutan agama dan
takwa dan tawakkal
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus
dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan
lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk
Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.
b. Tujuan BK islan dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus:
Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Tujuan khususnya adalah:
Ø membantu individu agar tidak menghadapi masalah
Ø membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
Ø membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik
atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi
sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
c. Konseli sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang yaitu
berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan dan
kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman menentukan
arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan
konseli tidak selalu berlangsung mulus,atau bebas dari masalah. atau searah dengan potensi,
harapan dan nilai-nilai yang dianut.
DAFTAR PUSTAKA
Mohammmad Surya, Psikologi konseling, Pustaka Bani Quraisy. Bandung: 2003
Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004),
Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid,.
Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus
(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002)
Farid Hariyanto, Makalah dalam Seminar Bimbingan dan Konseling Agama Jakarta:
2007
Imam Sayuti Farid, Pokok-Pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan
Agama Sebagai Teknik Dakwah, bandung: Alfabetha 2002
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII press. Jakarta: 2001
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
depaartemen Pendidikan Nasional, Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: 2007

Anda mungkin juga menyukai