Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : DEBY DEBORA MANUAIN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 825190362

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4405/Materi dan Pembelajaran IPS SD

Kode/Nama UPBJJ : 79/KUPANG

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN

1. Cara agar materi mudah dipahami adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang dekat
dengan lingkungan keseharian siswa, dengan menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami

2. Pendekatan Kontekstual merupakan “konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa” (Hidayati, 2008:26). Menurut pandangan Nurhadi (2003:13),
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat Supinah (2008:28) menjelaskan beberapa
keunggulan dari pendekatan konstekstual, yaitu siswa sebagai objek, siswa lebih memperoleh
kesempatan meningkatkan hubungan kerja sama antar teman, siswa memperoleh kesempatan lebih
untuk mengembangkan aktivitas, siswa lebih memiliki peluang untuk menggunakan keterampilan-
keterampilan dan pengetahuan baru yang diperlukan dalam kehidupan yang sebenarnya, tugas guru
sebagai fasilitator dan mediator. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran IPS, merupakan dua sisi yang saling mendukung. Pendidikan IPS mengamanatkan agar
pembelajarannya menggunakan masyarakat sebagai tempat, media atau laboratriumnya. Dengan
menggunakan masyarakat sebagai laboratriumnya, maka pendidikan IPS akan mampu menghadirkan
materi pembelajaran dengan keadaaan yang sesungguhnya pada lingkungan atau masyarakat. IPS
mengkaji seperangkat konsep, fakta, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang dimulai
dari lingkungan terdekat hingga lingkungan terjauh. Pada pembelajaran IPS siswa akan lebih mudah
memahami apabila guru mampu mengaitkan materi dengan situasi yang terdapat disekitar siswa,
sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Keaktifan belajar adalah suatu proses
kegiatan belajar siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh setelah proses pembelajaran.

3. Menurut Nurhadi (2003:13), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang terdapat di sekitar
siswa, sehingga mendorong siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran kontekstual
terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada
masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai
anggota keluarga, masyarakat dan warga negara. Menurut Kesuma, dkk (2010:59), CTL adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam pembelajaran IPS
materi yang diajarkan menggunakan contoh-contoh atau menghubungkan dengan kehidupan siswa
sehari-hari, mulai dari lingkungan terdekat siswa, kemudian memperluasnya. Pendekatan kontekstual
memiliki tujuh tahapan utama, yaitu: konstruktivisme (constructivisme), inkuiri (inquiry), bertanya
(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan(modeling), refleksi (reflection),
dan penilaian autentik (authentic assesment) (Nurhadi, 2003:31). Pendekatan kontekstual merupakan
konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.
Keunggulan dari pendekatan konstekstual, yaitu siswa sebagai objek, siswa lebih memperoleh
kesempatan meningkatkan hubungan kerja sama antar teman, siswa memperoleh kesempatan lebih
untuk mengembangkan aktivitas, siswa lebih memiliki peluang untuk menggunakan keterampilan-
keterampilan dan pengetahuan baru yang diperlukan dalam kehidupan yang sebenarnya, tugas guru
sebagai fasilitator dan mediator. Dalam pembelajaran IPS lebih ditekankan pentingnya lingkungan
alamiah yang diciptakan dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga mampu membuat siswa
termotivasi dan aktif dalam belajar. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan
hasil belajar yang maksimal. Pendekatan pembelajaran kontekstual pada hakekatnya mengajak siswa
untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal ini terlihat dari tujuh komponen CTL yaitu:
konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik,
sehingga pendekatan kontekstual diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa.

4. Pendekatan dan Strategi Konsep Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pengajaran IPS SD

Ruang lingkup kurikulum Standards of Social studies Amerika berisi kajian sistematis disiplin ilmu-
ilmu sosial meliputi Antroplogi, Arkeologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat, Ilmu
Politik, Psikologi, Agama, dan Sosiologi bahkan Humanistis dan Ilmu-Ilmu Alam. Dalam
Curriculum Standards Framework Australia yang mengacu pada tujuan Studies of Society and
Enviroment memaparkan sejumlah disiplin ilmu-ilmu sosial, yaitu Politik, Sejarah, Geografi,
Sosiologi, Antroplogi, Psikologi, dan Ekonomi. Sedangkan pengajaran IPS di Indonesia mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara,
dan sejarah, dengan tujuannya agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang berguna bagi dirinya dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka pendekatan yang digunakan untuk pengajaran IPS adalah
interdisipliner atau multidisipliner yaitu proses belajar mengajar kelas IPS, para siswa diajak, dibina
dan didorong untuk mengkaji atau memecahkan masalah atau topik dipandang dari berbagai disiplin
ilmu.
Richard C. Remy mengutip gagasan Philip Heath yang memaparkan alternatif pendekatan atau
strategi mengembangkan ITM dalam pengajaran IPS sebagai berikut.
a. Infusi ITM ke dalam mata pelajaran yang ada. Mata pelajaran yang mendasari pengajaran
IPS, seperti Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah memberi
peluang untuk pembelajaran konsep ITM. Keuntungannya adalah meningkatkan integritas dan
koherensi kurikulum yang ada sehingga model pembelajaran ini dapat diterima sebagai bagian
dari misi sekolah. kelemahannya adalah sulit memilih materi apa saja yang dibuang dari mata
pelajaran tersebut agar konsep ITM masuk dalam mata pelajarn tersebut.
b. Perluasan mata pelajaran yang ada. Topik-topik atau materi ITM dapat ditambahkan pada
mata pelajaran yang sudah ada atau materi IPS tradisional. Keuntungannya: peluang untuk
mengkaji materi ITM secara mendalam dengan mencari kesempatan bagaimana dan kapan
menampilkan materi ITM. Kelemahannya: keterbatasan serta pembahasan yang diaangkat atau
dibicarakan dari topik-topik ITM yang sederhana.
c. Pembuatan mata pelajaran yang baru. Memisahkan ITM sebagai mata pelajaran tersendiri,
seperti di Australia dam Amerika. Di Indonesia kajian ITM belum  diberikan secara khusus
sebagai mata pelajaran tersendiri melainkan bersifat sisipan pada mata pelajaran tertentu.
Keuntungannya: adanya kesempatan untuk mengembangkan kajian secara terkait antara ilmu,
teknologi, dan masyarakat secara mendalam dan berkelanjutan.

Menurut Heath (1990), ada empat ciri program integral ITM dalam IPS, yaitu:

a. Hasilnya dinyatakan secara jelas. Tujuan yang relevan dalam pembelajaran ITM adalah melek
ilmu dan teknologi; membuat keputusan rasional untuk penelitian dan pemecahan masalah
krusial masa kini dan masa datang; kemampuan melakukan pemahaman terhadap informasi
sejumlah disiplin dan menerapkannya sesuai dengan kondisi masyarakat; memahami bahwa
kemajuan ilmu dan teknologi merupakan bagian integral warisan masyarakat terdahulu, dan sadar
akan semakin banyak pilihan untuk berkarir dalam bidang ilmu dan teknologi.
b. Mengembangkan organisasi yang efektif. Memberi kemungkinan melakukan seleksi terhadap
isi, proses, tujuan, aktivitas belajar, dan bahan pelajaran yang dapat ditempuh sehingga dapat
membedakan dari mata pelajaran yang tidak memuat konsep-konsep ITM. Pengorganisasian
pembelajaran strategi ini meliputi: dapat menjelaskan isu-isu dan identifikasi kejaadian untuk
pengambilan keputusan; pengumpulan data lapangan dan data yang berkaitan dengan nilai;
pertimbangan alternatif tindakan dan akibat-akibatnya; identifikasi tindakan; dan rencana
tindakan.
c. Sistem dukungan. Diperlukan dukungan baik guru maupun pihak tata usaha di sekolah tersebut.
Diperkuat dengan keterlibatan pihak swasta dan pemerintah serta partisipasi guru dan sekolah
pada tingkat provinsi maupun nasional. Dukungan aktif dan berkesinambungan dari ilmu lain dan
tenaga administratif sekolah dapat mengembangkan dan mempertahankan program ITM yang
berkualitas.
d. Strategi instruksional. Adanya peran siswa dalam memadukan pembelajaran ITM ke dalam
IPS, siswa berpartisipasi dalam semua tahap pembelajaran meliputi perencanaan, pembelajaran,
evaluasi, muapun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model interaksi edukatif, pada setiap kegiatan
pembelajaran terdapat tujuh karakteristik kegiatan pembelajaran yang memiliki nuansa interaktif
yaitu:
a. Rumusan tujuan pembelajaran jelas (operasional) yang hendak dicapai melalui
kegiatan pembelajaran.
b. Materi pembelajaran dibahas secara sistematis dalam kegiatan pembelajaran
c. Guru meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga setiap siswa
terlibat aktif Guru memiliki kualifikasi dan kompetensi pendidik
d. Metode pembelajaran yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran
e. Menggunakan sumber belajar baik berupa media pembelajarn maupun sumber
materi

Terjadinya interaksi antar komponen pembelajaran secara komponen Model pembelajaran interaktif
mengacu pada falsafah pendidikan konstruktivisme bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa bukan
ditransfer dari guru. Dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut, guru berperan sebagai
fasilitaor, motivator dan mediator. Menurut Faire dan Cosgrove (dalam Harlen; !992, Epon N. 2010).
Model pembelajaran adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengembangkan potensi rasa ingin
tahu siswa terhadap suatu obyek/peristiwa melalui pertanyaan. Model pembelajaran Interaktif
disebut juga pendekatan “pertanyaan siswa” Dengan kata lain, guru menggali pertanyaan siswa
mengenal materi pembelajaran yang sedang di bahas, kemudian siswa mencari jawabannya. Jawaban
atas pertanyaan siswa dijawab siswa. Perlu diperhatikan untuk menjawab pertanyaan tersebut
memerlukan proses, yaitu proses pencarian informasi, Artinya bukan pertanyaan yang dengan segera
dapat dijawab oleh siswa. Model ini dirancang agar siswa bertanya dan kemudian menemukan
jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak
mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar
dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Untuk itu, guru perlu mengambil langkah khusus
untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan
khusus. Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar
mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban
terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara
seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan aktif belajar.

Anda mungkin juga menyukai