I. PENDAHULUAN
Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo religious)
yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai
kebenaran yang bersumber dari agama serta dapat menjadikan kebenaran agama itu
sebagai rujukan atau referensi sikap dan perilakunya. Dapat juga dikatakan bahwa
makhluk yang memiliki motif menganut suatu agama atau kepercayaan, rasa
keagamaan atau kesanggupan untuk memahami, mendalami serta mengamalkan nilai-
nilai agama atau kepercayaan tersebut. Sifat kefitrahan inilah yang membedakan
manusia dengan hewan atau binatang, dan juga dapat mengangkat harkat dan
martabatnya atau kemuliaannya disisi Allah. Bila dalam kehidupannya tidak pernah
mengamalkan ajaran agama, seperti shalat, puasa dan sebagainya. Bila terjadi gempa
atau bencana alam lainnya sebagai pembawa fitrah, ketika terjadi bencana alam
tersebut fitrahnya muncul yaitu minta tolong pada yang maha kuasa.
Maka sebagai fokus pelayanan dan konseling adalah manusia. Oleh sebab itu
melihat relevansi tujuan, fungsi bimbingan konseling dalam Islam juga harus melihat
bagaimana Islam memandang manusia, tujuan hidup bagi manusia sebagai ciptaan
Allah, tugas dan tanggung jawabnya serta penjelasan-penjelasan lain yang berkenaan
dengan syariat Islam. Sebab Islam adalah agama wahyu (agama samawi) yang
langsung dari dzat yang maha suci dan maha sempurna. Oleh sebab itu ajarannya
tidak akan mungkin bertentangan dengan fitrah (potensi) manusia. Ajaran islam justru
akan membimbing manusia kearah fitrahnya dalam jalan yang benar.
II. PEMBAHASAN
A. TUJUAN KONSELING ISLAM
Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan
di dunia dan di akhirat. (Thohari Musnamar, 1992: 5)
Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islami
itu dapat dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Bimbingan dan konseling sifatnya hanya memberikan bantuan, hal ini sudah
diketahui dari pengertian atau definisi. Individu yang dimaksudkan disini adalah
orang yang dibimbing atau diberi konseling, baik orang perorangan maupun
kelompok. “mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya” berarti mewujudkan diri
sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras
perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai
makhluk Allah (makhluk religious), mahkluk individu, makhluk sosial dan sebagai
makhluk berbudaya. Bimbingan dan konseling Islam berusaha membantu individu
agar hidup bahagia, bukan saja di dunia melainkan juga di akhirat, karena itu tujuan
akhir bimbingan dan konseling Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan
di akhirat.
Dalam perjalanan hidupnya, karena berbagai faktor seperti telah disebutkan
pada uraian mengenai latar belakang perlunya bimbingan dan konseling Islam
manusia bisa tidak seperti yang dikehendaki, yakni menjadi manusia seutuhnya.
Dengan kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah (problem).
Bimbingan dan konseling Islami berusaha membantu mencegah jangan sampai
individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
Dengan demikian secara singkat, tujuan bimbingan dan konseling Islam dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Dapat membantu individu mewujudkan diri menjadi manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan khusus
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih
baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
orang lain. (Thohari Musnamar, 1992: 33 – 34)
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling Islam pada intinya adalah agar
manusia mampu memahami fitrah insaniyahnya, dimensi-dimensi kemanusiaan,
termasuk memahami berbagai persoalan hidup dan mencari alternatif pemecahannya.
Penjelasan ini relevan dengan firman Allah surat Al-Ankabut: 45.
Selanjutnya apabila tujuan di atas tercapai maka akan terwujud manusia yang
bahagia (sehat jasmani dan rohani). Menurut Sury (1998: 43) disebut manusia atau
individu yang berkepribadian yang sehat, yaitu individu yang mampu menerima diri
sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal yang positif sehubungan
dengan penerimaan dirinya. (Hasymi Dt. R. Panjang, 2011: 88 – 89)
III. PENUTUP
Tujuan bimbingan dan konseling itu dapat dirumuskan sebagai “membantu
individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
di dunia dan di akhirat”.
Ruang lingkup bidang pelayanan bimbingan dan konseling agama Islam
adalah:
a. Bimbingan aqidah
b. Bimbingan ibadah
c. Bimbingan akhlak
d. Bimbingan muamalah
Ruang lingkup bimbingan dan konseling Islam yaitu:
a. Pernikahan dan keluarga
b. Pendidikan
c. Sosial (kemasyarakatan)
d. Pekerjaan
DAFTAR PUSTAKA
Hasymi Dt. R. Panjang, Tafsir Ayat Bimbingan dan Konseling, IAIN Press, Padang:
2001.
Musnamar Thohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, UII
Press, Yogyakarta: 1992.
Jaya Yahya, Bimbingan dan Konseling Agama Islam, Angkasa Raya: 2004.