Umumnya, anak pelaku bullying dituding sebagai anak yang kejam, tidak ramah, dan
kurang dalam keterampilan sosial atau kurang pergaulan. Pencegahan bullying oleh anak
pun memerlukan dukungan banyak pihak, termasuk keluarga dan sekolah.
Anak-anak usia sekolah belum terlalu memahami dampak pemakaian Internet. Akibatnya,
mereka pun belum menyadari dampak yang terjadi di dunia nyata, jika mereka melakukan
hal-hal yang dianggap wajar di dunia maya. Misalnya, saat bermain game online, yang
melibatkan gerakan seperti memukul dan meninju.
Bullying oleh kakak atau adik, menjadi bentuk kekerasan dalam keluarga yang paling
sering ditemukan. Sayangnya, hal semacam ini malah dianggap sebagai bagian dari
pendewasaan anak. Padahal sebagai dampak jangka panjang, anak yang menjadi
korban bullying di tengah keluarga bisa mengalami gangguan mental.
Seperti halnya keluarga, sekolah pun berperan penting dalam mencegah bullying. Anak-
anak yang memiliki hubungan erat dengan keluarga, dan mendapat dukungan pihak
sekolah, biasanya akan menghentikan tindakan bullying yang dijumpai.
Namun, di era milenial, anak pelaku bullying bisa saja dari keluarga terpandang. Mereka
memiliki kemampuan sosial yang normal, bahkan melebihi anak-anak lain.
Dalam banyak kasus, anak pelaku bullying menjadi pemimpin geng atau kelompok yang
didukung oleh anak-anak lain. Mereka menjadi anak pelaku bullying karena mencoba
mempertahankan eksistensi diri atau posisi mereka yang mendominasi di dalam
kelompok.
Kebiasaan menindas atau mengganggu anak lain, bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Di
antaranya adalah kurangnya perhatian orangtua atau kekerasan dalam rumah tangga.
Johnny memiliki segalanya, kecuali perhatian orangtua yang sibuk menjalani profesi di
luar rumah sebagai dokter dan politikus.
Hanya ada satu solusi untuk membantu masalah anak pelaku bullying yaitu kerja sama
antara orangtua dan pihak sekolah untuk meredakan faktor kemarahan sang anak.
Dalam kasus Johnny, ternyata ia marah karena kesepian dan orangtuanya tidak pernah
ada saat ia membutuhkannya.
Apabila anak Anda terindikasi sebagai seorang pengganggu atau pelaku bullying, berikut
saran para ahli:
1. Luangkan lebih banyak waktu untuk anak dan melakukan kegiatan yang berkualitas
Bersama-sama agar anak merasa dihargai dan disayangi.
3. Ciptakan peluang bagi anak untuk menjadi pemimpin yang positif. Misalnya,
menjadi ketua OSIS, ketua tim olahraga, ketua kelompok pramuka, ketua kelas,
dan sebagainya.
Bullying adalah perbuatan yang dilakukan dengan cara merendahkan martabat seseorang.
Bullying itu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bisa melalui cara fisik, verbal, dan
perbuatan tak layak. Sering kita mendengar banyak kasus bullying di Indonesia seperti
kasus mahasiswa Universitas Gunadarma, dan lain-lain.
Nah, secara pengalaman saya pada saat kelas 6 SD, saya pernah dibully satu angkatan
dan rasanya sungguh sakit, sih. Dan itu masih membekas di hati saya sampai sekarang.
Waktu itu, saya dibully melalui cara verbal. Dan waktu di SMP, Tuhan menolong saya
dengan cara bersabar dan kuat menghadapi bullying. Sehingga, saya mempunyai banyak
teman hingga sekarang. Jadi, saya akan memberikan 5 resep untuk mengatasi bullying di
sekolah.
Buktikan kalau kita itu lebih hebat dari mereka. Setiap manusia pasti lemah.
Tetapi, di mata pembully kita memang lemah. Sesungguhnya, jika kita memiliki
kelebihan, kita bisa membuktikan kalau kita lebih hebat daripada mereka.
Misalnya, pintar metematika, jago bulutangkis, dan lain-lain. Dengan begitu,
mereka akan sadar kalau mereka sesungguhnya mempunyai kelemahan.
Usaha bangkit dari diri sendiri. Jika kita ingin bebas dari bullying, semuanya
dimulai dari diri sendiri. Mengapa? Sebab jika kita tidak mencari cara untuk
bangkit dari bullying tersebut, kita akan terus dikekang oleh orang yang
menyakiti diri kita. Jika kita tidak bisa meakukannya, siapa lagi yang ingin
menolong kita? Ada benarnya juga, jika kita ingin bebas dari bullying, kita perlu
seorang teman. Tetapi, lebih baik kita bangkit dari bullying dari inisiatif diri
sendiri.
Berani melaporkannya ke orang tua atau guru. Jika kita dibully, lebih baik minta
bantuan kepada orang tua atau guru. Agar, kita bisa terbuka apa yang terjadi
dengan diri kita. Jangan menutupi apa yang terjadi dengan diri kita. Karena itu
hanya akan memperburuk masalah dan membuat kita menjadi takut bergaul
dengan orang lain. Lebih baik terbuka dengan orang yang kita percaya seperti
guru, orang tua, atau sahabat curhat kita.
Mengapa? Sudah mendapatkan dosa, mengecewakan orang tua, dan pembully itu
puas dengan apa yang dilakukan oleh diri kita sendiri. Jadi, jangan mencoba
mengakhiri hidup. Selesaikan dengan cara yang baik dan berkonsultasi dengan
orang yang kita percaya agar kita mendapatkan jalan keluar untuk mengatasi
masalah yang kita alami.
Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Esa
agar diberi kesabaran dalam menghadapi masalah. Tuhan menopang kita. Tuhan
melihat apa yang mereka perbuat. Tuhan juga akan memberi mereka hukuman
yang setimpal dengan kita. Tuhan mengasihi kita agar kita bisa melewati masalah
dan membuat kita tersenyum.
Jadi, meskipun kita mempunyai kekurangan, kita masih bisa bangkit untuk
menyelesaikannya. Dan, untuk yang suka membully teman, sadarlah apa yang kalian
lakukan. Apakah kalian juga mau diperlakukan seperti itu? Tidak, bukan? Jadi stop
membully teman ya...
STOP BULLYING!!!