Oleh:
Diah Astuti,S.Pd,
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan
dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi,
antropologi, dan ekonomi. Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan
kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS
menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam
lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau
rukun warga, desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, Negara dan dunia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu sosial
ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial. Mata pelajaran
IPS di SMP marupakan program pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat,
memilki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya
sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala
program-program pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik.
Dalam pembelajaran IPS di kelas VII terdapat dua kompetensi dasar (KD)
untuk semester satu. Salah satu KD di kelas VII pada semester satu yang memiliki
materi yang cukup luas adalah KD 3.2. Dalam KD ini memuat tentang interaksi sosial
dalam ruang dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dalam
nilai dan norma serta kelembagaan sosial budaya. Pada materi ini lebih banyak
mempelajari tentang konsep-konsep yang membutuhkan banyak menghafal. Hal ini
menyebabkan siswa kurang tertarik dengan materi ini sehingga mereka juga kurang
memahami materi ini. Maka dari itu perlu diadakan perbaikan metode pembelajaran
pada materi ini.
Dari hasil pengamatan di lapangan oleh peneliti bahwa pada materi ini banyak
peserta didik yang tidak memperhatikan. Selain itu, hal ini dapat dilihat dari hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik khususnya kelas VII B pada materi Interaksi
Sosial dan Lembaga Sosial yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar dari peserta didik belum dapat memahami Interaksi sosial dan lembaga sosial
dengan baik. Mulai dari pengertian dan syarat interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi
sosial, lembaga sosial, jenis dan fungsi lembaga sosial. Jika hal ini dibiarkan maka
akan timbul dampak yang kurang baik, mengingat bentuk masyarakat Indonesia yang
beragam, dan sebagian besar peserta didik tinggal di lingkungan yang masyarakatnya
terdiri dari berbagai budaya, suku, agama, dan ras sehingga perlu mempelajari tentang
interaksi sosial dan lembaga sosial.
Luasnya materi interaksi sosial dan lembaga sosial yang harus di pelajari oleh
peserta didik, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peserta didik kurang
memahami apa saja bentuk interaksi sosial dan lembaga sosial. Selain itu, materi yang
banyak memerlukan hafalan ini juga membuat peserta didik kurang tertarik untuk
mempelajarinya. Untuk itu diperlukan metode yang dapat memudahkan peserta didik
dalam memahami bentuk interaksi sosial dan lembaga sosial dan juga untuk
meningkatkan minat belajar peserta didik pada materi ini.
Dari kenyataan di atas, maka peneliti mencoba untuk membuat sebuah metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh peserta didik agar lebih mudah dalam
memahami bentuk interaksi sosial dan lembaga sosial. Penulis mencoba
menggunakan metode picture and picture, yang terdiri dari gambar bentuk-bentuk
interaksi sosial dan lembaga sosial.
B. Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan metode picture and picture mampu
meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap materi interaksi sosial dan lembaga
sosial di kelas VII B SMP Widya Manggala?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Penelitian Tindakan Kelas ini secara umum untuk meningkatkan minat belajar
siswa.
Tujuan Khusus:
Selanjutnya secara khusus Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan minat belajar peserta didik pada materi Interaksi Sosial dan Lembaga
Sosial pada siswa kelas VII.B SMP Widya Manggala Jakarta tahun pelajaran
2019/2020 semester ganjil melaui metode Picture and Picture.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis:
Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini memunculkan teori bahwa metode picture
and picture dapat meningkatkan minat belajar peserta didik pada materi interaksi
sosial dan lembaga sosial.
Hasil PTK ini dapat dijadikan acuan bagi teman sejawat untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pihak diantaranya:
a. Bagi siswa:
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini, manfaat yang diperoleh siswa adalah
siswa dapat meningkatkan minat belajar pada materi interaksi sosial dan lembaga
sosial dengan memanfaatkan gambar untuk materi ini.
b. Bagi Guru:
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini, manfaat yang diperoleh guru mata
pelajaran IPS adalah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
penggunaan metode yang tepat sehingga minat belajar siswa juga meningkat.
Sedangkan guru mata pelajaran lain dapat memanfaatkan hasil PTK ini dan
terinspirasi untuk melakukan PTK juga.
c. Bagi sekolah:
Hasil PTK ini dapat dijadikan awal fokus penelitian bagi peneliti lanjut untuk
melakukan penyempurnaan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Minat Belajar
a. Definisi Minat Belajar
Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti
menarik atau tertarik. Menurut Slameto minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri, dengan sesuatu
dan dengan luar, semakin kuat dan dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat. Higlard dalam Slameto (2003) menyatakan
minat adalah kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan
menikmati beberapa kegiatan. Slameto sendiri mendefinisikan
sebagai rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau sesuatu
tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003:57-180).
Shaleh dan Wahab (2004:263) mendefinisikan minat sebagai
suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak
terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek minat
tersebut dengan disertai perasaan senang.
Minat belajar menurut Lester D. Crow, Alice D. Crow adalah
kemampuan untuk memberikan stimulus yang mendorong untuk
memperhatikan seseorang, suatu barang atau kegiatan (L. Crow &
A. Crow, 1985:351). Sedangkan menurut W. S Wingkel (1984:30)
menyatakan bahwa minat merupakan kecondongan merasa terbaik
pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang-bidang itu.
Dalam penelitian ini yang dimaksud minat belajar adalah jika
seseorang menaruh minat pada sebuah pelajaran maka ia akan
melaksanakan tugas dengan baik, sekalipun menyita waktu sehingga
tanpa disadari ia bekerja melebihi batas waktu maupun
kesehatannya. Dengan kata lain, minat erat hubungannya dengan
rasa suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu tindakan.
d. Aspek-Aspek Minat
Hurlock (1993:116) membagi minat dalam dua aspek, yaitu
aspek kognitif dan aspek afektif. Dalam aspek ini nantinya akan
diketahui indikator peningkatan minat siswa dalam belajar Aqidah
Akhlak. Adapun Aspek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
Aspek kognitif
Aspek kognitif minat berdasarkan atas konsep yang
dikembangkan anak mengenai bidang yang terkait dengan minat,
misalnya aspek kognitif dari minat anak terhadap mata pelajaran
tertentu. Seorang siswa akan menganggap kelas adalah tempat yang
menyenangkan untuk belajar, jika mereka dapat menemukan
suasana yang tidak membosankan, misalnya dengan menemukan
hal-hal yang baru, baik strategi pembelajaran maupun wawasan
yang dipelajari, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu yang terus
menerus. Untuk mengetahui minat seorang siswa terhadap sesuatu
yang disukai maka seorang siswa akan terus mencari tahu sesuatau
yang terkait dengan minatnya.
1). Kebutuhan akan informasi
Siswa akan berminat terhadap pelajaran, jika dalam diri siswa
merasa butuh terhadap tersebut, karena siswa secara sadar
beranggapan bahwa sebuah materi bermanfaat dan penting bagi
kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan
tersebut siswa akan memperhatikan hal-hal yang disampaikan oleh
pengajar. Maka siswa akan berusaha menggali sebanyak mungkin
informasi yang berkaitan dengan apa yang disukainya.
2). Rasa ingin tahu
Besarnya rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran dapat
menentukan tingkat keterkaitan seseorang terhadap mata pelajaran
tersebut, seorang siswa yang merasa ingin tahu lebih dalam tentang
aqidah dan akhlak, maka siswa selalu memperhatikan dan aktif
dalam kelas. Semakin besar tingkat keingintahuan seseorang maka
semakin banyak hal-hal yang dicari dalam memenuhi kebutuhannya.
Demikian pula dengan siswa, jika besar rasa keingintahuannya pada
Aqidah Akhlak secara otomatis akan menggalinya dengan banyak
membaca buku-buku yang terkait.
Aspek afektif
Aspek afektif minat berkembang dari pengalaman pribadi yang
berasal dari lingkungan keluarga maupun sekolah.
Lingkungan belajar akan lebih berpengaruh kepada suasana belajar
di kelas maupun di luar. Dalam pembelajaran di kelas tentunya
dipengaruhi oleh interaksi guru dan siswa, kondisi kelas yang aktif
dan menyenangkan akan membangkitkan minat siswa dalam belajar
yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Menurut L. Crow & A. Crow (1989:302-303 lingkungan belajar
siswa yang terkait dengan keaktifan siswa akan berpengaruh pada
arah berfikir seseorang barulah dapat terpengaruh jika minat
seseorang dipengaruhi oleh situasi yang ditemuinya, dan pada
gilirannya tingkah laku (sikap) seseorang terpengaruh oleh
pengalaman indra dan kesadaran yang bersifat tanggapan sehingga
memungkinkan berubahnya hubungan antara gagasan dan proses
pemikiran ketika hal ini dialami dan diekspresikan.
Perasaan senang terhadap obyek yang diminati tentunya akan
berpengaruh pada fikir sehingga mendorong rasa aktif dalam
lingkungan.
Kedua aspek minat (aspek kognitif dan aspek afektif) di atas
sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, seperti yang
diungkapkan Muhibbin Syah (1999:136-137) yang menyatakan
pada dasarnya minat seseorang dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu, karena
pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa lebih giat dan pada akhirnya mencapai
prestasi yang diinginkan.
Minat yang tumbuh pada peserta didik terhadap sebuah mata
pelajaran tentunya dipengaruhi oleh lingkungan baik dari materi
yang disajikan atua cara penyampaian materi. Dengan demikian
seorang guru selalu dituntut untuk membuat pola-pola kreatif dalam
pembelajaran sehingga menimbulkan minat terhadap siswa untuk
belajar.
C. Kerangka Berpikir
Pencapaian prestasi belajar siswa kelas VII B SMP Widya Manggala
khususnya pada materi Interaksi Sosial dan Lembaga Sosial masih rendah
nilainya, dikarenakan siswa cenderung bersifat individual kurang bisa
bekerjasama dalam kelompok dan tidak bisa menyelesaikan tugas yang
diberikan sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
belum mencapai KKM. Kemudian guru hanya mengandalkan model ceramah
dan model penugasan berupa menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas
yang ada di buku siswa sehingga proses pembelajaran terlihat sangat monoton.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran tipe kooperatif picture and picture dapat dijadikan salah
satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa karena dengan pembelajaran tipe kooperatif picture and picture
akan menjadi menyenangkan. Selama hanya guru sebagai aktor di depan kelas,
dan seolah-olah gurulah sebagai satu-satunya sumber belajar. Model apapun
yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik didalam setiap
proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan suatu
yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik.
Kelebihan pembelajaran tipe kooperatif picture and picture adalah Guru
dapat mengetahui kemampauan masing-masing siswa kemudian melatih
berpikir logis dan sistematis, tidak hanya itu siswa dapat belajar berpikir
berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan
kebebasan siswa dalam praktik berpikir, hingga mengembangkan motivasi
untuk belajar yang lebih baik.
Siswa Kondisi Awal Minat belajar siswa
render.
Hasil belajar siswa
rendah.
Tindakan Siklus I
Model, metode dan
Pembelajaran
media yang tidak
menggunakan
sesuai
metode picture
and pictue.
Siklus II
Pembelajaran
menggunakan
Kondisi Akhir Bagan Kerangka
Diduga melalui Pemikiran metode picture and
metode picture pictue.
D. Hipotesis Tindakan and picture minat
Berdasarkan latar belakang dan
dan hasil kerangka berfikir yang telah diuraikan
belajar
siswa meningkat.
di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penggunaan metode picture and picture dapat meningkatkan minat belajar
IPS peserta didik di kelas VII-B SMP Widya Manggala Jakarta Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester I tahun
pelajaran 2019/2020 dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember
tahun 2019.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada waktu tersebut di atas
berdasarkan pertimbangan bahwa pada saat tersebut materi Interaksi Sosial
dan Lembaga Sosial sedang berlangsung.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Widya Manggala
kelas VII-B. Pemilihan kelas tersebut didasarkan pada pertimbangan data
awal bahwa rerata nilai kelas ini paling rendah di antara kelas-kelas yang
diampu oleh peneliti.
No. Kelas Materi Nilai Rerata
1 VII-A Interaksi sosial dan lembaga sosial 68
2 VII-B Interaksi sosial dan lembaga sosial 58
3 VII-C Interaksi sosial dan lembaga sosial 65
4 VII-D Interaksi sosial dan lembaga sosial 67
5 VII-E Interaksi sosial dan lembaga sosial 65
B. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-B yang berjumlah 32 yang
terdiri dari 18 siswa putra dan 14 siswa putri. Kelas ini bersifat heterogen
karena terdiri dari siswa yang berkemampuan, berlatar belakang sosial, dan
berkarakter beragam.
C. Sumber Data
Sumber data penelitian yang berasal dari siswa sebagai subjek
penelitian berupa data kuantitatif adalah nilai tes. Sedangkan data kualitatif
berupa hasil angket/kuesioner dan atau wawancara.
% per indikator
Persentase
keaktifan siswa
Keterlibatan Siswa
6 Penilaian Proses dan Hasil Belajar
7 Penggunaan Bahasa
8 Penutup
Jumlah Skor Perolehan
Skor Maksimum
Persentase Keaktifan
Proses analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas guru sebagai
berikut:
1. Guru memperoleh skor dari setiap aspek yang diamati. Skor minimum
0, skor maksimum 3. Kriteria penilaian aktivitas guru sebagai berikut:
Tabel 5. Aspek dan kriteria penilaian aktivitas guru
No. Aspek yang diamati Indikator
1 Pra pembelajaran a. Mempersiapkan siswa untukbelajar
b. Melakukan kegiatan apersepsi
c. Memberikan motivasi
danmenjelaskan tujuan pembelajaran
2 Penguasaan materi a. Menunjukkan penguasaan materi
Pelajaran pembelajaran
b. Mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan
c. Menyampaikan materi denganjelas
3 Pendekatan/Strategi a. Melaksanakan pembelajaran
Pemebalajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai
b. Menguasai kelas
c. Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan
Menurut desain di atas, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini,
setiap siklus terdiri dari tiga kali (3X) pertemuan dan setiap pertemuan
terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan penelitian
disusun sebagaimana tabel di bawah ini:
Siklus I
Pertemuan Materi Pembelajaran
1 Pengertian dan Syarat Interaksi Sosial
2 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
3 Tes Siklus I
Siklus 2
Pertemuan Materi pembelajaran
1 Pengertian Lembaga Sosial
2 Jenis dan Fungsi Lembaga Sosial
3 Tes Siklus 2
D. Prosedur Penelitian
Kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih
dahulu dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
1. Perencanaan Penelitian
a. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah, Guru Mata
Pelajaran IPS dan teman-teman sejawat untuk kelancaran
penelitian;
b. Menetapkan materi pelajaran yang digunakan untuk kegiatan
penelitian.
c. Membuat rencana pembelajaran;
d. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu;
1) Buku Paket IPS Kelas VII SMP
2) LKS IPS Kelas VII SMP
e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses belajar
mengajar yang sedang dilaksanakan.
f. Menyiapkan alat evaluasi berupa lembaran soal-soal tes untuk
keperluan penelitian monat dan hasil belajar.
g. Menyiapkan lembaran kerja siswa untuk penelitian hasil
pemahaman peserta didik terhadap interaksi sosial dan lembaga
sosial.
2. Tindakan Penelitian
Kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini
meliputi:
a. Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan
menggunakan metode picture and picture sesuai dengan langkah-
langkah KBM yang telah dijelaskan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
b. Melakukan kegiatan pemantauan proses belajar mengajar
melalui observasi langsung.
c. Memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman bentuk
interaksi sosial dan lembaga sosial.
3. Pengamatan
a. Pengamatan
Pengamatan tindakan penelitian menggunakan dua alat, yaitu
observasi dan nilai siswa.
1) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi
sebagai berikut:
a) Menyiapkan teman sejawat untuk membantu melakukan
pengamatan terhadap proses belajar mengajar yang
sedang berlangsung.
b) Pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh peneliti sendiri
dan dibantu oleh teman sejawat.
c) Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar
observasi.
d) Mendiskusikan dengan teman sejawat terhadap hasil
pengamatan setelah proses belajar mengajar selesai.
e) Membuat kesimpulan hasil pengamatan.
2) Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian sebagai
berikut :
a) Membagi siswa dalam beberapa kelompok.
b) Setiap kelompok diberikan lembaran pengamatan berupa
gambar bentuk-bentuk interaksi sosial dan lembaga
sosial serta lembar pertanyaan untuk kelompok.
c) Mempersiapkan siswa untuk mengamati gambar bentuk-
bentuk interaksi sosial dan lembaga sosial.
d) Mengumpulkan lembar pertanyaan yang telah diisi oleh
siswa.
b. Evaluasi
Langkah-langkah evaluasi yang dilaksanakan dalam
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Menyiapkan alat-alat evaluasi soal-soal post tes.
2) Melaksanakan evaluasi dilakukan setelah Kegiatan Belajar
Mengajar.
3) Melaksanakan analisis hasil evaluasi.
4. Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan ini adalah memikirkan ulang
untuk mencari dan menemukan kekurangan-kekurangan yang
dilakukan mulai dari tahap persiapan sampai pelaksanaan tindakan
kelas.Secara lebih rinci, prosedur pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini digambarkan sebagai berikut:
Langkah-langkah tindakan penelitian secara umum:
Siklus 1
Menyusun RPP
Memadukan
Mencatat hasil refleksi siklus pertama
hasil observasi
Perencanaan
Refleksi 1 Menyiapkan lembar observasi
Mengevaluasi hasil observasi
Lampiran 1
2. Proses mempelajari dan menghayati norma serta perilaku yang sesuai dengan ketentuan
a. Kamanto Soenarto
b. Koentjaraningrat
c. Selo Soemardjan
d. Soerjono Soekanto
4. Seseorang yang sedang mendapat masalah besar dapat dengan mudah dipengaruhi oleh
a. imitasi c. identifikasi
b. sugesti d. empati
5. Meniru model pakaian para artis yang tidak sopan menurut norma-norma budaya bangsa
Indonesia disebut ….
6. Dalam masyarakat tradisional untuk mobilitas sosial vertikal hampir tidak boleh
a. cacat fisik
b. agama
d. ras
a. kerukunan
b. kerja sama
c. konflik
d. integrasi
8. lnteraksi sosial pasti terjadi dalam kehidupan masyarakat karena manusia merupakan ….
a. makhluk politik
b. makhluk sosial
c. makhluk individu
d. makhluk budaya
Ketika bencana banjir tahunan yang melanda Jakarta dan menimbulkan keprihatinan dari
berbagai pihak.
Kemudian, banyak masyarakat yang membantu para korban banjir, proses ini disebut ….
a. imitasi c. sugesti
b. empati d. identifikasi
11. Shinta menelepon Andreas untuk datang ke ru mahnya. Hal tersebut merupakan contoh
….
a. kontak primer
b. kontak sekunder
c. komunikasi primer
d. komunikasi sekunder
12. Sosiologi berasal dari kata ….
14. Seseorang berjabat tangan dengan patung. Hal ini merupakan contoh ….
15. Seorang warga negara Eropa berjabat tangan de ngan orang Indonesia, tetapi mereka tidak
16. Sejak lahir ia mengalami lemah mental sehingga ia jarang ke luar rumah. Terasingnya
a. perbedaan ras
b. cacat
c. pengucilan
d. perbedaan kebudayaan
17. Saat komunikasi terjadi, secara otomatis terjadi pula ….
a. interaksi c. komunikasi
b. identifikasi d. imitasi
a. interaksi
b. kontak
c. komunikasi
d. imitasi
19. Tedi mengimitasi model pakaian dari kakak kelasnya di sekolah, media sosialisasi
tersebut adalah ….
a. sekolah
b. keluarga
c. media massa
d. lingkungan kerja
20. Meniru gaya hidup sehat, disiplin, dan rajin bekerja dari sang idola, merupakan ….