Anda di halaman 1dari 34

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Bullying
1. Pengertia Bullying

Istilah bullying belum banyak dikenal masyarakat, terlebih karena

belum ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Bullying (arti

harfiahnya: penindasan) adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang

secara berulang yang memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan

tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik. 1

Bullying bisa terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah laku yang

berbeda-beda. Di antara format dan bentuk tersebut adalah; nama

panggilan yang tidak disukai, terasing, penyebaran isu yang tidak benar,

pengucilan, kekerasan fisik, dan penyerangan (mendorong, memukul, dan

menendang), intimidasi, pencurian uang atau barang lainnya, bisa berbasis

suku, agama, gender, dan lain-lain.2

Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku

kekerasan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi

pengertian bullying sebagai "kekerasan fisik dan psikologis berjangka

panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang

tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk

melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma atau

depresi dan tidak berdaya."

1
Ahmad Baliyo, bullying di sekolah dan dampak bagi masa depan anak, h.19
2
Ehan. Bullying dalam pendidikan, (2007) diperoleh pada 05 Desember 2013 dari
http://www.upi.edu.ac.id

13
14

Bullying biasanya dilakukan berulang sebagai suatu ancaman, atau

paksaan dari seseorang atau kelompok terhadap seseorang atau kelompok

lain. Bila dilakukan terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan,

kecemasan, dan depresi. Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung

pada pihak yang setara, namun, sering terjadi pada pihak yang tidak

berimbang secara kekuatan maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam

situasi tidak mampu mempertahankan diri atau tidak berdaya. Korban

bullying biasanya memang telah diposisikan sebagai target. Bullying

sering kita temui pada hubungan sosial yang bersifat subordinat antara

senior dan junior.3

Terkait dengan perilaku Rigby memaparkan hal-hal yang perlu

dipertimbangkan dalam rangka menetapkan tingkatan intensitas perilaku

bullying:

a. Jenis tindakan bullying, misalnya ejekan verbal sampai dengan

serangan fisik.

b. Durasi terjadinya bullying, apakah dalam periode waktu yang singkat

atau panjang.

c. Frekuensi terjadinya bullying, misalnya harian, mingguan atau sangat

sering.4

2. Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di


3
http://muhamadmarwans.blogspot.com/2011/08/perilaku-school-bullying-
masalah.html
4
Rigby, ken (2002). New perspectives on bullying. Jesica kingsley publishers: london diperoleh
dari 27 oktober 20014 dari http://schoolcounselorindonesia.blogspot.com/2011/11/konsep-
seputar-bullying-oleh-easyaanesty.html?m=1
15

a. Kontak fisik langsung

Kontak fisik langsung adalah serangan fisik yang dilakukan

secara langsung, dapat berupa memukul, mendorong, menendang, dan

lainnya yang merupakan tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan

adalah salah satu bentuk manifestasi rasa marah yang bersifat agresif

malignant (berat) yang menyebabkan kesakitan atau kerusakan pada

obyek sasarannya. Menurut Susilaningsih, ada dua faktor yang

berpengaruh terhadap terbentuknya sifat bertindak kekerasan ini,

pertama, rasa marah yang tidak memperoleh pembinaan untuk menjadi

perilaku positif dan produktif. Kedua, lingkungan (keluarga,

masyarakat, dan media) yang sering memberi contoh bentuk tindak

kekerasan sebagai ekspresi dari rasa amarah, sehingga tidak sadar

meniru tindakan itu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu contoh

tindak kekerasan adalah tawur antar remaja.

Faktor primer yang menjadi pemicu terjadinya tawur antar

sekolah adalah adanya, (1) mitos sekolah sebagai ahli memalak, (2)

ideologi memalak yang disosialisasikan oleh siswa senior, pada

sekolah, (5) lemahnya sanksi terhadap tindakan anak yang suka

memalak. Sedangkan faktor sekunder adalah suasana sekolah yang

tidak mendukung berkembangnya aspek positif. Hal ini terjadi karena,

(1) tiadanya kurikulum yang memberi tempat secara spesifik bagi

kekerasan yang dapat dilakukan oleh siapapun. Bentuk-bentuk perilaku

semacam ini bisa jadi karena masa pubertas.


16

b. Perilaku Non-verbal langsung

Perilaku ini dilakukan dengan menggunakan bahasa tubuh secara

langsung oleh pelaku bullying. Contoh yang sering terjadi di sekolah

adalah pandangan sinis, menampilkan ekspresi wajah yang

merendahkan dan lainnya. Ada hal yang nampaknya sederhana tetapi

sesungguhnya menyakitkan orang lain, perilaku ini misalnya

mengabaikan lawan bicara, mengalihkan pandangan, dan gerakan-

gerakan tubuh yang menghina orang lain.5

c. Perilaku Non-verbal tidak Langsung

Yaitu perilaku yang diwujudkan dengan mendiamkan seseorang,

berbuat curang pada orang lain atau sahabat yang menyebabkan

keretakan persahabatan, sengaja mengucilkan teman, mengirim sms

ancaman atau surat kaleng tanpa ada nama pengirim. Perilaku ini

dilakukan agar lawannya atau sahabatnya menjadi gelisah, terancam

dan ketakutan.

d. Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual biasanya dilakukan oleh seorang laki-laki

terhadap perempuan. Pelecehan seksual dilakukan ssecara fisik atau

lisan menggunakan ejekan atau kata-kata yang tidak sopan untuk

menunjuk pada sekitar hal yang sensitif pada seksual. Secara fisik

pelecehan seksual bisa dilakukan dengan sengaja memegang wilayah-

wilayah seksual lawan jenis.

5
http://muhamadmarwans.blogspot.com/2011/08/perilaku-school-bullying-
masalah.html
17

Pada tindak kekerasan seksual bisa juga terjadi dalam bentuk

penghinaan-penghinaan terhadap lawan jenis atau sejanis seperti

halnya mengatakan teman laki-laki “banci” bagi laki-laki yang

feminim. Terjadinya tindak kekerasan ini bisa terjadi di dalam kelas

ataupun di luar kelas, baik dalam situasi yang serius atau saat bersenda

gurau.

3. Faktor Penyebab Bullying

Menurut Ariesto (2009, dalam Mudjijanti 2011) dan Kholilah

(2012), penyebab terjadinya bullying antara lain :

a. Keluarga Pelaku bullying sering kali berasal dari keluarga yang

bermasalah orang tua yang sering menghukum anaknya secara

berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan

permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika

mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan

kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada

konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-

cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan

diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu

dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini

anak mengembangkan perilaku bullying.

b. Sekolah Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan

bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan


18

penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi

terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam

lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada

siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun

sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati

antar sesama anggota sekolah.

c. Faktor Kelompok Sebaya Anak-anak ketika berinteraksi dalam

sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong

untuk melakukan bullying.

Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk

membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu,

meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

Bullying termasuk tindakan yang disengaja oleh pelaku pada korbannya,

yang dimaksudkan untuk menggangu seorang yang lebih lemah. Faktor

individu dimana kurangnya pengetahuan menjadi salah satu penyebab

timbulnya perilaku bullying, Semakin baik tingkat pengetahuan remaja

tentang bullying maka akan dapat meminimalkan atau menghilangkan

perilaku bullying.

Menurut Psikolog Ratna Juwita dari Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia, siswa korban “bullyng” akan mengalami pe

rmasalhan kesulitan dalam membina hubungan interpersonal dengan

orang lain dan jarang datang ke sekolah. Akibatnya, mereka (korban

bullying) ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi dalam belajar


19

sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa hal yang bisa

menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami “bullying”

di skolah: (a) Kesulitan untuk tidur, (b) Mengompol di tempat tidur, (c)

Mengeluh sakit kepala atau perut, (d). Tidak nafsu makan atau muntah-

muntah, (e) Takut pergi ke sekolah, (f) Sering pergi ke UKS, (g)

Menangis sebelum atau sesudah bersekolah, (h) Tidak tertari pada

aktivitas sosial yang melbatka murid lain, (i) Sering mengeluh sakit

sebelum pergi ke sekolah, (j) Sering mengeluh sakit pada gurunya, dan

ingin orang tua ingin segera menjemput pulang, (k) Perubahan drastis

pada sikap, cara berpakaian, atau kebiasaannya.

Beberapa dampak fisik yang biasanya timbul adalah sakit kepala,

sakit tenggorokan, flu, bibir pecah-pecah dan sakit dada.

Dampak psikologis yaitu menurunnya kesejahteraan psikologis

(psychological well-beeing). Dari penelitian Riauskima dkk

mengemukakan ketika mengalami bullying korban merasakan banyak

emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan,takut, malu dan

sedih).Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah

kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying

seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh

diri dan gejala-gejala gangguan stres pasca trauma (post trumatic stress

disoder). Anak yang menjadi korban bullying atau tindakan kekerasan

fisik, verbal ataupun psikologis di sekolah akan mengalami trauma besar


20

dan depresi yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan mental di masa

yang akan datang. Gejala-gejala kelainan mental yang biasanya muncul

pada masa kanak-kanak secara umum terbukti anak tumbuh menjadi

orang yang pencemas, sulit berko sentrasi, mudah gugup dan takut,

hingga tak bisa bicara. Beberapa hal yang menjadi tanda-tanda anak

korban bullying:

a. Kesulitan dalam bergaul

b. Measa takut datang ke sekolah sehingga sering bolos

c. Ketinggalan pelajaran

d. Mengalam keulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran

e. Kesehatan fisik dan mental (jangka pendek/jangka panjang) akan

terpengaruh.6

Mellor dan Djuwita (dalam Astuti), mengemukakan bahwa

“ Bullying terjadi akibat faktor lingkungan, keluarga, sekolah, media,

budaya, dan peer group”. Selain itu, Astuti mengungkapkan bahwa

penyebab terjadinya bullying antara lain: lingkungan sekolah yang kurang

baik, senioritas tidak pernah diselesaikan, guru memberikan contoh

kurang baik pada siswa, ketidakharmonisan di rumah, dan karakter anak.7

a. Lingkungan sekolah yang kurang baik

6
Astuti,. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara Effektif Menanggulangi Kekerasan Pada Anak.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, hal.50
7
Astuti,. (2008).op.cit. hal.51
21

 Lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan bullying. Lingkungan sekolah yang dapat mendukung

terjadinya bullying mencakup lingkungan luar sekolah maupun

lingkungan sekolah itu sendiri. Lingkungan luar sekolah yakni adanya

kebiasaan orang-orang di sekitar sekolah seperti sering berkelahi

ataubermusuhan, serta berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada.

Ehan menyatakan bahwa hal yang mempengaruhi terjadinya perilaku

bullying: “anak hidup pada lingkungan orang yang sering berkelahi

atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada, maka

anak akan mudah meniru perilaku lingkungan itu dan merasa tidak

bersalah”.

Hal tersebut mengungkap bahwa salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi siswa untuk melakukan bullying yakni lingkungan sekitar

tempat ia berada. Lingkungan dimana individu di dalamnyabiasa

melakukan kekerasan ataupun perbuatan melanggar norma lainnya

dapat mendukung seseorang menjadi pelaku bullying. Hal tersebut

membuat siswa mudah meniru perilaku lingkungan tersebut dan

merasa tidak bersalah saat melakukannya, sehingga timbullah perilaku

bullying. Selain itu, lingkungan di dalam sekolah juga dapat

mempengaruhi timbulnya bullying, seperti kedisiplinan yang sangat

kaku dan peraturan yang tidak konsisten.

b. Senioritas tidak pernah diselesaikan


22

Senioritas merupakan salah satu penyebab bullying yang cukup

dominan. Senioritas yang tidak terselesaikan hanya akan menyuburkan

perilaku bullying di sekolah. Hal ini terkait dengan bagaimana sekolah

dan para guru menanggapi dan menindak lanjuti masalah senioritas di

sekolah.

Astuti mengemukakan bahwa “perilaku bullying diperparah

dengan tidak jelasnya tindakan dari para guru dan pengurus sekolah.

Sebagian guru cendrung membiarkan, sementara sebagian guru

lainmelarangnya”. Guru seharusnya lebih peduli dengan bullying yang

terjadi di sekolah, akan tetapi tidak semua peduli. Hal tersebut

membuat siswa tidak jera dan terus melakukan bullying.8

Guru dan pengurus sekolah seharusnya dapat membedakan

antara senioritas yang dimaksudkan sebagai upaya pendisiplinan atau

senioritas sebagai sebagai bentuk kesewenangan-wenangan senior

terhadap juniornya berdasarkan tata cara atau peraturan sekolah. Guru

yang membenarkan atau bahkan ikut melakukan bullying dengan

alasan perbuatan itu untuk mendisiplinkan siswa, atau memacu murid

agar tidak bodoh hanya akan mengakibatkan makin berkembangnya

perilaku bullying.

c. Guru memberikan contoh kurang baik pada siswa

Astuti 2008,op.cit hal. 6


8
23

Guru sebagai pengajar di sekolah dapat menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan terjadinya bullying, terutama guru yang

memberikan contoh perilaku yang tidak baik. Ehan mengemukakan

bahwa salah satu hal yang mempengaruhi perilaku bullying

yaitu:“guru yang berbuat kasar kepada siswa, guru yang kurang

memperhatikan kondisi anak baik dalam sosial ekonomi maupun

dalam prestasi anak atau perilaku sehari hari anak dikelas atau di luar

kelas bagaimana dia bergaul dengan teman-temannya”.

Perbuatan guru yang kurang baik dapat mendukung siswa

melakukan bullying yakni guru yang berbuat kasar kepada siswa, guru yang

kurang memperhatikan kondisi siswa baik dalam prestasi siswa atau

perilaku sehari hari siswa di kelas atau di luar kelas serta bagaimana

dia bergaul dengan teman-temannya.

d. Ketidak harmonisan di rumah

Keluarga juga berpengaruh terhadap perilaku bullying yang

dilakukan oleh siswa. Astuti menyatakan bahwa “kurangnya

komunikasi antara orang tua dan anak merupakan faktor penyebab

tindakan bullying”.9 Selain itu, Schwartz, menyatakan bahwa “Anak-

anak yang menjadi bullying sering kali berasal dari lingkungan

keluarga kasar dan keras yang selanjutnya membiarkan mereka

mendapat hukuman dan penolakan”.

Keluarga sebagai tempat tumbuh kembang anak sangat

mempengaruhiperilaku individu dalam kesehariannya. Kompleksitas


Ibid,hal.53
9
24

masalah dalam keluarga seperti ketidak hadiran ayah, kurangnya

komunikasi antara orang tua, dan ketidak mampuan sosial ekonomi,

merupakan faktor penyebab tindakan bullying yang dilakukan siswa.

e. Karakter anak 

Karakter anak yang biasa menjadi pelaku bullying pada

umumnya adalah anak yang selalu berperilaku agresif, baik secara

fisikal maupun verbal. Astuti menyatakan bahwa faktor penyebab

bullying yakni “karakter anak sebagai pelaku umumnya agresif,

baik secara fisikal maupun verbal dan pendendam”. Anak yang ingin

populer, anak yang tiba-tiba sering berbuat onar atau selalu mencari

kesalahan orang lain dengan memusuhi umumnya termasuk dalam

kategori ini. Anak dengan perilaku agresif telah menggunakan

kemampuannya untuk mengungkapkan ketidak setujuannya pada

kondisi tertentu korban, misalnya perbedaan etnis/ras, fisik,

golongan/agama, atau jender. Selain itu, karakter siswa yang

pendendam atau iri hati jugadapat menyebabkan seorang siswa

melakukan bullying.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

penyebab bullying lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meski

tidak dipungkiri bahwa faktor dari dalam diri individu pun ikut andil

sebagai penyebab bullying. Lingkungan tempat tinggal individu

menjadi hal yang sangat berpengaruh termasuk lingkungan sekolah

dan keluarga. Lingkungan dapat menyebabkan terbentuknya karakter


25

individu yang rentan terhadap perilaku bullying. Budaya dan kebiasaan

tidak baik yang berlaku pada suatu lingkungan juga dapat menyuburkan

perilaku bullying.

4. Akibat Bullying

Bullying yang kerap kali terjadi di sekolah seringkali diabaikan,

padahal bullying sangat perlu ditanggulangi. Hal tersebut karena bullying

dapat menimbulkan akibat yang sangat besar bagi siswa yang terlibat,

baik  sebagai korban ataupun pelaku. Banyak hal yang diakibatkan dari

perilaku bullying yang terjadi, seperti Alexander yang menjelaskan bahwa:

“ bullying adalah masalah kesehatan publik yang patut menjadi perhatian.


Orang-orang yang menjadi korban bullying semasakecil, kemungkinan
besar akan menderita depresi dan kurangpercaya diri dalam masa dewasa.
Sementara pelaku bullying,kemungkinan akan terlibat dalam tindakan
kriminal di kemudianhari.”
Selain itu, Nusantara mengemukakan gejala-gejala akibat bullying

yaitu: “mengurung diri, menangis, minta pindah sekolah, konsentra sisiswa

berkurang, prestasi belajar menurun, tidak maubermain/bersosialisasi,

penakut, gelisah, berbohong, melakukan perilaku bullying terhadap orang

lain, memar/lebam-lebam, tidak bersemangat, menjadi pendiam, menjadi

rendah diri, sukamenyendiri, menjadi kasar dan pedendam, tidak percaya

diri,mudah cemas, cengeng, dan mudah tersinggung.”

Berdasarkan penjelasan mengenai akibat yang ditimbulkan

bullying diatas, maka diketahui bahwa bullying dapat menimbulkan

banyak akibat negatif baik bagi korban maupun bagi pelaku. Bagi korban

akibat negatif dapat berbentuk fisik maupun psikis. Akibat fisik seperti


26

memar, lebam, atau luka. Sedangkan dampak psikis seperti kepercayaan

diri siswa menurun, malu, trauma, merasa sendri, serba salah,

mengasingkan diri darisekolah, mengalami ketakutan sosial, bahkan

cendrung ingin bunuh diri. Akibat fisik cendrung dapat langsung terlihat,

berbeda dengan dampak psikis yang pada awalnya akan terlihat wajar akan

tetapi semakin memburuk jika didiamkan saja, sehingga menimbulkan

dampak dalam jangka waktu yang panjang.

5. Mengatasi Bullying

Bullying yang terjadi tidak dapat didiamkan begitu saja. Setelah

mengenali dan menyadari bahwa praktik bullying telah terjadi, maka perlu ada

upaya untuk mengatasi bullying tersebut. Penanganan tidak hanya

ditujukan kepada korban bullying, akan tetapi pelaku bullying juga perlu

penanganan khusus agar tidak mengulangi tindakannya tersebut. Menurut

Nusantara menyatakan bahwa “Pelaku bullying harus ditangani dengan

sabar dan tidak menyudutkannya dengan pertanyaan yang interogratif”.

Karena Itu, jangan pernah menyalahkan pelaku bullying, tapi sebaliknya

beri kepercayaan agar dapat memperbaiki dirinya. Tumbuhkan empatinya,

agar pelaku dapat merasakan perasaan sang korban saat menerima

perlakuan bullying. Angkatlah kelebihan atau bakat sang pelaku bullying

di bidang yang positif, usahakan untuk mengalihkan energinya pada bidang

yang positif. Korban bullying  juga memerlukan penangan khusus.

Korban bullying mungkin lebih cendrung menutup diri, sehingga

perlu ditumbuhkan rasa nyaman dan percaya diri agar dia mau lebih
27

terbuka untuk menceritakan masalahnya”. Jika korban sudahmau terbuka

maka hal selanjutnya yang harus dilakukan yaitu dengan menghormati

pilihan dan membekalinya dengan cara-cara menghadapi pelaku bullying.

Patut diingat bahwa bullying tidak dapat dihadapi dengan bullying,

karenanya korban bullying harus diajari untuk menghadapi bullying

dengan tegas tapi peduli. Korban bullying dapat menanggapi ejekan

dengan tegar dan kemungkinan besar tidak memasukkan ke dalamhati,

sehingga pelaku bullying akan melihat dirinya sebagai pribadi yangkuat

dan tidak akan mengganggunya lagi. Selain itu, hal-hal yang dapat

dilakukan untuk mengatasi bullying antara lain “pengawasan guru

terhadap siswa, penerapan peraturan dan kode etik sekolah, membangun

kesadaran dan pemahaman siswa tentang bullying, dan menciptakan

kondisi sekolah yang ramah terhadap siswa”.10

Berdasarkan uraian di atas, maka bullying harus ditangani tidak

hanya bagi pelaku tapi juga bagi pihak korban. Hal ini merupakan

tanggung jawab berbagai pihak dalam mengatasinya. Peranan sekolah

sebagai institusi pendidikan sangat dibutuhkan, mengingat bahwa tindakan

bullying sebagian besar terjadi di sekolah. Guru sebagai komponen utama

dalam sekolah dapat berperan dalam mengatasi bullying.

Pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku bullying, Clara

menghimbau para orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional

10
http://www.bulllying.org/external/documents/bulllying_Information.pdf”Bulllying
Informationforyoungpeople-Bullying.org(pdf).
28

anak sejak dini. Ajarkan anak untuk memliki rasa empati, menghargai

orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah mahluk

sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying diperlukan

kebijakan yang bersifat menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang

melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai

orang tua murid , kerja sama antara guru,orang tua dan masyarakat atau

pihak lain yang terkai seperti kepolisian, aparat hukum dan sebagainya.

sangat diperlukan dalam menangani masalah ini.

Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi

yang baik dengan anak-anak dan membekali anak dengan pemahaman

agama yang cukup dan menanamkan ahlakul karimah yang selalu

dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan selalu meniru

perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih baik dari

memberi nasihat.

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah membuat

sebuah program anti bullying di sekolah. Menurut Huneck yang juga ahli

intervensi bullying yang bekerja di Jakarta International School bullying

akan terus terjadi di sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat

membina hubungan saling pecaya dengan siswa, tidak menyadari tingkah

laku yang masuk tindakan bullying, tidak menyadari luka yang disebabkan

oleh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan

belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari sekolah.
29

Adapun kegunaan dari program serta kegiatan anti bully di sekolah antara

lain:

a. Menanamkan pengertian bahwa rasa aman adalah hak dan milik semua

orang

b. Menyadarkan semua orang di sekolah bahwa tindakan bullying dalam

bentuk apapun tidak dapat ditolelir

c. Membekali siswa untuk membuat keputusan

d. Membantu siswa membentuk lingkaran orang yang mereka percayai

Kegiatan yang bisa dilakukan selama program ini antara lain;

a. Brainstorming dan diskusi

b. Kegiatan menggunakan lembar kerja

c. Membaca buku cerita yang berhubungan dengan bullying

d. Membuat gambar, kolase, poster mengenai pencegahan bullying

e. Bermain drama

f. Berbagi cerita dengan orang tua di rumah.

Beberapa tips untuk mencegah terjadinya bullying, yaitu:

a. Berikan mereka alternatif komunitas yang mengakuinya Pada dasarnya

setiap manusia membutuhkan pengakuan atas keberadaan dirinya, terlebih

pada usia remaja yang sedang dalam masa transisi dan krisis identitas,

para remaja lebih senang berkumpul dengan teman-teman sebaya yang

menurutnya lebih bisa menerima dan senasib dan sepnanggungan. Oleh

karena itu kewajiban kita untuk memberikan alternatif komunitas yang

positif dan tetap memenuhi kriteria penerimaan identitas para remaja,


30

misalnya buat perkumplan pecinta alam atau wira usaha yang sesuai

dengan keiginannya. Membuat kelompok band, atau kelompok keenian

dan sebagainya.

b. Putus mata rantai pelaku dan budaya bullying Biasanya budaya bullying

diwariskandengan sistem kaderisasi yang kuat, motivasi senioritas adalah

faktor yang terkuatnya. Untuk menghindari gejala tersebut sebaiknya

bimbinglah para remaja dengan cara mengadakan kegiatan bersama antara

generasi tersebut maupun alumninya dan buatlah suatu ikatan supaya

terbentuk jalinan. Persaudaraan yang akan melahirkan kesadaran bahwa

senior harus membimbing dan para junior harus menghormati seniornya.

c. Ajarkan cara mengantisipasi kekerasan bukan melakukannya Latihan bela

diri misalnya merupakan salah satu alternatif pembentukan mental

spiritual dan jasmani yang kuat.

d. Tingkatkan kepedulian lingkungan sosial untuk mencegah praktek

bullying Sudah waktunya masyarakat ikut peduli dan melakukan

pencegahan atas praktek bullying yang terjadi di lingkungannya.

e. Dukung gerakan diet siaran televisi Batasi anak-anak dan remaja

menonton televisi, karena acara dan penamplan yang disiarkan televisi

ikut membentuk masyarakat pengaksesnya kompensinya setidaknya

disediakan fasilitas untuk olah raga, kesenian, membaca dan sebagainya.

Ada beberapa saran bagi anak yang berisiko terkena bullying atau

menjadi korban bullying sebagai berikut:


31

a. Jangan membawa barang-barang mahal atau uang berlebihan.

Merampas, merusak, atau menyandera barang-barang korban adalah

tndakan yang biasanya dilakukan pelaku bullying. Karena itu sebisa

mungkin jangan beri mereka kesempatan membawa barang mahal atau uang

yang berlebihan ke sekolah.

b. Jangan sendirian. Pelaku bullying melhat anak yang menyendiri

sebagai mangsa yang potensial. Karena itu jangan sendirian di dalam

kelas, di lorong sekolah, atau tempat-tempat sepi lainnya. Kalau

memungkinkan, beradalah di tempat di mana guru atau orang dewasa

lainnya dapat melihat Anda akan lebh baik lag jika anda bersama-sama

dengan teman, atau mencoba berteman dengan anak-anak penyendiri

lainnya.

c. Jangan cari gara-gara dengan pelaku bullying. Jika anda tahu ada anak-

anak tertentu yang tidak menyukai anda, sebisa mengkin hindari

berada di dekat mereka atau di area yang sama dengan mereka.

d. Jika anda suatu saat anda terperangkap dalam situasi bullying,

kuncinya adalah tampil percaya diri. Jangan perlhatkan diri anda

seperti orang yang lemah atau ketakutan

e. Anda harus berani melapor pada orang tua, guru, atau orang dewasa

lainnya yang anda percayai. Anda harus berani untuk bertindak dan

mencoba mengubah kondisi yang salah.

Pihak kepolisian bekerja sama dengan sekolah dengan cara

mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah tentang bahaya dari bullying,


32

dan memberikan sangsi dari mulai yang ringanseperti di skor beberapa

waktu sampai dengan pemecatan dari sekolah. Begitu juga kerja sama

dengan pihak kehakiman bagaimanakah proses persidangan, tuntutan serta

keputusan yang akan dan telah diambil bagi pelaku bullying itu. Bagi

pelaku ballying dari pihak guru, sekolah atau pihak- pihak lain  jangan

ragu-ragu untuk menindak dengan tegas supaya keadilan dapat di tegakkan

di negeri ini dan guru tersadar atas semua keselahannya, sehingga tida

terjadi lagi korban-korban bullying berikutnya.

B. Profesi Guru Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling merupakan petugas fungsional

yang secararesmi berwenang dalam pelaksaan layanan bimbingan dan

konseling. SKBMendikbud dan kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No.

25 tahun 1993 tentang petunjuk pelaksanaan dan angka kreditnya pasal 1

menyatakan bahwa ”guru bimbingan dan konselingadalah guru yang

mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh

dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlahpeserta

didik”.11 Selain itu, Winkel menyatakan bahwa ”guru bimbingan dan

koseling adalah tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya

pada pelayanan bimbingan (full-time guidan cecounselor)”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru

bimbingan dan konseling adalah tenaga profesional yang melakukan

11
SKB Mendikbud dan kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993
33

tugasnya secara menyeluruh sesuai dengan hak dan wewenangnya dalam

melaksanakan bimbingan dan konseling kepada peserta didik atau konseli.

2. Persyaratan Guru Bimbingan dan konseling

Pekerjaan sebagai seorang guru bimbingan dan konseling tidak

mudah dan ringan, sebab siswa yang dihadapai di sekolah berbeda-beda,

masing-masing siswa mempunyai keunikan atau kekhasan baik dalam

aspek tingkah laku, kepribadian maupun sikap-sikapnya. Sukardi

menyatakan bahwa “guru bimbingan dan konseling harus

memenuhipersyaratan tertentu, diantaranya persyaratan formal

(pendidikan), kepribadian, dan sifat dan sikap”. Persyaratan formal

yaitu persyaratan yang berhubungan dengan pendidikan, pengalaman,

kecocokan pribadi.

Persyaratan pendidikan yang harus dipenuhi oleh seorang guru

bimbingan dan konseling adalah secara umum, guru bimbingan dan

konseling serendah-rendahnya harus memiliki ijazah sarjana muda dari

suatu pendidikan yang sah dan memenuhi syarat untuk menjadi guru

(memiliki sertifikat mengajar) dalam jenjang pendidikan. Secara

profesional, guru bimbingan dan konseling telah mencapai tingkat

pendidikan sarjana bimbingan dan konseling. Seorang guru bimbingan dan

konseling hendaknya memiliki pengalaman mengajar dan melaksanakan

praktek konseling selama dua tahun. Syarat yang kedua adalah kepribadian

sebagai guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling di


34

dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling haruslah memiliki

sifat-sifat kepribadian tertentu.12

Prayitno menyatakan bahwa “Ada sepuluh hal yang harus

diperhatikan dalam kaitannya dengan kepribadian seorang guru bimbingan

dan konseling yaitu:

P = Perangai
E = Emosi
M = Mandiri
B = Bobot
I = Integritas
M = Mawas
B = Berani
I = Intelegensi
N = Nalar
G = Gagasan13
Berdasarkan uraian di atas maka guru bimbingan dan konseling

adalah individu terlatih yang memiliki kepribadian yang baik, yaitu

berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan nilai yang dimiliki. Guru

bimbingan dan konseling akan menghadapi banyak variasi dalam

berhadapan dengan siswa karena setiap siswa mempunyai masalah pribadi

yang bersifat individual, menurut Gunawan prinsip-prinsip umum yang

dapat dipegang dalam menghadapi bermacam-macam siswa yaitu:

a. Guru bimbingan dan konseling harus membentuk hubungan

baik dengan siswa.

12
Dewa Ketut Sukardi, , Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002) hal 22
13
Prayitno, dkk. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama, 1998, Jakarta: PT. Bina Sumber Daya MIPA, hal.8
35

b. Guru bimbingan dan konseling harus memberikan kebebasan kepada

siswa untuk berbicara dan mengekspresikan dirinya.

c. Guru bimbingan dan konseling tidak memberikan kritik kepada siswa

dalam suatu proses konseling.

d. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya tidak menyanggah siswa,

karena sanggahan dapat mengakibatkan rusaknya hubungan

kepercayaan antara guru bimbingan dan konseling dan siswa.

e. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya melayani siswa sebagai

pendengar yang penuh perhatian dan penuh pengertian dan guru

bimbingan dan konseling diharapkan tidak bersikap atau

bertindak otoriter.

f. Guru bimbingan dan konseling harus dapat mengerti perasaan dan

kebutuhan siswa.

g. Guru bimbingan dan konseling harus dapat menanggapi pembicaraan

siswa dalam hubungannya dengan latar belakang kehidupan pribadinya

dan pengalaman-pengalamannya pada masa lalu.

h. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya memperhatikan setiap

perbedaan pernyataan siswa, khususnya mengenai nilai-nilai dan nada

perasaan siswa

i. Guru bimbingan dan konseling harus memperhatikan apa yang

diharapkan oleh siswa dan apa yang dikatakan oleh siswa, tetapi siswa

tidak dapat mengatakannya.


36

j. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya berbicara dan bertanya

padasaat yang tepat.

k. Guru bimbingan dan konseling harus memiliki sikap dasar acceptance

(menerima) terhadap siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa

memiliki beragam karakter dan memiliki masalah yang berbeda. Oleh

sebab itu,dalam memberikan bantuan juga tidak bisa disamaratakan, guru

bimbingan dan konseling perlu menyesuaikan dengan perbedaan yang

dimiliki siswa. Pekerjaan sebagai seorang guru bimbingan dan konseling

tidaklah mudah karena harus menghadapi bermacam-macam karakter

siswa dan untuk ituguru bimbingan dan konseling harus menerapkan

prinsip-prinsip di atasguna kelancaran layanan bimbingan dan konseling di

sekolah.

3. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling di sekolah memiliki tugas yang

menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling,

sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling akan semakin efektif dan

efisien. Tugas-tugas yang akan dikemukakan berikut merupakan hal yang dapat

menjadi pegangan dalam proses layanan bimbingan dan konseling yang

berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan. Sukardi

menyatakan bahwa tugas guru bimbingan dan konseling dalam

pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah :

a. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.


37

b. Memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling.

c. Merencanakan program bimbingan dan konseling.

d. Melaksanakan segenap program layanan bimbingan dan konseling.

e. Mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan program layanan bimbingan

dan konseling.

f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi

programpelayanan bimbingan dan konseling.

g. Mengadministrasi kegiatan layanan bimbingan dan konseling.

h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan

bimbingan dan konseling kepada koordinator bimbingan

dankonseling.14

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tugas guru

bimbingan dan konseling adalah merencanakan, memasyarakatkan,

melaksanakan, mengevaluasi, menindak lanjuti, mengadministrasi

program layanan BK, dan mempertanggung jawabkan semuanya kepada

pihak-pihak yangterkait. Sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan

Bersama Menteri Pendidikandan Kebudayaan dan Kepala Badan

Administrasi Kepegawaian NegaraNomor: 0433/P/1993 dan Nomor 25

Tahun 1991 diharapkan pada setiap sekolah terdapat petugas yang

melaksanakan layanan bimbingan yaituguru bimbingan dan

konseling/konselor dengan rasio satu orang gurubimbingan dan

konseling/konselor untuk 150 orang siswa. Oleh karena kekhususan

bentuk tugas dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling/konselor


14
Sukardi Dewa Kentut,op.cit, hal.92
38

sebagai suatu profesi yang berbeda dengan bentuk tugas sebagai guru mata

pelajaran, maka beban tugas atau penghargaan jam kerja guru bimbingan

dan konseling ditetapkan 36 jam/minggu. Sukardi menyatakan beban tugas

tersebut meliputi:

a. Kegiatan penyusunan program pelayanan dalam bidang bimbingan

pribadi-sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua

jenislayanan, termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.

b. Kegiatan melaksanakan pelayanan dalam bimbingan pribadi,

bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier serta

semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai

sebanyak 18 jam.

c. Kegiatan evaluasi pelaksanaan pelayanan dalam bidang

bimbinganpribadi-sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta

semua jenislayanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai

sebanyak 6 jam.

d. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru bimbingan dan

konseling/konselor yang membimbing 150 orang siswa dihargai

sebanyak 18 jam, selebihnya dihargai sebagai bonus dengan ketentuan

sebagai berikut:

1.10-15 siswa = 2 jam

2.16-30 siswa = 4 jam

3.31-45 siswa = 6 jam

4.46-60 siswa = 8 jam


39

5.61-75 siswa = 10 jam

6.76-atau lebih = 12 jam15

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa beban guru

bimbingan dan konseling adalah 36 jam/minggu yang dibagi terbagi

disetiap aspek kegiatan yang dilakukan dalam pemberian layanan

bimbingan dan konseling.

4. Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Bullying

Masalah bullying tidak hanya merupakan tanggung jawab guru

bimbingan dan konseling saja, namun semua pihak di sekolah dan orang

tua siswa juga haria bekerjasama mengatasi bullying di sekolah.Guru

bimbingan dan konseling memiliki tanggung jawab yang besar terhadap

perkembangan pribadi siswanya, oleh karena itu guru bimbingan

dankonseling wajib melakukan berbagai upaya untuk mengatasi tindakan

siswayang mengarah pada perilaku bullying. Astuti mengemukakan

bahwa “penanganan masalah bullying merupakan bagian dari peraturan

mengenai etika sekolah yang berada di bawah wewenang petugas atau guru

bimbingan dan konseling”. Artinya melalui layanan bimbingan dan

konselingyang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling dapat

membantu siswa yang terlibat dalam bullying.16

Keefektifan layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi

bullying telah banyak dibuktikan dalam berbagai penelitian, antara lain

penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007), penelitian ini bertujuan

15
Ibid, hal.97
16
. Astuti, 2008, op,cit, hal.14
40

untuk mengembangkan model layanan bimbingan dan konseling di sekolah

terhadap siswa yang mengalami bullying, dari penelitian ini disimpulkan

bahwa layanan bimbingan dan konseling dapat diberikan kepada siswa

yang terlibat bullying sesuai dengan kebutuhan siswa.

Berdasarkan hal tersebut guru bimbingan dan konseling memiliki

peranan yang sangat penting terhadap penyelesaian masalah-masalah siswa,

termasuk di dalamnya kasus bullying yang terjadi pada diri siswa.

Penanganan tidak hanya terbatas pada pemberian informasi mengenai

bullying, tapi lebih dalam dari itu guru bimbingan dan konseling dituntut

untuk dapat memberikan pembinaan tidak hanya pada korban bullying tetapi

juga pada pelaku bullying. Hal itu dapat diwujudkan melalui pemberian

layanan-layanan bimbingan dan konseling oleh guru bimbingan dan

konseling.

Melihat pentingnya peranan layanan bimbingan serta peranan guru

bimbingan dan konseling dalam membantu siswa menuntaskan hambatan-

hambatan yang dialami dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, maka

perlu kiranya seorang guru bimbingan dan konseling memahami dan

mendalami permasalahan bullying sebagai salah satu perilaku agresif

terselubung yang saat ini sudah semakin meresahkan dunia pendidikan.

Guru bimbingan dan konseling harus memahami bahwa siswa merupakan

individu yang unik yang berbeda satu dengan lainnya, perbedaan ini tidak

hanya bersifat fisik namun juga psikologis. Perbedaan inilah yang

terkadang menimbulkan berbagai konflik beragam dalam setiap hubungan


41

yang terjadi antara masing-masing individu yang satu dengan lainnya

dalam situasi hubungan sosial yang terjadi di sekolah. Sehubungan dengan

upaya yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling untuk

mengatasi bullying.

Nusantara mengemukakan“bahwa guru bimbingan dan konseling

dituntut agar dapat memberikan perhatian dan penanganan yang mendalam

bagi siswa-siswa yang terlibat dalam kasus bullying”. Hal itu berarti bahwa

sudah seharusnya guru bimbingan dan konseling lebih peka terhadap siswa-

siswa yang menjadi korban bullying. Guru bimbingan dan konseling dapat

memberikan konseling kepada korban bullying, karena seperti telah

dijelaskan sebelumnya bahwa bullying sangat berbahaya terutama bagi

perkembangan psikis siswa.

Berdasarkan pada fungsi dan layanan bimbingan dan konseling,

guru bimbingan dan konseling juga dapat memberikan kontribusi nyata

dalam mengatasi bullying”. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh

oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam mengatasi

permasalahan bullying di sekolah sesuai dengan fungsi dari layanan

bimbingan konseling itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat dilakukan

tersebut antara lain “pencegahan, pemahaman, pengentasan, dan advokasi”.

a. Langkah I : (Pencegahan)

Dalam langkah ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya

masalah bullying di sekolah dan dalam diri siswa sehingga dapat

menghambat perkembangannya. Untuk itu perlu dilakukan orientasi


42

tentang layanan bimbingan dan konseling kepada setiap siswa. Guru

bimbingan dan konseling juga dapat membuat program-program yang

efektif dalam memberantas bullying

b. Langkah II : (Pemahaman)

Langkah ini dimaksudkan memberikan pemahaman kepada

siswa tentang bullying dan segala hal yang terkait di dalamnya,

termasuk konsekuensi yang akan diterima siswa dari sekolah jika ia

terliba tdalam persoalan bullying. Sehingga siswa dapat memahami

bahayanya.

c. Langkah III : (Pengentasan)

Jika guru bimbingan dan konseling mengetahui ada siswa yang

terlibat dalam permasalahan bullying, maka guru bimbingan dan

konseling harus segera menangani permasalahan ini hingga tuntas.

Baik itu penanganan terhadap bully, korban, dan reinforcer yang

terlibat bullying. Termasuk juga pengentasan dalam masalah

konsekuensi yang akan diterimanya dari sekolah, karena melanggar

peraturan dan disiplin sekolah. Setelah pengentasan maka perlu dilakukan

pemeliharaan terhadap segala sesuatu yang positif dari diri siswa, agar

tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, serta

mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan

berkembang.

Bagi anak-anak yang sudah terlibat bullying maka sebagai

proses rehabilitasi perlu dilakukan penyaluran minat dan bakat dengan


43

tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekskul di sekolah, maupun

di luar sekolah. Penyesuaian diri siswa dengan lingkungan sosial serta

pengembangan diri dalam mengembangkan potensi positifnya juga

perlu dilakukan dalam langkah pengentasan. Hal terpenting bagi pelaku

bullying adalah perbaikan.

d. Langkah IV : (Advokasi)

Artinya setiap permasalahan yang menyangkut perilaku

bullying pada permasalahan tertentu jika memang perlu untuk

dilaporkan ke pihak yang berwajib karena menyangkut masalah tindak

pidana kriminal, maka hal tersebut perlu dilakukan. Menganalisa

dampak yang demikian besarnya yang dapat ditimbulkan oleh perilaku

bullying di sekolah yang bisa berujung pada gangguan psikologis bahkan

kematian. Penting kiranya bagi guru bimbingan dan konseling untuk

memberikan layanan yang maksimal dalam mengatasi perilaku

bullying.

Sebagai seorang konselor sekolah, kita dapat melakukan usaha-

usaha untuk mengatasi bullying, diantaranya :

a. Preventif (Pencegahan)

Dalam langkah ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya

masalah bullying di sekolah dan dalam diri siswa sehingga dapat

menghambat perkembangannya. Untuk itu perlu dilakukan orientasi

tentang layanan bimbingan dan konseling kepada setiap siswa. Guru

BK dapat membuat program-program yang efektif dalam memberantas


44

bullying. Misalnya dengan menanamkan pendidikan tanpa kekerasan

di sekolah, guru BK dapat melakukannya dengan menjalin komunikasi

yang efektif dengan siswa, mengenali potensi-potensi siswa,

menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, guru memberikan

kebebasan pada siswa untuk berkreasi dan guru menghargai siswa

sesuai dengan talenta yang dimiliki siswa. Atau saat awal masuk

sekolah guru BK menjelaskan peraturan sekolah yag melarang keras

bullying di sekolah dan hukumannya, agar siswa berfikir dua kali

sebelum melakukan bullying. Guru BK juga bisa bekerjasama dengan

orang tua siswa untuk menanggulangi bullying atau mendeteksi dini

perilaku bullying di sekolah.

b. Kuratif

Jika guru pembimbing mengetahui ada siswa yang terlibat

dalam permasalahan bullying, maka guru pembimbing harus segera

menangani permasalahan ini hingga tuntas. Baik itu  penanganan

terhadap pelaku, korban, reinforcer dll yang terlibat bullying.

Termasuk juga pengentasan dalam masalah konsekuensi yang akan

diterimanya dari sekolah, karena melanggar peraturan dan disiplin

sekolah. Juga guru bimbingan harus mengetahui akar permasalahan

mengapa pelaku melakukan bullying pada korbannya dan membantu

menyelesaikan akar permasalahan tadi.

c. Preservatif
45

Setelah masalah bullying selesai, maka perlu dilakukan

pemeliharaan terhadap segala sesuatu yang positif dari diri siswa, agar

tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, serta

mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan

berkembang. Bagi anak-anak yang sudah terlibat bullying maka

sebagai proses rehabilitasi perlu dilakukan penyaluran minat dan bakat

dengan tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekskul di sekolah,

maupun di luar sekolah. Penyesuaian diri siswa dengan lingkungan

sosial serta pengembangan diri dalam mengembangkan potensi

positifnya juga perlu dilakukan agar ia tidak melakukan bullying lagi.

Namun, siswa di sekolah juga harus menerima pelaku bullying dan

memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya.   

d. Reveral

 Bila masalah bullying yang ada di sekolah sudah tidak dapat

diatasi oleh pihak sekolah, sekolah dapat melaporkan bullying kepihak

yang berwajib karena menyangkut masalah tindak pidana kriminal,

maka hal tersebut perlu dilakukan. Berdasr dampak megatif yang

sangat besarnya karena perilaku bullying di sekolah yang bisa berujung

pada gangguan psikologis bahkan kematian. Atau bisa juga guru

bimbingan dan konseling mengirim pelaku bullying pada psikiater atau

orang yang lebih mampu mengatasi masalah kebiasaan bullying itu.17

http://formagz.com/for-headline/stop-bullying diambil pada tanggal 25 Oktober


17

2014
46

Anda mungkin juga menyukai